16. Hamil

Romance Completed 6852

Hampir sebulan lama nya tinggal di pulau Z, ini kali pertama Azki merasakan tidak enak badan, sudah sejak pagi ia mual dan merasa pusing. Tubuh nya terasa begitu lemah, ia yang awal nya ingin pergi bersama ketiga sahabat nya mala memilih kembali berbaring di ranjang.

Tok..

Tok..

Azki baru saja memejamkan mata nya, ia menyahut tanpa mau membuka pejaman mata nya, pening di kepala nya membuat ia tidak mau beranjak dari rebahan nya.

"Masuklah!" seru Azki tanpa ingin beranjak dari bawah selimut.

Nayara beserta kedua pria itu pun masuk setelah mendapat persetujuan dari sang pemilik kamar. Kening ketiga orang itu tampak mengerut kala mendapati sang sahabat dengan wajah pucat.

"Hey, kenapa wajah mu pucat sekali? kau pasti sedang tidak baik-baik saja bukan?" Nayara kaget melihat wajah pucat sahabat nya itu, tampak kedua pria pun ikut mengkhawatirkan kondisi sahabat mereka.

"Aku baik-baik saja! wajah kalian kenapa seperti itu? aku tidak akan mati hanya karena mual dan pusing, jadi berhentilah berwajah seperti itu." seru Azki yang tau dengan tindak tanduk ketiga sahabat nya meski ia tidak melihat secara langsung wajah ketiga nya.

"Udah seperti ini masih aja bercanda!" ketus Nayara dengan kesal nya, ia sudah sangat khawatir dengan nya namun yang sedang di khawatirkan mala bercanda. "Udah sarapan belum sih?" tanya Nayara meski ia kesal namun melihat tubuh lemah Azki ia tetap mengkhawatirkan wanita itu.

"Mau makan apa?" tanya Fadel menimpali.

"Emang kamu mau beli nya di mana? secara kita tinggal di sebuah pulau pribadi milik Paman dan tak seorang pun penghuni di pulau ini selain kita semua." timpal Baron yang kesal dengan pertanyaan Fadel yang ceplas ceplos.

"Tau kok! oh iya aku lupa, beberapa hari lalu aku sempat jalan-jalan di hutan dan aku menemukan sebuah jalan penghubung ke kota Y." jelas Fadel dengan apa yang telah ia temukan.

"What? tidak mungkin, secara pulau yang kita tempati berada di tengah lautan dan tempat ini juga begitu ketat penjagaan nya, tidak akan ada yang bisa masuk kesini tanpa ijin dari Paman." balas Baron yang tidak percaya jika pulau yang menjadi tempat tinggal mereka bisa terhubung dengan kota Y.

"Aku tidak bohong, aku punya bukti nya. Lihatlah!" seru Fadel lagi sembari menyodorkan ponsel nya ke arah Baron.

Baron pun menerima ponsel tersebut dan mendekat ke arah Nayara dan juga Azki. Ketiga nya terbelalak kaget saat melihat banyak nya aktifitas yang di potret oleh Fadel. Azki sungguh tak tau apa yang telah terjadi di pulau mereka, dengan tubuh yang lemah ia pun mulai bangun, ia tidak ingin kecolongan lagi, namun baru saja ia hendak beranjak bangun bahu nya segera di tahan oleh Nayara.

"Aku nggak mau kecolongan lagi, Nay. Udah cukup semua yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, aku hanya ingin hidup tenang dan penuh kebahagian bersama Ayah." ucap Azki dengan suara yang begitu pelan.

"Tidurlah, jangan khawatirkan mengenai penemuan itu, percayakan semua nya kepada kami." balas Nayara lembut. Ia tau kekhawatiran sang sahabat namun ia lebih tidak ingin Azki terjun langsung dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.

Saat ketiga orang itu sedang fokus melihat foto yang di ambil nya beberapa hari lalu, saat itu juga Fadel keluar dari kamar, pria itu berlalu pergi menuju dapur, ia berniat membuat kan bubur untuk Azki dan juga Ayah sahabat nya.

Tak membutuhkan waktu lama, bubur ayam sudah di sajikan pada dua mangkuk, satu mangkuk ia berikan kepada sang bibi untuk di antar kan ke kamar sang Paman dan satu nya lagi ia bawa ke lantai atas di mana kamar sang sahabat.

"Makanlah, aku sudah buatkan bubur ayam untuk kamu." ujar Fadel sembari menaruh nampan berisikan bubur ayam dan segelas susu di atas nakas.

Ketiga orang itu tampak tak terganggu dengan apa yang di lakukan oleh Fadel, pasal nya semua perhatian pria itu hanya sebatas khawatir karena di antara mereka hanya Fadel lah yang pintar dalam memasak dan mengurus siapapun di antara mereka jika sakit.

"Makasih." ucap Azki dengan tersenyum. Nayara pun segera mengambil alih baskom bubur tersebut, kali ini ia akan menyuapi Azki, sendok pun di arahkan ke mulut Azki namun belum sempat Azki membuka mulut ia buru-buru menutup hidung nya.

"Jauhkan itu, aku tidak suka dengan bau nya." ucap Azki dengan satu tangan masih menutup hidung dan mulut nya.

Ketiga orang itu saling melempar pandang, mereka merasa Azki terlalu berlebihan dengan becanda nya.

"Kil, nggak lucu! Fadel udah bela-belain bikinin bubur buat kamu dan kamu malah jijik seperti ini!" tegur Nayara dengan kesal nya.

Azki beranjak turun dan berlari ke arah kamar mandi, sungguh ia tidak bermaksud seperti itu, ia juga bingung dengan reaksi nya barusan.

Huuekk..

Huueekk...

Ini sudah ke empat kali nya Azki muntah, namun yang di muntahkan nya hanya cairan kekuningan saja, tubuh nya terasa begitu lemas, kaki nya bergetar karena serangan muntah yang terus datang, ia yakin jika diri nya hanya masuk angin saja, Nayara yang mendengar Azki yang terus muntah pun berlari masuk ke kamar mandi, ia dengan lembut memijat tengkuk Azki.

"Are you okey?" tanya Nay khawatir.

"I'm fine, it's just a cold, don't worry." balas Azki dengan suara lirih. Ia tidak ingin ketiga sahabat nya khawatir berlebihan karena ia yang terus saja muntah.

Nay pun membantu Azki untuk berdiri dan kedua nya kembali ke kamar, namun baru beberapa langkah pandangan Azki mulai mengabur dan ia jatuh pingsan tapi untung nya Baron dan Fadel sigap menangkap tubuh Azki hingga tak sampai jatuh ke lantai.

Fadel pun menggendong tubuh Azki menuju ranjang, sedangkan Baron berlari keluar memanggil dokter yang sudah siap siaga di sana sebagai dokter keluarga dan ikut tinggal bersama mereka di sana.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya sang dokter ketika melihat wajah khawatir Baron.

"Kila pingsan, tolong periksa kondisi nya." balas Baron singkat.

Kedua nya pun segera melangkah menuju kamar di mana Azki berada, tanpa mengetuk Baron segera masuk dan mempersilahkan sang dokter untuk segera memeriksa Azki.

Berbagai prosedur telah dokter Albert lakukan, hingga tiba di mana ia berbalik dan menatap ketiga orang itu dengan senyum mengembang.

"Dokter apa yang terjadi? dan mengapa anda masih bisa tersenyum saat Kila tak sadarkan diri." cecar Nay dengan mata melotot marah.

"Nyonya Kila baik-baik saja, ini hanya serangan untuk trismestes pertama awal kehamilan, jadi nona dan tuan tidak perlu khawatir. Selamat, sebentar lagi kalian akan menjadi aunty dan juga uncle, saya harap kalian bisa menjaga pola makan Nyonya dan jauhkan dari segala pemikiran yang akan membuat Nyonya stres karena itu sangat rentan terjadi keguguran di trismester pertama." jelas sang dokter panjang lebar.

Mendengar penuturan sang dokter, ketiga nya saling melempar pandang, mereka tak menyangka jika setelah gugatan perceraian Azki di masuk kan ke pengadilan tiba-tiba saja Azki hamil, mereka tau calon baby itu sudah sangat lama di nanti kan oleh Azki, namun mengingat pernikahan Azki yang di ambang kehancuran mereka takut jika Azki tak bisa menerima baby tersebut dan memilih mengugurkan janin nya.

"Baik dokter, terima kasih. Baron akan mengantar anda keluar." seru Fadel dengan wajah datar tanpa ekpresi.

Setelah mengantar kan sang dokter keluar, Baron kembali masuk dan berkumpul bersama yang lain. Tanpa mereka sadari Azki sebenarnya sudah sadar sejak ucapan sang dokter, entah ia harus bahagia atau bersedih, ia tau jika anak ini adalah hasil dari kesalahan nya sebulan yang lalu, Azki begitu yakin jika janin di perut nya adalah hasil dari ia berhubungan dengan Khenet karena selama ini Azki tau jika Jerry lah yang tidak subur.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience