Sepeninggalan Azki, Satria pun menjelaskan segala sesuatu yang akan membahayakan Azki kepada kedua sahabat adik sepupu nya itu, panjang lebar Satria menjelaskan hingga kedua sahabat nya tak lagi menyalahkan Satria atas situasi yang di alami Azki saat ini. Meski raga nya sedang berada di markas itu tapi pikiran nya melalang buana ke tempat di mana Azki akan pergi, merasa tidak ada yang perlu di jelaskan lagi Satria pun seger pamit dan bergegas meninggalkan markas tersebut, dengan laju mobil di atas rata-rata. Perjalanan yang seharusnya di tempuh dua jam lama nya di jadikan Satria hanya satu setengah jam saja mengingat apa saja yang bisa terjadi jika Khenet berhasil memprovokasi Azki yang memiliki sifat 11-12 dengan majikan nya itu.
Kekhawatiran Satria bukan tidak beralasan, ia sempat melihat Azki yang memasukkan amunisi pada sebuah pistol, ia tau apa saja yang bisa di lakukan Azki, bagaimana pun Azki bukanlah wanita lemah, namun sebalik nya, adik sepupu nya bisa di ibaratkan jelmaan Khenet versi perempuan. Baru saja mobil nya terparkir di depan perusahan sebuah tembakan terdengar di telinga nya dan Satria pun memejamkan mata nya sesaat, setelah nya ia berlari masuk, tampak puluhan pengawal sudah berdiri dan membidik kan pistol mereka ke arah pria dan wanita itu, tepat nya laser pistol itu mengarah ke arah tubuh Azki.
"Azki turunkan senjata mu. Ini bukan arena tembak menembak dan orang di depan mu bukanlah tandingan mu, lawan mu akan senang jika tau kau bermasalah dengan Tuan Khen, oleh karena itu mari kita bicara dengan kepala dingin tanpa ada pertumpahan darah lagi." pinta Satria namun tak di gubris oleh Azki, kini Satria kembali berucap.
"Kil, apa yang terjadi?" seru seseorang dengan mengacungkan pistol juga ke arah puluhan pria, dan suara itu menarik atensi semua orang termasuk Azki sendiri yang tampak memejamkan mata nya ketika mendengar suara yang sangat di kenali nya.
Bidikan para pria itu kini mengarah ke arah Nayara, dan itu membuat Azki terpaku di tempat, ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Nay, oleh karena itu dengan cepat pistol yang semula berada di dahi Khen berangsur di bidik nya di kaki para bodyguard pria itu dengan skill berputar hingga perlahan lahan para pria itu meringis kesakitan.
Dor...
Dorr..
Dorr...
Dorrr...
dengan gerakan cepat para pria itu meringis kesakitan, Khenet menatap Azki dengan mata melotot, ia yakin jika Azki bukan lah wanita sembarangan, skill menembak yang Azki miliki seperti ia seseorang yang sudah terlatih dengan gerakan cepat untuk memusnahkan para musuh nya.
Prookk...
Prookk...
Suara tepuk tangan kini mengalihkan atensi Azki, wanita cantik itu kembali mengarahkan pistol itu ke arah Khenet setelah berhasil melumpuhkan para bodyguard itu.
"Seperti nya ada yang aku lewatkan di sini!" sindir khenet dengan sorot mata kian menajam.
Satria gemetar ketakutan, ia tau apa yang akan terjadi selanjut nya, karena dengan sendiri nya Azki membuka kedok nya sendiri di depan Khenet.
"Masih untung aku tidak membidik kepala para pria bodoh ini, siapapun kamu jangan pernah ikut campur dalam masalah ku, dan kejadian malam itu hanya sebuah kecelakaan! jadi berhentilah menunjuk kan taring anda di depan ku, karena aku tak akan pernah masuk ke dalam permainan anda Sir Khenet!" ucap Azki datar dan penuh dengan penekanan, setelah nya gadis itu pun perlahan melangkah mundur dari kerumunan Khenet dan lain nya.
"Jangan melupakan resiko yang akan datang di kemudian hari setelah kita melakukan penyatuan pada malam itu!" sindir Khenet dengan seringai jahat.
Deg
Langkah undur Azki terhenti ketika mendengar penuturan Khenet, kemungkinkan itu bisa saja terjadi, karena ia mengingat jelas sperma pria itu membasahi dinding rahim nya, namun sekuat tenaga Azki mengenyahkan kegelisahan nya.
"Itu tidak akan terjadi, karena kau tau sendiri jika aku adalah wanita mandul jadi berhentilah bicara omong kosong!" ketus Azki setenang mungkin meski ucapan pria itu sudah berhasil membuat pikiran nya berkelana kemana mana.
Kini Khenet di buat bungkam oleh perkataan Azki, ia lupa akan kenyataan jika Azki adalah wanita mandul, namun harapan nya untuk Azki menjadi Ibu dari anak-anak nya sangat lah besar meski harus tanpa ikatan pernikahan.
Azki tau jika ia tidak akan mudah keluar dari perusahan Khenet, oleh karena itu ia membisik kan sesuatu di telinga Nayara. Mendengar perintah Azki, Nay pun segera melangkah keluar.
Tepat setelah ia mendengarkan deru mesin mobil, Azki pun membidik kan pistol nya ke arah saklar lampu, seketika lampu di perusahan itu menjadi redup dan perlahan lahan mengelap, melihat itu Azki segera berlari keluar dan segera melompat masuk ke dalam mobil yang di kendarai Nayara.
Dengan kecepatan tinggi Nayara mengemudikan mobil tersebut membelah jalanan yang sepi, dengan keahlian nya menyetir mobil ia yakin jika Khenet tidak akan berhasil mengejar mereka.
Azki menyenderkan kepala nya di sandaran kursi dan mulai memejamkan mata nya. "Kenapa kau bisa tiba di sana? apa kau tidak memiliki otak?" tanya Azki dengan mata terpejam namun dari ucapan nya terdengar jika perempuan itu sedang marah.
"Aku mengkhawatir kan kamu, aku tak ingin sesuatu terjadi padamu." jawab Nayara dengan suara pelan.
"Jika aku tak menembak kaki para pria itu mungkin saat ini kau sudah mati mengenaskan dengan banyak nya peluruh di tubuhmu! dan jika semua itu terjadi aku lebih baik mati dari pada hidup dalam rasa bersalah." kesal Azki dengan sifat ceroboh Nayara, meski dia yakin jika sahabat nya itu bisa melawan para bodyguard Khenet tapi jumlah mereka 2x lipat dari musuh-musuh yang biasa di temui Nayara.
"Ok, maafkan aku. Aku janji nggak bakalan ngelakuin itu lagi." cicit Nayara yang tau jika sahabat nya mengkhawatirkan keselamatan nya juga.
"Antar aku ke rumah utama, minta Fadel dan Brandon untuk memindahkan Erika ke pulau Z, aku akan menjemput Ayah, kita akan menggunakan jet pribadi untuk tiba di pulau Z." terang Azki kepada sang sahabat.
"What? kau akan meninggalkan kota ini secepat nya dan bagaimana dengan bisnis Paman di sini?" tanya Nay yang bingung dengan keputusan Azki.
"Perusahan sudah aku serahkan kepada Khenet, aku yakin pria itu akan mengembalikan kestabilan perusahan Ayah." balas Azki dengan senyum kecut, ia tidak sepenuhnya percaya jika pria itu mau membantu mengembangkan perusahaan Ayah nya terlebih pria itu mengatakan jika ia akan menghadiahi perusahan itu kepada Jerry, entahlah.
Share this novel