12. Siapa kau?

Romance Completed 6852

Setiap manusia ada batas kesabaran, namun apa yang di lakukan Khenet sungguh membuat Azki muak ia tak menyangka jika takdir mempertemukan ia dengan sosok pria yang begitu dingin dan angkuh seperti Khenet, seperti saat ini wanita cantik itu sudah hampir sejam lama nya menunggu dengan sabar sosok pria yang asik dengan dokumen-dokumen di depan nya. Kesal dan marah itu yang saat ini di rasakan oleh Azki, pasal nya sejak satu jam lama nya pria itu terus mengabaikan keberadaan nya. Stok sabar Azki pun habis, gadis itu menatap tajam pada sosok pria di depan nya.

Sebuah map berwarna biru di lempar kan oleh Azki tepat di meja kerja Khenet.

"Aku tidak peduli lagi dengan perusahan Ayah, oleh karena itu ambillah perusahan itu, aku yakin kelak perusahan itu akan berkembang di bawah naungan anda Sir Khenet. Selamat malam." seru Azki dengan wajah datar nya, ia pun berbalik dan segera melangkah keluar, ia tidak tahan lagi berlama lama dalam satu ruangan bersama pria dingin seperti Khenet.

"Aku tak membutuhkan perusahan yang sedang di ambang kebangkrutan! jika kau mau aku akan menghadiahi perusahan Ayah kamu untuk suami dan calon istri nya saja, bagaimana?" sindir Khenet yang mulai terprovokasi dengan setiap lontaran Azki yang begitu tajam.

Langkah Azki terhenti, ia mengepalkan kedua buku tangan nya hingga memucat. "Semua keputusan ada di tangan anda Sir! silahkan saja toh perusahan sebentar lagi coleps!." seru Anesya datar, ia pun segera berbalik dan berlalu pergi.

Sungguh Khenet membuat nya kesal setengah mati, ia memutuskan mengundurkan diri dari perusahan dan memberikan 20% saham nya beserta saham Ayah nya yang bila di gabungkan total saham yang di miliki mereka adalah 35% dan dengan gila nya pria itu mengatakan jika perusahan itu akan ia berikan kepada Jerry, sungguh pria tak memiliki otak, pikir Azki.

'Astaga kenapa ada manusia seperti itu di dunia ini, tapi terserah dia lah, mau memberikan ke Jerry atau pun yang lain bodoh amat!' gerutu Azki dalam hati.

Keputusan yang di ambil Azki semata mata ia ingin membawa pergi sang Ayah menjauh sejauh mungkin, ia ingin hidup damai dan tentram berdua dengan pria paru baya yang sangat di cintai nya, ia akan menemani hari-hari sang Ayah, kehidupan yang selama ini mereka jalani adalah kehidupan yang begitu sulit terlebih kehadiran Erika di antara diri nya dan juga sang Ayah membuat mereka sering berselisih paham.

Khenet menatap punggung Azki yang perlahan lahan menghilang seiring tertutup pintu ruangan nya, ia menatap tajam gadis itu, sorot mata nya yang begitu tajam menandakan kemarahan nya mulai tersulut, awal nya ia mengira kedatangan Azki untuk memarahi nya karena telah menarik sebagian investasi di perusahan Ayah nya, dan semua yang di lakukan Khenet semata mata hanya ingin Azki menemui nya, ia tak menyangka jika Azki akan bereaksi keras seperti itu. Awal nya Khenet tak berniat mengejar Azki, namun mengingat sorot mata wanita itu yang seperti menyiratkan sesuatu Khenet pun beranjak dan berlari keluar mengejar wanita itu, namun sayang pintu lift khusus milik nya baru saja tertutup yang menandakan jika Azki menaiki lift milik nya.

"Shiitt!" umpat nya kesal, tak ingin kehilangan jejak Azki, Khenet pun terpaksa menekan lift untuk para pegawai nya. Di dalam lift Khenet mondar mandir tak tentu arah, berulang kali ia mengeram kesal. Kekesalan nya kian menyeruak kala lift tersebut belum juga sampai di lantai dasar.

Azki memijit pelipis nya, ia tak menyangka jika kehidupan nya begitu menyedihkan, sejak memilih menikah di usia muda berbagai tantangan kehidupan terus merecoki kehidupan nya, pernikahan yang baru seumur jagung pun mulai goyah kala sebuah pengkhianatan suami nya dan setelah mengetahui fakta yang sesungguh nya kini ia di hadap kan dengan sosok pria angkuh seperti Khenet, menjauh adalah pilihan terbaik untuk Azki.

"Atur keberangkatan saya subuh nanti, pastikan tidak seorang pun yang mengetahui kepergian saya! dan pastikan juga jika perceraian saya beserta Jerry selesai dengan cepat nya. Dan satu lagi sabotase CCTV lift di perusahan Khenet secepat nya, takut nya pria itu mendengar pembicaraan kita!" titah nya pada seseorang yang menjadi lawan bicara nya.

Tak berselang lama setelah Azki menutup telpon tersebut, pintu lift pun terbuka. Mata nya melotot kala melihat sosok yang baru saja membuat emosi nya tersulut.

'Pria ini bagaikan hantu gentayangan.' gerutu Azki pelan dengan menghentak kan kaki nya kesal.

Khenet menatap Azki dengan sorot mata yang begitu tajam, tak ada senyum di wajah pria itu. Nyali Azki tak sedikit pun menciut kala mendapat sorot mata tajam pria itu, wanita itu pun membalas sorot mata pria itu tak kalah tajam nya. Setelah mengatur emosi nya, Azki pun mulai melangkah keluar dari lift, ia mengabaikan sosok pria yang berdiri di depan nya, baru saja dua langkah tungkai kaki nya melangkah melewati tubuh pria itu tangan nya di cekal dengan kuat nya.

Azki tak bergeming sedikit pun meski ia merasa kesakitan, namun ia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu.

"Apa yang kau rencanakan Azkila?" tanya Khenet dengan penuh penekanan dan jangan lupa tekanan tangan nya di pergelangan tangan Azki pun kian mengerat seiring emosi nya yang mulai tersulut saat Azki mengabaikan nya begitu saja.

"Bukan urusan anda!" ketus Azki dengan wajah datar nya.

"Jangan pernah berpikir untuk menjauh dariku Azkila, karena itu semua tidak akan baik untuk mu!" tekan Khenet dengan suara yang mulai naik satu oktaf.

"Dasar pria aneh! kau pikir aku akan takut dengan mu Sir Khenet!" Azki tertawa mendengar ancaman pria itu, namun satu yang tidak di ketahui Khenet jika Azki bukan lah wanita lemah yang akan takut atau pun merasa terintimidasi dengan ucapan para musuh nya.

Tanpa Khenet ketahui jika salah satu tangan Azki yang bebas mulai merogoh dalaman blazer nya, tepat saat Khenet hendak menyeret Azki sebuah pistol pun mengarah ke arah dahi nya. Khenet terbahak bahak, ia merasa gemes dengan Azki karena wanita itu mengancam nya dengan sebuah pistol mainan.

"Haha.. dari mana kau mendapatkan pistol mainan ini? jangan bilang jika kamu menyiapkan ini untuk menakuti ku, kau terlihat mengemaskan Azkila." gumam Khenet dengan menggeleng geleng kan kepala nya.

Azki memutar bola mata nya malas, sebuah senyum pun menghiasi wajah Azki namun perlahan senyuman itu pudar kala Khenet kembali menarik pergelangan tangan nya.

Dorr..

Dorr..

Dua tembakan di lepaskan Azki ke arah vas bunga yang berada di meja tunggu dan tembakan itu tepat mengenai vas bunga keramik itu hingga pecahan vas bunga itu terdengar kuat saat suasana lobby begitu sunyi lenggang. Tawa Khenet pun perlahan hilang, dan berganti dengan raut wajah pria itu yang kian mengelap dan begitu dingin.

"Siapa kau?" tanya Khenet yang mulai meragukan informasi yang di berikan Satria ketika ia melihat seringai licik di wajah Azki, kini kedua nya saling mengacungkan senjata ke arah masing-masing.

"Kau tak perlu tau siapa aku! sampai kau menjungkir balik kan dunia ini pun kau tidak akan mendapatkan informasi apapun mengenai siapa diriku sebenarnya!" balas Azki dengan tersenyum sinis, ia pun menghentak kan tangan Khenet dengan kasar.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience