Setiba nya di kantor, Khenet mulai mengotak atik laptop nya, ia memulai penelusuran mencari jejak terakhir Azki, ia yakin jika Azki mengasingkan diri nya di suatu tempat, ia yakin jika Satria mengetahui tempat-tempat yang menjadi aset keluarga Rahzheda namun sayang Satria tetap bungkam meski ancaman kerap kali ia lontarkan, oleh karena itu Satria tidak lagi menjadi asisten nya, Khenet memindai seluruh pekerjaan nya kepada Satria.
Awal nya Satria menolak, namun mengingat ucapan Murat terakhir kali sebelum keberangkatan mereka, Satria pun memilih mengambil alih pekerjaan Khenet demi menghindari pertanyaan pria itu mengenai keberadaan Azki saat ini.
"PAMAN TAU APA YANG TERJADI ANTARA KHENET DAN KILA, OLEH KARENA ITU JANGAN PERNAH MENGATAKAN APAPUN MENGENAI KEPERGIAN PAMAN DAN KILA APAPUN ALASAN NYA, PAMAN TIDAK INGIN KILA KEMBALI TERLUKA SAAT TAU SIAPA SOSOK PEMBUNUH KEMBARAN NYA. APA KAU MENGERTI?" ucapan itulah yang membuat Satria terus bungkam, meski diri nya merasa iba saat melihat keadaan Khenet yang kian hari begitu tak berarah, namun ia tak mempunyai kuasa untuk membantu pria itu.
Kata maaf selalu di lafal kan Satria dalam hati saat berada di dekat Khenet, ia dapat melihat kekalutan Khenet yang tak pernah di lihat nya saat menghadapi para musuh nya.
"Sabotase seluruh CCTV bandara yang terjadi sekira nya 8 bulan yang lalu, temukan keberadaan Azkila. Aku tunggu paling lambat 2x24jam dari sekarang!" titah nya kepada seseorang melalui sambungan telpon dan tanpa mau mendengar balasan dari lawan bicara nya Khenet langsung saja memutuskan panggilan tersebut.
Sudah 8 bulan berjalan, sosok Azki yang menghilang membuat pengaruh besar untuk Khenet, namun pria itu menyangkal keras mengenai ucapan Satria yang mengatakan jika diri nya mencintai Azki, bagi Khenet Azki ialah sosok wanita yang begitu unik, pasal nya meski wanita itu baru saja memergoki suami berselingkuh wanita itu terlihat biasa saja tanpa ada tangis, keketusan dan tatapan tajam Azki membuat Khenet begitu merasa tertantang untuk membawa Azki menuju ranjang nya untuk kedua kali nya, namun semua pemikiran nya tak sejalan dengan apa yang di rasakan nya sekarang, kali ini ia membenarkan perkataan Satria mengenai diri nya yang sudah mencintai Azki.
Sejak kepergian Azki, banyak staf di perusahan melihat keanehan dari sikap seorang Khenet, pasal nya pria yang biasa nya tampil perfeksionis dan sempurna di setiap keadaan, kini terlihat kacau dan berantakan, para staf tak terkecuali sekertaris nya sendiri merasa perubahan signifikan yang di tunjuk Khenet berasal dari seorang wanita yang sempat menjadi rumor di perusahan mereka.
Di sebuah kota tepat nya di sebuah rumah sakit terlihat gurat kecemasan tampak di wajah empat orang berbeda usia, pasal nya sejak sore tadi mereka terus saja mondar mandir di depan ruang operasi sudah 3 jam lama nya mereka menunggu tak satu pun dari pihak dokter maupun perawat mengabari kondisi seorang wanita di dalam ruang operasi itu.
Hingga tiba di mana seorang pria dengan raut wajah dingin dan datar menghampiri mereka, pria itu tampak marah ketika tau apa yang terjadi saat bukan dari pria tua itu, melainkan ia tau kebenaran ini dari para mata-mata yang ia kirim kan untuk mengawasi keamanan wanita yang sedang menjalani operasi itu. Ia kecewa dengan sosok yang sangat di segani nya karena tak sekalipun pria tua itu mengabari nya mengenai kondisi sang adik.
"Inikan yang Ayah ingin kan?" suara nya begitu jernih dan lembut namun menyirat banyak makna dalam setiap tutur kata nya.
Pria beruban yang sejak tadi menunduk pun seketika menengadah dan menatap sang putra dengan tatapan sayu penuh rasa bersalah, karena terlalu khawatir dengan kondisi anak perempuan nya ia sampai melupakan anak lelaki nya untuk di kabari.
"Maafkan Ayah, Ayah terlalu mengkhawatir kan adikmu hingga Ayah lupa mengabari kamu." ucap nya penuh sesal.
Ketiga orang yang juga berada di sana tampak terbelalak berulang kali mereka mengerjapkan mata untuk memastikan sosok di depan mereka. Setelah yakin mereka pun menunduk sebagai salam, ya meski hubungan mereka dekat tapi rasa segan kepada pria itu selalu ada.
Pria itu tak menanggapi lagi ucapan sang Ayah, kini langkah nya berjalan mendekat ke arah Nayara tanpa ekspresi, nyali Nay dan kedua sahabat nya pun menciut kala pria itu berjalan ke arah mereka.
"Nay, kau sungguh mengecewakan ku! ku kira dengan menaruh kamu di samping Kila, semua kecelakaan ini tidak akan terjadi, tapi nyata nya,,- "
"Maafkan aku kakak, ini semua kecerobohan ku, aku siap menanggung konsekuensi nya." ucapan pria itu segera di potong oleh Nayara dengan menunduk, ia tak berani menatap manik mata pria di depan nya.
"Aku mengampuni mu kali ini, tapi ingat kelahiran kedua keponakan ku jangan sampai di ketahui oleh pria itu! aku tidak ingin Kila berhubungan dengan keluarga pembunuh adik ku! biarkan semua ini menjadi rahasia kita selama nya, Kila beserta kedua anak nya tidak akan kekurangan kasih sayang dan cinta dari kita semua. Kamu tau apa maksud ku, bukan?" seru Giorgino penuh penekanan.
"Terima kasih kakak, akan aku selesai kan semua nya setelah Kila di perbolehkan pulang." balas Nayara dengan perasaan lega, karena tidak terkena kemarahan pria yang begitu mendominasi di depan nya.
Kedua pria di samping mereka pun hanya diam mencerna pembicaraan kedua orang tersebut, ada banyak pertanyaan yang mulai menjalar di pikiran mereka, ingin rasa nya mereka menarik Nayara dan meminta penjelasan wanita itu namun urung di lakukan mengingat kondisi saat ini yang tidak memungkin kan.
Penantian panjang mereka dengan penuh kekhawatiran akhir nya sirna ketika mendengar tangisan bayi yang sangat merdu dari balik pintu ruangan bersekat kaca itu, seketika bulir air mata mulai menetes di wajah mereka semua, ada rasa bahagia ketika mengetahui Azki yang sudah selesai di operasi namun seketika wajah mereka terlihat tegang ketika salah seorang dokter keluar dengan wajah penuh tekanan.
"Dok, apa operasi nya berjalan lancar?" tanya Nayara yang berada paling dekat dengan sang dokter.
"Nyonya Azkila mengalami indikasi saat proses operasi, keadaan beliau masih kritis dan sebentar lagi beliau akan di pindahkan ke ruang ICU, kedua bayi kembar nya baik-baik saja untuk jenis kelamin Nyonya melahirkan seorang anak laki-laki tampan dan seorang putri yang begitu cantik." jelas sang dokter.
"Apa kami bisa menemui ketiga nya dok?" kali ini Giorgio lah berbicara.
"Untuk Nyonya Azkila belum bisa, tapi untuk kedua bayi kembar nya sebentar lagi Tuan bisa menemui mereka setelah di bersihkan oleh para perawat." jelas nya lagi, setelah nya dokter itu pun pamit undur diri.
Mendengar penuturan sang dokter, seketika tubuh mereka tak terkecuali Murat terasa lemas, ia bagai di sambar petir di sore hari, ia tidak menyangka jika sang putri harus melewati masa yang begitu sulit tanpa ada sosok suami di samping nya, rasa sesak kian menyelimuti hati mereka semua, andaikan Tuhan mengijinkan Giorgio maupun Murat ingin menggantikan Azkila saat ini.
'Tuhan, hukuman apa lagi ini? apa karma atas dosa-dosa ku terdahulu kini kau beban kan kepada putri ku? sembuhkan ia Tuhan!' Murat merasa ini semua bagaikan sebuah hukuman atas dosa-dosa nya terdahulu, ia tidak sanggup melihat kesakitan yang di rasakan sang putri.
Share this novel