Azki tampak terheran ketika sesosok pria duduk di samping nya tanpa permisi, ia merasa risi berada di dekat pria asing, Azki pun hendak protes namun seketika ia terpana melihat ketampanan pria itu, pria dengan garis wajah tegas dan mendominasi, serta kulit putih bersih, tubuh berotot dan mata berwarna kecoklatan, menandakan pria itu adalah pria blasteran, namun segera ia tepis pikiran gila nya itu.
"Tuan, bisakah anda tidak duduk sembarangan! saya tidak membutuh kan teman, jadi pergilah." usir Azkila dalam kondisi setengah mabuk.
Satria yang mendengar nya hanya mampu menepuk jidat nya sendiri, ia yakin sebentar lagi Khenet akan
memperlihat kan sisi kekejaman nya, pasal nya tak ada seorang pun yang berani mengusir Khenet seperti itu, namun tanda nya ia salah besar, ia tak tau jika Azki akan seberani itu mengusir bongkahan es yang sulit sekali mencair seperti Khenet.
Satria pun hendak melangkah mendekati Azki namun dengan lirikan dari Khenet membuat ia mengurungkan niat nya.
"Apa aku mengganggu kesendirian kamu, Nona?" tanya Khenet dengan lembut.
"Ya, kalian para laki-laki sama saja, kalian semua brengsek. Pergilah, aku tak akan tertipu lagi dengan gombalan pria seperti kalian lagi." balas Azki dengan menunjuk wajah Khenet.
Khenet merasa gemas sendiri ketika melihat cara bicara Azki yang begitu lembut, dan satu lagi tangan wanita itu tak tinggal diam, ia memindai setiap inci wajah Khenet, tanpa di ketahui gerakan yang di lakukan Azki membuat tubuh Khenet membeku sempurna, detak jantung pria itu berdegup kencang. Mata Khenet terus saja menatap bibir ranum berwarna pink di depan nya, dengan gerakan cepat ia meraup bibir mungil di depan nya, ia menyesap dalam-dalam, gadis di depan nya pun tampak melotot, gadis itu mencoba memberontak namun lagi-lagi Khenet memperdalam ciuman itu sehingga gadis itu terlena dan mulai menerima ciuman lembut pria di depan nya. Azki pun membalas permainan pria itu, hingga pada detik berikut nya Khenet melepaskan ciuman itu memberikan asupan oksigen pada wanita yang berhasil mencuri hati nya.
"Dasar gila, kau hampir saja membunuh ku!" maki Azki dengan memukul dada bidang Khenet.
"Tapi kau menyukai nya bukan?" bisik Khenet sembari menjilati kuping Azki yang menurut nya sangat lah menggoda.
Azki dapat merasakan deru nafas berbau mint pria itu, membuat tubuh nya membeku sempurna, degup jantung nya pun memompa lebih cepat, desiran perasaan aneh dirasakan oleh nya saat ini, rasa nya ia ingin mengulang kembali ciuman panas yang pria itu lakukan barusan.
Seperti tau apa yang di pikirkan Azki, Khenet pun menarik tengkuk Azki dan mulai mencium nya lebih lembut dari sebelum nya, ciuman itu seperti menuntun kedua nya, Khenet yang sudah terbakar api gairah pun membisikkan sesuatu kepada Azki.
"Aku menginginkan kamu, baby. Jika kau bersedia ikut lah bersama ku." bisik Khenet dengan lirih.
Entah apa yang ada di pikiran Azki saat ini, tanpa berpikir panjang ia menyetujui permintaan Khenet tanpa ada paksaan dari pria itu.
Dengan senang hati, Khenet menggendong Azki ala bridal style melewati Satria yang membola akan apa yang di lihat nya barusan.
"Tuan, apa yang akan anda lakukan? jangan sakiti Azki." tanya Satria dengan bodoh nya.
Khenet pun mendekati Satria dan membisik kan sesuatu setelah nya ia berlalu pergi membawa Azki menuju privat room yang berada di lantai teratas club tersebut.
Satria masih berdiri mematung, ia meruntuki diri nya yang membiarkan Azki di bawah pergi oleh Khenet, entah apa yang akan terjadi saat kesadaran Azki kembali. Ia yakin jika kesadaran Azki kembali, wanita itu akan marah besar kepada Khenet dan pasti nya adu argumentasi akan terjadi antara mereka.
"Aahhh biarkan saja, biar sih Khenet tau siapa sosok yang sedang di hadapi nya." gumam Satria yang cengengesan mengingat tingkah Azki yang super kelewat gila.
Malam berganti pagi, sinar mentari pagi masuk melewati celah gorden yang tidak sepenuh nya tertutup, tubuh cantik wanita itu menggeliat saat terkena cahaya mentari, ia yang belum sadar sepenuhnya merasakan pening di kepala nya, dengan perlahan ia pun beranjak bangun, namun ia merasa ada sesuatu yang berat melingkar di pinggang nya, seketika matanya melotot saat mendapati tubuh nya yang tak mengenakan sehelai benang pun, namun sebisa mungkin ia mencoba tenang, mengingat kembali apa yang terjadi. Ia pun menepuk jidat nya.
"Astaga, apa yang telah aku lakukan? seharusnya aku bisa mengontrol emosi ku!" gumam nya, menyalahi kecerobohan diri nya semalam, namun mengingat pengkhianatan yang di lakukan suami nya beserta Vania, membuat ia tersenyum sinis.
Dengan perlahan Azki pun menurun kan lengan pria itu, ia menatap dalam pria itu.
"Sangat tampan!" gumam nya lirih dan berlalu masuk ke kamar mandi.
Tak ada rasa penyesalan sedikit pun dengan apa yang terjadi kepada diri nya, pikir nya itu balasan untuk Jerry karena telah berani mengkhianati pernikahan mereka.
Setelah memastikan Azkila masuk ke kamar mandi, perlahan Khenet pun membuka mata nya. Entah sejak kapan pria itu terjaga dari tidur nya, ia tersenyum mengingat pergulatan panas nya semalam bersama wanita yang di cintai nya. Ia telah berjanji untuk membantu menyelesaikan segala permasalahan pelik yang di hadapi Azkila, ia pun berjanji akan selalu memastikan keamanan Azkila dari orang-orang yang menginginkan kematian nya, ia akan mengerahkan beberapa pengawal untuk menjaga Azkila dari kejauhan.
Hampir sejam Azki membersihkan tubuh nya, tak berselang lama ia pun keluar, wajah nya merona merah saat mendapati pria yang tidur bersama nya semalam menatap diri nya yang hanya mengenakan kimono.
"Mengenai semalam, anggap saja tidak terjadi apapun di antara kita. Setelah aku pergi dari sini, kita akan kembali menjadi dua orang asing yang tak pernah saling mengenal." ucap Azkila menatap pria di depan nya.
Khenet tak terima, ia tidak ingin jauh dari Azki, apapun yang terjadi ia akan tetap berada di dekat Azki.
"Itu tidak akan terjadi! sampai kapan pun kau milik ku dan jangan coba-coba membuat tembok di antara kita." balas Khenet tak terima, ia sedikit kesal dengan pernyataan Azkila barusan.
"No, di antara kita murni kecelakaan di saat aku mabuk, okey!" Azki geleng-geleng kepala mendengar penuturan pria itu yang menyatakan jika diri nya adalah milik pria itu.
Penolakan Azki membuat darah Khenet mendidih, dengan satu hentakan Khenet menarik pergelangan tangan Azki sehingga gadis itu pun ambruk di atas dada bidang milik nya.
"Kematian sedang mengincar kamu, Azkila. Jadi berhentilah bersikap keras kepala, aku akan membantu mu menyelesaikan segala kekacauan yang di lakukan suami dan anggota keluarga kamu yang begitu serakah akan kekayaan Ayah kamu. Maka dari itu tetaplah menjadi wanita ku. Jangan pernah berpikir untuk menjauh dari ku." jelas Khenet menekan setiap ucapan nya, dan itu berhasil membuat Anesya membelalak kaget dengan setiap pernyataan pria itu.
'Dari mana pria ini tau mengenai rencana Jerry dan Vania? apa mungkin pria ini yang di maksud kak Satria?' membatin Azkila dengan bingung.
"Ok, aku setuju tapi dengan satu syarat. Kau tak boleh mencium ku tanpa seijin dari ku, bagaimana?" tanya Azkila masih dalam dekapan Khenet.
"Baiklah baby. Tapi ingat, jangan pernah berpikir untuk lari dari seorang Khenet, kemana pun kau pergi akan kutemukan kau kembali." balas Khenet menyetujui persyaratan Azkila, namun sebelum Azkila bangun ia pun mengecup bibir ranum yang seolah menjadi candu nya lagi, dan Azkila mendelik kesal ke arah nya.
"Ok, aku minta maaf, ini yang terakhir kali nya aku mencium kamu tanpa seijin dari kamu." ucap Khenet yang tau jika Azkila kesal dengan tingkah nya.
"Ya, sudah bersihkan tubuh mu, aku pergi dulu. Aku nggak mau Jerry curiga." balas Azkila dan hendak berlalu pergi, namun lagi-lagi Khenet menahan nya.
"Kita sarapan dulu, Satria sedang dalam perjalanan, setelah nya aku akan mengantar mu pulang." pinta Khenet.
"Baiklah, tapi bersihkan dulu tubuh mu." balas Azkila mengiyakan permintaan Khenet.
Share this novel