"H-halo Tuan." sapa Satria saat sudah menerima panggilan Khenet, wajah nya berubah pucat saat mendengar geraman dari Tuan nya.
"Apa kau sudah bosan hidup? aku meminta kamu untuk mencari Azki, bukan mala sebalik nya kau yang bagai di telan bumi!" desis Khenet tajam.
"S-saya sedang mencari Azki, tapi saya tidak menemukan nya di berbagai tempat Tuan termasuk perusahan nya." jelas Satria dengan berbohong.
"Kembali sekarang juga, mungkin sebentar lagi Azki yang akan datang dengan sendiri nya kehadapan saya, kau jangan coba-coba melindungi nya Satria, karena itu akan sangat fatal bagi kelangsungan hidup kamu!" ancam Khenet dengan seringai jahat nya.
"A-apa maksud anda Tuan? Azki akan menemui anda dengan sendiri nya, apa anda sedang memainkan sesuatu Tuan?" tanya Satria yang tau jika sesuatu pasti dengan di mainkan oleh Tuan nya.
"Kau akan tau sebentar lagi." seru Khenet lagi dan segera memutuskan sambungan telpon secara sepihak.
"Shitt!!" umpat Satria saat tau sambungan telpon tersebut telah di putus oleh Khenet.
Azki diam-diam menyimak obrolan Satria dan pria yang di kenal nya seminggu yang lalu. Tiba-tiba notifikasi pesan masuk ke ponsel Azki, ia meremas ponsel nya dengan kuat.
Braakkk
"Dasar keparat!" desis Azki dengan sorot mata tajam bak seperti singa yang di ganggu waktu tidur nya.
Ke empat orang di depan nya terperanjat kaget, mereka menatap Azki dengan sebuah tanda tanya.
"Ada apa, Kil?" tanya Nay yang melihat perubahan raut wajah Azki yang berubah menjadi dingin.
"Pria brengsek itu menarik seluruh investasi nya di perusahan Ayah, goncangan itu membuat para direksi marah dan besok pagi akan di adakan rapat internal untuk menyelesaikan masalah ini." jelas Azki dengan mengepal tangan nya dengan kuat.
"Maafkan kakak, Azki. Gara-gara ide kakak kamu harus masuk ke lingkaran Khenet." sesal Satria, ia meruntuki diri nya karena dengan tidak sengaja menjerat Azki masuk ke kehidupan gelap Khenet.
"Apa maksud kamu Satria?" tanya Brandon yang cukup familiar dengan nama yang di sebutkan Satria.
"Jangan bilang jika Khenet yang kau maksud adalah Khenet Hanthon Toricelly?" tanya Brandon lagi dan di anggukkin kepala oleh Satria.
"Gila! mana mungkin kau menjerumuskan Azki dengan pria kejam dan tidak berperasaan seperti Khenet!" sembur Brandon dengan marah, ia tidak tau apa maksud Satria menjerumuskan Azki ke dunia seorang pria bernama Khenet.
"Aku akan menemui pria gila itu sebelum rapat internal di mulai esok hari, kalian awasi wanita ular itu. Aku pergi dulu." ucap Azki dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Kakak akan temani kamu menemui Khenet." ucap Satria dan hendak beranjak dari duduk nya.
"Tidak, kakak tidak perlu mengkhawatirkan aku, aku sendiri yang akan menemui pria gila itu." tolak Azki, ia hanya takut jika Satria akan mendapatkan masalah ketika pria itu tau jika Satria sedang mengelabui diri nya.
"Baiklah, tapi berjanji lah untuk tetap waspada dan jangan memancing emosi Khenet seperti kala itu." seru Satria mengingat bekas cengkraman Khenet di lengan Azki yang sempat membiru.
Azki pun segera mengemudikan mobil nya keluar dari pekarangan rumah kecil tersebut. Di perjalan Azki memutar otak nya dengan keras, entah apa yang akan terjadi ketika pertemuan kedua mereka. Ia yakin pria yang menghabiskan malam panas bersama nya kala itu ialah pria dewasa dengan sejuta rahasia yang entah apa dan menghindar dari pria itu adalah jalan satu-satu nya, namun sayang baru saja ia merasa bebas pria itu mulai bermain dengan licik nya.
"Shiittt!" desis nya dengan kesal mengingat kesalahan nya malam itu yang dengan mudah nya terbawa gairah dengan pesona pria itu.
Sinar mentari berganti kan dengan rembulan malam, menempuh perjalanan panjang mobil yang di kendarai Azki pun mulai memasuki kota A, tak berselang lama ia pun akhir nya tiba di depan perusahan raksasa milik Khenet, tak dapat di pungkiri pesona Khenet dapat meluluh lantahkan pikiran Azki. Wanita bersuami yang sebentar lagi menyandang status janda itu bertekad untuk tidak masuk ke lubang yang sama di kali kedua dengan menjalin ikatan pernikahan dengan pria mana pun, trauma akan pengkhianatan pria yang sangat di cintai nya itu sungguh membuat nya menjadi sosok wanita yang begitu dingin dan tak tersentuh.
Setelah mengatur emosi dan mimik wajah nya, Azki pun segera turun dari mobil dan berlalu memasuki perusahan tersebut, suasana sepi menandakan tidak ada lagi aktifitas di perusahan itu namun melihat lampu seluruh perusahan yang masih menyala membuat Azki yakin jika pria itu masih ada di ruangan nya.
"Selamat malam,.apa Tuan Khenet ada di ruangan nya?" tanya Azki kepada salah seorang scurity.
"Selamat malam juga Nyonya, apa anda sudah membuat janji dengan Sir Khenet?" tanya sang scurity dengan menunduk hormat.
"Saya sudah membuat janji dengan Pak Satria, beliau meminta saya menemui Tuan Khenet di jam ini di ruangan nya juga." jelas Azki.
"Mari Nyonya saya antar kan anda ke lift khusus CEO." ajak sang scurity yang mulai melangkah menuju pojok kiri di mana lift khusus Khenet berada.
"Silahkan masuk Nyonya, saya hanya bisa mengantar anda sampai di sini." jelas sang scurity lagi.
"Tidak apa-apa Pak, terima kasih sebelum nya." balas Azki sopan.
Lima menit telah berlalu, angka di layar monitor menunjukkan ia sudah tiba di lantai teratas di mana ruangan Khenet berada. Dengan langkah yang begitu anggun, Azki berjalan menuju ruangan yang bertuliskan CEO Khenet Toricelly. Meski dengan kekesalan dan keterpaksaan Azki tetap berlaku sopan. Ia pun mengetuk pintu ruangan tersebut.
Tok..
Tok....
Tak ada sahutan dari dalam, Azki yang mulai kesal pun tanpa di persilahkan segera masuk, wanita itu segera memutar kenop pintu dan menyembulkan kepala nya mencari pria tersebut. Ia terpaku melihat keseriusan pria yang sedang sibuk dengan beberapa berkas di depan nya, namun sepersekian detik ia menggeleng kepala untuk tetap fokus pada tujuan nya menemui pria itu.
"Duduklah!" titah nya dengan dingin tanpa mengalihkan pandangan nya dari dokumen-dokumen di depan nya.
'Dasar pria batu!' membatin Azki yang masih saja berdiri.
"Jangan mengatai aku! duduklah. Aku selesaikan beberapa dokumen ini dulu setelah nya kita bicara." seru Khenet lagi dengan senyum tipis yang tidak dapat di lihat oleh Azki.
'What? seperti cenayang saja pria ini, dan kenapa juga ia bisa tau jika aku mengatai nya barusan. Bodoh amat!' membatin Azki lagi dan mulai menarik kursi yang berada di depan meja kerja Khenet.
Share this novel