Seorang pria dengan garis wajah yang begitu dingin sedang menahan amarah nya, pasal nya sejak siang tadi ada saja kesalahan yang di lakukan para pegawai di perusahan nya. Setiap orang yang berada di ruangan yang sama dengan sosok pria itu tampak mengeluarkan peluh yang mulai bercucuran di wajah mereka masing-masing.
"Apa ini pekerjaan kalian selama ini, haa?" amarah yang sejak tadi di tekan nya kini keluar sesaat asisten nya datang membawa sebuah file.
"Maafkan kami, presdir. Kami janji tidak akan ada lagi kesalahan seperti ini." ucap seseorang mewakili yang lain nya.
"Keluar!" teriak nya lagi. "Jika sekali lagi saya menemukan kesalahan, segeralah angkat kaki kalian dari perusahan saya!" ancam nya dengan marah.
Satria yang berada di samping nya tak berani berucap apapun, ia pun sama takut nya dengan para staf ketika melihat kemarahan dari sosok pimpinan nya.
"Bagaimana situasi di kota C? apa semua nya berjalan dengan lancar?" tanya Khenet kepada sang asisten.
"Semua nya berjalan dengan lancar, bos. Namun ada sedikit kendala yang terjadi di sana, tapi semua nya sudah terkendali." jelas Satria sedetail mungkin.
Setelah menanyakan itu, Khenet kembali sibuk dengan iPad di tangan nya. Melihat itu Satria pun pamit keluar, ia takut jika terkena kemarahan pimpinan nya, karena Khenet kerap sekali memberikan bogeman mentah ke arah nya tanpa tau apa yang sedang terjadi.
Terlahir dari keluarga broken home, membuat pribadi Khenet menjadi dingin, kebencian nya kepada seorang wanita bermula saat pengkhianatan sang Ibu yang tega berkhianat kepada Ayah nya.
Perpisahan kedua orang tua menjadi acuan untuk Khenet menutup hati nya rapat-rapat, ia membentengi hati itu dengan tembok kebencian akan seorang perempuan. Kepercayaan nya kepada sosok perempuan tak ada lagi, ia berjanji kepada diri nya untuk tidak tertarik pada sosok yang mengingat kan kejadian kelam malam itu.
Terlahir sebagai anak semata wayang, menjadi kan Khenet sebagai pewaris utama kekayaan Toricelly. Meski menjadi seorang pewaris tunggal, namun semua yang di dapat oleh Khenet bukanlah campur tangan sosok sang Ayah melainkan ia membangun sebuah perusahan besar dengan kerja keras nya sendiri. Ia berhasil menjadi pribadi yang tangguh, siapa yang tak tau, di umur nya yang baru beranjak 28 tahun, sosok Khenet sudah menjadi pengusaha yang menduduki peringkat kedua di dunia bisnis.
Hari demi hari di habiskan oleh Khenet dengan pekerjaan yang tak ada habisnya, meski memiliki harta melimpah tak membuat Khenet menjadi pribadi yang baik, bisnis yang di lakoni nya juga ada yang ilegal, seperti penyeludupan senjata, pengedaran obat terlarang, hukum seperti patuh di bawah kepemimpinan nya. Khenet termasuk pria yang kebal akan hukum, jika ia terlibat sesuatu pasti akan segera terbebas dan kasus nya pun akan segera di tutup saat itu juga.
Hampir 7 jam lama nya ia sibuk dengan beberapa file penting yang di antar oleh sang sekertaris. Satria menjadi sosok pria kepercayaan nya, Satria pun mendedikasikan diri nya hanya untuk Khenet seorang. Apapun yang terjadi ia akan tetap berdiri di samping pimpinan nya.
Setelah merasa semua pekerjaan nya selesai, Khenet pun beranjak dari kursi kebesaran nya dan melangkah keluar dari ruangan nya. Ia tampak mengedarkan pandangan nya ke segala arah, namun tak menemukan sosok Satria di sana, ia begitu kesal dengan Satria.
"Kemana Satria?" tanya nya datar kepada sang sekertaris.
"Tuan Satria sedang merokok di luar perusahan, Tuan." jelas sang sekertaris mengingat pesan Satria sebelum kepergian nya.
Tanpa mengucap kan terima kasih, Khenet melenggang pergi menuju lift khusus milik nya. Satria belum juga menyadari sosok yang berdiri di belakang nya, ia masih saja menikmati nikotin di tangan nya, ia kaget kala bahu nya di remas, segeralah ia membuang rokok tersebut.
"Maafkan saya bos, saya tidak akan mengulangi nya lagi." ucap nya dengan cepat.
Khenet pun mengangguk, Satria dengan cepat nya berjalan membukakan pintu mobil untuk sang bos. Kini kedua nya sudah berada di dalam mobil. Tampak Khenet memijit pelipis nya, ia merasa pening seharian ini.
"Bos, Alexander saat ini sedang berada di club milik anda, menurut orang-orang kita, di sedang melakukan transaksi di sana. Apa kita akan kesana memastikan itu semua?" tanya Satria.
"Antar saya kesana, jangan ada pergerakan apapun, cukup di pantau saja." balas nya sekenan.
"Baik bos." balas Satria.
Di lain tempat, tepat nya di sebuah rumah mewah tampak seorang wanita sedang menunggu kedatangan suami nya. Ia terus saja mondar mandir kesana kemari menantikan kedatangan suami nya hingga larut malam, namun yang di tunggu tak kunjung datang.
"Nggak biasa nya, Mas Jerry pulang hingga larut malam seperti ini." gumam nya lirih, mata nya terasa begitu berat, ia pun yang bosan menunggu memilih kembali ke kamar nya, rasa kantuk yang sejak tadi di tahan nya tak dapat di tahan lagi. Wanita cantik itu pun berlalu kembali ke kamar nya, ia membaringkan tubuh nya, entah sudah berapa lama ia tertidur, tangan nya terulur ke samping tempat tidur, ia merasa kosong, dengan mata berat ia pun kembali bangun.
"Udah pukul dua, Mas Jerry belum juga kembali?" gumam nya lagi, ia pun turun dari ranjang, rasa haus di kerongkongan membuat ia harus turun ke dapur. Wanita cantik itu pun perlahan menuruni anak tangga, langkah nya terhenti saat samar-samar ia mendengar desahan dua orang dari arah kamar tamu, dia begitu mengenali suara itu, itu adalah suara Jerry dan Vania sepupu nya. Dan benar dugaan Azkila mengenai hubungan spesial antara suami dan juga sepupu nya.
Betapa hancur nya hati Azkila, jika suami yang sangat di cintai nya telah mengkhianati pernikahan mereka bersama orang terdekat nya.
"Akan ku balas kalian. Enak saja berselingkuh dan berzina di rumah ku seenak jidat kalian!" Azkila benar-benar marah, namun sekuat tenaga ia mencoba tak menangis. Ia menahan gemuruh di dada nya yang hendak meledak, ia tidak ingin melakukan kesalahan, yang di pikir nya saat ini adalah bermain cantik tanpa ada kekerasan.
Azkila bertekad membalas kan semua pengkhianatan Jerry dan Vania dengan bermain cantik, ia akan memberi mereka sebuah kejutan di hari yang tepat. Ia tak peduli lagi dengan apa yang akan di lakukan Jerry, ia akan fokus mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan mereka.
kegagalan bukan akhir dari keberhasilan
Share this novel