Azki terus saja menatap pria di depan nya tanpa berkedip. Pria itu terlihat seperti sedang menahan kekesalan dan amarah nya sesaat diri nya membalas perkataan pria itu
Dengan cepat Azki tersadar, wanita cantik itu secara cepat mengalihkan tatapan nya ke arah luar jendela, entah perasaan apa yang sedang menyerang tubuh nya, jantung nya berdetak lebih kencang. Jujur pertemuan mereka membuat tubuh nya bergejolak, desahan malam itu seakan berputar putar di otak nya. kembali.
"Apa tidak ada yang ingin kau jelaskan kepada ku? kemana kau selama ini?" suara itu begitu lembut namun penuh dengan keingin tahuan.
"Ini poin-poin kerja sama kita, Sir." seru Azki sembari menyodorkan map berwarna biru ke arah Khenet.
Lagi-lagi Azki menunjukkan keberanian nya, dan itu membuat darah Khenet mendidih. Kekesalan nya kian menyeruak kala Azki terus saja membalikkan ucapan nya.
"Kemana kau selama ini?" sentak nya dengan sorot mata tajam, entah kapan pria itu beranjak hingga tangan nya saat ini sudah mencengkram dagu Azki dengan kuat.
"Ayolah Sir, aku tak mengenal anda, mengapa kau berlaku kasar seperti ini?" Azki dengan tenang nya bertanya, tak ada rasa takut di manik mata kecoklatan nya.
Kali ini genggaman tangan Khenet di wajah Azki kian mengerat, Azki menahan rasa sakit itu, ia tidak ingin terjerat lagi dalam pesona pria di depan nya, tak dapat di pungkiri sejak kejadian 8 tahun lalu, ada sebuah rasa rindu terhadap pria di depan nya, namun semua itu coba ia kubur dalam-dalam, ia tak ingin menarik banyak orang lagi, meski ia tau seberapa besar pengaruh pria itu, sakit yang ia rasakan kala menebar benih kebencian pada orang-orang terdekat nya tak sebanding dengan kehilangan nyawa mereka, ia ingin semua orang berbahagia meski nyawa nya menjadi taruhan.
Tanpa kedua nya sadari sejak interaksi pertama mereka, ada beberapa orang yang sudah mengambil potret mereka, semua potret itu segera di kirim kan kepada seseorang.
Tak berselang lama, ketegangan di antara kedua nya perlahan mereda kala seorang wanita cantik datang dan bergelayut manja.
"Sayang, kamu di sini juga." seru seseorang yang sedang berdiri di belakang Khenet.
Mendengar suara itu, Khenet mengeram kesal, dengan kehadiran gadis itu berhasil membuat Azki tersenyum sinis. Dengan satu hentakan Azki menepis kasar tangan Khenet di wajah nya.
"Saya kira kerja sama di antara kita tidak bisa di lanjutkan lagi, maka dari itu terima kasih atas waktu luang anda, Tuan Khenet!" ucap Azki dengan sorot mata tajam nya, ia tak merasa risih dengan apa yang baru saja pria itu lakukan, ia merasa bahagia bisa melihat sorot mata tajam penuh kekesalan pria itu lagi setelah delapan tahun lalu.
"Hey, kau tak tau siapa yang sedang anda tolak Nona! jangan bilang jika kamu hanya ingin terlihat berdua dengan tunangan ku saja!" ejek Jasmine dengan mata melotot tajam.
"Siapapun tunangan anda, itu tidak penting bagi perusahan saya! dan untuk anda Nona, tak perlu membuang waktu ke perusahan saya sebentar nanti, karena anda tidak layak menjadi model ambasador di peluncuran produk baru saya!" suara Azki begitu lembut namun penuh dengan penekanan.
"Kau!" bentak sang gadis dengan wajah memerah.
Tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Azki pun meraih ponsel dan juga tas nya dan beranjak pergi dari hadapan kedua orang yang sudah berhasil membuat mood nya rusak. Meski saat ini mereka menjadi tontonan, Azki tak memperdulikan nya. Yang ia pikirkan sekarang yaitu pergi sejauh mungkin dari sosok Khenet, ia yakin jika pria itu tidak akan membiarkan diri nya lolos untuk kedua kali nya.
"Jasmine bukan tunangan ku, kau harus percaya itu!" seru Khenet menjelaskan.
Langkah Azki terhenti mendengar penjelasan pria itu, dengan cepat ia membalikkan tubuh nya. Senyum manis menghiasi wajah nya.
"Apa peduliku!" balas Azki telak dan berhasil membuat tubuh Khenet membatu. Setelah nya ia pun berlalu pergi dari sana.
Sesaat tubuh nya membeku saat sudah keluar dari restoran tersebut kala melihat siluet seseorang yang cukup di kenal nya berdiri dengan sorot mata tajam mengarah ke arah nya dari seberang jalan. Perlahan Azki pun mengedarkan pandangan nya, bayangan beberapa pria tampak sedang mengawasi diri nya dari arah yang cukup dekat. Tangan nya yang semula menjinjing tas nya perlahan di masuk kan nya ke dalam untuk meraih sesuatu.
"Azkila tunggu." bariton itu membuat konsentrasi Azki terpecah bela.
"Shiittt!" umpat nya dengan bingung, meski sudah terlatih ia tidak mungkin menunjukkan jati diri nya di depan pria itu.
Ia tidak mungkin membiarkan Khenet mendekati nya di saat para musuh nya sedang berada di jarak yang begitu dekat dan kapan saja mereka bisa melepaskan tembakan, dan tentu nya Azki tidak ingin Ayah dari kedua anak nya itu menjadi korban keganasan para musuh nya.
"Jangan dekati aku, Khen! please kembali lah ke dalam." mohon nya dengan tubuh yang masih membelakangi pria tersebut.
"Tak semudah itu, ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanya kan kepadamu, ikutlah bersama ku." bujuk Khenet dengan terus melangkah mendekati Azki.
"Khen, kau akan menyesali nya jika kau berani mendekatiku sekarang. Menjauh lah, Khen!" teriak Azki dengan menekan ucapan nya, saat ia melihat siluet seseorang yang sedang menarik pelatuk dengan pistol mengarah ke arah mereka.
Khenet tak menggubris ucapan Azki, langkah nya semakin mantap mendekati wanita nya, pada saat ia hendak menarik tubuh Azki, saat itu juga Azki berbalik dan mendorong nya menjauh.
Dor...
Praankkk
Suara tembakan itu mengagetkan para pengunjung restoran saat satu peluruh itu melesat ke arah pintu kaca restoran.
"Azkila!" teriak Khenet dengan perasaan takut akan sesuatu terjadi kepada wanita nya.
"Diamlah!" bentak Azki dengan mata melotot tajam.
Setelah nya, ia pun mulai mengarah kan pistol nya ke beberapa titik, satu persatu siluet para pria yang mengawasi nya berjatuhan. Kini pandangan Azki mengarah pada sosok pria di seberang jalan. Tak ingin pria itu lepas, tas yang semula di jinjit nya ia lemparkan ke arah Lucas yang sudah berdiri mematung di depan mobil.
"Jangan ikuti aku, Lucas! dan tahan pria itu!" titah nya dan dengan langkah besar ia pun mulai berlarian mengejar pria yang berada di seberang jalan.
Satria yang berada di dalam mobil bersama Elang, tampak kaget kala mendengar suara tembakan, kedua nya pun segera turun dengan pistol yang sudah siap mereka bidik kan pada musuh, namun Satria membelalak kaget saat melihat siluet seorang wanita yang berlarian di depan mobil mereka, ia pun tau apa yang sedang terjadi. Dengan kelihaian nya ia pun mengejar Azki, ia tidak ingin sesuatu menimpa sepupu nya itu, tak jauh dari Satria tampak sosok Khenet juga berlari mengejar mereka.
"Alihkan para pria yang berada di belakang ku, cepat!" ucap nya pada seseorang melalui earpiece yang sudah ia kenakan sesaat sebelum pertemuan nya dengan Khenet.
"Anda tak perlu mengejar nya White, biarkan kami yang mengejar nya." balas orang tersebut.
"Pria gila itu bagian ku, kalian tak perlu ikut campur, ikuti saja perintahku!" ucap nya dingin.
"Baik, White." balas orang itu lagi dengan patuh.
Share this novel