Setelah pertengkaran hebat di antara mereka dua hari yang lalu, kini hubungan pernikahan mereka pun kian retak tak tentu arah, namun Azki dengan seribu kepintaran nya diam-diam menyuruh salah satu anggota tim nya untuk mengumpul kan bukti perselingkuhan Jerry dan Vania agar kelak perceraian di antara mereka berjalan lancar tanpa hambatan.
Suara ketukan bolpoin yang menghantam meja marmer terdengar cepat. Entah apa yang sedang di pikirkan pria bermanik mata kecoklatan itu, pandangan nya lurus ke depan tanpa mengedip.
Tangan kanan nya sibuk memainkan pulpen dengan cara mengetuk nya di atas meja kerja nya, suara derit pintu yang terbuka bahkan ia abaikan.
"Tuan, apakah anda sakit?" tanya Satria dengan dahi yang mengerut, tak biasa nya ia melihat sang bos yang tidak bersemangat.
"Apa aku terlihat seperti orang sakit?" bukan nya menjawab, Khenet mala balik bertanya di ikuti dengan sorot mata tajam nya.
Satria terlihat salah tingkah sendiri, ia baru saja sadar jika sang bos bisa berubah menakutkan dan siap menerjang siapapun jika mengganggu konsentrasi nya.
"Anda terlihat tidak bersemangat Tuan." ucap Satria dengan hati-hati sembari menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
'Jangan bilang jika bos sedang memikirkan Azki' tebak Satria yang merasa aneh sejak kemarin, di mana sang Tuan menghubungi Azki namun tak kunjung di angkat.
"Apa anda ingin saya menghubungi Azki dan meminta nya datang kesini?" tawar Satria dengan nada pancingan.
"Sudahlah, wanita itu pasti tidak akan menjawab panggilan mu juga!" kesal Khenet saat seharian penuh kemarin ia menghubungi Azki namun tak kunjung mendapatkan balasan hingga pagi ini.
"Kan belum di coba, Tuan. Azki pasti mau menerima panggilan dari saya." ucap Satria dengan percaya diri.
Khenet tak langsung membalas ucapan Satria, ia menegak kan tubuh nya dan kembali bersandar di punggung kursi sembari menghembuskan nafas frustasi.
Tak berselang lama, sambungan telpon itu pun tersambung.
"Datanglah ke Emirate group jika kau tidak sibuk." pinta Satri dengan suara lembut namun penuh penekanan.
"Maaf, jika boleh tau ini siapa yah?" tanya seseorang yang menerima telpon Azki.
"Anda yang siapa? mengapa ponsel Azki ada padamu?" tanya Satria dengan nada gusar, pasal nya saat ini sambungan telpon itu tersambung namun bariton yang menerima panggilan itu seorang pria. Ia menatap wajah memerah Tuan nya saat tau panggilan itu di terima oleh seorang pria.
"Apa itu penting bagi anda untuk tau siapa saya? saya kekasih Azki! ada urusan apa anda menghubungi kekasih saya?" tanya Fadel dengan suara menantang namun menahan tawa nya, ia pasti tau jika wajah kedua pria di seberang sana pasti begitu kesal dan sangat marah.
"Berikan ponsel nya kepada Azki! katakan jika Satria menelpon nya saat ini!" tekan Satria sekali lagi.
"Oh maaf, kekasih ku sedang berada di kamar mandi, nanti saya akan beritahu dia mengenai telpon anda. Ya sudah saya tutup dulu, bye!" balas Fadel dan tanpa rasa takut, pria berwajah oriental itu pun memutuskan sambungan telpon tersebut tanpa mendengar balasan Satria.
"Hahahaha" tawa keempat orang itu pun pecah, Azki tau jika saat ini pasti sang kakak sedang di marahi pria arogan yang berhasil meniduri nya.
"Kil, kau sungguh gila! kau tau bukan siapa pria itu?" tanya Fadel dengan kesal nya.
"Tenang saja, aku yakin setelah ini pria arogan itu tidak akan mengusik kehidupan ku lagi, terlebih ia benci dengan wanita yang suka menjajakan tubuh nya kepada pria lain, dan aku yakin setelah ini ia pasti tidak mengusik ku lagi." balas Azki dan ketiga sahabat nya hanya geleng-geleng kepala melihat keusilan Azki, namun jauh di lubuk hati ketiga nya, mereka bahagia melihat Azki kembali tersenyum bahagia setelah apa yang di lalui nya beberapa hari ini.
Satria tampak meruntuki diri nya, jika saja ia tak menawarkan sebuah panggilan untuk Azki mungkin ia tidak akan terjebak dalam situasi menakutkan seperti saat ini. Melihat wajah memerah dan kepalan tangan sang Tuan, ia yakin jika pria itu pasti sedang dalam suasana hati yang begitu buruk.
"Tuan, jangan dengar kan ucapan pria barusan, saya yakin Azki tidak akan melakukan semua itu." bujuk Satria dengan penuh keyakinan.
"Cari keberadaan Azki dan seret wanita itu kesini!" titah nya dengan sorot mata memerah menahan amarah nya.
"Ba-baik Tuan." balas Satria dan berlalu keluar dari ruangan tersebut.
Satria tau jika ini semua pasti akal-akalan Azki, wanita itu pasti sedang mencari celah untuk tidak terlibat lebih jauh dari Tuan nya, tempat yang saat ini ingin Satria kunjungi adalah tempat rahasia Azki beserta ketiga sahabat, ia yakin jika saat ini mereka pasti berada di sana.
'Azki kenapa kau bodoh sekali! andaikan kau tau apa yang bisa di lakukan Khenet, kau pasti akan meruntuki dirimu sendiri!' runtuk Satria dengan kegilaan Azki.
Dua jam menempuh perjalanan, mobil Satria berhenti tepat di sebuah rumah kecil di tengah-tengah hutan, tanpa rasa takut Satria pun turun dan mulai memasuki pagar kayu tersebut. Setiap langkah nya terlihat seperti memindai seluruh area hutan, ia takut jika kedatangan nya di ikuti oleh orang suruhan Khenet, namun ia bernapas lega saat tak melihat siapapun di area sana, tanpa mengetuk pintu, Satria dengan langkah cepat mendorong sebuah pintu, ia pun segera turun ke bawah, alangkah terkejut nya ia saat mendapati sesosok perempuan paru baya yang sangat di benci nya, ia pun tersenyum sinis dan berjalan ke arah perempuan itu.
Satu tamparan keras mengenai pipi wanita itu, merasakan pipi nya yang terasa panas, wanita itu pun mengerjap kan kedua mata nya ia begitu terkejut melihat siapa di depan nya saat ini.
"K-kau! bukan nya kau sudah mati!" teriak wanita itu dengan gugup, ia yakin dengan penglihatan nya saat ini.
"Hahahaha, apa kau terkejut melihat aku, Erika?" gelak tawa Satria begitu menakutkan, ke empat orang yang berada di sebuah ruangan pun terhenyak kaget mendengar suara itu, mereka pun telah bersiap siap mengarah kan pistol ke arah lurus, mereka takut jika tempat mereka saat ini telah di ketahui, Azki menajamkan penglihatan nya, ia yakin jika pria itu pasti Satria, ia pun meminta ketiga sahabat nya untuk menurunkan pistol mereka.
"Turunkan pistol kalian, itu kak Satria." titah Azki dan berjalan mendekati kedua sosok yang sedang beradu tatapan tajam.
"Kau milik ku Azkila, tak akan aku biarkan kau di miliki pria lain!" gumam pria itu dengan marah nya.
Share this novel