Beberapa orang yang di perintah kan Azki tampak mengalihkan perhatian Satria dan Khenet, kedua pria itu terus saja mengejar seseorang yang di yakini mereka adalah Azki, namun sesaat setelah mereka memasuki sebuah bangunan kosong, orang yang di kejar mereka pun menghentikan langkah nya, ia pun perlahan melepaskan rambut palsu yang ia kenakan dan membuang nya.
"Siapa kamu? di mana Azkila!" bentak Khenet dengan sorot mata tajam nya.
"Apa maksud anda, Tuan? saya tidak mengenal nama yang anda sebut kan." balas nya dengan tenang.
Khenet mendekati pria itu dan menarik kerah baju nya, cengkraman Khenet menguat, pistol yang ada di genggaman nya ia arahkan ke pelipis pria itu.
"Katakan dimana dia!" tanya nya dan kembali menekan pistol itu ke pelipis pria tersebut.
"Sudah aku katakan aku tidak tau!" bentak nya tanpa rasa takut.
Tiba-tiba ketegangan di antara mereka, teralihkan saat beberapa pria berbadan besar mendekat ke arah pria itu.
"White tertangkap, pria itu berhasil menjebaknya." bisik seseorang kepada pria yang di cengkram Khenet, Khenet samar-samar mendengar kan pembicaraan kedua pria itu. Mendengar informasi dari anak buah nya, seketika pria itu menepis keras tangan Khenet.
Raut wajah pria itu mengelap seiring mendengar informasi rekan nya, namun ia teringat akabn GPS yang ada pada inti tubuh White. Ia pun segera menghubungi seseorang.
"White di jebak oleh Derill Greek, lacak keberadaan White sekarang sebelum Romanov menemukan keberadaan nya!" titah nya pada seseorang yang di hubungi nya barusan.
Sejak tadi Satria diam, bukan karena tidak ingin ikut campur namun sesaat melihat wajah pria itu ia samar-samar mengingat jika pria itu adalah pria beberapa tahun yang lalui bersama Azki, Satria yakin jika White yang di maksud pria itu adalah Azki, dengan langkah mantap Satria menodongkan pistol nya ke arah jantung pria itu.
"Doubel Shittt!" umpat sang pria saat mengenali Satria.
"Berhenti berpura-pura, Gredy. Jika sesuatu menimpa Kila, kau akan menjadi sasaran amukan Paman Murat, kau tau bukan kemarahan Paman bisa memusnahkan kota-kota besar dalam sekejap! jadi katakan apa yang terjadi, dan di mana Kila saat ini?" sentak Satria dengan wajah garang nya.
"Apa saya mengenali anda, Tuan?" tanya pria bernama Gredy dengan tenang nya.
"Hahaha, apa kau pikir aku memiliki ingatan yang lemah! kau salah Gredy, karena sekali melihat mu aku sudah sangat mengenali siapa kamu dan apa hubungan mu dengan Kila." sindir Satria dengan pistol yang masih berada di pelipis Gredy.
"White!!" teriak Gredy.
Satria maupun Khenet menoleh ke arah belakang mereka di mana pria itu memanggil nama White, di saat Satria maupun Khenet lengah di saat itu juga Gredy menghilang.
"Siall!" umpat Khenet dan Satria bersamaan saat tau Gredy membohongi mereka.
"Tuan, sebaik nya kita kembali ke restoran." ajak Satria.
"Hhmmm." balas Khenet dengan deheman.
Kedua pria tampan itu pun segera melenggang pergi dari bangunan tua tersebut, di perjalanan kedua nya tampak hanyut dalam pikiran masing-masing. Setiba nya di sana, Satria segera menghampiri Lucas, pria yang di kenal nya sebagai supir kepercayaan Gio.
"T-tuan Satria." cicit Lucas dengan keterkejutan nya.
"Lama tak jumpa, Cas. Bagaimana kabar kamu, dan sejak kapan kamu bekerja dengan Nona muda?" sapa Satria dan kembali memberondong pertanyaan demi pertanyaan pada Lucas.
"Saya baik, Tuan Satria. Untuk pertanyaan anda, maaf saya tidak memiliki hak untuk menjelaskan, anda bisa menanyakan itu kepada Tuan muda, saya permisi dulu, Tuan." balas Lucas dan segera mengundurkan diri dari hadapan Satria yang masih mematung di tempat nya.
Lucas yakin jika Satria kaget dengan pernyataan nya, namun ia tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan segala nya di saat Tuan muda tak memberikan ijin untuk menjelaskan apapun.
Kening Satria mengerut saat mendengar kata Tuan muda, ia yakin jika banyak hal yang ia lewatkan, namun mengingat di sana bukan hanya diri nya, ia pun mengurungkan niat nya untuk mengejar Lucas, ia berjanji akan mencari tau segala nya.
Di dalam mobil, tampak Khenet sedang melamun, entah apa yang sedang di pikirkan pria itu, banyak sekali pertanyaan di kepala nya, ia pun memilih memendam pertanyaan itu dan memilih memejamkan mata nya.
Di lain tempat, seorang wanita cantik sedang duduk di kursi dengan tubuh terikat, tak ada raut ketakutan sedikit pun di wajah wanita itu, ia begitu tenang dan tidak memberontak sedikit pun. Mata nya begitu tajam menatap pria yang sedang duduk merokok di depan nya.
"Kita bertemu lagi, Baby. Aku sangat merindukan kamu!" ucap sang pria dengan seringai licik.
"Hooo, senang berjumpa dengan mu lagi, PSIKOPAT!" balas Azki dengan senyum mengejek saat menekan kata terakhir nya.
"Ya, aku pria gila, aku tergila-gila karena kamu, Baby. Aku ingin mendengar desahan indah mu saat kau berada dalam kungkungan ku! hahaha." pria itu terbahak bahak saat pikiran kotor nya mulai memikirkan lekuk tubuh Azki.
Azki memutar bola mata nya dengan malas, sungguh ia merasa jijik duduk berhadapan dengan pria sok tampan di depan nya.
"Sayang nya aku tidak suka dengan pria yang memiliki ukuran penis kecil seperti kamu, Derill. Baru juga masuk, udah keluar dengan cepat nya. Kau payah dalam memuaskan wanita, bukan begitu, Derill!" ejek Azki dengan tersenyum sinis.
Derill meradang saat wanita di depan nya merendahkan harga diri nya di depan para anak buah nya, ia pun berdiri dan menampar pipi Azki dengan kuat nya, mendapat perlakuan seperti itu Azki kembali tertawa.
"Hahaha, kenapa kau marah? jadi desas-desus yang aku dengar benar ada nya bukan. Cheekkk, memiliki uang dan kekuasaan tak menjamin seorang wanita bisa terpuaskan oleh permainan ranjang mu, oleh karena itu aku sarankan, lebih baik pergilah ke luar negeri dan lakukan pengobatan untuk penis kecil mu itu. Agar kelak aku bisa mempertimbangkan untuk tidur dengan mu!" sekali lagi Azki memancing emosi Derill.
"Diam! kau wanita gila!" teriak Derill dengan amarah membuncah.
Dengan satu hentakan ia menarik paksa blazer yang di kenakan Azki hingga tersisa lah tang top berwarna putih yang menutupi kemolekan tubuh nya. Perlakuan Derill tak membuat Azki memberontak, melainkan wanita itu tetap tenang, ia ingin melihat sampai di mana keberanian pria itu akan melucuti seluruh pakaian nya.
"Apa kau takut, Baby? aku akan melakukan nya dengan lembut." ucap Derill dengan tangan yang mulai bergerilya di tengkuk Azki, pria itu pun tak segan-segan mengecup tengkuk Azki.
Tanpa di sadari pria itu, Azki perlahan melepaskan ikatan tali pada tangan nya. Dengan cepat Azki meraih pistol yang berada di balik paha belakang nya. Saat mendapatkan pistol tersebut, Azki segera beranjak dan menodongkan pistol tersebut ke arah kepala Derill.
"Kau, sudah melewati batasan mu, Derill. Maka dari itu, kau harus mati sekarang juga!" desis Azki dengan sorot mata yang begitu tajam, bagaikan singa yang siap menerkam para mangsa nya.
Dor
Dor
Dua tembakan mengenai kepala Derill, seketika tubuh pria itu terhuyung dan jatuh ke lantai dengan mata terbelalak. Para anak buah Derill yang berada di luar pun segera memberondong masuk, aksi tembak-menembak pun mulai terjadi di kamar mewah Derill, tak terima Tuan mereka mati dalam keadaan mengenaskan, pria-pria bertubuh besar itu pun terus memborbardir tembakan mereka ke arah Azki.
"Arrgggkkk." desis seseorang dengan kuat, saat salah satu peluruh menembus pundak nya.
Entah siapa yang menjerit kuat itu, yang pasti kamar yang semula bersih dan rapi itu seketika menjadi lautan darah.
Share this novel