Sementara di belahan kota lain, Azki baru saja tiba di perusahan miliknya. Seras Corp adalah perusahan besar yang di dirikan oleh Gio 6 tahun lalu, perusahan itu di berikan Gio sebagai hadiah untuk Sera dan Sena dan tentu nya harus di kelola oleh Azki sendiri. Sedangkan Gio memilih menjalankan perusahan nya yang berada di Kota Y.
Seluruh tatapan staf kantor mengarah pada nya ketika suara hak Stiletto yang di kenakan perempuan itu berbenturan dengan lantai. Langkah nya yang anggun di tunjang dengan penampilan formal yang memukau membuat kehadiran nya menimbulkan decak kagum dari seluruh staf perusahan.
Seorang pria tampan berumur sekitar 30 tahunan berjalan mendekat ke arah nya. Lukas, asisten pribadi yang di tunjuk Gio untuk mendampingi Azki dan menghandle urusan kantor selama dua tahun Azki berada di Kota Y.
"Selamat datang kembali, Miss Azki." pria itu sedikit membungkuk kan tubuh nya yang di balas Azki dengan senyum tipis.
Azki mencoba mengabaikan tatapan kagum dari para staf kantor yang sempat di lihat nya saat memasuki perusahan. Penampilan elegan yang terlihat seksi menurut beberapa orang adalah ciri khasnya dalam berpakaian kantor. Aura cerdas dan juga dingin begitu kentara meski di balut dengan penampilan seksi.
Tiga orang itu berjalan beriringan menuju sebuah ruangan tempat Azki akan memperkenalkan diri nya secara resmi di hadapan para staf dan petinggi perusahan. Di ruangan itu para staf penting dan petinggi lainnya telah berkumpul.
Tidak ingin membuang waktu lebih lama, wanita itu segera memperkenalkan diri nya. Pembawaan yang begitu elegan dan di tunjang oleh sikapnya yang tegas membuat para petinggi perusahan dan staf penting berdecak kagum.
Setelah sesi perkenalan, Azki beserta sekertaris dan asisten nya pun segera meninggalkan ruangan itu.
"Maria, model yang akan menjadi brand ambasador dalam peluncuran produk baru kita apa sudah kau hubungi?" tanya Azki di sela-sela mereka memasuki lift.
"Sudah Miss, mungkin sore nanti Nona Jasmine akan tiba di sini. Apa ada yang perlu saya perbarui di kontrak itu?" jelas Maria selaku sekertaris Azki.
"Tidak, tolong jamu Nona Jasmine selama saya berada di luar." balas Azki.
"Lukas, Aku akan bertemu dengan pimpinan Ximell Corp, kamu pimpin pertemuan kantor." ucap nya saat mereka sudah tiba di lantai dasar.
"Baik, Miss. Biarkan Maria menemani anda Miss, saya yang akan menjamu Nona Jasmine."
"Tidak. Aku ingin pergi sendiri saja, toh pertemuan ini langsung di hadiri oleh pimpinan Ximell juga. Aku ingin bernegosiasi kerja sama rencana peluncuran produk baru kita yang melibatkan model dari agensi mereka."
Azki melangkah lebih cepat, ia tak melupakan statement keras yang ia layangkan kepada petinggi Ximell mengenai kedisiplinan waktu.
"Baik, Miss. Semoga ada kabar baik setelah ini."
"Hemm, itu sudah pasti."
Meski langkah nya terkesan buru-buru namun itu tak mengurangi ke anggunan nya, ia segera masuk ke mobil yang akan membawa nya bertemu dengan pria berumur 35 tahun berstatus tunangan dari super model yang akan menjadi brand ambasador di perusahan nya.
"Max, percepat laju kendaraan nya. Aku tidak ingin terlambat dari waktu yang sudah saya tentukan." ucap nya pada mantan sopir pribadi sang kakak.
"Baik, Miss."
Tidak lama kemudian mobil itu meluncur meninggalkan Senas Corp. Beberapa kali Azki menatap tablet di tangan nya, tangan nya begitu gatal ingin melihat sosok pria yang di kagumi para kaum hawa, namun berulang kali ia menggeser layar tablet tersebut tak juga ia mendapat potret pria yang akan di temui diri nya.
Decakan keras berulang kali terdengar.
"Shitt!" umpat nya.
"Max, apa kau pernah melihat siluet CEO Ximell Corp?" tanya pada sang supir.
"Pria itu begitu tertutup dan begitu misterius, jejak digital mengenai sosok nya pun tak pernah ada. Tapi yang saya dengar, pria itu begitu dingin dan kejam, ia akan menghancurkan para musuh-musuh nya hanya dengan jentikan jari." jelas Max panjang lebar.
"Sungguh pria arogan dan sombong!" mendengar penuturan Max, Azki bergidik ngeri, ia yakin pria yang akan di temui nya adalah pria dewasa dengan wajah garang di penuhi jerawat.
"Lebih cepat, Max." pekik nya saat melihat jam yang bertengger di pergelangan tangan nya. Azki kelimpungan saat tatapan nya lurus dan mendapati jalan yang di lalui mereka tampak macet.
"Max, cari jalan alternatif lain nya, aku harus segera sampai sebelum pria itu datang." pekik nya lagi dengan wajah khawatir.
Tak berselang lama, mobil itu sudah tiba di depan restoran yang akan menjadi tempat pertemuan. Azki segera keluar dari mobil dan dengan langkah cepat ia pun segera berjalan memasuki restoran, wajah nya begitu tegang. Berulang kali wanita itu mengumpat lirih, ia tak bisa membayangkan jika nanti pria itu sudah tiba lebih dulu. Kekesalan itu kian memuncak saat mendapati pria yang akan di temui nya sudah duduk di meja yang telah di reservasi oleh Lucas.
Wanita itu berusaha menetralkan degub jantung nya karena sempat berlari sedikit untuk tiba di ruangan tersebut. Azki kemudian berjalan menghampiri sosok yang duduk dan terlihat sibuk dengan layar ponsel di tangan nya.
"Selamat siang, Sir."
Deg,
Degup jantung nya berdebar tak karuan saat indera pendengaran nya menangkap suara lembut yang cukup familiar, atensi nya yang sejak tadi sibuk dengan ponsel kini beralih kepada sosok yang berdiri di belakang nya, Khenet pun perlahan beranjak dari duduk nya dan seketika membalikkan tubuh nya, alangkah terkejut nya ia saat melihat siapa sosok tersebut.
"Azkila." lirih nya dengan mata berkaca kaca, suatu kerinduan besar terpancar di manik mata biru nya.
"K-hen." wanita itu ikut terbelalak, ia tak menyangka jika takdir akan mempertemukan mereka seperti saat ini, sebisa mungkin ia bersikap tenang, tak ingin pria di depan nya tau jika kegugupan menerpa tubuh nya saat ini. Wajah terkejut nya kini berubah menjadi datar dan dingin.
Melihat ekspresi wanita di depan nya yang secepat kilat berubah, Khenet pun mempersilahkan wanita itu untuk duduk.
"Selamat datang, Miss Azkila. Mari duduk." ucap Khenet mencoba profesional.
"Terima kasih, Sir." balas Azki dan menarik kursi di seberang pria itu.
Kedua nya pun berjabat tangan dan larut dalam suasana. Mereka tidak menyangka jika takdir akan mempertemukan mereka kembali setelah delapan tahun.
"Mari, Sir. Kita selesaikan aturan main nya agar kerjasama ini mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak ." ucap yang begitu ambigu membuyarkan lamunan Khenet.
Tatapan tajam dan dingin, juga ekspresinya yang berubah ubah membuat Khenet terpaku untuk sesaat. Azkila yang di temui nya beberapa tahun yang lalu kini berubah menjadi sosok wanitca dingin dan tak tersentuh.
"Apa begitu sambutan untuk pertemuan pertama kita, Azkila.?" tanya nya penuh dengan kesinisan saat melihat keengganan dari wanita nya untuk berlama lama duduk bersama diri nya.
"Apa itu perlu, Sir? waktuku terlalu sibuk untuk berbasa basi" bukan nya menjawab Azki malah membalikkan pertanyaan. Wanita itu terlihat begitu tenang dan tak merasa terintimidasi dengan sorot mata tajam pria di depan nya.
Khenet mengeram kesal, ia mengepalkan tinju nya dengan kuat, sorot mata nya begitu tajam melihat sikap wanita di depan nya yang lancang membalikkan pertanyaan.
'Tak akan aku biarkan kamu pergi lagi, kau hanya milik ku.' membatin Khenet dengan menekan kata kepemilikan atas raga wanita itu.
Share this novel