Sejenak ruangan itu menjadi sunyi senyap, di mana ketiga sahabat Azki hanya bergelut dengan pikiran masing-masing, suasana mulai mencair kala Baron memulai percakapan.
"Aku akan pergi dan menemui bajingan itu, ia harus tau mengenai kehamilan Kila! ia harus bertanggung jawab atas janin yang berada di perut Kila. Jika ia menolak maka detik itu pun juga aku akan menembaki kepala nya!" janji Baton dengan berapi api, sudah cukup luka yang di torehkan Jerry kepada sang sahabat, ia berjanji akan membunuh Jerry jika pria itu menolak bertanggung jawab dan memperbaiki rumah tangga mereka.
Nayara dan Fadel hanya diam, mereka tau apa yang di ucap kan Baron bukan hanya bualan saja, pria itu akan selalu menepati janji nya, meski nyawa nya jadi taruhan. Ia akan tetap pada tujuan nya. Mereka juga tidak dapat membantah ucapan Baron, pasal nya mereka juga tidak ingin anak yang di kandung sang sahabat tidak memiliki keluarga yang utuh.
Setelah mengatur emosi nya Baron pun melangkah meninggal kan kamar Azki.
"Khenet Hanthon Toricelly, ialah Ayah dari janin ini." ucap Azki dengan lirih nya, ia tak mau jika kedua pria itu tau mengenai ini, ia tidak ingin Jerry tau mengenai kehamilan nya dan berujung dengan perceraian yang akan di persulit oleh pria itu, ia akan menggugurkan kandungan nya, ia belum siap menerima anak ini di saat diri nya sedang membuat tembok untuk tidak terikat dengan sebuah pernikahan.
Meski ia berkata dengan suara pelan, tapi itu berhasil membuat langkah Baron terhenti, pria itu membeku di tempat, ia tidak percaya dengan kenyataan yang ada. Nayara beserta Fadel pun tak kalah terkejut seperti Baron, suasana kamar itu pun kembali hening, pernyataan Azki berhasil membuat ketiga orang itu menatap nya dengan sorot mata terbelalak, syok itu yang saat ini terjadi kepada ketiga sahabat nya.
"Sudah cukup main-main nya, Kil! ini tidak lucu, jadi berhenti lah berkata omong kosong!" mood Nayara kian memburuk dari menit ke jam, ia marah, kecewa sekaligus sedih dengan pernyataan sang sahabat.
"Sejak kapan kau dekat dengan pria arogan itu?" tanya Baron dengan datar nya.
Azki diam, ia tak memiliki keberanian untuk menatap sorot mata tajam ketiga sahabat nya, mungkin saat ini ia akan di cap sebagai seorang wanita murahan karena dengan lancang nya tidur bersama seorang pria asing di saat diri nya masih berstatus istri orang, tapi sungguh Azki tidak berniat melakukan itu semua, semua yang terjadi itu akibat diri nya di bawah pengaruh alkohol.
"Apa kau tuli? aku tak menyangka jika kau akan melakukan hal keji itu, atau kau memang sudah merencanakan ini semua untuk membalaskan semua yang Jerry lakukan!" tukas Nayara dengan penuh kekecewaan, otak nya menjadi dongkol memikirkan Azki.
Fadel diam, namun ia tidak akan tinggal diam jika melihat satu dari ketiga sahabat nya di pojok kan.
"Teriakan dan kemarahan kalian tidak akan menyelesaikan masalah ini, jadi tenang kan diri kalian sebelum semua nya menjadi lebih rumit." potong Fadel saat melihat sorot mata tidak bersahabat dari kedua wanita di depan nya.
"Maaf, maafkan aku! tapi semua itu terjadi pyur karena aku di bawah pengaruh alkohol." hanya kata maaf yang saat ini bisa di ucapkan Azki, isak tangis pun mulai terdengar di ruangan itu.
"Kau tidak lebih seperti Vania sepupu mu itu! aku kecewa sama kamu, Kila." ucap Nayara dan berlalu keluar dari kamar itu meninggal kan Azki dan kedua sahabat nya.
Baron tak menyangka jika reaksi Nay akan seperti itu kala mendengar pernyataan Azki, pengkhianatan ialah musuh bebuyutan Nayara, ia tidak akan mentolerir setiap pengkhianatan karena rasa di khianati sangat lah sakit, itu yang selama ini di hindari oleh persahabatan mereka.
Melihat Nay yang pergi dengan kekecewaan, Azki pun seger beranjak dan mengejar Nay, ia tidak ingin di benci oleh wanita itu, ia tidak ingin kehilangan satu dari ketiga nya, namun pergerakan nya langsung terhenti saat Baron mendekati nya.
"Kondisi mu belum stabil, berbaringlah. Nay perlu waktu, biarkan ia menenangkan diri terlebih dulu, pulihkan kesehatan mu baru kita bicara dengan Nay kembali, okey!" cegah Baron dengan suara lembut.
"Gara-gara anak ini, aku di musuhi sahabat ku sendiri, kau harus mati!" teriak Azki dengan suara memilukan, tangan nya tak tinggal diam, kepalan tangan nya mendarat ke arah perut nya berulang kali, Fadel dan Baron terkejut bukan main, kedua nya mencoba menenangkan Azki.
"Hey, apa yang kau lakukan? kau bisa saja menyakiti nya!" tegur Fadel dengan menangkup kedua pipi Azki.
"Apa kalian juga akan meninggalkan aku?" tanya Azki dengan isak tangis yang kian memilukan, ada rasa iba yang menyelimuti siapa saja yang mendengar tangisan wanita yang sering kali bersikap dingin itu.
Nay yang berada di balik pintu pun terisak, ia tau apa yang di lalui Azki tidak lah muda, meski tidak secara langsung mengatakan ucapan yang menyakiti sang sahabat, Nay merasa telah berdosa menghakimi sahabat nya itu, tapi semua ia lakukan semata mata hanya untuk Azki tetap bertahan dan mau menerima anak itu, oleh karena itu ia memilih pergi karena ia tau jika Azki akan menolak kehadiran anak tersebut.
"Berjanjilah untuk menerima anak ini, setiap anak tidak ingin terlahir dengan keadaan seperti ini, jangan pernah berniat untuk membunuh nya, bayi ini akan sangat bahagia ketika lahir akan memiliki dua Ibu dan dua Ayah. Kita akan merawat nya bersama sama." ucap Baron dan menarik Azki masuk ke dalam dekapan nya, Fadel pun ikut mendekap tubuh sang sahabat yang bergetar menahan tangis nya agar tidak pecah.
Azki menumpahkan segala beban nya di dalam rengkuhan kedua sahabat nya, ia sungguh tidak ingin kehadiran bayi itu, sungguh diri nya hanya ingin hidup berdua bersama Ayah nya tanpa harus repot terlibat lagi dengan pria bernama Khenet itu.
"
Share this novel