29. Pembalasan Giogio

Romance Completed 6852

Setelah kepergian Gio, tubuh Tasya luruh ke lantai yang dingin, wanita itu menangis dalam diam, hati nya bagai di tusuk-tusuk beribu belati saat mengingat sang kekasih yang menangis begitu pilu hanya karena seorang wanita di depan nya, entah ada hubungan apa di antara mereka, pertanyaan itu selalu menghantui Tasya.

'Apa wanita ini, Mommy Sean dan Sena? jika benar ada nya, berarti ia adalah istri kamu kan, Gi? aku harus apa Gi, jika kebahagian kamu ada bersama wanita ini, aku ikhlas Gi.' membatin Tasya dengan lirih nya.

Tangan wanita cantik itu merogoh saku jas dokter nya, ia mengambil ponsel. Dan mulai membuka beberapa media sosial, lebih tepat nya wanita itu membuka akun media sosial instagram Gio. Tasya membuka akun lama Gio, foto Gio yang sedang berdiri membelakangi kamera menjadi foto profil akun tersebut.

Di sana ada foto Gio bersama Azki, caption dari foto itu membuat tubuh Tasya kian melemas, tangan nya bergetar saat sepenggal kalimat menjadi caption tersebut.

"KAU KELEMAHAN KU, ANESYA AZKILA R." sepenggal kalimat itulah yang membuat sosok sang dokter kembali terisak, sakit setelah mengetahui siapa sosok wanita yang membuat kekasih nya begitu sedih dan terpukul, ada rasa cemburu yang kian menggerogoti hati nya, entah ia harus undur atau tetap bertahan dengan semua ini.

Di lain tempat, seorang pria tampan sedang membantai habis seluruh keluarga Greek tanpa ampun. Pria itu berubah menjadi iblis yang siap mencabut nyawa para penjahat yang berani menyentuh keluarga nya.

Tak ada kata pengampunan setelah melihat kondisi sang adik yang begitu menyedihkan dengan luka tembak di beberapa titik tubuh nya.

Seorang pria paru baya yang sedang berada di ruang kerja nya pun keluar, ia menatap bengis ke arah sang pria yang sudah memporak porandakan kediaman nya, mata nya menatap nanar ke arah dua jasad orang yang sangat berarti dalam hidup nya, setelah mengetahui kematian anak nya beberapa waktu yang lalu, kini ia di kejutkan kembali dengan kematian istri dan anak perempuan nya.

Prokk

Prokk

Suara tepuk tangan menginterupsi aksi gila pria itu. Kilatan kemarahan di mata pria itu menghunus tajam ke arah manik mata pria paru baya tersebut.

"Keluar juga kau tua bangka!" desis sang pria dengan seringai licik.

"Kenapa? apa kau takut, Giorgio?" tanya pria paru baya itu dengan senyum mengejek.

"Tak ada dalam kamus seorang Giorgio untuk takut menghabisi siapapun yang dengan berani nya mengusik ketenangan nya!" balas Gio angkuh.

"Kau lihat tua bangka, aku sudah melenyapkan seluruh anggota keluarga Greek, hanya tinggal kau seorang yang harus ku habisi!" tekan Gio sembari mengarah kan pistol nya ke arah pria paru baya itu.

Belum sempat Gio melepaskan satu tembakan, seseorang menarik paksa tubuh pria paru baya itu, Gio yang melihat nya pun terus memborbardir peluru nya ke arah pria itu namun sayang, peluru nya melesat, tak ingin pria paru baya itu lepas Gio pun mengejar pria itu menaiki tangga, setiba nya di sana Gio tak menemukan keberadaan pria itu, tapi matanya yang jeli menangkap sebuah pintu yang terbuka, dengan hati-hati Gio melangkah, namun nihil tak ada seorang pun di ruangan itu, lebih tepat nya ruangan itu mengarah pada sebuah jalan rahasia.

Gio tak lagi mengejar, kali ini tujuan nya membalaskan dendam sang adik telah terbalaskan meski tak sepenuh nya keluarga Greek habis di tangan nya. Setelah nya ia pun turun dan menghampiri Rico.

"Kita kembali ke rumah, Tasya. Aku ingin memastikan keadaan Kila." titah nya kepada sang sahabat.

"Baiklah, biarkan ini menjadi tanggung jawab Sandy dan lain nya." balas nya, kedua nya pun segera melenggang pergi dari mansion mewah keluarga Greek.

Hari menjelang malam, setelah kepergian nya pagi tadi, kini mobil Gio kembali memasuki mansion megah sang kekasih. Wajah nya begitu datar dan tak bersahabat, ia yakin setelah pembantaian yang di lakukan nya hari ini, kelak pasti akan terjadi pertumpahan darah kembali, mengingat masih ada sosok Dean yang masih hidup.

Pikiran nya menerawang jauh, ia tidak ingin orang-orang penting dalam hidup nya terancam, oleh karena itu ia sudah membuat keputusan untuk menjauhkan mereka ke sebuah kota kelahiran nya, di mana kota tersebut sangat aman untuk di tempati dan jauh dari kejaran Dean.

Dengan langkah mantap, ia pun melenggang memasuki lobby mansion. Kedatangan nya di sambut oleh Ben.

"Dimana Tasya?" tanya Gio saat melihat Ben.

"Nona, sedang di kamar nya Tuan." jawab Ben dengan menunduk hormat.

Tanpa berucap lagi, Gio melangkah kan kaki nya menuju lift, raut bahagia kian terpancar di wajah tampan nya, ini adalah pertemuan pertama antara diri nya dan juga Tasya setelah kesibukan kedua nya selama hampir setahun. Hubungan kedua nya terjalin baik dan hanya komunikasi dan kepercayaan lah yang menjadi tiang kokoh di hubungan kedua nya. Saling percaya satu sama lain membuat mereka saling support dan bertahan hingga kini.

Selama menjalin hubungan kurang lebih dua tahun lama nya, pertemuan di antara kedua nya bisa di hitung dengan jari, tapi tak sedikit pun terbesit di hati kedua nya untuk berpaling, kesetiaan dan kepercayaan selalu menjadi benteng utama di hubungan mereka.

Tanpa mengetuk pintu, Gio segera masuk ke kamar Tasya, ya seperti itu lah Gio, tak ada sopan santun nya, namun sikap dan tingkah Gio tak membuat Tasya merasa risih.

Gio tersenyum kala mendapati sang kekasih yang sudah terlelap di ranjang, dengan langkah pelan ia pun mendekati ranjang, namun saat ia hendak naik ke ranjang, Tasya segera bangun dan hendak beranjak dari ranjang. Gio menaikkan sebelah alisnya. Kebingungan pun melanda Gio.

"Ada apa?" tanya Gio bingung.

Tasya diam, ia mengabaikan pertanyaan Gio. Ya, kecemburuan membuat Tasya mendiami Gio.

Melihat Tasya yang hendak keluar, Gio pun mencekal pergelangan tangan sang kekasih.

"Sya, jelasin ada apa? kenapa kamu kayak ngehidarin aku gini. Coba jelasin deh." tanya Gio lembut, ini kali pertama nya Tasya mendiami nya. Dan itu membuat Gio begitu frustasi.

"Gi, mari akhiri hubungan ini." ucap Tasya dengan lirih nya.

Seketika tubuh Gio membeku kala kalimat terkutuk itu terucap dari mulut Tasya.

"Aku akan menyetujui nya jika alasan yang kau berikan masuk akal, jika tidak, jangan pernah berharap untuk mengakhiri hubungan ini, terlebih aku tidak akan pernah mau hubungan ini berakhir!" tekan Gio dengan sorot mata tajam.

Tasya menelan saliva nya dengan susah paya, ia tidak menyangka jika Gio akan bereaksi seperti ini, nyali Tasya kian menciut saat ekor mata nya menangkap sorot mata tajam sang kekasih. Namun bayang-bayang ketika Gio menangisi raga wanita yang di tolong nya, seakan berputar di kepala nya.

"Aku tak perlu persetujuan dari mu, aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tangga kamu, Gi. Aku sadar jika aku hanya pelarian mu saja selama ini." ucap Tasya lirih dengan bulir air mata yang mulai membasahi pipi nya.

Wajah Gio yang semula begitu dingin, kini berubah 180° saat menangkap sebuah kecemburuan yang tak biasa dari sang kekasih. Kini ia tau apa penyebab dari ucapan Tasya barusan, ia mencoba menahan tawa nya.

Dengan gerakan cepat Gio menarik Tasya ke dalam pelukan nya, ia mengelus surat kecoklatan wanita nya.

"Apa kau cemburu, baby?" bisik Gio.

Tasya memberontak, ia mencoba mendorong tubuh Gio namun semua nya sia-sia saat Gio mengeratkan pelukan nya.

"Aku mencintai kalian berdua, kau tidak perlu merasa tersaingi dengan kehadiran Mommy si kembar, karena bagiku kalian ada kelemahan ku, sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan satu di antara kalian pergi dari ku. Katakan jika aku egois, tapi sungguh aku tak bisa hidup jika satu di antara kalian pergi." jelas Gio sembari menahan tawa nya, saat merasakan kaos yang dikenakan nya basah.

"Kau pria serakah Gi! aku tak menyangka jika aku pernah mencintai pria bajingan seperti kamu." kekecewaan kian menyeruak di hati Tasya kala bait demi bait yang di ucapkan Gio.

Gio merasa gemas dengan ucapan Tasya, ia pun menyentil dahi Tasya dengan pelan.

"Aauuu, sakit bodoh!" desis Tasya dengan bibir manyun.

"Jangan sekali kali berasumsi sebelum tau semua nya, dasar bodoh." ucap Gio, ia pun mengecup bibir Tasya.

"Ayo, duduk. Aku bakalan jelasin semua nya ke kamu, dan ingat setelah ini jangan pernah lagi mengucapkan kata laknat itu." seru Gio lagi, dan membawa tubuh sang kekasih duduk di tepian ranjang.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience