Leon Marah

Romance Completed 22834

Pintu dibuka Nisa perlahan. Sebelum membukanya, Nisa menoleh ke arah Raka dan dia menarik nafasnya sedikit panjang. Dia pasti bisa langsung membayangkan kemarahan Leon. Raka bisa tahu kalau gadis itu sedang mengalami masa yang sulit.

Namun, dia hanya berharap ada bagian dari dirinya yang tetap ikut andil dalam setiap kesedihannya. Raka benar-benar tulus pada gadis itu dan ingin selalu berada disisinya.

“Aznii, apa kamu tuli. Ini sudah lebih dari dua jam. Apa saja yang kamu lakukan, hah? Teleponku tidak kamu angkat dan aku disini sudah hampir satu jam menunggumu. Cepat keluar!” teriak Leon terdengar cukup keras saat pintu benar benar dibuka.

Nisa membeku di depan pintu dan Raka menggenggam erat tangannya. Sedetik tidak ada yang bisa mereka perbuat ketika sang Leon berbicara, bahkan Raka sempat menatap tajam ke arahnya.

“Kamu benar-benar mengabaikan panggilanku? Apa kamu benar-benar sedang menikmati waktumu, Aznii?” 

Sekali lagi Leon memaki. Leon semakin emosi karena Nisa mengabaikannya. Apalagi genggaman tangan Raka benar benar terlihat erat. Tanpa banyak berkata Leon menarik pinggang Nisa, dia sangat tidak menyukai kalau gadisnya di sentuh oleh laki-laki lain.

“Le–Leon, tunggu sebentar, kita bisa bicara dulu, tolonglah jangan seperti itu,” Nisa sangat tidak menyukainya apalagi sudah pasti itu melukai hati Raka.

Bagi Nisa, cukup sekali saja seperti tadi dia sudah membuat Raka kecewa, seumur hidup dia akan terus merasa bersalah. Bukan karena dia plin plan dengan perasaannya, tapi baginya, Leon masih belum bisa dia mengingatnya.

“Kamu membelanya? Ini baru dua jam saja? Kamu sudah berani menentangku. Lihat saja, aku pastikan memberikanmu hukuman yang setimpal,” ancam Leon, seperti dia tidak akan memberikan kesan baik pada Raka. Atau sebenarnya Leon sengaja melakukannya agar Raka segera menjauh dari Nisa.

Sudah jelas sekali Leon akan melakukan segala cara untuk memisahkan Nisa dan Raka.

“Nis.” Raka bersuara, memberikan kode pada gadis itu 

“Uhm, ah, ini, Raka, aku perkenalkan, dia bos di kantorku, namanya Leon,” sepertinya Nisa benar benar enggan memperkenalkan Leon sebagai kenalan lainnya.

Leon membulatkan matanya. Hal yang tidak dipercaya kalau kekasih pujaan hatinya akan mengatakan hal seperti tadi.

“Jangan main-main, Aznii, kamu benar-benar menantangku ya?” dengus Leon, dia tampak tidak suka saat Nisa memperkenalkan Raka dan laki-laki itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Le–Leon, aku mohon, jangan seperti itu. Aku pasti bisa menjelaskannya semua. Aku mohon jangan emosi, i–ini, Raka, dia adalah temanku,” meski terdengar getir di telinga Raka, sekali lagi tanpa sadar Nisa sudah melukainya.

“Aku nggak peduli dan nggak butuh penjelasanmu. Kamu ingat, aku hanya memberikanmu waktu dua jam, uhm?” desak Leon, dia benar-benar tidak ingin bersikap baik terhadap Raka. Tatapan matanya sudah jelas menunjukkan permusuhan.

“Apa kamu sudah menyelesaikan masalahmu? Kalau sudah, kita kembali ke rumah,” ajak Leon dan bersiap menarik pinggang Nisa untuk pergi.

“Tunggu sebentar, sepertinya kita perlu berbicara,” Raka bersuara dan menghentikan Leon yang bersiap akan melangkah, baru saja mereka berbalik.

Leon menoleh dan memicingkan matanya, Nisa pun ikut menoleh, dia lebih khawatir kalau terjadi sesuatu pada Raka. Jadi, sebisa mungkin dia akan melindungi Raka dan mengontrol emosi Leon yang siap membakar apapun.

“Tolong, jangan sakiti dan buat Nisa menangis. Dia gadis yang sangat baik dan nggak suka berbuat macam-macam. Nisa sangat lembut hatinya, dia selalu saja menjaga perasaan orang lain agar nggak terluka.”

“Aku perlu mengatakan ini padamu karena aku rasa kamu juga sangat menyayanginya kan? Meski aku tahu, caramu menyayanginya berbeda,” kata Raka lagi, dia sedang mencoba lapang dada juga mengatur nada suaranya kembali tenang.

Raka juga tidak ingin membuat hati Nisa merasakan tidak nyaman dengan situasinya.

“Aku titipkan dia padamu, tolong jaga dia baik baik dan aku benar-benar berharap kamu memang bisa dipercaya,” lanjut Raka, dia tidak ingin menjadi laki-laki egois yang akan membuat Nisa bertambah susah. Meskipun dia harus merelakan cintanya.  Bagi  Raka, kebahagiaan Nisa segalanya, dia rela.

Raka tahu resikonya saat dia melepaskan Nisa, dunianya juga ikut hancur. Namun, dia akan tetap berkorban untuk gadis yang dicintainya tersebut.

“Kamu nggak perlu berpesan seperti itu padaku. Aku tahu bagaimana menjaga kekasihku. Dia adalah kekasihku jauh sebelum kamu mengenalnya. Hanya saja, aku masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia masih belum mau menceritakannya.”

“Aku tegaskan, dia hanya akan menjadi milikku meski dengan keadaan seperti ini. Sejak dulu juga sekarang. Selamanya nggak akan berubah. Aku akan melakukan segala cara agar dia mengingatku, jadi jangan bersikap seperti pahlawan kesiangan yang merasa kau segalanya. Aku bisa menjaganya lebih baik dari kamu.”

Leon mempertegas semua. Dia benar-benar ingin menjauhkan Nisa dari Raka selamanya.

“Kamu tidak sedang  bermain-main dengan ucapanmu kan?” Setengah tidak percaya Raka menjawab dan itu langsung membuat Leon naik pitam.

Leon melepaskan pelukannya dan selangkah maju, entah sejak kapan tangan Leon sudah berada di kerah Raka.

“Kamu sedang menantangku, hah?” sudah dapat dipastikan emosi Leon meledak dan dengan mata melotot dia seperti siap melahap Raka hidup hidup.

“Ja–jangan lakukan itu, Leon. Aku mohon. Aku sudah selesai berbicara dan kita bisa segera kembali ke rumah,” Nisa cemas dan segera memegang lengan Leon agar emosinya berhenti.

Raka sedikit menciut. Dia memang bukan jagonya dalam perkelahian. Dia lebih kepada main aman.

“Kamu nggak usah membelanya!” delik Leon, dia masih belum mau melepaskan cengkraman di kerah baju Raka.

“Beneran Leon, percayalah. Tolong, jangan lakukan apapun, aku mohon, Leon. Aku janji nggak akan membuat masalah dan akan menurut padamu,” Nisa sedang merayu, segala cara harus dia lakukan agar tidak terjadi hal buruk pada Raka.

Sudah cukup rasa bersalahnya dan Nisa nggak mau menambah luka Raka bertambah dalam.

“Hah, kamu beruntung kali ini. Aku akan mendengarkan kata-kata nya,” dengus Leon dan menghempaskan cengkraman tangannya di leher Nisa.

“Ayo, ikut denganku,” Leon tak sabaran dan langsung menarik tangan Nisa, Nisa menoleh dan ingin sekali membantu Raka berdiri, namun kesempatan itu tidak sama sekali Leon berikan.

“Le–Leon, tu–tunggu dulu, aaagghh!” Nisa menjerit saat tubuhnya diangkat seperti karung beras dan di taruh di pundak Leon.

Laki-laki bertubuh besar ini benar-benar membawanya turun di dalam pundak. Nisa ngeri ngeri sedap saat melihat tangga besi yang berputar dan sudah cukup reot. Dia takut Leon tersandung dan jatuh saking cepatnya dia melangkah.

“Bisma, urus semua dan pindahkan semua barang-barangnya,” perintah Leon kali ini sudah tidak main-main, tidak seperti semalam.

Leon marah membabi buta, dia benar-benar seperti ombak badai yang akan menyapu bersih seluruh tepi pantai.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience