Minta Jatah

Romance Completed 22834

Nisa mengingat, dia tidak bisa berenang. Saat dua teman Natasya yang ikut andil mendorong dia ke kolam memang tidak tahu apapun. Namun, yang tahu kisah Nisa memiliki riwayat penyakit adalah Aldo. Dibalik semua, sebelum Aldo meninggalkan Nisa, Aldo sempat iseng pada Nisa.

Aldo memang tidak tahu kalau Nisa tidak bisa berenang dan memiliki riwayat penyakit dalam. Aldo awalnya ngerjain Nisa dengan menceburkan dia ke kolam, tapi setelah itu Nisa langsung dilarikan ke rumah sakit. Aldo yang merasa bersalah dan saat mengetahui perbedaan cara hidup Nisa akhirnya meninggalkan Nisa tanpa penjelasan.

Saat itu Aldo ingin menjelaskan semua dan meminta maaf pada Nisa. Aldo juga ingin memperbaiki keadaan, tapi Nisa sudah jadian dengan Leon. Aldo lebih duluan terjun ke dalam kolam saat peristiwa itu, Leon tidak menyadari kejanggalan itu. Tapi, setelah itu Nisa tiba-tiba menghilang dari kehidupan mereka.

Leon yang menjadikan dirinya keras hati, dingin dan tidak ingin disentuh wanita. Namun, selalu menghabiskan setiap malamnya ke klub malam. Sedangkan Aldo memilih untuk menikah dengan Sofia dan yang Bisa ketahui sekarang sebenarnya Aldo tidak pernah mencoba mencintai Sofia sehari pun. Meski terlihat mesra dan baik-baik saja itu demi Nata anak yang dipilih Sofia untuk menemani hari-harinya hingga dia tidak lagi di dunia ini.

“Nggak perlu ke rumah sakit, aku hanya perlu istirahat, Leon,” Nisa menatap wajah laki-laki dihadapannya tanpa banyak ekspresi yang tidak dapat dijelaskan oleh Leon.

“Kamu yakin?” Nisa mengangguk dan Leon langsung mengangkat tubuh Nisa.

“Lo kasih kamar di sebelah mana?” Leon berbalik dan sudah pasti meminta izin pada Aldo untuk menginap.

Rasanya Aldo ingin sekali membawa Nisa ke kamarnya untuk beristirahat.

“Di depan kamar gue, soalnya kamar Nata bersebelahan dengan kamar gue,” jawab Aldo segera, dia tidak mungkin menahan Nisa lebih lama apalagi Nisa dalam kondisi masih marah setelah mendengar pengakuannya tadi.

“Berarti gue tinggal lurus aja kan?” Aldo hanya mengangguk, “tolong bawain camilan itu,” tunjuk Leon dengan alisnya ke arah lantai yang Leon sempat menaruh barang belanjaannya tadi. Dia langsung menghampiri Nisa dan meletakkan di lantai ketika melihat aura Aldo dan Nisa tidak baik-baik saja.

“Sial. Mengganggu saja. Kalau begini terus aku bisa kalau sama dia lagi,” dengus Aldo dalam hati sambil mengekor Leon, “harusnya tadi dia langsung aku bawa ke kamarku untuk istirahat. Aku bisa merayu kembali dengan kenangan kita,” Aldo yang masih percaya diri dan yakin kalau Nisa akan luluh karena masih melupakan Leon.

Kali ini dia benar-benar bertekad merebut dan menggoda Nisa agar kembali dengan dirinya. Apalagi sekarang Aldo merasa sudah tidak memiliki beban. Meski sesaat tadi dia benar-benar sedih akibat kepergian Sofia, namun semua tidak akan melebur rasa cintanya pada Nisa yang disimpan sejak dulu.

Aldo ingin bertarung hingga akhir kali ini. Dia tidak akan melewatkan kesempatan itu. Meski Nisa harus dipaksa atau dijadikan alat untuk tetap bersama dengan Nata. Aldo tahu sifat Nisa yang tidak dapat melihat kesedihan seseorang.

“Kalau perlu apa-apa, Lo panggil gue,” kata Aldo meletakkan camilan tadi di meja dekat ranjang Leon meletakkan tubuh Nisa.

“Ok, thanks. Lo nggak perlu mengkhawatirkan itu. Anak buat gue juga Bisma standby, jadi Lo bisa istirahat dulu sekarang,” kata Leon yang memang belum mengetahui apapun.

“Oh, iya. Sebentar gue ambilin baju buat ganti,” kata Aldo masih mengulur waktu dan mencari alasan. Dia tahu, saat pintu kamar itu tertutup Aldo tidak akan ada kesempatan lagi untuk melihat wajah Nisa. Leon pasti akan membuat batasan itu.

“Nggak perlu, tadi gue udah beli. Masih di mobil. Gue bisa suruh Bisma nanti buat antar ke sini,” tentu saja Leon tidak akan mengizinkan hal tersebut. Dia mengeluarkan ponsel dan langsung menekan tombol menghubungi Bisma.

Nampak jelas Aldo kesal. Tapi, melihat Nisa yang tidak peduli padanya semakin membuatnya sakit. Kedua tangannya mengepal dan gigi Aldo mengerat tanda dia benar-benar kalah star lagi oleh Leon.

Tanpa banyak bicara, Also berbalik dan langsung membuka pintu kamarnya ketika melihat Bisma datang dengan kantong belanjaan.

“Terima kasih.”

“Apa masih ada yang diperlukan lagi, Tuan?” Bisma harus memastikan lagi tuannya memerlukan hal lain atau tidak.

“Sementara cukup, kau dan yang lainnya berjaga saja di luar. Atau kalau kau ingin istirahat juga nggak apa-apa. Aku akan tidur bersama istriku,” kata Leon penuh percaya diri menyebut Nisa sebagai istri tanpa tahu Nisa setuju atau tidak dengan rencana yang sedang dibuatnya.

Leon segera menutup pintu dan menguncinya. Dia pasti akan meminta jatah dan ritual malamnya bersama dengan Nisa. Leon tidak akan peduli meskipun saat ini dia sedang menginap di tempat Aldo.

“Apa masih nggak enak?” Leon memegang kening Nisa dan duduk di pinggir ranjang. Meletakkan kantong tadi di dekat camilan.

Sesaat Nisa menatapnya kembali. Meski kepingin ingatannya sudah kembali, Nisa belum ingin mengatakannya pada Leon. Mendengar cerita Aldo tadi, Nisa yakin dengan sikap Aldo seperti itu, dia akan menghalalkan segala cara untuk merebut Nisa kembali.

Nisa tidak ingin persahabatan mereka yang aman sebelum kehadiran dirinya 5 tahun kepergian dirinya sekarang kembali memanas akibat dirinya.

“Atau kamu lapar dan ingin makan sesuatu?” Nisa menggeleng. Selera makannya hilang akibat ucapan Aldo.

“Kalau gitu, ganti baju ya?” Dia tidak menjawab dan hanya menggerakkan posisi supaya duduk di dekat Leon.

“Bajunya nggak aneh-aneh kan?” Entah kesurupan atau memang Nisa sudah tahu watak Leon kalau sedang menginginkan dirinya.

“Aku beli 2 set. Untuk malam ini …uhm walaupun nanti nggak perlu, tapi aku tetap ingin kamu memakainya sebagai foreplay kita,” Nisa menatap kembali, seperti dugaannya Leon pasti akan tetap memintanya.

“Kamu gila? Ini ditempat Aldo?” pekik Nisa mencoba beradu argumen agar Leon membatalkan niatnya.

“Pintu sudah aku amankan, tapi kamu hanya perlu mengecilkan suaramu aja. Disini nggak seperti di kamarku, kamu bebas bersuara dan berekspresi karena aku memang ruangan kedap suara,” Leon yang dipastikan tidak akan mundur saat meminta jatahnya.

Tidak mendengar jawaban apapun dari Nisa berarti Leon bebas melakukannya. Dia tahu, tidak mungkin Nisa berdebat di rumah Aldo.

“Ayo buka!” perintah Leon. Tatapan liarnya sudah tertuju pada dua benda kenyal Nisa yang sangat menggiurkan.

Nisa meraih tangannya untuk membuka resleting belakang, tapi Leon membalikkan badannya karena tidak sabaran. Kemudian dia memberikan baju dinas Nisa.

“Leon apa ini nggak terlalu terbuka?” Protes Nisa. Lingerie sutra benar-benar menerawang berwarna merah menyala dan aksen celana dalam hanya berbentuk V saja.

“Nggak. Ini aku belum pernah melihatmu memakai ini. Aku hanya ingin mencoba baju dinas model apapun saat kita melakukannya,” Leon membenarkan rambut Nisa agar ke pundak dan dia mengecup leher Nisa dari belakang.

Serrr. Buluk kuduk Nisa meremang. Jelas sentuhan seperti itu saja sudah membangkitkan hasrat dan reaksi di tubuhnya. Reaksi yang tidak akan menolak ketika Leon akan menyentuhnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience