Please be awise to reading. Mature Content!!
"Nggak mungkin secepat itu, aku harus bisa berbicara dengannya terlebih dahulu. Dia bukan tipikal laki-laki posesif seperti kamu, tapi dia sudah aku anggap sebagai seseorang yang sangat berharga," sepertinya Nisa salah berbicara. Dia menggigit bibir juga memejamkan matanya. Takut salah berbicara.
Leon mengeratkan giginya, "Hah, masih saja kamu membahasnya. Sudah aku katakan, putuskan hubunganmu dengan dia!" intonasi suaranya sedikit berteriak, dia benar-benar marah mendengar ucapan dari Nisa.
"Kalau begitu, biarkan aku pulang dan berbicara dengannya. Aku harus bertemu dengannya agar dia nggak mencemaskan aku lagi," pastikan momen saat Nisa meminta izin tepat dan tidak mungkin ditolak oleh Leon.
"Aku akan ikut denganmu," huh rasanya Nisa ingin sekali mendorong tubuh Leon dan menghantamkan kepalanya ke tembok. Laki-laki itu keras kepala, benar-benar ingin membuat Nisa dalam kesulitan.
"Yang benar saja, bagaimana aku bisa menyelesaikan masalahku dengan cepat kalau kamu adalah biang dari masalahnya," sahut Nisa ketus.
"Apa kamu bilang?" Mata Leon mendelik saat mendengar Nisa berkata asal-asalan.
"Iya, kamu biang masalahnya. Kalau kamu nggak ada, mungkin aku nggak akan dalam kesulitan seperti ini. Aku akan terbebas dari segalanya dan aku nggak terjebak dalam tipu daya setan merah seperti kamu," jawab Nisa ketus sambil menarik ujung bibirnya menjadi kerucut.
"Apa kamu bilang? Hah? Apa tadi? Se–setan merah?" Leon mencengkram tangan Nisa saat telinga sensitifnya mendengar kata itu.
"Iya, kamu setan merah," dengus Nisa tak mau kalah.
"Arrghh! Leon, ahh umm apa yang kamu lakukan, ah hentikan kita bicara baik-baik, Leon ah ah ump!" Leon mendorong lagi tubuh Nisa ke ranjangnya.
Dia kesal sekaligus gemas sendiri ketika Nisa mengatakan hal itu untuk melindungi laki-laki yang bernama Raka. Nisa berusaha mendorong tubuh Leon yang menjadi makin gila akibat ucapannya.
"Kamu yang memaksaku seperti ini ya Nis, kalau kamu nggak izinkan aku ikut, setidaknya kamu harus kasih aku sarapan pagi yang mengenyangkan," Leon mendorong kedua kakinya dan kepalanya sudah bersiap kembali masuk ke dalam lipatan bibir bawah milik Nisa.
"Umm ahh Le–Le–on ahhh!" tentu Nisa tidak mungkin bisa menolak, ketika tubuhnya mulai mendapatkan serangan dan sentuhan dari Leon, tubuhnya pasti akan ikut naik terbakar juga.
Ujung lidah Leon mulai terjulur dan belahan bibir bawah Nisa disingkap oleh jari dingin Leon perlahan.
"Le–Le–Leon umm ah hentikan umm Leonnn!" Nisa mencoba bangun dan melihat posisi tubuhnya yang pinggulnya malah terangkat memberikan akses maut untuk Leon agar makin menggila.
"Diamlah sayang, jangan ganggu sarapanku. Kamu cukup menikmatinya saja, ssh ahh!" Leon mengangkat kepalanya perlahan dan blas lidahnya sudah menusuk nusuk kembali di belahan bibir bawahnya. Menarik, men jilat dan benar benar membuat Nisa makin hilang kendali. Basah dan becek.
"Lemaskan tubuhmu sayang, tubuhmu ini sudah sangat terbiasa oleh tubuhku. Jadi, jangan menolak uhmm!" Leon sudah mengangkat kepalanya, kini tangannya sedang berpindah pada dua benda kenyal milik Nisa.
"Umm ahh Leon aahh pelan sedikit umm!" Nisa makin kelabakan saat Leon memasukan dan meng hisap kembali dua benda kenyal nya secara bergantian.
"Yah benar kamu harus seperti ini sayang, kamu harus seperti Aznii ku yang dulu. Apapun itu kamu nggak akan bisa lagi menolakku. Ini benar-benar luar biasa. Dua benda kenyal ini makin kencang dan kuat ahh aku bisa gila olehnya. Aku suka apapun, dua benda kenyal miliknya atau bibir bawah juga cairannya benar benar membuat aku candu," Leon yang menggila saat ini sedang mengobrol abrik mulut Nisa dengan tangannya yang tidak berhenti meremas juga memasukan jarinya di belahan bibir bawah milik Nisa.
"Ahh ahh ah umm!" Nisa mengambil nafasnya yang sudah nggak beraturan, dia baru saja mengatur nafasnya ketika Leon membuka pedang pusaka yang sudah panjang, keras dan besar.
"Ump Ah aku!" Nisa terkejut saat Leon memasukan secara paksa pedang pusakanya ke mulut Nisa.
"Hisap terus sayang kulum yang dalam ouh umm itu benar-benar nikmat. Kamu sangat cepat sekali belajar ah umm!" Leon memejamkan matanya saat dia mulai menggerakkan pinggulnya juga sedikit kasar menjambak rambut Nisa agar pedang pusakanya bisa memompa keluar masuk ke dalam mulutnya.
"Ini adalah hukuman, saat kamu membicarakan laki-laki lain aku pastikan akan menghukumnya dengan cara berlipat-lipat, kamu paham sayang? Uhm ah terus sayang aaaarrgghh!" rancu Leon, dia benar-benar seperti setan merah yang sedang kerasukan.
Leon menarik mulutnya dan blas dia membuka lebar kedua kaki Nisa lalu memasukkan pedang sakti miliknya kesana.
"Oh ini benar-benar masih sangat sempurna dan sempit sayang. Kamu harus benar benar sering berolahraga seperti ini denganku. Setidaknya minimal sehari empat kali umm ahh sshh!" desis Leon yang terus memompa pedang pusakanya yang terus makin membesar.
Nisa menggigit bibirnya, dia nggak mungkin bisa menolak lagi. Apapun yang dilakukan Leon saat ini secara nggak sadar Nisa sudah mulai terbiasa dan sangat menyukainya.
"Umm ahh sshh ini aaa enak sekali tolong jangan berhenti, aaarrgghh Nisa kamu benar-benar sudah gila umm!" Diantara batas kesabaran juga gelombang besar itu Nisa mencoba mengendalikan dirinya, batin Nisa berteriak, namun semakin dia mencoba, tubuhnya malah menimbulkan reaksi spontan pada sang mantan pacar untuk mendapatkan yang lebih lagi.
"Aku datang sayang lebarkan kakimu dan angkat bokongnya biarkan aku menumpahkan semua di dalam," kata-kata Leon hanya bisa diikuti, tubuhnya bak cacing kepanasan juga karena saat Leon berkata, Nisa pun merasakan hal yang sama. Dia juga ingin mengeluarkan semua cairan miliknya.
"Ahh hmm ahhh!" Teriak Nisa juga Leon saat kedua jari jari mereka terpaut dan saling mengapit. Leon terus mengencangkan tembakannya berkali kali disana dan Nisa pun merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari belahan bibir bawahnya.
Tubuh polos Leon menindih kembali tubuh Nisa. Sepertinya Leon akan sering meminta jatah seperti itu pada Nisa. Napas mereka menderu tak bisa dikendalikan lagi, Leon memeluk juga mengecup keningnya.
"Hanya dua jam saja, aku izinkan kamu bersama dengan laki-laki itu. Setelah itu, kamu harus melakukannya hal seperti ini lagi denganku, mengerti?" Nisa hanya pasrah dalam pelukan Leon. Dia mengangguk secara perlahan.
"Aku sudah boleh mandi lagi sekarang kan?" Nisa hanya bisa berkata lirih, dia benar-benar tidak bisa lagi menolak Leon. Tubuhnya sudah basah lagi bermandikan keringat dari Leon juga dirinya.
"Setelah bertemu dengannya, kita akan membeli apapun keperluan kamu. Sebenarnya tanpa kamu juga aku bisa membelinya, tapi aku tetap menghormati dan nggak akan memaksamu, aku akan izinkan kamu yang memilih kebutuhan kamu sendiri," ucap Leon sambil memegang pipi Nisa agar mereka saling bertatapan.
"Terserah, mau aku menolak juga kan tetap nggak bisa. Ya sudah, yang penting aku mau bicara dengan Raka," Leon tersenyum penuh kemenangan setelah Nisa sudah pasrah dengan kegilaan dan kecanduan tubuhnya.
Leon sekali lagi menarik tubuh Nisa ke dalam pelukan dan membalikkan agar dia bisa bebas meremas dua benda kenyal milik Nisa lagi.
"Ini benar-benar tumbuh dengan baik dan besar sayang, padahal waktu kuliah dulu masih terbilang kecil," suara parau Leon di telinga Nisa membuatnya bergidik kembali.
"Le–Le–on ah kita sudah sepakat tolong aaa Leooonnn sakitttt!" Tiba-tiba saja Leon meremas salah satu benda kenyal milik Nisa dan menggigitnya atau lebih tepatnya Leon meng hisap itu dengan sangat kencang.
"Hmm, aku sudah memberikan tanda ku. Siapa pun nggak boleh melakukan lagi kecuali aku. Aku nggak tahu hubungan apa yang kamu jalin bersama laki-laki kurang ajar itu 5 tahun ini, tapi aku nggak akan membiarkan dia menyentuh tubuhmu lagi!"
Aura penuh tekanan dan posesif Leon makin besar. Terserah anggapan Nisa seperti bagaimana, tapi Leon akan tetap memastikan kepunyaan miliknya dengan jelas.
Share this novel