Mulai Aksi Kembali

Romance Completed 22834

Please be awise to reading. Mature Content!!

Sudah dapat dipastikan tubuh Leon akan kembali terbakar melihat pemandangan di depan matanya. Berapa kalipun Leon melakukannya pada Nisa, dia tidak akan puas. Leon sudah gila kehilangan Nisa selama 5 tahun. Mana mungkin bisa menahan geloranya.

"Kenapa masih diam, aku kan bilang buka kaosmu dan lebarkan kedua kakimu," sekali lagi Leon berkata karena Nisa masih belum menuruti perintahnya.

"Ya ampun dasar Nisa bodoh. Apa kamu tadi salah bicara," Nisa memutarkan bola mata sambil menggigit bibirnya, dia merasa sudah salah bicara. Padahal niatnya tadi agar Leon tidak mengganggunya saat makan.

Leon mendekat dan menarik kaki Nisa, "Aghh!" Nisa menjerit dan ingin menutup kedua kakinya.

"Kamu lebarkan sendiri atau aku yang akan memintanya secara paksa," Leon sudah benar-benar menarik kakinya hingga kaki itu melebar.

Nisa segera menahan tangan Leon dan menyentuh tangannya, "Aku lelah, apa kamu nggak bisa membiarkan aku tidur saja, uhm?" wajah Nisa sudah mengiba, dia tidak mau jadi gila seperti tadi. Apalagi dia berpikir besok akan bekerja.

"Tapi aku belum makan malam, kalau aku kelaparan, aku mana bisa tidur, kamu mengerti kan? Lebih baik kamu lakukan saja tugasmu sekarang," Leon tidak akan membiarkan kesempatan itu lolos begitu saja.

"Jadi buka kaosmu sekarang juga, aku mau minum susu dulu sebelum menyantap makan malam ku," tentu saja penuh percaya diri Leon berkata, dia sudah merasa kalau sedetikpun tubuh Nisa tidak akan dilepaskan begitu saja.

Nisa terdiam, dia tahu, semakin dia mencegah semakin gila pikiran Leon. Leon duduk di sebelah Nisa dan membuka kaosnya. Air liurnya kembali mengalir di kerongkongan sepertinya rasa haus itu akan segera terbayarkan.

"Kamu tahu," Leon menarik Nisa dalam dekapannya kemudian meloloskan satu tangan kaosnya hingga satu benda kenyal menggantung itu bisa dirasakan lagi oleh tangan dingin Leon.

"Saat kamu kuliah dulu, aku paling suka menyentuh ini dan mengisap nya. Sebab saat itu kamu hanya mengizinkan itu untukku. Setiap kita bertemu pasti akan ada sesi aku meremas dan menghisap susu mu," seketika tubuh Nisa bergetar, bulu kuduk nya kembali berdiri.

Sungguh benar benar tidak bisa ditolak semua pesona Leon. Tangannya sudah mulai memilin dan memainkan ujung pucuk milik Nisa.

Serrrr.

"Ah gilaaa, perasaan apa ini. Aku bahkan nggak bisa menjelaskan. Tubuhnya seperti magnet bagiku. Aku gak bisa menolak, semakin aku menolak tubuhku malah ingin menempel terus padanya," batin Nisa menjerit kembali saat tubuhnya mulai dikuasai oleh sentuhan Leon.

Tangan satu Leon sedang meremas halus sedangkan yang satunya sedang meloloskan kaos yang dipakai Nisa. Leon menghentikan sesaat saat kedua tangan Nisa sudah berhasil dia loloskan.

"Honey, you make me feel horny. I really really love this," perlahan tubuh Nisa dibalik dan entah kapan Leon pun sudah bertelanjang dada. Dua benda kenyal Nisa mau tidak mau menempel di dadanya.

"Keluarkan lidahmu sayang, biarkan aku masuk dan mengabsen nya," Nisa memalingkan wajah, hati dan tubuhnya sedikit tidak bersatu lagi. Apalagi gejala panas tubuh Nisa mulai meningkat. Nafasnya mulai tidak beraturan kembali.

Namun, bukan Leon namanya, meski ditolak tidak mungkin dia berhenti menyerang Nisa. Karena Nisa bersikeras bersikap acuh tak acuh, Leon menarik tengkuknya dan dengan kilatan yang tidak dapat dilihat Nisa, lidah Leon kini sedang mengobrak-abrik isi dalam mulutnya.

Membelit, menarik, dan bertukar air liur sudah makin membuat Nisa kewalahan dan hampir kehabisan napasnya.

"Dasar bodoh, kamu masih saja tidak jago dalam berciuman. Memangnya 5 tahun ini apa saja yang kamu lakukan dengan si Raka bodoh itu," celetuk Leon sekaligus memberikan pertanyaan mematikan untuk Nisa.

"Raka hanya temanku, dia bukan siapa-siapa. Jadi, dia nggak ada hak melakukan apapun denganku," jawab Nisa sudah seperti orang balap lari menahan napas dan mengeluarkan secara perlahan-lahan.

Nisa langsung menjatuhkan dirinya ke pelukan Leon, semua dia lakukan agar Leon tidak melanjutkan aksinya.

"Apa ini? Kamu sedang merayuku? Sudah aku katakan, ini tidak mempan. Lakukan dengan cepat sekarang juga supaya kamu bisa tidur," Leon tetap menuntut, tapi Nisa tetap mengalungkan tangan di leher Leon.

Leon menghela nafas panjang, kewalahan juga dengan sikap gadis pujaannya.

"Sepertinya malam ini kamu cuma dapat jatah satu kali Leon, huft. Tidak apa-apa, yang penting dia sudah mau lebih dekat denganku. Dengan begini, aku akan masuk perlahan dengan mudah," Leon dengan pikirannya, dia benar-benar ingin membuat ingatan Nisa kembali.

"Janji tidur dengan memelukku?" Nisa mengangguk dengan cepat, tak mau berpikir panjang yang penting dia tidak di serang habis habisan lagi oleh Leon.

"Baiklah, tapi aku juga minta syarat, aku ingin tetap memelukmu dalam keadaan seperti ini," Leon masih mengajukan banding.

"Aku kedinginan Leon," ucap Nisa lirih dan dia memang benar-benar kedinginan, ruangan kamar Leon full AC. Leon sudah kehabisan kata, tidak mungkin dia membuat Nisa makin menderita meskipun dia berkeinginan hasrat yang lain.

"Dan janji satu hal lagi, apapun nanti yang terjadi setelah ini kamu nggak boleh menolak. Kamu harus selalu ada disisiku. Kemanapun aku pergi dan apapun perintah yang aku katakan kamu harus mematuhinya, janji?" Leon mengeluarkan jari kelingking miliknya kehadapan wajah Nisa.

"Apa-apaan dia? Janji janji seenaknya. Memangnya aku siapanya dia. Kenal saja baru, tapi seperti sudah lama mengenalku," Nisa menjawab ketus dalam hatinya, dia tidak mungkin berteriak kasar lagi.

Leon memegang tangan Nisa dan melepaskan pelukan dari lehernya.

"Pakai, lalu tidurlah, eum," Leon berkata sambil mengambil kaos yang berada di sebelah tubuhnya. Kaos tadi itu segera dipakai oleh Nisa.

Pasti Nisa menurut yang penting Leon tidak jadi menyentuh tubuhnya.

Beberapa jam kemudian setelah Nisa terlelap. Leon menggeserkan tubuh Nisa secara perlahan. Dan saat Nisa sudah benar-benar tertidur Leon kembali menatap kedua kaki Nisa.

Kaos yang dipakai Nisa hanya menutupi perutnya, sedangkan aset berharga yang sudah pernah di eksekusi Leon sekarang seperti memanggil Leon untuk melakukan.

Perlahan Leon mendorong kedua kakinya Nisa hingga terlipat sedikit dan dia dengan bebas melihat belahan bibir bawah Nisa yang terekspos tanpa kain penutup, seolah berkata, "Ayo masukkan lagi, aku masih ingin lagi, cepat masukan lagi," suara lirih itu sekan terus memanggil Leon dan pada akhirnya Leon mendekati wajahnya hingga benar benar berada di pintu masuk belahan bibirnya.

Tangan Leon menyibakkan perlahan belahan bibir milik Nisa itu dan lidahnya sudah terjulur, perlahan namun pasti lidah itu menggesek-gesek lubang kecil milik Nisa tersebut.

"Umm ah!" desah dan erangan mulai terdengar dari mulut Nisa. Hanya dengan mendengar itu, pedang sakti milik Leon tegak kembali.

"Ahh Leon tolong pelan sedikit ahhh!" Nisa merasakan agak sedikit berbeda atau karena saat ini dia sedang tertidur jadi seolah dia merasa seperti sedang bermimpi.

Leon menghentakkan miliknya semakin dalam juga terlalu cepat dan bersemangat. Apalagi ritme Leon sudah langsung naik dan turun sedikit kencang.

Nisa membuka matanya setelah dia benar-benar merasakan kalau dia tidak sedang bermimpi. Kakinya sudah semakin lebar saat Leon sedang naik turun di lubang kenikmatan Nisa.

"Ahh ahh umm Leon ah umm!" Nisa hanya bisa mengeluarkan suara itu saat pedang besar itu memompanya makin kencang.

"Ahh sayang enak sekali, kamu memang benar-benar membuat kecanduan. Kenikmatan milikmu ini ohh benar benar membuat aku melayang hingga langit ke tujuh ahh umm!" rancu Leon dan dia merasakan tubuhnya bergetar, sejak tadi dia belum melakukan pelepasan, kini saatnya, dia benar-benar akan melepaskannya lagi di dalam rahim Nisa hingga peluh membasahi tubuh mereka dan Leon benar benar ambruk di atas tubuh Nisa.

***

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience