Dua Sahabat

Romance Completed 22834

“Ni–Nisa? Eh, Azni,” kata Aldo sedikit terbata. Dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu Nisa di kediaman Leon.

Raut wajah Nisa sedikit berubah saat melihat Aldo. Sedikit tersenyum dan memang terlihat berbeda saat bertemu dengan Aldo. Dan, Leon menyadari itu.

“Elo?” tunjuk Leon dengan alis yang berkerut di keningnya.

“Ups, sorry, Le, gue belum sempat cerita. Gue dan Nisa udah pernah ketemu,” jelas Aldo, dia tahu, saat ini bukan yang tepat untuk menjelaskan. Masalah itu, Aldo tidak mungkin gegabah.

“Ketemu? Kapan? Dimana?” Leon sudah menaikan kembali nada suaranya, dia menatap Nisa dan Aldo secara bergantian.

“Aku nggak sengaja ketemu Aldo beberapa hari lalu,” ungkap Nisa dengan nada biasa saja, seolah tidak ada yang dia sembunyikan. Yang membuat Leon tercengang adalah Nisa tidak melupakan Aldo.

“Kamu bisa mengingat Aldo, Nisa?” Kini Leon dengan tatapan tidak percaya berkata, dia benar-benar kehabisan kata saat tahu Nisa mengingat Aldo.

“Mana mungkin aku lupa, Aldo adalah cinta pertamaku dan kami banyak melewati kenangan bersama,” nyesss. Leon merasakan hatinya seperti ditusuk ribuan pedang saat Nisa mengatakan hal itu.

“Ba–bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin? Kamu benar-benar bisa mengingat apapun tentang Aldo, tapi kenapa kamu melupakan aku, Nisa?” Leon mencengkram kedua lengan Nisa cukup kuat. Suaranya sedikit berteriak.

“Aa–aarghh, sa–sakit, Leon!” pekik Nisa. Aldo sedikit terkejut dengan perkataan. Aldo maju dan menarik tangan Nisa.

“Ada apa, Leon? Kenapa Lo kasar banget sama Azni?” Aldo yang belum mengetahui secara pasti apa yang terjadi ikut tersulut emosi. Dia masih tidak terima kalau Nisa di perlakukan kasar seperti tadi.

“Hah, gue hampir gila, Aldo, dia, dia, nggak inget gue, tapi dia inget Lo,” sahut Leon sengit, dia benar-benar ingin marah sampai meremas wajahnya dengan kasar. Frustasi dengan sikap Nisa terhadapnya.

Mendengar kata Leon, Aldo menatap Nisa. Nisa hanya menggeleng pelan saat di tatap oleh Aldo. 

“Memangnya kamu kenal dia, Aldo?” benar-benar perkataan yang membuat Aldo mengerutkan keningnya. Dia memang melihat ada yang berubah dari Nisa, tapi tidak menyadari kalau perubahannya sampai sebesar ini.

“Kamu serius? Nggak ingat Leon, Nisa?” sekali lagi Nisa menggeleng dan membuat Aldo tidak habis pikir.

“Sebenarnya ada yang mau aku tanyakan, cuma aku nggak mungkin tanya itu di hadapan Sofia dan Nata,” lanjut Aldo, dan sekali lagi mata Leon membulat lebar.

“Lo gila, Aldo,” sekarang mulut Leon seakan tidak tahan untuk berteriak dan menarik tangan Nisa masuk kedalam rumahnya lalu diikuti oleh Aldo.

“Woi, pelan-pelan, Leon, jangan kasar!” sekali lagi Aldo berteriak saat melihat Nisa diperlakukan kasar oleh Leon.

“Kamu sedang bersandiwara, Nisa? Hah!!” Leon berteriak di dalam ruangan. Suaranya histeris. Dia tidak terima.

“Apa karena dia cinta pertama kamu dan kamu belum bisa ngelupain dia. Apa itu alasannya? Sejak dulu kamu masih berat kan melupakan Aldo, Azni? Apa kamu dulu menerimaku hanya karena kasihan? Hah!” kini Leon mulai menuduh dan mengungkit masa lalu mereka. Dia makin berteriak di hadapan Nisa.

“Leon, Lo gila. Jangan teriak-teriak kayak gitu. Lo gila?” Aldo, entah kenapa jadi tersulut emosi, dia menarik tubuh Leon dan mencengkram kerah kemejanya.

“Dasar sial, brengsek!” Dan bugh bugh. Leon tiba-tiba saja meninju wajah Aldo, Leon tidak terima dan mereka jadi saling baku hantam.

Bisma masuk ruangan dan menyuruh beberapa penjaga untuk merelai perkelahian mereka.

“Jangan ikut campur Bisma, aku belum puas menghajarnya. Dia memang sahabat nggak tahu diri. Tahunya menikung. Sudah punya istri dan anak masih saja ingin merebut kekasihku,” alakazam, Leon mengamuk dan berkata membabi buta. Dia kehilangan kontrol bicaranya. Meluapkan apa yang ingin dikeluarkan saat tadi Nisa menahan emosinya pada Raka kini tersalurkan pada Aldo.

Nisa syok. Dia tidak menyangka kalau akan ada pertengkaran seperti itu. Kepalanya mendadak pusing dan terus dia pegang. Ada sedikit bayangan yang terlintas, tapi itu masih terlihat samar.

Entah kenapa Nisa merasa dia pernah mengalami kejadian ini sebelumnya. Namun, semakin dia mengingat, itu semakin tidak jelas diingatannya.

“Lo nggak ingat pesan gue, Leon. Gue bilang, gue udah ikhlas kalo Lo jadian Ama mantan gue. Tapi, kalo gue tahu Lo bakal perlakuan dia kayak gini, gue ga rela. Gue ga bakal biarin Lo jadian ama mantan gue,” teriak Aldo. Dia juga jadi terpancing emosi.

“Oh, jadi Lo masih ada rasa sama mantan Lo, Aldo? Lo gila? Mau Lo kemanain Sofia dan Nata, hah? Dia ini udah jadi milik gue. Lo nggak bisa seenaknya begitu,” balas Leon. Kini bahasan mereka menerobos masa lalu.

Nisa hanya melihat ke arah Leon dan Aldo secara bergantian. Kepalanya makin terasa berat ketika dua laki-laki itu berteriak bagai kucing dan anjing.

Aldo adalah cinta pertama Nisa. Mereka menjalin kasih semenjak masa sekolah menengah atas dan karena suatu hal kisah Aldo dan Nisa putus di jalan. Tanpa alasan yang jelas Aldo meninggalkan Nisa. Di lain tahun, mereka dipertemukan kembali saat Nisa kuliah dan kala itu Nisa sudah menjalani hubungan dengan Leon.

Dunia nyata memang sempit, Leon adalah sahabat kecil Aldo dan ternyata mereka dipertemukan kembali saat Nisa sudah menjalani hubungan dengan Leon. Niat awalnya Aldo kala itu ingin meminta kembali hubungannya dengan Nisa.

Aldo tidak menyangka kalau mantan yang ingin diajak kembali menjalani hubungan sudah berpacaran dengan teman masa kecilnya. Ada beberapa kali dimana mereka sempat beradu mulut ketika hubungan masa lalu mereka terkuak.

Nisa yang awalannya menyembunyikan hubungan mereka karena tidak ingin dua sahabat itu bertengkar, namun pada akhirnya pertengkaran itu tetap tidak bisa terelakkan. Kisah Leon, Nisa dan Aldo berbuntut panjang hingga jika pada akhirnya mereka bertemu, pertengkaran ini tidak mungkin dihindari.

“A–Aldo, tolong, kepalaku pusing,” kata Nisa dan itu membuat perang mulut mereka terhenti.

Tatapan Leon langsung tertuju pada Nisa, dia tahu, Nisa pernah pingsan beberapa kali dan Leon akan memastikan kejadian itu tidak akan terulang jika Nisa ada dihadapannya.

“Lepaskan tanganku, Bisma!” bentak Leon segera menyikut perut Bisma dan berlari ke arah Nisa.

“Dimana yang sakitnya?” kata Leon, ups, bukan hanya Leon, tapi Aldo pun secara spontan melakukan hal yang sama berlari ke arah Nisa.

Antara dua sahabat yang tidak mungkin bisa mereka hindari adalah melihat Nisa terluka. Apalagi Aldo, dia lebih dulu mengenalnya. Dapat dipastikan, Aldo selangkah lebih maju dari Leon.

Nisa kembali tertegun, “Ma, apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa mereka?” Nisa memandangi mereka bergantian. Dia benar-benar bingung dengan kejadiannya saat ini. “Apa benar mereka pernah ada dalam masa 5 tahun laluku,” Nisa tidak berani menjawab kedua pertanyaan mereka.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience