Membela Diri

Romance Completed 22834

Kepala Nisa sedikit pusing mendengar ucapan Aldo. Dia menceritakan masa lalu mereka, tapi dalam bayangan Nisa adalah samar. Dia masih mencoba merapikan kepingan ingatan dia yang hilang.

“Ah!”

“Apa yang sakit, Az?” Aldo segera mendekat ketika Nisa tadi sempat mendorong tubuhnya. Aldo melihat Nisa memegangi kepala.

“Jangan sentuh,” Nisa mengarahkan tangan, memberikan isyarat agar laki-laki itu tidak mendekat.

“Az, ayolah jangan marah. Aku melakukan ini karena aku nggak pernah bisa melupakan kamu. Aku hanya sayang kamu, Az,” Aldo sedang memberi pembelaan diri. Dia juga tetap khawatir saat melihat Nisa seperti itu.

“Hentikan omong kosong kamu, Al. Kamu benar-benar keterlaluan dan tidak bertanggung jawab. Bisa-bisanya kamu mempermainkan perasaan seseorang sampai bertahun-tahun,” Nisa berkata sambil memegangi kepala. Dia benar-benar menolak Aldo mendekat.

“Setidaknya aku sudah mencoba, Az, aku nggak menjadi laki-laki bodoh seperti Leon. Dia itu benar-benar bodoh,” maki Aldo menjadi seorang yang berbeda ketika berhadapan dengan rival lamanya, Leon.

“Diam! Jangan bicara lagi, Al,” Nisa memalingkan wajahnya dan nggak mau berdekatan dengan Aldo. Rasa kepalanya makin terasa sakit.

“Ada apa ini?” suara bariton dari belakang Nisa menghampirimu, dia memegang pinggangnya.

“Kamu sudah kembali,” Nisa segera berbalik dan seolah meminta perlindungan di balik tubuh Leon.

“Um, aku mencarikan beberapa cemilan malam. Aku yakin di tempat ini nggak akan ada cemilan kesukaan kamu,” kata Leon menatap Aldo yang terlihat tidak suka dengan kedatangannya. Leon menatap mereka bergantian, dia yakin ada ketegangan yang terjadi saat dia tidak ada.

“Hah, sial. Seharusnya tadi aku menyuruh Bisma yang membeli semuanya. Harusnya dia yang keluar. Aku jadi nggak tahu apa yang terjadi,” Leon menyesali kepergian sesaatnya tadi. Pasalnya dia hanya ingin apa yang dia belikan Nisa adalah pilihannya langsung.

“Apa yang terjadi?” sekali lagi Leon bertanya, dia masih penasaran karena baik Nisa ataupun Aldo tidak membuka suaranya.

“Leon, kepalaku sakit …,” Nisa juga ragu untuk mengatakan hal tersebut tapi jika dia tetap di dekat Aldo yang sudah berubah seperti itu semakin membuatnya takut. Selain ingatan tentang Leon yang dia lupakan, Aldo masih dianggap sebagai orang yang paling baik.

Namun, pikirannya langsung berubah saat mendengar pengakuan Aldo. Meskipun dia berusaha membela diri, bagi Nisa hal itu tetaplah salah.

“Apa yang sakit? Dimana? Apa kita perlu ke dokter sekarang, hah?” Leon merangkul dan tatapan matanya berubah khawatir, Nisa juga dapat merasakan itu. Baik Leon atau Aldo memang sangat mengkhawatirkannya meski cara keduanya berbeda.

“Kita belum selesai bicara, Az, aku mohon jangan pergi seperti itu,” Aldo mencoba menahan, dia kali ini tidak mungkin menahan dirinya saat bertemu kembali dengan Nisa ataupun Leon.

Aldo tetap merasa meski Nisa tidak bisa mengingat apapun tentang Leon, Nisa tidak keberatan sama sekali di dekat Leon. Apalagi saat dia yakin kalau Leon pasti sudah melakukan apapun untuk mempertahankan Nisa tetap disisinya.

Aldo hanya mereka, cinta pertama yang dia rasakan pada Nisa seperti tidak tersampaikan dengan benar. Sedangkan Leon, yang hanya singkat mengenal Nisa, dulu sangat mudah berdekatan dengan gadis itu.

“Aku nggak mau bicara lagi sama kamu, Aldo. Aku mau menenangkan diri,” Nisa menggeleng dan tetap bersembunyi di dada Leon.

“Oke, oke, aku akan kasih waktu kamu. Tapi, jangan pergi dari sini. Nata akan mencarimu saat dia terbangun,” Aldo sesegera mungkin mencari alasan untuk menahan Nisa.

Nisa teringat saat gadis kecil itu menangis dalam pelukannya. Dia tidak mungkin mengabaikan begitu saja apalagi dia merasa akan menjadi orang jahat seperti Aldo yang tega melakukan apapun untuk tujuannya. Bisa sekali Aldo tidak mencintai Sofia meskipun mereka hidup bersama dan tetap terlihat seperti keluarga utuh di hadapan gadis kecil ini.

Nisa menitikkan air mata, dia juga mengingat kondisi ibunya yang masih terbaring di rumah sakit. Sampai saat ini dia belum sempat menjenguk kembali apalagi sudah menjadi tahanan rumah semenjak bertemu dengan Leon.

Menjadi Nata yang masih kecil. Nisa memikirkan nasib gadis kecil itu. Pasti akan sangat berat dan Nisa yakin seandainya gadis kecil itu tahu kenyataan yang sebenarnya bahwa dia bukan anak kandung Aldo dan Sofia sudah pasti membuat anak itu syok.

“Kamu benar-benar keterlaluan, Aldo. Bisa-bisa merancang alasan seperti ini untuk menahanku, aagghh …,” Nisa berbicara dalam hati, tapi semakin dia berpikir kepalanya makin terasa sakit.

Sepertinya potong-potongan ingatannya yang hilang perlahan menyatu.

“Apa itu?” Nisa kembali berbisik lirih saat dia melihat kejadian yang terjadi pada sebuah pesta ulang tahun.

“Itukah pesta ulang tahun Natasya? Agghh, sa–sakit!” bayangan terus melihat ada momen perayaan tiup lilin di dekat kolam renang. Nisa yakin itu adalah momen akan tiup lilin Natasya. Dan dia sepertinya akan diberikan potongan kue sebelum dua teman Natasya mendorong tubuhnya ke kolam renang.

Saat itu memang kondisi tubuh Nisa sedang tidak baik. Dia ingin ada momen dimana Leon dan Aldo saling berkelahi. Kedua benar-benar luka parah dan sudah pasti perkelahian itu adalah memperebutkan dirinya.

Perlahan ingatan itu seperti rol film..Nisa juga mengingat pertemuan pertamanya dengan Leon. Saat itu dia sedang jalan-jalan ke salah satu mall ingin menonton film bersama teman satu kamar kosnya. Leon yang memperhatikan Nisa sejak masuk ke dalam ruang bioskop dan melihat film.

Leon menghampiri Nisa dengan alasan film yang sedang dilihat Nisa. Nisa bahkan mencap kalau Leon Abegeh baru gede karena penampilannya yang benar-benar nyentrik. Celana skater robek robek, kaos warna hitam dengan topi yang benar-benar terlihat seperti anak Abegeh. Nisa benar-benar bisa mengingat hal itu.

Kemudian mereka secara spontan akhirnya bisa nonton bersama akibat ulah sahabat gendut Nisa kala itu. Nonton dan makan bareng berakhir dengan tukar nomor telepon menjadi awal kisah cinta antara Leon dan Nisa.

Secara agresif, Leon terus mendekati Nisa. Meski Leon tahu saat itu Nisa masih belum bisa membuka hatinya. Nisa masih belum bisa melupakan mantan pacarnya yang ternyata itu Aldo sahabat kecil Leon sendiri.

Dengan kegigihan Leon, semua usaha tidak menghianati hasil. Beberapa kali pendekatan namun Nisa terus menolak. Hingga satu kecelakaan motor yang terjadi pada Leon membuat Nisa membuka hatinya. Nisa dapat diyakinkan kalau aleon tidak akan menyakiti juga membuatnya menangis.

Leon benar-benar bisa membuktikannya. Tapi, itu tidak berlangsung lama ketika Aldo yang tidak diperkirakan menyusul dan mencari Nisa. Aldo berniat ingin meminta Nisa kembali. Saat itu, Aldo masih belum sadar kalau dirinya dan Leon mencintaimu orang yang sama.

Sampai mereka dipertemukan. Suasana canggung dan aneh benar-benar terasa. Nisa seperti main kucing-kucing dengan Leon. Dia menyembunyikan hubungan dengan Aldo karena takut melukai Leon. Hingga Aldo yang tidak mau melepaskan Nisa dan bertekad memperebutkan dirinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience