Jangan Bersikap Berlebihan

Romance Completed 22834

“Aku serius, Leon. Aku yakin ada hal buruk yang terjadi,” kata Nisa lagi dan kali ini dia menghempaskan pelukan Leon di pinggangnya.

Nisa bangkit dan ingin pergi,”Memangnya kamu mengenal Sofia?”

“Iya, aku kenal, meski baru satu kali bertemu dengannya,” Nisa berkacak pinggang dihadapan Leon. Dia benar-benar kesal karena Leon bersikap dingin pada masalah Aldo. Sepertinya cuek saja.

“Tenanglah, Azni, si bodoh itu belum menghubungi, aku yakin nggak akan ada hal buruk seperti yang kamu bayangkan. Lebih baik sekarang nikmati saja waktu kita,” Leon mencoba mengikuti Nisa dan menarik tangannya untuk kembali bersikap santai seperti tadi.

“Telepon Aldo, Leon, aku mohon, aku nggak akan tenang kalau begini terus,” Azni mengulangi keinginannya.

“Huh, kenapa kalau urusan dengan Aldo kamu begitu bersemangat. Kamu seolah ingin meninggalkan aku pergi dengan alasan seperti itu. Kenapa hanya Aldo saja yang kamu ingat?” Leon masih terbakar aroma cemburu.

Bagaimanapun Leon merasa apa yang terjadi dengan Nisa saat ini adalah idenya untuk menjauhinya.

“Kalau kamu nggak mau telepon, nggak apa-apa. Aku bisa melakukannya sendiri. Kembalikan tasku,” Nisa melotot, dia kehabisan akal kalau bersama dengan Leon. Laki-laki itu sungguh mendominasi dirinya.

“Enak saja. Semua barangmu aku sita untuk sementara sampai waktu yang nggak bisa ditentukan,” jawab Leon, dia tidak mau kalah Nisa sampai memegang ponsel atau barang-barang yang bisa membuat Nisa menjauhinya.

“Aaagghh!” Nisa berteriak keras dan menghentakkan kakinya. Apapun yang dia lakukan di hadapan Leon tetap tidak bisa membuat laki-laki itu percaya. Leon selalu akan mencurigai. Sebegitu dalam Leon dengan apa yang dimiliki karena dia sudah pernah kehilangan Nisa satu kali.

Dia mendorong tubuh Leon yang akan menariknya kembali ke arah karpet berbulu. Nisa tidak ingin berleha-leha karena hatinya juga merasa tidak enak.

“Aku harus mencari cara untuk kabur dari sini, tapi tasku yang ada dompet dan hp ku sama dia, bagaimana agar dia mengambilnya,” batin Nisa, matanya sambil berjelajah ke ruangan dan dia menemukan kalau barang yang dia cari ada di dekat meja makan.

Sepertinya Leon meletakkannya di meja makan karena mereka tadi sempat berada di sekitar sana. Nisa melangkah ke arah meja makan sebelum disadari oleh Leon. Dengan cepat Nisa menarik tas lalu berbalik pergi. Namun, Nisa melupakan kalau Leon memiliki banyak pengawal.

“Leon, tolong biarkan aku lewat. Aku nggak mau diperlakukan seperti ini,” Nisa merajuk dan kali ini dia segera berbalik badan, sudah pasti Leon ada di belakangnya. Dia mengikuti kelakuan Nisa tanpa suara.

“Aku kan sudah bilang, kalau dia memang ada masalah, Aldo pasti menghubungi. Percayalah, dia maupun Sofia baik-baik saja,” sekali lagi Leon meyakinkan Nisa.

Sekali lagi Nisa mendapatkan jawaban yang tidak mengenakkan. Namun, sebelum Nisa melontarkan kembali keinginannya, ponsel Leon berdering. Leon langsung mengangkat dengan wajah tanpa ekspresi saat dia tahu yang menelpon Aldo.

Leon diam beberapa saat ketika mendengarkan Aldo bicara. Dia harus tetap bersikap tenang dihadapan Nisa meskipun wajah Nisa sudah menunjukkan kecemasan ketika dia tahu Aldo yang menelpon.

“Apa yang Aldo bilang,” baru saja Leon menutup teleponnya.

“Baiklah, kamu sabar sebentar dan jangan berpikiran macam-macam,” Leon berkata sambil memegang kedua tangan Nisa.

“Kenapa? Jangan bikin penasaran,” jantung Nisa jadi ikutan berdebar mengikuti ucapan Leon.

“Aku akan membawamu bertemu dengan Aldo dengan catatan nggak boleh bersikap berlebihan, oke?” Kata Leon memastikan sebelum mereka berangkat.

Nisa mengerutkan kening. Dia menelaah apa yang dikatakan Leon barusan. Tidak boleh bersikap berlebihan. Dia masih berpikir, kalau keyakinannya tadi adalah benar jika Aldo sedang mengalami masalah.

“Nggak usah bikin aku penasaran nih, lebih baik kamu ceritakan dengan jelas apa yang sedang terjadi dengan Aldo. Aku nggak mau nanti kamu bersikap aneh atau menunjukkan hal-hal yang nggak diinginkan ketika aku bersama dengan Aldo,” kalau tidak mendapatkan penjelasan pasti dia akan bersikap seperti yang Leon katakan.

Dan dia tidak ingin kalau sikapnya nanti akan dijadikan alasan Leon untuk meminta suatu hal padanya. Meskipun bisa tahu Nisa tidak mungkin menolak apa yang kalian inginkan. Tapi, sebisanya sebelum laki-laki itu berpikir mendapatkan alasan Nisa harus mendapatkan jawaban yang pasti darinya.

“Ini mungkin sedikit mengkhawatirkan, tapi kamu harus tahu tidak ada hal buruk yang menimpa Aldo. Jadi kamu nggak usah bersikap berlebihan nanti,” kata Leon lagi dengan tatapan mata yang sulit diartikan oleh Nisa.

“Aku pasti kena jebakan Leon lagi nih, laki-laki ini pintar sekali mencari alasan,” kata Nisa dalam hati, dia benar-benar kehabisan akal dan kata kalau menghadapi sikap Leon yang seenaknya.

“Ayo?” Leon meletakkan tangannya di pinggang Nisa dan membawa gadis itu keluar dari rumahnya.

“Bisma, kau ikut denganku,” kata Leon saat dihadapkan dengan Bisma. Bisma mengangguk dan mengikuti tuannya yang berjalan lebih dulu.

Nisa masih mengamati perjalanannya. Dia benar-benar tidak diberitahukan Leon akan dibawa kemana. Leon terlihat tanpa ekspresi seperti biasanya dan dia tidak melepaskan dekapan tangannya dari pinggang Nisa.

Sampailah mereka ke area yang tidak mengenakkan. Nisa berdebar kembali saat melihat area itu. Area pemakaman yang selalu membuat bulu kuduknya meremang.

“Apa yang terjadi, Leon? Katakan. Aku nggak mau turun sebelum tahu apa yang sebenarnya terjadi,” Nisa menolak turun saat mobil mereka sudah berhenti dan Leon siap turun.

Leon menatap Nisa sesaat, tadinya Leon masih memiliki keyakinan kalau sikap Nisa tidak akan berlebihan seperti ini.

“Tenanglah, aku bilang kan jangan berlebihan, Azni. Aku bilang, Aldo baik-baik saja kan, heum,” ekor mata Leon terus mengamati gerak geriknya.

Leon tidak dapat memungkiri kalau gadisnya itu sudah memperlihatkan tanda-tanda kesedihan kedua bola mata Leon terus mengikuti arah mata Nisa yang bersiap untuk menangis.

“Nggak usah bohong kamu, aku yakin ada hal yang buruk terjadi, tapi kamu masih saja nggak percaya kan?” Nisa meradang, rasa dadanya kembali sesak. Untuk hal yang seperti ini, Nisa masih merasa seperti kehilangan ayah dan adiknya yang mengalami kecelakaan.

“Turun saja dulu, aku nggak berbohong apapun, heum?” Leon membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangan pada Nisa.

Meski Nisa ragu, tapi dia harus mendapatkan jawabannya. Dia pun menerima ukuran tangan Leon dan ikut bersama dengan langkah kaki Leon.

Beberapa detik sebelum dia memasuki pemakaman, kaki Nisa seperti mendapatkan rantai besi. Dia enggan untuk melangkah, namun hatinya tetap penasaran. Dilihatnya Aldo memang baik-baik saja dan di samping Aldo terlihat seorang gadis kecil yang menangis tersedu.

Jantung Nisa terasa akan copot ketika dia benar-benar berjalan mendekati Aldo. Lalu ekor matanya mengamati tulisan yang terpampang dalam batu nisan dan itu benar-benar membuat gelombang hati ini seperti terperas dengan kencang.

Nafasnya sempat tidak beraturan dan ketika gadis itu berbalik, menyadari kehadiran Nisa, dia berlari ke dalam pelukan, “Tante Nisaaa, huhuhu, tanteee huhuhu,” raung Nata dan dia benar-benar mendekap tubuh Nisa dengan erat, “Tanteee, bunda sudah nggak ada, bunda sudah pergi ninggalin Nata sendiri sama ayah, huhuhu, huhuhu ….”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience