Dia Melakukannya Lagi

Romance Completed 22863

"Masa laluku? Bagaimana dia tahu? Apa benar benar dia ada hubungannya dengan masa laluku? Aku sungguh nggak ingat apapun tentang dia."

Batin Nisa berbicara, dia tertegun dan memandangi wajah Leon. Dia terus mencoba mengingat, apa saja yang bisa dia ingat tentang masa lalunya. Nisa yakin tidak melupakan apapun dan dalam masa lalunya Dia sangat meyakini tidak ada di hidupnya.

"Aznii, kamu mendengar aku kan? Katakan dengan jujur. Apa yang terjadi dengan dirimu 5 tahun belakangan ini. Ceritakan semuanya dengan sejelas-jelasnya agar aku bisa tahu di mana letak kesalahannya," Leon mencoba memberikan tekanan kembali, sebenarnya dia sudah tidak nyaman berbicara bahasa formal dengan gadisnya, tapi mau dikatakan apalagi dia harus terima.

Kondisi Nisa saat ini memang belum bisa menerima kehadiran Leon. Leon harus secara sabar menangani perasaan sensitif Nisa apalagi setelah apa yang dilakukan Leon, Leon yakin saat ini bisa pasti sangat membenci dirinya.

"Aku nggak mau menjelaskan apapun dan aku nggak punya keinginan untuk menceritakan tentang masa laluku. Aku juga nggak ngerti kenapa kamu terus bersikeras merasa menjadi bagian masa laluku. Jujur aku benar-benar nggak kenal kamu," mau diputar berapa kali pun jawaban bisa tetap sama. Dia tidak mengenal Leon.

"Jangan bodoh Nisa, aku ini adalah orang yang paling penting di hidup kamu. Mau seberat apapun cobaan hubungan kita aku akan tetap berusaha mengembalikannya seperti pertama kali kita bertemu. Aku ini adalah kekasih juga belahan jiwa kamu, Nisa."

Tanpa ada ragu sedikitpun Leon berbicara dan benar-benar ingin meyakinkan bahwa apapun yang dia lakukan saat ini semata-mata karena dia terlalu mencintai juga merindukan Nisa. Leon ingin mengatakan kalau selama 5 tahun ini dia terus mencari Nisa dan tidak pernah menerima wanita lain masuk ke dalam hidupnya.

Leon ingin mengatakan kalau dia adalah satu-satunya wanita impian Leon. Dia juga ingin menekankan, tidak akan pernah ada wanita manapun yang menggantikan dalam posisi hatinya.

Nisa masih memalingkan wajahnya, dia malah berdebat dengan laki-laki dihadapannya. Baginya tetap saja tidak masuk akal. Baginya Leon baru dikenalnya.

Leon mengepalkan tangannya dan tak sabaran. Dia mendekati Nisa, tapi Nisa yang masih di ranjang malah bergeser menjauhi Leon. Leon kesal dan menarik pinggangnya.

"Sepertinya, kita memang harus lebih dekat lagi supaya kamu bisa lebih mengingatku," ucap Leon, dia membuka kaos yang dipakai beberapa saat lalu setelah mandi.

Nisa bergidik dan langsung menolak, "Ma–mau apa kamu? Nggak, aku nggak mau dekat kamu. Sana pergi," usir Nisa sambil mendorong tubuh Leon, tapi bukan menjauh Leon malah naik ke ranjang.

Dengan kasar dia merobek kembali baju Nisa dan membuangnya sembarangan. Usaha Nisa mendorong malah membuat tubuhnya terhimpit oleh tubuh besar Leon.

"Lepaskan, AHH, ahh hmm jangan sentuh umm ahh!" suara Nisa bergetar, dia mulai kelimpungan kembali saat Leon menelusuri lehernya dengan hidung Leon.

"Aku mau lihat, apa benar benar tubuhmu ini menolakku. Kalau tubuh kamu nggak memberikan respon apapun padaku, aku berjanji akan melepaskanmu," ucap Leon kembali dengan tatapan yang sulit diartikan Nisa.

"Uh, dasar laki-laki gila, mana mungkin tubuhku meresponnya. Aku yakin kamu bukan apa apa ahhh …."

Baru saja Nisa bergelut dengan pikirannya. Bulu kuduknya meremang. Ketika terus Nisa memberikan perlawanan pada Leon itu malah membuat tubuhnya menjadi panas.

"Ahhh jaa jaa gaaaannn," Nisa mencoba berteriak dan tubuhnya menggeliat saat tangan Leon menerobos masuk pertahanan paling sensitif miliknya. Di bagian sana, bagian inti milik Nisa sedang dimainkan oleh Leon.

Tangan dingin Leon hampir membuat Nisa menggila. Dia mencoba menahan semua kebangkitan tersebut, namun semakin keras dia menolaknya, tubuh Nisa seolah memberikan reaksi yang berbeda.

Tubuh Nisa seolah memberikan akses pada Leon untuk terus melakukan, menyentuhnya lagi dan lagi semakin dalam semakin membuat Nisa makin menjadi dan gelisah.

"Ummm!" Lolos juga suara itu, suara yang membangun sukma dan jiwa Leon. Sudah pasti saat mendengar desa an itu jiwa kelelakian Leon pun bangkit.

"Benar saja, ini pasti bagian sensitif kamu sayang, kamu sudah basah dan aku akan sangat menikmati ini. Aku pastikan kali ini tidak kasar seperti tadi siang. Aku ingin kamu merasakan nyaman saat kita melakukannya," senyuman penuh kemenangan Leon yang sadar benar kalau Nisa mulai tergoda oleh permainan tangannya.

Nisa hampir tak kuasa menahannya, semakin dia bergerak tubuhnya malah menimbulkan reaksi lain. Kedua tangannya hanya bisa mencengkram bantal ketika tiba-tiba saja Leon membuka kedua kakinya dengan lebar.

Perasaan itu sudah campur aduk. Nisa tidak bisa melukisnya lagi. Dia pertama kali di sentuh oleh Leon dan sekarang Leon sedang melakukannya kembali, namun perlakuan kali berbeda. Dia tidak kasar dan memaksa seperti saat di ruang kerjanya.

Kali ini, Leon terlihat berhati hati dan lebih mengutamakan kenikmatan yang harus dirasakan oleh Nisa juga.

"Ya ampun, apa-apaan ini, kenapa tubuhku malah ketagihan. Tubuhku benar benar nggak bisa menolak godaan ini. Siapa dia? Kenapa dia begitu yakin padaku padahal aku nggak ingat apapun soal dirinya, ummm ahh!" jerit batin Nisa saat tubuhnya sudah mulai dikuasai oleh hasrat yang makin terbakar.

"Leon ahh umm apa ini!" Nisa hampir saja menjerit dan menjambak rambut laki-laki itu. Nisa mengangkat tubuhnya untuk melihat apa yang sedang dilakukan Leon.

Sepertinya Leon tengah asik melakukan sesuatu di bawah kedua kaki Nisa. Kepala terus menjorok ke dalam dan lagi lagi Nisa merasakan sensasi yang berbeda saat itu. Geli geli yang tak bisa di lukisan, dia ingin menolak kembali, tapi dia tidak bisa memungkiri kalau perlakuan manis Leon di bawah sana membuat jantungnya berdebar makin kencang sekaligus ser ser an.

Kepala Leon makin dalam memanjakan nya, Nisa tanpa sadar malah menggerakkan bokongnya agar terangkat supaya memudahkan Leon men jilat dan meng hisap nya.

Leon menarik kepalanya dan melihat Nisa dalam kondisi tergoda oleh apa yang sedang dilakukannya.

"Apa kamu menyukainya? Katakanlah, kalau kamu menyukainya, aku melanjutkan ke posisi lain, uhmm?" tanya Leon, tapi dia bertanya tangannya terus saja melakukan gerakan naik turun disana.

"Umm tolong jangan berhenti umm!" suara parau Nisa sudah benar-benar terbakar. Dia sudah tidak bisa mengontrol apapun lagi. Sepertinya dia sudah menyerahkan apapun pada Leon.

Kemungkinan saat ini Nisa hanya berpikir bahwa Leon sudah terlanjur mengambil apapun miliknya, kalau sekali lagi Leon melakukan, mungkin tidak masalah.

"Ah ah bagaimana ini, aku nggak bisa berhenti. Orang gila ini, siapa dia? Kenapa tubuhku tidak menolak? Tapi, aku benar-benar membencinya, namun sekarang, apa yang harus aku lakukan, ahhh aku bisa gila karenanya," Nisa mencoba mengontrol tubuhnya yang benar-benar sudah kerasukan gelora.

Bagaimana dia harus mengontrol saat tubuhnya sudah basah kuyup oleh sentuhan tangan dan mulut Leon dibawah sana.

"Um, aku benar-benar gila, dia, dia, ah dia menyentuhku lagi!" teriak Nisa saat tidak ada lagi izin, sentuhan dari tangan juga mulut Leon, tapi kali ini Nisa merasakan gelombang yang sangat besar. Benda besar itu, benda milik Leon yang sedang bergerak di bawah sana, memompa tubuhnya kembali, namun kali ini begitu lembut benar-benar membakar Nisa keseluruhan tubuhnya.

Nisa tak kuasa menolak, meski tadi berontak. Saat ini, dia hanya dikuasai gelombang gila antara Romeo dan Juliet yang sedang dimabuk asmara.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience