Diserang Habis-habisan

Romance Completed 22834

Please be awise to reading. Mature Content!!

"Ah umm ya tuhan, apa ini, ini benar-benar nikmat, aku nggak tahan lagi umm," Nisa memejamkan mata sambil menggigit bibirnya sendiri saat merasakan Leon dengan putaran gelombang besarnya sedang bergoyang dan mengobrak-abrik milik Nisa yang makin terasa basah juga dalam.

"Umm Nisa sayang kamu benar-benar sempit sayang ah aku tahu dan yakin 5 tahun ini, kamu menjaga ini hanya untuk aku kan ahhh ah ini aku benar-benar menyukai milikmu. Aku kecanduan milikmu," rancu Leon, dia sedang memompanya makin dalam dan membuat Nisa tak bisa menahan suaranya.

"Ummmmm aaaahhh ummm jangan berhenti ah," rancu Nisa makin menggila kemudian tiba tiba saja Nisa merasakan tubuhnya bergetar hebat, seperti akan ada badai yang menerjang keluar dari kedua kakinya.

Leon menarik benda besar miliknya yang belum tertidur dan tanpa ragu memasukkan wajahnya diantara kedua kaki Nisa, sepertinya Leon siap menampung gelombang besar yang akan keluar tersebut.

"Keluarkan sayang jangan di tahan lagi, aku akan memakan semua tanpa sisa," suara Leon serak dan penuh gairah. Dia sudah mendekatkan wajahnya benar-benar dihadapan milik Nisa yang paling istimewa.

"Ummm ahh!" Nisa benar-benar menjerit dan tanpa sadar lagi dia mengeluarkan cairan putih berwarna kental miliknya. Dengan sigap Leon meng hisapnya dan membuat Nisa menarik nafasnya tidak beraturan saat Leon melakukan itu.

Leon tersenyum puas saat dia memakan habis semua cairan milik Nisa dan dia menyembulkan kepala melihat kondisi Nisa dengan nafas tersengal seperti sudah kehilangan tenaga.

"Sayang, tapi aku masih belum keluar, kamu lihatlah," Leon tanpa malu malu menunjukkan benda besar miliknya dihadapannya Nisa yang tidak berdaya karena gempuran dahsyat Leon barusan.

Nisa memalingkan wajahnya. Malu. Dia benar-benar malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa mulutnya berkata tidak, tapi tubuhnya memberikan akses penuh pada Leon. Nisa juga tidak tahu kenapa tubuhnya bisa bereaksi seperti itu pada Leon.

Wajah Nisa memerah. Tubuh Leon mendekat dan dia tanpa ragu mengarahkan benda besar miliknya ke mulut Nisa.

"Ini sudah 5 tahun tidak dimanjakan oleh kamu, Nisa, kamu benar-benar tega melihat Leonard kecil seperti ini?" ucap Leon sepertinya dia pasrah dengan apa yang akan Nisa lakukan. Leon tidak mungkin memaksa Nisa jika ingatannya belum sepenuhnya pulih.

"Dulu saat kita kuliah, kamu sering sekali memanjakan Leonard kecil tanpa diminta, asalkan kamu lihat dia bangun, kamu segera memeluknya dengan penuh kasih sayang," suara serak Leon membuat seluruh tubuh Nisa meremang kembali, meski terdengar tidak masuk akal, Nisa sekarang memberanikan diri menoleh ke arah Leonard kecil yang dibicarakan Leon tersebut.

"Kamu gila, apanya yang kecil. Besar dan panjang seperti itu apa sungguh masuk ke dalam mulutku?" secara spontan Nisa menjawabnya, dia merasa jadi ikutan gila karena Leon terus mengusap ngusap Leonard kecil dengan tangan hingga membuat itu terlihat kokoh dan mengerikan jika masuk ke mulut Nisa.

"Ah kamu benar benar membuat aku gila Nisa," tanpa banyak bicara lagi, Leon menarik tangan Nisa dan memeluk tubuhnya.

"Kamu harus mengingat sekecil apapun kenangan kita sayang, aku yakin, ini adalah kenangan yang paling bisa membangkitkan ingatanmu," Leon mengangkat wajah Nisa dan beberapa detik kemudian Leon sedang habis habisan memakan mulut Nisa.

"Aww sakit!" Nisa menjerit saat dia sedang diliputi gairah tiba tiba saja Leon menggigit salah satu pucuk milik Nisa yang meruncing.

"Hahahaha, aku benar-benar gemas, aku sudah lama tidak menyentuh semua milikmu sayang, kamu harus tahu, aku sangat menyukai semua milikmu dan akan melakukan ini setiap hari dengan kamu sampai kamu benar benar terbiasa dan bukan hanya aku yang kecanduan dengan tubuhmu," bisik Leon, kini posisinya sedang duduk dan memeluk Nisa dari belakang, tak lupa tangannya meremas dua benda kenyal milik Nisa kemudian setelah membuatnya mengeras tangan satunya kembali menyibak belahan bibir bawahnya.

"Berbalik lah dan masukan milikmu ke dalam Leonard kecilku lalu bergerak lah," perintah Leon, berbisik dan tak bisa ditolak lagi oleh Nisa karena dia sudah terlanjur basah.

"Ah umm tapi aku mohon setelah ini sudah yaa," suara parau Nisa memberikan jawaban dan mengikuti perintah Leon berbalik dan menghadap ke arah Leon.

Leon tersenyum dan mengusap peluh yang membasahi kening Nisa, "Iya sayang, setelah aku mengeluarkan milikku di dalam kamu, ok, uhm?" Nisa menjawab dengan anggukan dan dia mulai bergerak naik turun secara perlahan.

"Ough ini benar-benar enak sayang, lebih cepat dan kencang lagi sepertinya aku sudah siap untuk keluar," desah Leon ketika Nisa mengeratkan pelukan dan memompa Leonard kecil milik Leon begitu cepat.

Tubuh Leon benar benar bergetar dengan gelombang miliknya yang siap menyemprot dengan deras ke dalam sana.

"Aku nggak akan melepaskanmu lagi sayang, kamu akan selalu menjadi milikku. Dengan seperti ini, aku yakin, kamu akan segera terisi dan kamu nggak akan lari lari karena aku adalah satu-satunya yang bisa bertanggung jawab untuk itu," ucap batin Leon dengan segala rencana. Dia sudah mengunci Bisa terlebih dahulu meskipun saat ini Nisa belum mengingat apapun tentang dirinya.

"Dan kamu, tetap gadisku. Tetap penurut dan yang pasti tubuhmu ini nggak akan pernah menolak sentuhanku. Aku yakin, kamu akan segera sembuh Nisa," Leon makin memeluk erat tubuhnya dan merasakan setiap denyut dari tubuhnya ketika cairan miliknya mulai menyemprot ke dalam milik Nisa.

Mereka berdua tergeletak di ranjang dengan posisi Leon memeluk tubuh Nisa. Leon bahkan bisa merasakan ketika nafas mereka berdua menderu dengan gelora kerinduan.

"Kamu benar-benar gila, Nisa. Apa yang sudah kamu lakukan dengan orang gila ini. Kamu bahkan menurut saja. Bodoh bodoh. Dasar wanita murahan. Kamu sudah diserang habis habisan olehnya," Nisa mengumpat dirinya sendiri, dia benar-benar malu sampai membenamkan wajahnya di dada Leon.

Leon mengusap rambutnya, "Istirahat sebentar ya, habis ini kita makan malam. Kamu pasti lapar," ucap Leon dan masih dengan bodohnya Nisa mengangguk setelah mendengar ucapannya.

"Ya, seperti ini baru benar sayang, pelan pelan saja. Aku akan terus mengajari agar kamu bisa kembali mengingat diriku. Aku benar-benar kangen kamu, sayang. Tolong kembali seperti gadis kecilku yang dulu," batin Leon, matanya berkaca-kaca saat seperti ini, hanya ini yang dapat dia lakukan untuk membuat Nisa tenang dan bisa mengenalnya kembali.

Dia tidak akan melepaskan kesempatan itu. Bagi Leon, Nisa segalanya. Apa yang dia miliki saat ini, tanpa adanya Nisa disisinya bukanlah apa-apa.

Leon membiarkan Nisa beristirahat sejenak, ia menutupi tubuh Nisa dengan selimut, tapi telinganya benar benar terganggu. Sejak tadi Leon menyadari ponsel Nisa yang terus bergetar dan bercahaya.

Leon berjalan mendekat kearah ponselnya. Dan dia melihat tulisan "My Raka", melihat tulisannya saja sudah membuat hati Leon panas. Bagaimana bisa ada laki laki lain dalam kehidupan gadis yang dicintainya. Memikirkan itu saja sudah membuat Leon ingin menembak kepala orang itu.

"Jangan harap kamu bisa bertemu lagi dengan gadisku, dia hanya milikku. Nggak akan ada seorangpun yang bisa merebut milikku. Sejak dulu, dia hanya ada untuk diriku," oceh Leon dihadapan ponsel milik Nisa dan mematikan ponsel Nisa.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience