8. Lizzie's first date

Romance Series 18623

Selesai pertemuan dengan ketujuh adiknya, Night pun bersiap untuk kembali ke kediamannya. Saat Night sedang menggendong Lily, dari arah belakangnya, Nick pun menepuk bahu Night.

"Kak, jadi bagaimana dengan nanti malam?" tanya Nick.

Night menoleh. "Oh ya, tadi aku mau bahas itu denganmu. Untung saja kau ingatkan." Akhirnya Night duduk kembali begitu juga dengan Nick yang duduk di hadapannya.

"Coba buka profile Lizzie!" perintah Night ke Nick.

Nick mengambil tab miliknya dan membukanya. "Nih!" Lalu, ia memberikannya ke Night.

Night membaca profile Lizzie. "Dia menuliskan janji temunya di restoran, tapi tidak dituliskan nama tempatnya. Hemm..," Night berpikir sejenak sambil menggerutu dalam hatinya. Kalau bukan karena si wanita bernama Jane, aku tidak akan meloloskan pendaftaran atas nama Lizzie.

"Tumben banget kau yang memegang kendali, Kak? Bukankah biasanya juga Scott? Setahuku, kau tidak pernah mau tahu untuk urusan beginian." Nick melipat kedua tangannya di dada sambil menyender di sofa, kemudian menatap kakaknya dengan sorot penuh curiga.

Ucapan Nick barusan membuat Night merasa terpojok karena disalahkan. Seharusnya yang disalahkan adalah Jane, dumelnya dalam hati.

Dari arah samping Night duduk, Scott yang sedang berdiri sudah mengeluarkan tawanya dengan pelan mendengar perkataan Nick.

Night pun melirik kesal ke Scott dan memberi isyarat untuk diam. Karena tidak mau kena omel Night lagi, Scott pun memilih diam.

Merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakaknya, Nick menyipitkan matanya dengan penuh selidik saat menatap Night. Tatapan introgasi dilayangkan Nick ke Night yang merasa curiga. "Ada apa, Kak? Kau seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku."

"Tidak ada apa-apa," jawab Night datar.

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan tidak boleh ada rahasia di antara kita? Sekarang malah Kakak sendiri yang mau main rahasia-rahasiaan," sindir Nick.

Night menghela nafas panjang. Adiknya yang satu ini bukan hanya bawel, tapi rasa ingin tahunya memang sangat besar. Nick tidak akan berhenti mengoceh kalau belum mendapat jawaban yang ia mau. "Ku bilang tidak ada apa-apa, Nick."

Tentu saja Nick tidak percaya begitu saja. Ia melirik ke Scott yang sudah memberi tanda lewat matanya kalau jawaban Night itu bohong.

"Scott!" sembur Night yang tahu kalau Scott sedang berusaha memberi kode ke Nick. "Kau tidak mau kupecat, kan?" gertaknya.

"Maaf, Tuan." Scott menunduk. Tapi saat menunduk, sekelibat matanya tetap memberi kode ke Nick.

"Tidak apa-apa kalau Kakak tidak mau memberitahu aku. Aku bisa mencari tahu sendiri melalui Kak Denzel," ancam Nick.

Setelah mendengar ucapan Nick membawa nama Denzel, Night pun sedikit kelabakan. Masalahnya, adiknya yang satu itu bisa membaca pikiran orang. Dan ia tidak ingin sampai diketahuinya kalau ia sedang digerayangi oleh wanita yang bernama Jane. Kalau sampai itu terjadi, kehebohan dan kerusuhan akan terjadi di rumah ini. Termasuk Ben, papanya.

Night dikenal adik-adiknya adalah sosok lelaki berhati dingin apabila berhubungan dengan wanita. Mereka semua tidak pernah mendengar kakaknya menyebut nama wanita 'spesial' jika sedang berkumpul bersama kecuali kalau berhubungan dengan situs. Dan juga Scott pernah memberitahu mereka kalau selama ini Night itu tidak bisa mengingat rupa wanita yang dikencaninya. Denzel pun tidak pernah berhasil mendapatkan informasi apapun mengenai wanita di pikiran Night.

"Ah, jangan-jangan karena wanita ya?" tebak Nick.

Night yang mendengarnya langsung meneguk saliva-nya untuk membasahi kerongkongannya yang mulai kering akibat gugup. "Tadi malam aku hanya kurang tidur, Nick. Lebih tepatnya tidak bisa tidur. Jadinya aku tidak begitu memperhatikan," elaknya dengan membuat alibi.

Nick pun geleng-geleng kepala mendengar jawaban Night. Jawaban yang tidak nyambung! geram Nick dalam hati. Nick memilih tidak bertanya kembali. Dalam hatinya, ia akan menanyakan masalah ini ke Denzel. Ia yakin kalau sudah meminta padanya, masalah akan kelar dengan cepat. Nick jadi tidak sabar. Kalau benar ada hubungannya dengan wanita, ini akan jadi berita menggemparkan mengalahkan berita pernikahannya Pangeran William dan Kate Middleton.

Saat Nick sedang tertawa dalam hati, tiba-tiba Denzel masuk ke ruangan. "Kalian sedang membicarakan aku ya?" tanyanya.

Night pun langsung gelagapan. Belum pernah sekalipun ia merasa gugup didatangin adiknya. Shit! Denzel bahkan tahu kita orang sedang membicarakan dirinya, gerutunya dalam hati.

Nick dan Scott mulai menarik mulutnya ke atas membentuk senyuman lebar.

Gatcha! Kena kau, Kak!

Night langsung memasang wajah marah. "Nick, bukankah kita sedang membahas tentang wanita yang akan kau kencani malam ini?" semburnya.

"Tidak seru ah, Kak!" cibir Nick. Padahal tadinya ia mengira bakal mendapat kesempatan emas buat menggoda kakaknya.

Denzel berjalan menghampiri mereka berdua dan duduk di sebelah Nick. "Kayaknya menarik," ujarnya sambil menepuk paha Nick. Rasa ingin tahu Denzel keluar gara-gara mereka berdua membicarakan dirinya tadi. Lalu, Denzel menatap lekat bola mata Night yang sedang memandang ke dirinya. Kesempatan tidak datang dua kali!

Merasa ditatap, Night langsung menegurnya, "Jangan coba-coba ikut campur, Zel. Urus saja wanitamu sendiri untuk nanti malam!" Night tahu Denzel sedang berusaha mencari tahu lewat tatapannya.

Tiga keahlian yang dimiliki Denzel bisa terjadi dengan dua cara, yaitu saat ia menatap lawannya, dan satu lagi adalah dengan sebuah sentuhan. Dan tadi ia berusaha menatap bola mata Night untuk membaca pikirannya. Dan biasanya, ia tidak menggunakannya secara sembarangan. Hanya dalam situasi terdesak saja, atau memang lagi sangat diperlukan bantuannya. Tidak terkecuali saat sedang menggoda para saudara-saudaranya kalau mereka lagi bersama seperti sekarang ini.

Denzel mengangkat kedua tangannya. "Oke, oke, aku tidak akan ikut campur lagi." Denzel beranjak dari duduknya dan berdiri. Ia pun berniat pergi dari sana dan tidak mengganggu kakaknya yang berpura-pura marah.

Denzel sudah tahu kakaknya itu hanya berpura-pura marah. Mana pernah sekalipun Night marah kepada mereka selama mereka hidup bersama. Namun saat ia menatap sejenak mata kakaknya itu, ia mendapat sedikit gambaran masa depan yang terjadi pada Night malam nanti, walau tidak semuanya. Karena ingin menggoda kakaknya, Denzel menoleh ke Night saat ia sampai di pintu. "Kak, tempat janjian kita ternyata sama dan sepertinya nanti malam kau akan membutuhkan bantuanku."

Night langsung menoleh ke Denzel. "Kau ini selalu saja seenaknya memakai keahlianmu!" ocehnya ke Denzel.

Denzel pun bergegas pergi dengan tawa yang menggelegar dan membuat Nick mengernyitkan keningnya bingung akan arti kalimat Denzel. Tiba-tiba suara Denzel kembali terdengar, dan kali ini perkataannya tertuju pada Nick. "Nick, wanita yang akan bertemu denganmu nanti malam sangat cantik. Jadi kau tenang saja dan jangan disia-siakan."

Perkataan Denzel membuat Nick sangat senang. Mungkin karena beberapa hari ini dalam pertemuannya, ia mendapatkan wanita yang kurang menarik dan itu sangat membuatnya bosan.

Night mendesah kasar. Ia kembali menoleh ke Nick. "Lanjut yang tadi. Nanti kau coba telepon wanita yang bernama...," Night berhenti berkata karena lupa akan nama dari wanita yang sedang diperbincangkan dengan Nick. "Siapa namanya?" tanyanya ke Nick.

"Lizzie, Kak," jawab Nick sambil geleng-geleng kepala, begitupun dengan Scott yang mendengarnya.

"Oh ya Lizzie. Kau telepon dia dan pastikan tempat pertemuannya. Lalu, kau tidak boleh menolaknya apabila dia jelek," pesan Night. "Ya semoga saja perkataan Denzel tadi benar bahwa Liza sangat cantik," sambungnya.

"Lizzie, Kak, Lizzie!" tegur Nick membetulkan. "Ish..!" Nick memutar bola matanya jengah dan berniat untuk segera pergi. Kalau ia berlama-lama membicarakan wanita dengan kakaknya itu, yang ada dirinya bisa terkena darah tinggi. "Baiklah, Kak, aku sudah mengerti. Aku ke kamar dulu, ya!" pamitnya, lalu ia beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Night.

Setelah kepergian Nick, Night juga menyusul keluar ruangan. "Yuk, Li, kita pulang!" Night bangkit berdiri sembari menggendong anjingnya dan menciumnya.

"Guk!" (**Asyik pulang)

----Mr. Night----

Sampai di kamarnya, Night merebahkan dirinya di sofa dan tidak terasa kelopak matanya meredup akibat efek semalam kurang tidur. Night mengistirahatkan dirinya sebelum acara kencannya nanti malam dengan Jane.

4 jam kemudian...

Scott masuk ke kamar Night untuk membangunkannya. Saat sampai tadi, Night sudah berpesan pada Scott untuk membangunkannya apabila ia ketiduran. Scott berjalan menghampiri majikannya yang tertidur di sofa bersama Lily, si anjing peliharaannya.

Scott menggoyangkan tangan Night untuk membangunkannya sambil memanggilnya. "Mr. Night!"

Karena suara Scott mengusik tidurnya Lily, kini matanya terbuka dan langsung menggonggong, "Guk!" (** Mengganggu saja!)

Akibat gonggongan keras Lily, mata Night pun mulai terbuka. "Jam berapa, Scott?" tanyanya dengan suara parau. Kesadarannya masih belum pulih sempurna.

"Jam lima, Tuan," jawab Scott.

Night pun merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Ternyata aku sudah tertidur selama empat jam." Ia mengucek matanya. "Baiklah, waktunya mandi." Ia menoleh ke Scott. "Thanks, Scott. Siapkan pakaianku ya!" perintahnya.

"Baik, Tuan." Selama Night mandi, Scott mempersiapkan apa yang dibutuhkan oleh tuannya itu.

Setengah jam kemudian, Night keluar dari kamar mandi dan segera memakai pakaian yang sudah tersedia di atas ranjangnya. Setelah berpakaian lengkap, ia pun memastikan penampilannya di cermin.

Sekiranya sudah oke dengan penampilannya, Night keluar dari kamarnya. "Scott, jangan lupa kasih Lily makan! Aku tidak sempat lagi." Night memberikan perintah sebelum ia pergi.

"Baik, Tuan." Scott menggendong Lily yang dari tadi mengikuti Night di belakangnya. "Saatnya kau makan," ucapnya pada Lily.

"Guk! Guk!" (** Aku tidak mau kamu, aku hanya mau dia yang menyuapiku!)

Night mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju ke garasi rumahnya.

Sesudah Night memilih mobil yang akan ia kendarai malam ini, ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah ditentukan oleh Jane, Las Vegas Club.

*****

(Kediaman Seven Boys Flower)

Tidak hanya Night yang sudah bersiap, ketujuh lelaki tampan saat ini pun tengah bersiap-siap untuk acara kencan mereka.

Setelah selesai, mereka keluar dari kamar masing-masing dan berdiri sambil saling memandang satu sama lain. "Are you ready, Guys?" tanya Matthew kepada adik-adiknya.

"Let it begin!" Ketujuh lelaki, termasuk Matt sendiri, menjawab secara bersamaan, lalu mereka semua berjalan terpisah menuju ke mobil mereka masing-masing.

*****

Dalam perjalanan, Nick mengambil ponselnya untuk menelepon wanita bernama Lizzie. Setelah terhubung dan diangkat, Nick langsung menyapanya. "Halo!"

"Ya, siapa ini?"

"Hai, aku Nick. Apakah kau Lizzie?" tanya Nick memastikan.

"Ya benar. Ada apa ya? Apa kau ingin membatalkan acara kencan ini?"

"Oh, tidak, tidak! Aku hanya ingin memastikan nama restoran yang akan ku datangi ini. Soalnya kau tidak menuliskan nama restorannya."

"Oh, maafkan aku. Sebentar ya, akan kupikirkan dulu."

(Hening beberapa detik...) Nick pun menunggu.

"Apa kau punya usul, Nick?"

Nick berpikir sejenak. "Bagaimana kalau Eiffel Tower Restaurant?" usulnya. Tempat itu sangat romantis karena keindahan air mancurnya."

"Baiklah. Aku akan ke sana."

"Oke. Apabila kau sampai lebih dulu, pesankan tempat atas nama dirimu. Tetapi jika ternyata aku yang sampai lebih dulu, aku pun akan memesan dengan namamu."

"Oke."

"Sekarang aku sedang dalam perjalanan, jadi see you, My Lady."

"Ya. See you."

Panggilan pun diputus secara bersamaan.

Kini waktu pun menunjukkan pukul 06.15 pm. Jane mengemudikan mobilnya bersama dengan Lizzie yang duduk di sebelahnya. Jane hendak mengantarkan sahabatnya itu terlebih dahulu ke tempat janjiannya sebelum ia menuju ke acara kencannya.

"Jadinya ke tempat Eiffel Tower Restaurant?" tanya Jane.

"Iya," jawab Lizzie dengan menundukkan kepala sambil memainkan jari-jarinya. Saat ini Lizzie benar-benar gugup. Kepercayaan dirinya kembali hilang karena telepon dari Nick barusan. Disangkanya, Nick akan membatalkan acara kencan ini sebelum bertemu. Walau dugaannya ternyata salah, tapi tetap saja sekarang ia menjadi khawatir.

"Zie..!" seru Jane yang dari tadi memanggil namanya, tapi tidak dihiraukan oleh sahabatnya.

Lizzie tersadar dan langsung menoleh. "Ya, Jane?"

"Kau ini...!" Jane mendengus. "Ini..," Jane menyeret ucapannya sambil memberikan sebuah kartu platinum ke Lizzie. "Untuk berjaga-jaga, kau pegang saja kartu kreditku. Jika kau memerlukannya, pakai saja. Kalau tidak, ya kau simpan sampai besok baru kau kembalikan."

Lizzie tidak menolak dan langsung mengambilnya. "Thanks, Jane."

Jane tersenyum.

06.40 pm

Beberapa menit kemudian, mobil Jane sampai di restoran yang dibilang Nick. "Sudah sampai," ucapnya.

Lizzie pun melepas seatbelt dan keluar dari mobil, tapi tidak dengan Jane karena ia hanya mengantarkan Lizzie. Sebelum Jane melanjutkan perjalanannya, sekali lagi ia memberikan semangat kepada Lizzie. "Zie..," panggilnya, dan Lizzie menoleh. "Percaya dirilah. Kau sangat cantik malam ini. Aku yakin Nick akan terpana melihatmu."

Lizzie hanya bisa mengulas senyum untuk menutupi kegugupannya. Lalu, ia berjalan masuk ke dalam restoran. Sedangkan Jane, ia melaju mobilnya menuju Las vegas Club.

*****

06.50 pm

Sampai di dalam restoran, Lizzie disambut oleh seorang waiters. "Ada yang bisa saya bantu, Miss?"

"Apa sudah ada lelaki yang memesan tempat atas nama Lizzie?" tanya Lizzie.

"Tunggu sebentar, kami akan mengeceknya," jawab si waiters. Lalu, ia melihat ke layar komputernya untuk memeriksa nama Lizzie. "Ada, Miss. Ini meja nomor tujuh. Mari lewat sini." Waiters mengarahkan Lizzie melalui tangannya dan Lizzie hanya mengikutinya dari belakang.

Ternyata dia sudah tiba, batin Lizzie. Tapi di selanya berjalan menuju meja nomor tujuh yang sudah hampir dekat, Lizzie tidak melihat ada lelaki yang duduk. Hanya ada meja dan dua bangku yang kosong. Padahal detak jantungnya sudah memompa dengan cepat. Tidak ada siapa-siapa?

"Silahkan, Miss," ucap waiters tersebut menunjukkan bangkunya.

"Thanks." Lizzie pun duduk dan waiters pun telah pergi.

07.00 pm

Lizzie pun memperhatikan sekelilingnya. Rasa gugupnya kembali meradang. "Di mana lelaki yang bernama Nick? Bukankah seharusnya dia sudah tiba, tapi kok tidak ada?" gumam Lizzie sambil celingak celinguk. Tidak mungkin kan dia kabur? Lizzie mendesah pelan. Kalau itu terjadi...,

Suara sapaan menghentikan lamunan Lizzie. "Selamat malam, Nona Lizzie!"

Lizzie pun mendongak. Tiba-tiba mulutnya terdiam terpaku melihat sosok lelaki yang sedang berdiri di hadapannya.

Lelaki itu mengibaskan tangannya di hadapan wajah Lizzie. "Hey, hey..!"

Lizzie terhentak. Kesadarannya sudah kembali, buru-buru Lizzie berdiri dan menunduk. "Maaf, maaf."

Lelaki itu tersenyum ke Lizzie. "It's okay."

Lizzie menatap kagum lelaki tersebut, terutama ke penampilannya yang tidak diduganya sama sekali. Malah ia tidak yakin sendiri kalau lelaki ini adalah pasangan kencannya malam ini. "Kau yang bernama Nick?"

Lelaki itu mengangguk. "Kenalkan namaku Nick." Ia mengulurkan tangannya ke Lizzie.

Lizzie pun membalas dengan mengulurkan tangannya. "Lizzie Moretz," sebutnya memperkenalkan diri.

Setelah bersalaman, Nick dan Lizzie pun duduk di bangkunya masing-masing.

"Aku sudah memesankan makanan untuk kita," ujar Nick.

"I-iya." Lizzie terbata karena masih merasa gugup. Jujur lelaki di hadapannya ini sangat tampan. Benar kata Jane, anggota Seven Boys Flower itu sangat tampan.

Keheningan meliputi mereka bedua sesaat sampai waiters datang mengantarkan makanan dan minuman pesanan dari Nick.

"Aku mau tanya sama kau, Zie. Eh, bolehkan aku panggil kau dengan nama saja?" tanya Nick membuka suara duluan.

"Boleh," jawab Lizzie.

"Kenapa kau tidak mencantumkan fotomu dan alasanmu menyewa situs kami?" tanya Nick sambil melipat kedua tangannya di meja. Matanya menatap intens paras wajah Lizzie yang menurutnya sangat cantik itu. Benar kata Kak Denzel, wanita yang kutemui ini sangat cantik, tapi sayangnya dia pemalu.

"Sebenarnya aku tidak berniat untuk mendaftar ke situs itu. Aku hanya disuruh oleh temanku. Dan juga, aku terpaksa mengiyakan permintaannya untuk menemuimu dengan dandanan seperti ini," jawab Lizzie dengan jujur.

"Oh ya?" Nick tertegun mendengarnya. Siapa sangka ia malah mendengar jawaban yang menurutnya aneh. Para wanita berlomba-lomba mendaftar paling cepat untuk bisa menyewa dirinya, sedangkan wanita ini? Dia malah bilang kalau tidak berniat dan terpaksa? What the hell? Bukankah secara tidak langsung dirinya ditolak?

Lizzie mengangguk. "Aku yang sekarang bukanlah aku yang sebenarnya. Ini hanya riasan make up yang menutupi diriku yang culun dan kuper ini." Entah kenapa acara kencan ini berubah menjadi sesi curhat bagi Lizzie. Tetapi Nick tidak menolaknya, ia malah mendengarkannya dengan seksama sambil memperhatikan kecantikan Lizzie.

"Siapa bilang kau culun? Kau itu sangat cantik, Zie. Serius!" puji Nick.

Lizzie langsung menoleh ke Nick sambil tersenyum. Senyuman yang menampilkan lesung pipi kanannya. "Terima kasih. Kau adalah lelaki pertama yang merayuku."

"Ini bukan rayuan. Aku jujur, Zie. Kau itu sangat cantik." Nick menopang dagu di atas meja. "Tidak bosan aku menatapmu. Bolehkah kau tersenyum lagi untukku," pintanya.

Lizzie memainkan jari-jarinya sambil menggigit bibir bawahnya. Ia merasakan kembali debaran jantungnya yang sangat kencang. Tatapan dari bola mata kebiruan milik Nick seolah menghipnotis dirinya, tapi Lizzie berusaha menepis dan menolak itu semua. Aku tidak boleh terpengaruh! Ini hanya berlaku lima jam saja. Setelah itu, ini semua akan berakhir dan aku akan tetap menjadi Lizzie yang kuper.

"Bisa kita mulai acara makannya?" tanya Lizzie mengalihkan pembicaraan.

Nick pun terkekeh. "Baiklah. Tapi ucapanku tadi sungguh-sungguh. Aku sanggup melakukan apa saja hanya untuk melihat senyumanmu."

Wajah Lizzie pun merona. Sadar, Lizzie! Dia pasti begitu ke semua wanita yang dikencaninya.

07.15 pm

Saat Lizzie ingin memulai makannya, ponselnya bergetar. Lizzie pun meminta ijin ke Nick untuk mengangkat telepon.

Jane? Ada apa ya? Bukankah seharusnya dia bersenang-senang? gumam Lizzie dalam hatinya sembari melihat nama Jane tertera di layar ponselnya.

"Halo, Jane!" sapa Lizzie.

(....)

"Ya, aku masih bersamanya. Kenapa?" jawab Lizzie sambil melirik ke arah Nick.

(....)

"Ya. Dia sangat tampan, Jane," ucap Lizzie dengan mengecilkan suaranya.

(....)

"Mungkin dia terjebak macet. Tunggu saja.

(....)

"Baiklah, nanti akan ku cari tahu lewat Nick."

(....)

"Bye, Jane!" Lizzie mengakhiri panggilannya dan berjalan kembali menuju ke arah mejanya. Namun ia tidak duduk, melainkan berdiri di hadapan Nick. "Nick, apa ucapanmu tadi yang mengatakan sanggup melakukan apapun demi melihat senyumku itu benar?"

Nick yang terkejut dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Lizzie pun hanya bisa menjawab dengan anggukkan kepala. "Kenapa ya, Zie?" tanyanya.

"Aku ingin meminta sesuatu darimu," pinta Lizzie.

Nick mengambil tangan Lizzie, lalu mencium punggung tangannya. "Dengan senang hati akan ku lakukan, My Lady."

"Bolehkah aku melihat fotonya Mr. Night?"

"Hah?" Nick langsung mendongak ke Lizzie karena terkejut dengan permintaannya.

......

TBC

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience