(Malam hari setelah Night mengantarkan Jane pulang)
Night melempar kunci mobilnya ke atas ranjang kasurnya setelah ia sudah memasuki kamarnya. Kepenatan yang berkecamuk di kepalanya sudah minta dijawab. Tapi ia harus bersabar lagi karena masih ada waktu enam jam sebelum matahari menampakkan wujudnya agar ia bisa bertemu dengan sang mama, si penjawab pertanyaan.
"Ada apa, Tuan? Apa acaranya tidak menyenangkan?" tanya Scott yang melihat wajah tuannya seperti kakek-kakek yang tidak dapat jatah.
Night menoleh kaget ke Scott yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya. Ia sama sekali tidak mendengar suara saat Scott berjalan masuk. Seperti hantu saja!
Night menghela nafas kelelahan. Ia merasa habis mengangkat batu berton-ton. Padahal ia tidak melakukan apa-apa, hanya mengantarkan Jane pulang. "Banyak masalah yang terjadi, Scott." Night terhentak. "Ah iya, Scott, aku mau bertanya sesuatu padamu. Kau bekerja dengan papaku sudah lama, kan?" tanyanya dengan menatap Scott.
"Benar, Tuan. Ada masalah?"
"Apa kau tahu masalah yang terjadi antara Papa dan Mamaku?" tanya Night lagi.
"Masalah seperti apa ya, Tuan? Maaf saya kurang mengerti."
"Kau tahu, Scott, ternyata aku ini mempunyai saudara kembar."
"Yang benar, Tuan?" Scott tampak terkejut, tapi raut mukanya dan responnya tampak biasa saja. "Apa sifatnya mirip banget sama Tuan? Semoga saja sih jangan, apalagi menyangkut wanita." Scott langsung memegang kening dengan tangannya sambil bergeleng pelan.
"Kau mau cepat-cepat dipensiunkan ya, Scott?" omel Night. "Apakah salahku kalau tidak bisa mengingat wajah wanita dan namanya? Mungkin saja gen Papa tidak turun kepadaku, tapi turun ke kembaranku. Itu yang kau mau dengar dariku?" lanjutnya menyinyir.
"Bukan seperti itu maksud saya, Tuan. Saya juga tidak mau Tuan seperti Tuan Besar yang mempunyai banyak istri. Tapi menurut saya, Tuan sudah berubah. Ya walaupun hanya--uhuk, uhuk---sedikit. Setidaknya bisa mengingat satu nama wanita saja, itu sudah mengalami kemajuan yang sangat drasss..tis," goda Scott sambil menahan tawanya. Kalimat Scott diucapkan dengan sedikit dilebih-lebihkan.
"Apa kau sedang membicarakan Jane?" tanya Night yang sudah bisa menebak arah topik pembicaraan Scott.
"Saya tidak menyebut namanya lho, Tuan."
"Kau memang tidak menyebutkan nama, tapi wajahmu jelas menampakkan tulisan namanya. Dan satu nama yang kau maksud tadi, siapa lagi kalau bukan dia?"
Sepertinya Tuan Night sedang mengalami moodbreaker. Padahal yang dimaksud kan adalah Nona Sonia. "Saya serius, Tuan. Saya tidak sedang memikirkannya Nona Jane, cukup Tuan saja deh yang memikirkannya," sahut Scott. Scott langsung mengubah topik pembicaraan karena melihat tatapan laser dari sorot mata tuannya. "Apa Tuan Besar sudah tahu tentang kembaran Tuan?"
"Iya. Papa diberitahu oleh Sonia. Bahkan Papa sampai datang ke sana untuk memastikan. Namun, Papa tidak berhasil bertemu dengannya karena kembaranku sudah langsung pulang."
Scott terperangah tidak percaya. Kenapa dirinya malah tidak tahu apa-apa? Padahal ia sudah bekerja di keluarga Anderson hampir mendekati tiga puluh tahun. "Tapi, Tuan, kenapa dia tiba-tiba baru muncul di acara itu?"
"Mamaku yang menyuruhnya datang sebagai kado untuk menjadi pasangan Jane," jawab Night gusar karena kembali mengingat kejadian tadi di hotel. Dan kilasan ucapan terakhir Jayden sebelum ia pergi kembali terputar di benaknya, yang di mana Jayden memperingatinya untuk menjaga dan melindungi Jane.
"Siapa nama kembaran Tuan?" tanya Scott yang belum habis stok pertanyaannya.
"Jayden Courtney. Nama belakangnya diambil dari nama Mama dan bukan Anderson. Aku tidak tahu tujuan Mama menyembunyikannya selama ini untuk apa, tapi yang pasti besok akan aku cari tahu."
Scott mengeluarkan deheman sambil berpikir sejenak, tapi tiada jawaban juga yang ia dapatkan. "Maafkan saya, Tuan, jika saya tidak bisa membantu apa-apa karena memang saya tidak begitu tahu kalau untuk urusan Nyonya Kelly. Yang selama ini saya ketahui hanya Tuan Besar sangat mencintai Nyonya Kelly. Itu saja."
"Kalau Papaku sangat mencintai Mama, kenapa dia harus menikah lagi sampai mempunyai tujuh istri?" Night menggeleng kepalanya pelan. Kadang ia bersyukur, gen papanya tidak menurun ke dirinya.
"Istirahatlah, Tuan." Scott menunduk kepalanya berpamitan dan tidak menjawab lagi pertanyaan terakhir Night karena ia juga tidak tahu harus menjawab apa. Sepertinya aku harus mencari tahu lewat Dave.
"Thanks, Scott."
Scott menutup pintu kamar Night dengan pelan. Setelah Night memastikan Scott telah keluar, ia pun merebahkan dirinya di atas ranjang kasur miliknya sambil membentangkan kedua tangannya.
Jane--nama itu tiba-tiba terlintas dalam kepalanya. Suatu mukjizat bagi Night karena dirinya masih mengingat nama Jane sampai sekarang. Tidak hanya nama, wajahnya yang pernah menggerayanginya sampai ia tidak bisa tidur harus diacungi jempol karena itu berarti prinsip perundang-undangan dirinya tentang wanita perlahan memudar. Semoga saja begitu.
Night menatap langit-langit kamarnya yang bercahaya remang. Pikirannya melayang karena Night tengah mencari cara untuk menjaga Jane dari Sonia. Night tahu betul sifat Sonia seperti apa. Tidak mungkin kan dirinya masuk ke kampus Jane dan berpura-pura sebagai mahasiswa? Mungkin sehari dua hari bisa saja, tapi tidak setiap hari. Ia butuh bantuan seseorang untuk menyelinap masuk ke kampus. Bahkan kalau bisa orang itu harus belajar di sana seterusnya agar ia bisa memantau kekasihnya itu.
Rasanya Night ingin tertawa mengatakan kata kekasih yang keluar dari mulutnya sendiri. Dirinya benar-benar tidak menduga bahwa tadi ia mengatakan hal memalukan yang bahkan seumur hidupnya, ia tidak pernah melakukan pendekatan ke wanita apalagi yang namanya pacaran. Tapi anggaplah permintaannya tadi semata hanya untuk melindungi Jane, walaupun dengan cara yang salah dan tidak gentlement.
Bodohnya diriku! Bagaimana ke depannya nanti? Bagaimana kalau aku sampai menyakiti Jane?
Night mengacak-acak rambutnya sendiri karena merasa frustasi. Ia jadi merasa bersalah kalau begini. Dirinya memang menyukai Jane. Ada yang berbeda dari diri Jane yang tidak bisa diungkapkan oleh dirinya. Tapi rasa suka yang dirasakannya adalah nyaman bersamanya, bukan suka dalam arti ke perasaan sayang atau cinta.
Selama ini perasaan sayangnya hanya ditujukan kepada orang tuanya dan ke adik-adiknya. Ia tidak pernah mau bermain dengan yang nama perasaan cinta ataupun serius menjalin hubungan. Itu karena ia tidak mau mengalami sakit hati ataupun menyakiti perasaan wanita lagi seperti waktu kecil. Meskipun ingatan Night tidak begitu jelas dengan kejadiannya.
Yang Night ingat adalah bagian di mana gadis tersebut memberikan surat kepadanya, tapi Sonialah yang membalasnya tanpa ia tahu balasannya apa. Lalu setelah itu, Sonia memberitahukannya bahwa gadis itu menangis dan berkata membenci dirinya.
Helaan nafas panjang keluar dari Night. Semua ini karena Sonia. Kalau saja Sonia tidak berlaku seenaknya kepada gadis kecil itu lewat surat, ia tidak akan seperti ini. Ia jadi merasa bersalah pada gadis itu sampai sekarang.
Andai saja ia mengetahui nama gadis itu, ia bisa langsung pergi menemuinya dan minta maaf dengan cepat tanpa dihantui perasaan bersalah seperti sekarang ini yang masih dirasakannya. Kalau saja gedung sekolahnya tidak besar dan luas, ia pasti bisa menemukan gadis itu. Akan tetapi masalah terutamanya bukan hanya itu, melainkan masalah terbesarnya adalah Night lupa dengan rupa paras gadis tersebut dan juga namanya.
Kalau begini, ingin rasanya gen Ben menurun ke dirinya. Tapi, dengan cepat Night langsung menepisnya.
Tidak-tidak! Aku tidak mau seperti Papa! Walaupun secara tidak langsung pekerjaanku yang menemani wanita-wanita berbeda setiap malam juga dicap sebagai 'playboy'.
"Guk! Guk!" (** Aku kangen)
Lily menghampiri Night dan menjilati wajah Night, membuyarkan pikirannya. Night merasa geli dan langsung memeluk Lily.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Itu adalah bunyi dering chat di group.
Night segera mengambil ponselnya dan mulai membaca chat dari adik-adiknya yang menanyakan keberadaan Nick. "Sepertinya aku tahu harus meminta bantuan ke siapa," gumamnya sembari beranjak dari posisi tidurnya dan menjadi duduk kembali. Ia langsung mencari kontak adiknya, Nick, dan menghubunginya. Setelah terdengar suara dari Nick, Night langsung berbicara. "Di mana kau sekarang? Kenapa tadi tidak ke acara?" tanyanya.
"Kak Denzel menipuku. Dan aku terjebak macet parah karena ada kecelakaan. Ini saja aku baru sampai rumah, Kak."
"Denzel menipumu apa?"
"Iya. Dia bilang aku harus pulang ke rumah Mama. Aku pikir mamaku kenapa-kenapa. Tahunya saat aku pulang, mamaku sedang sibuk arisan memamerkan perhiasan yang baru aku belikan kemarin."
"Dasar, Denzel! Belum saja dia kena balasannya."
"By the way, ada apa Kakak meneleponku?"
"Aku ingin minta bantuanmu. Tapi sepertinya besok pagi saja kita bicarakan di rumah. Bilang pada mereka semua kalau besok pagi aku akan datang."
"Baiklah, Kak. Tapi jangan terlalu pagi ya, Kak. Aku ingin tidur selama delapan jam untuk menjaga staminaku."
"Jam delapan sampai sana. Tidak ada protes! Bye!" Night langsung mengakhiri panggilannya dengan cepat karena ia tahu Nick bakal panjang lebar memprotesnya. Sebelum Night meletakkan ponselnya, ia mengetik pesan di group.
Me :
Denzel!!! Bagus ya, kau sudah menjahili Nick sampai dia tidak datang ke acara reuni! Besok aku akan datang untuk menghajarmu!
Denzel :
Ampun, Kakak, yang sekarang memiliki saudara kembar. Jayden namanya. T-T
Me :
Shut up! Kenapa kau jadi bawa-bawa nama Jayden?!
Denzel :
Oopss! Salahkan tanganku, plz. Jangan diriku ya, Kakak yang sudah menjadi milik Jane. Oopss lagi! Sorry keceplosan. ;D
Me :
WTF!!
Javier :
Ah, jadi sudah jadian? Gerakan yang cepat. Congratz! Kakak memang gentlement!
Pieter :
Congrats, Kakak! Kita harus merayakannya nanti!
Matthew :
Ajak Jane juga kalau begitu dan kenalkan pada kami ya, Kak!
Justin :
Benar, kenalkan calon Kakak Ipar pada kami. Kami ingin mengenalnya. Hore ! Kakak dingin kita akhirnya cair dengan seorang wanita.
Matthew :
Berarti kencan besok, kita yang menentukan pilihan tempatnya dan kita berkumpul di sana bersama. Bagaimana?
Evan :
Setuju!
Javier :
Setuju!
Justin :
Setuju!
Denzel :
Ajak si Kakak kembaran gak?
Nick :
Ada berita apa nih? Siapa yang kembar? Aku ketinggalan berita ya?! Curang! Kasih tahu donk!
Denzel :
Maaf, Adikku, nanti akan ku ceritakan, tapi di dalam mimpi ya? Ha-ha-ha..
Javier :
Ha-ha-ha.. Kasihan adikku yang satu ini. Van, nanti ceritakan ke dia. Masa cuma kita saja yang bersenang-senang dengan hal gembira ini.
Evan :
Beres!! Nick kan tukang introgasi, biar si Kakak Night dibuat pusing dengannya. HA-HA-HA .. Lol
Me :
KALIAN INI!!!
Night memilih tidak membalas lagi, walaupun chat masih terus masuk. Semua gara-gara Denzel!! Night beranjak dari ranjang dan berjalan menuju ke kamar mandinya. Lebih baik aku berendam.
*****
Keesokkan harinya....
Lily sedang tertidur di samping wajah Night dengan pulasnya. Sampai suara pintu terbuka yang akhirnya membangunkan Lily.
"Guk! Guk! Guk!" (** Bangun, bangun, aku lapar! ). Lily mendekati Night sambil menjilati wajah Night.
Night mengerang kesal karena tidurnya terganggu. Akhirnya kelopak matanya dibuka paksa karena Lily masih terus menjilatinya dan menggaruk-garuk tubuh Night yang setengah telanjang.
"Good Morning, Mr. Night," sapa Scott.
"Morning, Scott," sapa balik dari Night sambil mengucek matanya yang masih mengantuk. "Jam berapa sekarang, Scott?"
"Pukul tujuh lebih lima menit, Tuan," jawab Scott.
Night mengubah posisinya menjadi duduk. "Bacakan berapa penyewa hari ini?"
"Baik, Tuan." Scott mengambil tab-nya dan mulai membacakan jumlah penyewa situs. "Sampai sekarang, sudah terkumpul 417 penyewa dengan rincian : 55 yang menyewa Tuan Matt, 72 untuk Tuan Denzel, 51 untuk Tuan Pieter, 87 untuk Tuan Javier, 48 untuk Tuan Evan, 44 untuk Tuan Justin, 60 untuk Tuan Nick."
"Mereka sudah memilih?" tanya Night.
"Sudah, Tuan. Bahkan mereka menentukan sendiri tempat kencannya. Tadi malam Tuan Justin memperbaharui situs dan dia memberitahuku barusan lewat pesan."
"Tempat kencannya di mana?"
"Las Vegas Club. Kata Tuan Justin sekalian untuk merayakan hari pertama pertemuan anda dengan Nona Jane."
Night mendecak. "Dasar mereka, selalu saja seenaknya! Ini pasti ulah Denzel!" umpatnya kesal. Lalu ia menoleh ke Scott. "Lalu bagaimana denganku? Apa ada penyewa untukku?"
"Sebenarnya ada tiga penyewa untuk anda, Tuan. Tetapi saya sudah memilih penyewa dengan bayaran paling mahal. Dua miliar sudah masuk di rekening anda, Mr. Night."
Night tidak terkejut karena sebelumnya juga pernah ada yang menyewanya dengan bayaran segitu. "Siapa penyewaku?" tanya Night.
"Dia pemenang Miss Beauty asal Australia. Namanya Mia Lawson."
"Baiklah. Kirim fotonya ke ponselku." Night mengambil cangkir kopi yang sudah dibawakan salah satu pelayan ke dalam kamarnya. "Kau boleh pergi, Scott!" perintah Night.
Scott menunduk. "Baik, Tuan." Scott berjalan menuju pintu. Sampai di luar pintu dan ingin menutup pintu, ia menyematkan perkataan untuk tuannya kembali. "Mr. Night..," panggilnya.
Night menoleh. "Ada hal lain lagi?"
"Tidak, Tuan. Hanya saja..," Scott ragu untuk mengatakannya. Ia takut tuannya akan marah, tapi ia juga tidak tahan untuk tidak menggoda tuannya itu. "Congrats buat Tuan karena sudah berpacaran dengan Nona Jane. Semoga langgeng dan---,"
"SCOTT!!!" pekik Night kesal memotong ucapan Scott.
Scott langsung buru-buru memberi tanda lewat jarinya mengartikan harus menutup mulutnya. "Maaf, Tuan." Setelah itu Scott langsung menutup pintu kamar Night sambil terkekeh.
Night mendegus kesal. Ia langsung duduk sambil memegang cangkir kopinya ditemani Lily di sampingnya.
Night menoleh ke Lily. "Apa kau juga mau meledekku, Li?"
Lily menatap bingung Night. (Bicara apa sih dia?)
Night tertawa sambil menatap Lily. "Kau tidak mungkin mengkhianatiku, kan?"
"Guk!" (** Lapar!)
Night menyesap kopinya dan bersiap untuk mandi. Karena sehabis ini ia akan memberikan pelajaran pada Adiknya, Denzel. Awas saja!
.....
Tbc
Share this novel