Cerita ini sudah direvisi lagi. Yang uda punya bukunya pasti ada perubahan sedikit dari segi kata-kata. Karena jujur yang dibuku itu tidak ada editan dari penerbit. Asli naskahku. Jadi sekarang aku mulai revisi lagi. Aku sadar cerita ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. >,<
Happy reading! ^^
Semoga suka dengan part ini! :)
*****
Setelah ponsel para wanita diretas oleh seseorang dengan memasukkan promo iklan, mereka semua langsung heboh membicarakan iklan situs tersebut. Dan seorang lelaki yang sedang memegang ponselnya menarik sisi mulutnya membentuk lengkungan lebar karena telah berhasil menyebarkan alamat situs ke semua wanita penghuni kampus.
Setelah selesai melakukan tugasnya, lelaki itu mulai berjalan menjauh dari kerumunan orang-orang menuju ke arah mobil sport miliknya yang terparkir di area gerbang utama.
Sampai di mobilnya, lelaki itu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Lalu, ia memasang seatbelt dan menyalakan mesin mobilnya. Sebelum melaju, ia bergumam sambil melihat gedung kampus tersebut. "Checklist!" Setelah menukar kacamata baca yang tadi dipakainya dengan kacamata hitam, ia mulai menancap gas dengan kencang dan keluar dari universitas tersebut.
-----Mr. Night-----
Malam harinya di kediaman Anderson, Scott berjalan masuk ke dalam kamar tuannya dengan membawa setelan jas yang sudah ia siapkan untuk job tuannya. "Ini, Tuan, pakaian anda." Scott memberikannya saat tuannya keluar dari kamar mandi.
"Thanks." Night menerimanya dan dilanjut dengan menyuruh Scott untuk mempersiapkan mobil untuknya. "Siapkan mobil favoritku!"
"Siap, Mr. Night." Scott berpamitan dengan setengah menunduk, lalu berjalan keluar dari kamar Night.
Night mulai merias diri di cermin besar yang ada di kamarnya. Ia menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan, lalu merapikannya menggunakan gel rambut. Ia pun mengancingkan jas hitamnya setelah memakai kemeja putih di bagian dalam.
Setelah selesai dalam pakaian, dilanjutkan Night dengan memakai jam tangannya. Night juga mengecek jam tangannya dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 6.00 sore. "Sudah waktunya," gumamnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya. Tetapi saat berjalan, ia diikuti oleh puppy kesayangannya. Merasa diikuti, Night langsung menggendong anak anjing tersebut. "Kau tidak boleh ikut, Li!"
Lily menggonggong, "Guk! Guk!" (**Kau selalu meninggalkanku demi wanita lain)
Merasa ditatap tajam oleh si Puppy, Night terkekeh. "Hey, jangan cemburu padaku. Aku hanya melakukan job seperti biasa," ucapnya ke Lily.
Sekali lagi si puppy menggonggong sambil menatap Night. "Guk! Guk!" (Jangan pergi...)
"Aku segera kembali. Bye!" Night mencium Lily, lalu ia meletakkan Lily di atas ranjang miliknya. Dan setelah itu, Night benar-benar keluar dari kamarnya menuju ke garasi mobilnya.
******
Sementara itu di kediaman Collins, Jane pun telah selesai berdandan. Ia menatap dirinya di cermin. "Wahai cermin ajaib, siapakah yang paling cantik malam ini?" tanyanya pada sebuah cermin yang memantulkan bayangan dirinya sendiri. "Ya tentu saja Jane Collins," jawabnya sendiri atas pertanyaannya dengan mengubah suaranya.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar di telinga Jane. Ia menoleh karena salah seorang pelayan di rumahnya kini sedang berdiri di pintu untuk menyampaikan sesuatu.
"Nona, teman anda sudah datang," kata si pelayan tersebut.
"Baiklah. Suruh dia tunggu dan katakan padanya bahwa aku akan turun sebentar lagi," pesan Jane.
"Baik, Nona." Pelayan itu menutup rapat kembali pintu kamar Jane dan pergi.
"Oke, mari kita bersenang-senang malam ini," gumam Jane sembari mengambil tasnya yang berada di atas ranjang. Setelah memastikan penampilannya, ia keluar dari kamar dan mengunci pintu.
Saat Jane menuruni anak tangga, terlihat jelas sosok Mark yang sedang duduk sambil memainkan ponsel. "Maaf membuatmu menunggu," ucap Jane, membuat Mark langsung mendongak ke arah tangga.
Mark langsung terpana dengan penampilan Jane saat ini. Dress pendek yang terbuka di bagian depannya sudah pasti dapat memukau lelaki yang melihatnya. "You are very beautiful and very sexy," puji Mark.
"Thanks." Karena Jane sudah terbiasa dipuji cantik oleh banyak lelaki, pujian Mark barusan terasa biasa saja. "Yuk jalan!" ajaknya.
Mark merangkul pinggang Jane sambil menuntunnya menuju ke mobil miliknya. Akhirnya mereka pun pergi menuju Wynn Hotel.
******
06:50 pm
Wynn Hotel adalah salah satu hotel termegah di Las Vegas. Dan kini hotel tersebut sudah terlihat di samping jalanan yang dilalui Night.
Sesampainya di lobby hotel, Night keluar dari mobil dilanjut dengan memberikan kunci mobilnya ke salah satu petugas vallet. Ia merapikan jasnya sejenak. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam hotel.
Saat tadi dalam perjalanan ke hotel, Night sudah terlebih dahulu menelepon wanita penyewanya untuk memastikan tempat pertemuannya, yakni di BAR Club. Tentu saja itu bukan nomor ponsel Night yang asli. Itu hanya nomor operator yang sudah dirancang khusus untuk menelepon para penyewanya. Jadi para wanita penyewa tersebut tidak bisa menyimpan atau menelepon balik ke nomor tersebut.
Ketika Night sedang berjalan menuju ke BAR, ia melihat para wartawan sedang mengambil foto seorang wanita. Ia tidak heran banyak wartawan yang datang karena penyewanya adalah anak dari Perdana Menteri.
Eh, tunggu...?!
Night menyipitkan matanya untuk memastikan rupa wanita itu. Seorang wanita dengan memakai dress hitam bertali-tali sedang bergaya ke arah kamera. Lho dia, kan? Night tersenyum miring sambil memandangi wanita itu. Akhirnya kita bertemu kembali. Tapi kenapa wartawan pada mengerubungi dia? Night bertanya-tanya dalam hatinya. "Bukan urusanku juga." Night mengedikkan bahunya, lalu ia melanjutkan langkahnya kembali menuju ke tempat janjiannya. Sampai di BAR, akhirnya Night bertemu dengan si wanita penyewanya yang bernama Catty Shannon.
"Wah, ternyata kau benaran si Mr. Night?" Catty terperangah melihatnya.
Night mengernyitkan dahinya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyanya.
"Kan kau yang memberikanku kartu nama semalam. Apa kau lupa?"
"Maaf, aku tidak mengingatnya," jawab Night dengan memasang wajah penuh penyesalan.
"It's okay." Catty berjalan mendekati Night. "Well, kau memang sangat tampan," pujinya. "Tidak sia-sia aku mengeluarkan uang banyak untukmu. Tapi---," Catty memperhatikan penampilan Night sesaat. "Aku tidak suka dengan dasi ini," sambungnya sambil melepaskan dasi kupu-kupu Night dan membuangnya sembarang.
"Thanks, Miss. Sebenarnya aku juga tidak suka. Membuat leherku tercekik." Night mengeluarkan senyuman tampannya. "Lalu kapan kita akan memulainya? Mana mantan pacarmu?" tanyanya.
"Seharusnya dia sudah datang," jawab Catty sambil mengedarkan pandangannya. Dan benar saja, dari arah pintu yang terbuka muncul sosok pria dan wanita tengah memasuki BAR. "Nah itu dia!" tunjuk Catty dengan memajukan dagunya.
Night melihat ke arah yang diberitahukan Catty dan ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Wanita itu lagi? Oh, jadi dia adalah wanita perusak hubungan orang?
Mark yang datang bersama Jane, sedang berjalan memasuki BAR yang agak gelap penerangannya.
Jane memperhatikan sekeliling BAR yang sudah dipenuhi orang-orang. Suara bising dari lagu-lagu house music lantunan dari DJ muda, membuat Jane jadi ingin menari. "Mana mantanmu?" tanyanya.
Mark berusaha mencari dan akhirnya menemukan mantannya sedang berdiri di samping meja bartender. Ia memberitahukan ke Jane dengan berbisik sembari menunjuk dengan jari telunjuknya.
Jane mengikuti arah jari telunjuk Mark. Jane melihat wanita yang dimaksud Mark sedang bersama dengan seorang lelaki di sampingnya. Sepertinya lelaki itu tidak asing bagiku? Tapi, ku akui sih, pasangan wanita itu memang sangat tampan. Pantas saja mantan Mark lebih memilih lelaki itu daripada si Mark. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika jadi wanita itu, batin Jane.
Mark merangkul mesra pinggang Jane, kemudian berjalan menghampiri mantan pacarnya. Sampai di hadapan mantannya, Mark menyapanya. "Hai, Beb!" Bola mata Mark bergerak melirik ke lelaki yang bersama mantannya, lalu arah matanya beralih turun melihat pinggang mantannya yang sedang dirangkul dengan mesra. Shit!
"Jangan panggil aku dengan sebutan Babe! Kau lupa kalau kita sudah tidak punya hubungan lagi?! Dan apa kau tak lihat bahwa aku sedang membawa pasanganku sekarang?" cetusnya sembari melirik tajam ke wanita di sebelah Mark. Tidak mau berlama-lama, ia menarik tangan lelaki di sebelahnya untuk beranjak dari sana.
"Tunggu, Catty!" cegah Mark sambil mengejarnya. Ia mencekal tangan mantannya. Di saat Mark melakukan itu, Jane hanya bisa mengikutinya dari belakang. "Aku ingin bicara berdua denganmu," pinta Mark kepada Catty. Ternyata mantan Mark adalah Catty Shannon.
Jane dan Night hanya diam dan berdiri sambil menyaksikan pasangan yang sepertinya masih sama-sama suka, tapi malu untuk mengutarakannya. Ya mungkin begitu dipikiran Jane dan Night.
Di saat Mark dan Catty sedang berdebat, Night menoleh ke Jane sekilas. Ia sedikit bingung kenapa Jane tidak mengenali dirinya. Night berusaha tidak memedulikannya, karena memang dari tadi mereka juga tidak saling menyapa.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Mark! Aku sudah mempunyai pacar baru dan kau juga..," Catty melirik sinis ke arah Jane. "Urus saja pacar barumu itu!" hardiknya sambil melepas tangan Mark dengan kasar dan melanjutkan langkahnya ke lantai dansa bersama Night.
Siapa yang pacar barunya? batin Jane merasa bingung. Jane berjalan mendekati Mark. "Sudahlah. Lebih baik sekarang kita bersenang-senang!" usul Jane dengan menarik tangan Mark dan mengajaknya ke lantai dansa.
Sampai di lantai dansa yang berkelap kelip dengan sorotan lampu disco serta dentuman house music dari DJ ternama, Jane dan Mark menari di belakang Catty dan Night. Posisi mereka adalah Catty di belakang Mark, sedangkan Jane dan Night dalam posisi bisa saling melihat satu sama lain.
Night menarik pinggang Catty sehingga jarak mereka begitu dekat. Night sengaja menuntun Catty menari sampai akhirnya berada di samping Mark dan Jane. Ia juga sengaja memanasi Mark dengan sentuhan tangannya yang mulai menggerayangi tubuh Catty.
Jane yang melihatnya pun tidak mau kalah untuk memanasi Catty. Ia menari dengan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Mark. Jane memutar tubuhnya membelakangi Mark sambil menari. Tubuhnya melikak likuk mengeluarkan aura keseksiannya. Bokongnya di dekatkan pada area kejantanan Mark membuat Mark terangsang. Dan Mark sendiri mengikuti alur goyangan Jane dengan memegang pinggangnya sambil menari.
Selama Night menari, ia sering melirik ke arah Jane. Ia memperhatikan Jane yang menari dengan sangat sexy.
Saat Catty dan Mark sedang menari dengan pasangannya masing-masing, mata mereka tidak sengaja bertemu dan saling pandang. Tapi karena gengsi, dengan cepat mereka saling membuang muka.
Tidak terasa mereka menari selama setengah jam. Night menarik dagu Catty untuk mendekat ke wajahnya. Sekarang jarak wajah mereka hanya menyisakan beberapa senti. Night berencana mencium Catty.
Catty yang hampir terhipnotis dengan tatapan mata Night pun terbawa suasana. Ia pun mendekatkan bibirnya ke bibir Night hendak menyambut ciuman dari Night.
Melihat itu, Mark terbakar api cemburu. Ia langsung berhenti menari. Tanpa pamit ke Jane, ia langsung menarik tangan Catty dengan kasar dan membawanya keluar dengan paksa dari BAR. Jane dan Night pun ditinggalkan begitu saja.
Melihat Catty dibawa paksa mantannya, Night hanya merespon biasa. Ia tidak membantu ataupun menghalanginya. Baginya, itu bukan urusannya. Beda dengan Jane yang memandangi kepergian Mark dengan tatapan kesal.
"Hey, hey.. kok aku malah ditinggal?" sungut Jane gusar.
Night terkekeh pelan mendengarnya. Ia menoleh ke Jane. "Kalau kau mau, aku bersedia menemanimu menari," tawarnya.
Jane menoleh dan mengangkat sebelah alisnya menatap Night. Jane masih belum juga mengenali rupa lelaki ini. Lebih tepatnya, ia masih belum sadar bahwa lelaki ini adalah lelaki yang ia temui di kantin tadi siang. "Tidak mau! Aku jadi tidak berselera lagi untuk menari," tolaknya. Ia pun memutuskan untuk memesan minuman di bartender.
Night juga begitu. Ia berhenti menari dan malah mengekori Jane di belakangnya. Sampai di hadapan bartender, ia berdiri di samping Jane.
"One tequila, please!" pinta Jane, lalu duduk.
"One whisky, please!" pinta Night bersamaan dengan suara Jane. Setelah itu, ia ikutan duduk di sebelah Jane.
Lima menit kemudian, dua minuman dihidangkan ke masing-masing mereka berdua sesuai pesanan.
"Mereka itu kalau masih saling cinta kenapa harus melakukan hal bodoh sih? Jadi ingin tertawa melihatnya," ujar Jane, lalu meneguk setengah tequila-nya. "Untung saja aku tidak pernah berurusan dengan hal-hal begituan."
Night mengacuhkan gumaman Jane dengan meminum whisky-nya dalam sekali teguk.
Karena Jane merasa bosan, akhirnya ia memutuskan untuk ke klub tempat tongkrongannya. Namun sebelum pergi, ia mampir pergi ke toilet dulu untuk membetulkan penampilannya. Ia meninggalkan Night begitu saja tanpa pamitan atau ucapan basi basi.
Night sendiri masih duduk dan memesan minuman ke bartender.
Saat Jane berada di kamar mandi, ia mendengarkan percakapan dua orang wanita mengenai situs yang baru-baru ini menggemparkan universitasnya. Ternyata tidak hanya di tempat kuliahnya, di tempat lain pun semua wanita sudah mengetahuinya.
"Aku ingin mencobanya besok. Kata temanku, Seven Boys Flower itu semuanya berparas tampan," ujar si wanita pertama.
Seven Boys Flower? batin Jane. Sebenarnya ia sudah selesai menggunakan closet, tapi ia enggan untuk keluar karena penasaran tentang obrolan wanita-wanita mengenai situs Mr. Night.
"Kau tahu, ketuanya yang bernama Mr. Night itu lebih tampan dari mereka semua. Aku sudah melihatnya barusan," sahut wanita kedua.
Apa? Barusan? Jadi Mr. Night ada di sini? batin Jane kembali dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul di benaknya.
"Benarkah? Darimana kau tahu dia itu adalah Mr. Night?" tanya si wanita pertama.
"Dia barusan memberikan kartu namanya kepadaku." Si wanita kedua mengeluarkan kartu nama dari saku celananya. "Nih!"
Tibat-tiba terdengar bunyi pintu closet terbuka dengan kasar dan menimbulkan bunyi keras.
Dua wanita tersebut terkejut dan langsung menoleh ke asal suara. Mereka semua sama-sama refleks melihat ke arah kaki. Ya siapa tahu hantu, dan untungnya perkiraan mereka salah. Kakinya masih berpijak.
"Kalian tidak sopan menatapku begitu. Aku bukan hantu!" tegur Jane. Ia keluar tiba-tiba karena rasa penasaran akan kartu nama. "Boleh kulihat kartu namanya?" pintanya.
Wanita kedua yang masih sedikit syok memberikan kartu nama itu dengan perlahan ke Jane sambil menatapnya. "I—ni," ucapnya terbata.
Jane mengambilnya dengan kasar, kemudian ia mengeluarkan ponselnya. Sambil memotretnya, Jane bertanya kepada dua wanita tersebut. "Apa kau tahu di mana lelaki yang bernama Mr. Night sekarang?"
"Tadi sih dia memberikannya tepat di depan pintu toilet ini," jawab wanita kedua.
Jane mengembalikan kartu nama tersebut ke wanita kedua, lalu ia bergegas keluar dari toilet untuk mencari lelaki yang bernama Mr. Night.
Seharusnya dia belum jauh dan masih di area sekitar sini. Itu yang dipikirkan Jane, tapi kenyataannya, Jane sama sekali tidak melihat lelaki tampan sedikitpun. Yang terlihat hanya lelaki tua yang sedang membawa selingkuhannya. Itupun kalau benar yang dikatakan oleh si wanita kedua bahwa Mr. Night sangat tampan. Kalau tidak? Kan ketampanan itu relatif. Ah bodohnya aku!
Jane mencari sampai ke pintu keluar BAR dan hasilnya pun nihil. Aku tidak menemukan lelaki tampan. Apa mataku sudah rusak ya? Tapi, kenapa aku jadi sangat penasaran? Sepertinya aku memang harus melihat situs itu, ucap Jane dalam hatinya. Matanya masih menelusuri sekitarnya dan tetap mencari.
Saat Jane sudah menyerah dan ingin masuk kembali ke dalam BAR, ia malah bertabrakan dengan seorang lelaki. Karena tubuh Jane dengan lelaki itu bersentuhan, Jane refleks langsung mundur menjauhkan jarak dirinya dengan si lelaki tersebut.
Jane mendongak untuk melihat lelaki yang ditabraknya. Dirinya terkejut ternyata lelaki tersebut adalah pasangan yang tadi bersama mantan pacar Mark. Karena penerangan lampu yang sudah terang, Jane akhirnya menyadari dan mengenali lelaki tersebut. "Kau bukannya lelaki yang di kantin kampus?" tanyanya memastikan.
Night tersenyum karena akhirnya Jane sudah mengenali dirinya. Entah kenapa Night merasa senang. "Hai! Kita bertemu lagi."
.....
TBC
Share this novel