2. Sites

Romance Series 18623

University of Nevada Las Vegas (UNLV)

Saat ini, seorang wanita populer sedang bersama dengan seorang wanita kuper. Mereka bukan berstatus musuh, melainkan bersahabat baik. Mereka berdua tengah asyik bercengkrama satu sama lain sambil berjalan menuju ke kelasnya.

"Kunjungi saja situs itu, Zie!" Wanita populer dengan rambut panjang blonde memulai pembicaraan sambil memberikan secarik kertas ke wanita kuper di sampingnya. Wanita kuper sekaligus sahabatnya itu bernama lengkap Lizzie Moretz.

Lizzie menerimanya sambil bertanya balik, "Apa ini?"

"Kau tidak ingin mencoba berkencan, Zie? Aku sih tadi diberitahu oleh Lia saat aku baru sampai. Katanya, ini adalah sebuah situs untuk penyewaan pacar," sahut sahabatnya.

"Apa, Jane?" Lizzie tersentak dan menoleh kaget ke sahabatnya. "Jane, ngapain juga kau kasih aku beginian? Aku kan belum mau pacaran. Aku sudah pernah bilang padamu kan, aku mau fokus dengan kuliahku. Kalau tidak, orang tuaku akan menghentikan uang kuliahku," sungutnya.

"Ayolah, Zie, kau itu sesekali harus mencoba berkencan dengan lelaki. Satu kali saja. Lagipula usiamu itu kan sudah 20 tahun. Masa iya belum pernah pacaran juga. C'mon, Honey..." Wanita itu memutar bola matanya bosan. "Ini bukan zaman purba, Zie. Kau itu benar-benar kuper deh," ejek sahabatnya.

"Biar saja!" Lizzie mengerucutkan bibirnya kesal. "Daripada kau yang selalu gonta ganti cowok, Jane."

"Hey-hey!" Jane memprotes keras. "Mereka saja yang bodoh karena gampang terpikat olehku." Jane mendekatkan wajahnya ke samping wajah Lizzie sambil berbisik pelan, "Lagipula sampai saat ini aku masih perawan kok."

"Oh ya?" Lizzie menoleh sambil melebarkan kedua matanya seakan tak percaya dengan ucapan yang dilontarkan oleh Jane barusan. Secara Jane dikenal sebagai wanita populer di kalangan para lelaki, dan dia selalu bergonta-ganti? lelaki setiap hari.

Di kampus besar ini, siapa sih yang tak kenal dengan Jane Collins? Sepertinya tidak ada. Rata-rata mereka sudah pada tahu kalau Jane adalah anak dari pasangan Jims Collins dan Nate Collins. Jims Collins sendiri adalah seorang pengusaha dibidang perhotelan terbesar nomor satu di Las Vegas. "Ya intinya, kau jangan suka mempermainkan lelaki. Nanti kau bisa kena karma dari perbuatanmu." Lizzie berusaha menasehati Jane.

Jane langsung merangkul pundak sahabatnya itu sambil mendesis sebal, "Isshh.., kau ini malah nyumpahin aku! Aku hanya belum bertemu saja dengan lelaki yang pas." Di sela ia berjalan sembari mengoceh, ia juga menggoda lelaki yang lewat dengan menatapnya, lalu dilanjut dengan mengedipkannya. Setelah itu, Jane mengeluarkan pesona cantiknya dengan mengibaskan rambut panjang blonde miliknya di hadapan para lelaki yang sedang berdiri di lorong dan memberikan kecupan genit ke arah mereka.

Dengan bola mata Jane yang berwarna biru kehijauan itu, ia sanggup menghipnotis siapa saja yang menatapnya. Belum lagi kulit coklatnya yang eksotis menambah daya tarik Jane. Dan terbukti saat ia berjalan, semua mata para lelaki tertuju kepadanya. Mereka menatapnya dengan mulut ternganga-- seakan mau melahap Jane hidup-hidup.

Seorang lelaki yang terpikat dengan pesona Jane, memberanikan diri menyusulnya dan berjalan di sampingnya. "Jane, malam ini kau ada acara?" tanyanya.

"Hem.. aku coba lihat jadwalku dulu," jawab Jane sambil memperhatikan penampilan si lelaki di sampingnya. "By the way, namamu siapa?"

Lelaki tersebut tersenyum bahagia karena Jane menanggapinya. "Aku Mark Ellison."

"Oh.. Kau lumayan tampan," puji Jane. Ia mulai mengeluarkan jurus memikat hati lelaki.

Lelaki yang bernama lengkap Mark Ellison itu menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal karena merasa gugup. "Thanks, Jane. Kau pun juga sangat cantik." Mark membalas balik pujian Jane.

"Aku tahu. Kau adalah lelaki ke-seribu seratus lima puluh tiga yang memujiku cantik dan aku sangat bosan mendengarnya. Apa ada pujian lain untukku?" tanya Jane lagi, membuat Mark kelimpungan sendiri mau memuji apa lagi.

Mark memperhatikan body Jane dari atas sampai ke bawah. Pakaian yang dikenakan Jane saat ini memang menonjolkan body-nya yang terbilang sangat sexy. Dan itu sangat menggiurkan bagi siapa saja yang melihatnya. "Body-mu juga bagus."

"Kalau pujian itu, kau adalah lelaki ke-seribu enam puluh dua yang mengatakannya," sahut Jane yang sudah mulai merasa bosan.

Mark tidak menyerah. Ia berusaha berpikir lagi sambil memperhatikan fisik Jane lebih detail. "Ah! Warna bola matamu indah dan...," pujian Mark terhenti karena Jane langsung mengangkat satu tangannya ke arah wajah Mark.

"Enough!" Jane menurunkan tangannya kembali. "Sudahlah. Aku tidak ingin mendengar pujianmu lagi. Pergilah dari pandanganku sekarang!" perintahnya. "Masalah pergi bersamamu nanti malam, akan kupikirkan lagi. Yang pasti malam ini, aku ada di tempat klub malam favoritku."

"Oke, Jane. Aku akan menghampirimu lagi nanti. Akan ku buktikan kalau aku bukanlah lelaki yang membosankan," sahut Mark, lalu ia pun pergi menjauh dari Jane.

Jane mendengus sambil berseru, "Whatever!"

Lizzie hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Tapi bagaimana pun juga, ia sangat menyayangi Jane yang seperti ini. Mereka berteman sudah hampir tujuh tahun dan Jane selalu membantu kesulitan Lizzie dalam hal keuangan. Walaupun Jane tidak pernah menagih uang yang diberikannya.

Tapi jangan pikir motif Lizzie berteman dengan Jane karena uangnya. Itu tidaklah benar! Lizzie tulus berteman. Ia jadi mengingat pertemuan pertamanya dengan Jane saat bersekolah di sekolah ternama dulu. Di saat orang-orang menjauhinya karena ia bukanlah anak orang kaya dan bukan juga seorang wanita berparas cantik, Jane malah mendekatinya. Dia datang ke kehidupan Lizzie dan menawarkan pertemanan untuknya. Ia sendiri tidak menyangka kalau wanita secantik dan sekaya Jane ini mau berteman dengan dirinya sampai sekarang.

Jane memutar bola matanya dan menghela nafas panjang. "Aku bosan, Zie. Aku ingin tantangan yang bisa membuatku bergairah terhadap lelaki."

Lizzie menoleh ke Jane. "Nih!" Ia memberikan kertas yang tadi diberikan oleh Jane kepadanya. "Kenapa kau tidak mencoba saja situs itu? Siapa tahu kan, kau bisa menemukan lelaki yang membuatmu bergairah? Atau jangan-jangan jodohmu malah ada di sana."

Jane menerima kembali kertas tersebut dan meremas kasar tanpa melihatnya. "Tidak ah! Palingan lelaki-lelaki di situs itu juga sebelas dua belas dengan lelaki yang selama ini ku goda dan ku pacari." Jane membuang asal remesan kertas tersebut.

"Kan belum dicoba."

"Tidak mau! Oh ya, Zie, nanti malam kau ikut ya ke klub bersamaku?" ajak Jane.

"Aku tidak mau ikut terlibat dengan kegiatanmu menggoda lelaki," tolak Lizzie secara terang-terangan.

Jane melepas rangkulan di pundak Lizzie dan berdiri di hadapan Lizzie sambil memohon, "Ayolah, sekali ini saja. Temani aku. Please, please..." Jane mengatup dua tangannya ke hadapan wajah Lizzie dan mengeluarkan jurus puppy eyes-nya.

Lizzie menghela nafas panjang. Ia selalu kalah dengan tatapan melasnya Jane. "Tapi, sekali ini saja ya?" tawarnya.

Jane mengangguk-ngangguk. Ia langsung merangkul pundak Lizzie kembali karena merasa senang. "Kan siapa tahu kau bertemu dengan jodohmu di sana," ujarnya sambil melepas pelukannya.

"Jane...," cetus Lizzie sambil melirik sinis ke Jane.
"I'm just kidding," sahut Jane dengan terkekeh pelan.

Mereka pun memasuki kelas dan memulai mata kuliahnya.

-----Mr.Night----

Setelah kelas selesai, semua mahasiswa langsung berlari berhamburan keluar. Jane dan Lizzie pun ikut keluar kelas untuk makan siang di Kantin. Saat mereka sampai di Kantin, ternyata kantin sudah penuh diisi dengan mahasiswa yang sedang makan, sedang mengobrol dan juga kegiatan lainnya.

Jane dan Lizzie saling mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin untuk mencari tempat duduk yang kosong. Saat mata Jane tengah menjelajah, pandangannya menangkap sosok lelaki berkacamata yang sedang duduk sendirian di pojok sambil membaca buku. Dengan cepat, Jane menarik tangan Lizzie untuk menghampiri lelaki tersebut karena sudah menemukan bangku kosong untuk mereka berdua.

Jane menghampiri lelaki yang memakai kemeja putih dan sweater merah sebagai aksesoris di pundaknya, kemudian menyapanya. "Hai!"

Lelaki tersebut mendongak karena merasa terusik. Ia tidak membalas sapaan Jane, tapi malah menatapnya intens.

"Biasa saja kali lihatnya!" Teguran Jane membuyarkan pandangan lelaki tersebut. "Boleh kami duduk di sini? Karena hanya tempatmu yang kosong dan kursinya pas untuk kita berdua," pintanya.

Lelaki itu memandangi sekelilingnya yang ternyata memang benar tidak ada tempat duduk yang kosong. "Duduklah."

Jane mengangkat sebelah alisnya. Suara yang sexy!

Setelah mereka berdua duduk, Lizzie mulai menanyakan ke Jane, "Kau mau makan apa? Biar aku yang belikan."

Jane menolaknya sambil diselingi dengan kata-kata ejekan. "Tidak-tidak! Kalau kau yang antri, ku yakin makanan di sini keburu habis semua."

"Tapi..." Lizzie memegang tangan Jane untuk menahannya yang hendak beranjak dari kursi. Jane pun menoleh. "Untuk kali ini, biar aku yang membayarnya ya?"

"Simpan saja uangmu, Zie. Kau tidak mungkin membayariku makanan yang murah," tolak Jane dengan kata-kata sedikit kasar. Sebenarnya Jane tidak bermaksud menyinggung Lizzie dengan ucapannya. Lizzie sendiri juga tidak pernah tersinggung karena sudah terbiasa mendengar ucapan ketus Jane. Yang dimaksud Jane, ia hanya tidak mau Lizzie yang keuangan keluarganya hampir pas-pasan itu harus mentraktir dirinya. "Kau tunggu saja di sini dan jaga tasku. Aku yang akan memesankan makanan."

Karena tidak mau berdebat panjang, Lizzie pun mau tidak mau menuruti perintah sahabatnya itu. Selama masa pertemanan mereka, Jane selalu mentraktir Lizzie. Dan ada saja alasan Jane yang mampu membuat Lizzie mengiyakan perkataannya, contohnya ya barusan.

Memang sih kalau aku yang mengantri akan lama, sedangkan dia.., batin Lizzie sambil melihat semua orang tengah memberi jalan kepada Jane yang ingin memesan makanan. Dia memang menyebalkan, tapi aku sangat-sangat menyayanginya!

Lelaki yang sedang membaca buku itu melirik sekilas ke arah Lizzie dan Jane. Ia cukup menikmati perdebatan antara dua orang wanita hanya karena siapa yang harus membeli makanan. Sungguh lucu!

Lizzie memutar tubuhnya lagi sehingga berhadapan dengan lelaki tersebut. Ia membetulkan kacamatanya yang melorot dan menatap lelaki yang sibuk dengan bukunya. "Kau anak baru ya?" tanyanya, membuat lelaki tersebut terkesiap kaget, lalu melepaskan buku yang sedang dipegangnya.

"Darimana kau tahu?" tanyanya heran. Padahal universitas yang ia kunjungi ini terbilang besar dan bukan sedikit orangnya. Masa iya dia menghafal semua rupa lelaki di sini?

Lizzie menghela nafas. "Karena hampir semua lelaki di kampus ini sudah mendekati sahabatku di saat aku sedang bersamanya. Jadi, rata-rata aku tahu. Ya, walaupun aku tidak tahu nama-nama mereka," jawabnya.

Lelaki itu tertegun dengan jawaban Lizzie. "Sungguh menarik," gumamnya pelan. Ia semakin penasaran dan kembali bertanya, "Apa sahabatmu itu sangat terkenal di kampus ini?"

"Kau lihat saja di sana!" Lizzie mengedikkan dagunya ke arah Jane untuk memperlihatkan sesuatu ke lelaki itu.

Lelaki tersebut menoleh ke arah yang ditunjukkannya. Terlihat Jane yang sedang digoda dan didekati banyak pria, tapi Jane sama sekali tidak menghiraukan mereka dan melengos pergi untuk memesan makanan.

"Kau akan melihat pemandangan itu setiap hari karena Jane memang sangat dipuja oleh para lelaki di kampus ini," lanjut Lizzie.

"Hem...," Jane namanya. Lalu, pandangannya beralih lagi ke Lizzie. "Kau sendiri? Kalau dilihat dari penampilanmu, sepertinya kau belum pernah berpacaran ya?"

Mendengar sindiran lelaki itu, Lizzie pun mencibir kesal. "Apakah itu masalah buatmu?"

Lelaki itu tertawa pelan. "Bukan begitu. Aku hanya ingin menawarkan sesuatu kepadamu. Anggap saja ini sebagai permulaan untuk mencari pengalaman dalam berpacaran," sahutnya. Lelaki itu hendak mengeluarkan kartu namanya tapi ditunda karena Jane sudah kembali sambil membawa nampan yang berisi makanan-makanan yang sudah dibelinya.

"Kalian tampak akrab?" Jane menyeletuk sembari meletakkan beberapa makanan ke atas meja dan memberikan satu makanannya ke Lizzie, lalu ia duduk.

"Thanks, Jane," ucap Lizzie dan Jane membalasnya dengan senyuman.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Jane.

"Tidak ada." Lizzie menjawab dengan singkat sebelum ia mulai menggigit sandwich ke dalam mulutnya.

"Oh." Jane pun juga mulai makan. Di selanya yang lagi makan, Jane mengajak Lizzie berbincang. "Zie, tadi lelaki yang bernama Mark menghampiriku lagi. Dia memaksa untuk mengajakku ke Wynn hotel. Dia bilang ingin minta bantuan kepadaku untuk menemaninya bertemu dengan mantan pacarnya. Bagaimana menurutmu?"

Lizzie menoleh ke Jane sambil menelan kunyahannya. "Kalau begitu pergilah. Jadi, aku tidak perlu lagi pergi ke klub itu." Lizzie merasa senang kalau itu sampai terjadi.

Jane tampak berpikir sejenak. "Tadi dia memang sangat memohon kepadaku. Aku jadi tidak tega. Baiklah, aku akan ke sana malam ini. Dan kau, masih ada hari esok kok untuk kita ke klub," ujarnya. Lalu, ia melanjutkan makannya.

Lelaki di hadapannya melirik kembali ke arah Jane karena mendengar nama hotel yang disebutkan oleh si Jane.

Sambil mengunyah, Jane menatap lelaki di hadapannya. Dan tidak disangkanya, pandangan mereka malah bertemu. Jane sekilas memperhatikan paras wajah si lelaki itu. "Kau anak baru ya? Aku tidak pernah melihatmu?" tanyanya

"Tadi temanmu sudah menanyakan itu kepadaku dan aku malas untuk menjawabnya lagi. Kau bisa tanyakan padanya." Si lelaki menjawabnya dengan nada dingin. Lalu, ia beranjak dari kursinya hendak meninggalkan Jane dan Lizzie.

"Hey, wait!" tahan Jane membuat lelaki itu menoleh kembali. "Siapa namamu?" lanjutnya dengan bertanya.

Tetapi lelaki itu malah tidak menjawab pertanyaan Jane dan hanya berkata singkat. "See you tonight." Lalu, ia pun pergi.

Jane mendelik bingung sambil berpikir.

"Kau tertarik padanya, Jane?" Pertanyaan dari Lizzie membuyarkan pandangan Jane yang masih menatap kepergian si lelaki itu.

"Tidak. Aku hanya heran dengan perkataan terakhirnya tadi. Kenapa dia bilang see you tonight kepadaku?"

"Mungkin saja kalian akan bertemu lagi nanti malam."

Jane mengedikkan bahunya. "Maybe."

Selesai makan, mereka berjalan ke arah keluar kampus. Di sela mereka berjalan, tiba-tiba ponsel mereka berbunyi tanda pesan masuk. Dan tidak hanya mereka, semua ponsel para wanita penghuni University of Nevada berbunyi. Rata-rata mereka semua melihat pesan tersebut, begitu juga dengan Jane dan Lizzie.

Sebuah situs 'Mr.Night' terpampang jelas di layar ponsel mereka. Dan di bawahnya terdapat tulisan, 'Please register now in my sites. We will make you happy and satisfied!'

Jane mengernyit sambil menatap ke layar ponselnya. "Situs Mr.Night?"

.....

TBC

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience