19. Reunion part 2

Romance Series 18623

"Kak Night ada dua," ucap Javier dengan mata yang sudah terbelalak lebar. Ia memastikan penglihatannya dengan menoleh ke Night dan beralih lagi melihat ke lelaki di hadapannya. "It's unbelievable."

Dan tidak hanya Javier yang syok, begitu pun dengan adik-adiknya yang lain, Sonia termasuk Jane juga ikut terkejut. Dalam hati mereka semua, hanya tiga kata yang ingin diutarakan dalam situasi seperti ini. Oh.my.gosh!

"Ini sulit dipercaya," celetuk Denzel. Ia mencoba mendekat ke arah lelaki yang berwajah sama dengan kakaknya itu untuk mencari perbedaan di antara mereka. Dan di sampingnya berjalan, telah ditemani oleh Carol. Dengan cepat Carol langsung melepas tangannya dari genggaman tangan Denzel secara kasar, membuat Denzel menoleh kaget. Denzel sendiri sampai lupa diri bahwa dirinya sedang menggandeng tangan seorang wanita yang dianggap musuh olehnya.

Carol melihat Tuan Muda-nya yang tadi dijaganya sedang berhadapan dengan salah satu adik dari Night. Ia juga melihat ke Night yang sedang tersungkur dengan luka di sudut mulutnya. Carol pun menghela nafas panjang melihat semua ini. Akhirnya pertemuan ini terjadi juga, tapi aku tidak menyangka kalau Tuan Night mendapat sambutan yang kasar dari Tuan Muda.

Flash back...

(Kediaman Kelly)

"Kenapa bisa sampai tertabrak, Carol?" tanya lelaki yang berstatus sebagai Tuan Muda. Mendengar hal yang disampaikan oleh Carol bahwa Kelly hampir saja tertabrak membuat tubuhnya mengeluarkan aura kemarahan.

"Maafkan saya, Tuan Muda," ucap Carol sambil menunduk. Carol tidak berani menatap kornea mata Tuan Muda yang sedang berdiri di hadapannya itu. Karena bukan sebuah penglihatan yang Carol dapatkan, melainkan tatapan tajam bagaikan pisau yang menusuk sampai ke jantungnya. Tuan Muda yang dilayaninya selain Kelly memang sangat menakutkan apabila sedang marah. Dia bahkan pernah hampir membunuh segerombolan anak muda karena menyenggol Kelly sampai terjatuh.

"Siapa yang menolongnya?" tanya si Tuan Muda tersebut. "Aku harus mengucapkan terima kasih padanya."

"Tuan Muda tenang saja. Saya dan Nyonya sudah membuatkan janji pertemuan anda dengan wanita yang menolong Nyonya," jawab Carol.

"Wanita? Jadi yang menolong Mama adalah seorang wanita?"

Carol mengangguk. "Dia juga adalah wanita spesial yang dilirik oleh Tuan Night," tambah Carol.

Tuan Muda itu terdiam sejenak. Senyuman menyeringai terukir di bibirnya saat mendengar wanita tersebut ternyata kenal dengan Night. "Menarik! Jadi, janji seperti apa yang  kalian buat dengannya?"

"Nyonya memberikan hadiah kepadanya. Dan hadiah itu adalah anda, Tuan Muda Jayden."

Setengah alis si Tuan Muda yang dipanggil Jayden terangkat sebelah karena tidak mengerti. Ia menunjuk ke dirinya sendiri. "Me? What do you mean, Carol?"

Carol mulai menceritakan dari awal pertemuannya dengan Jane, lalu masalah yang dialami Jane dan semua hal yang ia dapatkan dari penglihatannya.

Jayden berdehem. "Hem, jadi begitu. Kau dan Mama menyuruhku datang ke ke acara reuni nanti malam untuk menjadi pasangan wanita yang bernama Jane itu?'' tanyanya memastikan.

"Ya, anda benar," jawab Carol.

"Kamu mau kan, Jayden?" tanya Kelly menyeletuk tiba-tiba.

Jayden menekuk satu lututnya untuk mensejajarkan dirinya dengan Kelly yang duduk di kursi roda. Ia menggenggam tangan Kelly dengan lembut. "Dengan senang hati, Ma." Jayden menatap Kelly. "Tapi, apakah Mama sudah yakin kalau malam ini adalah waktu yang tepat untuk Jay dipertemukan dengan Night?" tanya Jayden ke Kelly.

"Ya. Ini memang sudah waktunya mempertemukan dirimu dengannya."

"Oh, baiklah." Jayden berdiri. "Kalau Mama sudah mengijinkan, Jay, tentu akan pergi ke acara reuni nanti malam untuk membantu wanita yang telah menyelamatkan nyawa Mama."

Kelly hanya tersenyum. "Tapi dengan satu syarat, Jay. Carol harus menemanimu."

Carol menoleh kaget ke Kelly. "Eh? Saya juga ikut, Nyonya?" tanyanya.

"Tentu. Kamu harus menjaga Jayden, terutama dari Denzel. Jangan biarkan dia membaca pikiran Jayden!" perintah Kelly.

"Baiklah kalau begitu, Nyonya." Setelah itu, Carol menghela nafasnya.

Malam harinya, Jayden yang sudah bersiap dengan penampilan ala tuxedo-nya, kini sedang berjalan menuju mobilnya. Carol pun yang sudah siap dari tadi sedang menunggu Jayden di dalam mobil.

Carol melihat dari luar kaca spion, tampak Jayden yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Buru-buru ia keluar dari dalam mobil dan langsung membukakan pintu untuk Jayden. "Silahkan, Tuan Muda!"

"Thanks, Carol." Sebelum masuk ke dalam mobil, Jayden memperhatikan penampilan Carol. "Kenapa kau tidak memakai gaun? Kenapa malah mengenakan penampilan selayaknya bodyguard?"

Carol memperhatikan dirinya yang memakai kemeja putih dan celana panjang kain hitam serta pantofel hitam. Carol sengaja tidak mengenakan gaun karena ia tidak percaya diri. "Maaf, Tuan Muda, tapi penampilan ini yang membuatku nyaman bergerak."

"Lain kali kau harus sedikit berdandan, Carol," pesan Jayden. Setelah itu, ia pun masuk ke dalam mobil.

Carol hanya tersenyum datar sambil menyusul masuk ke kursi kemudi.

Dalam perjalanan yang agak macet, Jayden menikmati musik dari radio yang diputarkan Carol.

"Sepertinya kita akan terlambat, Tuan Muda," ucap Carol sambil melirik Jayden di kaca tengah dalam mobil.

Jayden yang sedang menatap ke kaca sampingnya untuk melihat jalanan, hanya berdehem meresponnya. Tiba-tiba dalam benaknya muncul nama Jane. "Carol, apa Night menyukai Jane?"

"Begini, Tuan Muda, yang saya lihat dari Tuan Night, dia hanya menganggap Jane sebagai wanita yang spesial. Seperti yang pernah saya ceritakan beberapa waktu lalu kepada Tuan Muda bahwa Tuan Night tidak pernah berhubungan serius dengan wanita. Bisa mengingat wajah dan namanya saja itu merupakan suatu keajaiban untuknya," papar Carol.

Jayden berdehem sambil mendengarkan dengan seksama, tanpa terlewat sedikitpun.

Lanjut Carol, "Tapi, Tuan Muda, dibandingkan dengan wanita-wanita yang lain, respon Tuan Night ke Jane sangat berbeda. Tuan Night bisa mengingat nama Jane dengan benar."

"Jadi menurutmu, Night ada feel- kah ke Jane?" tanya Jayden.

"Saya tidak bisa menjawabnya, Tuan Muda."

"Hem.. begitu. Lalu, bagaimana dengan Jane sendiri? Apa dia menyukai Night?" tanya Jayden.

"Jane tidak jauh berbeda dengan Night.  Dia pun tidak pernah berhubungan serius dengan lelaki. Setiap hari pasangannya berbeda-beda, tapi dia masih virgin."

"Bagaimana kau bisa tahu kalau dia masih virgin?"

"Saya bertemu dengannya di sebuah hotel beberapa hari lalu, di mana dia hampir melakukan hubungan intim dengan Tuan Night."

"Oh ya?" Jayden melirik ke arah kaca tengah di mana mata Carol juga sedang menatap ke arahnya.

Carol mengangguk. "Tapi sayangnya Tuan Night menolak dan langsung pergi begitu saja. Itu yang saya tangkap dalam pikiran Jane."

"What?" Jayden terperangah tidak percaya. "Night menolaknya?" Jayden tertawa terbahak-bahak.

"Ya itulah kenyataannya, Tuan Muda. Jane ditolak oleh Tuan Night, maka dari itu aku tidak tahu apa Tuan Night menyukai Jane atau tidak. Karena dalam pikiran Tuan Night sendiri, dia sendiri masih ragu-ragu akan perasaannya."

Jayden berpikir sejenak dengan info yang sudah diberitahukan Carol. "Baiklah, lebih baik aku saja yang memastikannya nanti."

Sampai di Hotel Monte Carlo, Carol dan Jayden tiba dengan ketelatan waktu setengah jam. Carol yang sudah menitipkan kunci mobil pada petugas vallet, membukakan pintu mobil untuk Jayden.

Jayden pun keluar dari dalam mobil sambil memakai kacamata hitamnya. Jayden sengaja menutupi dirinya dengan kacamata karena ia mau memberikan kejutan pada Night dan juga Jane. Setelah itu, Carol dan Jayden sekarang berjalan menuju pintu masuk hotel dilanjut ke ruangan acara berlangsung.

"Itu dia yang namanya Jane!" tunjuk Carol memberitahukan ke Jayden.

Jayden memperhatikan Jane yang sedang mengobrol dengan lelaki yang pernah datang ke rumahnya. Ia mengenali lelaki itu lewat CCTV yang ia pantau dari kamarnya.

"Tuan Muda..," panggil Carol membuyarkan lamunan Jayden.

Jayden menoleh ke Carol.

"Sebelum kita menghampiri Jane, saya permisi ke toilet dulu," ijin Carol yang sudah menahan sesuatu dari tadi di perjalanan karena macet yang dialaminya.

"Baiklah."

Sambil menunggu Carol, Jayden kembali menoleh ke arah Jane. Saat ini, ia melihat Jane tengah berbincang dengan beberapa wanita.

Tanpa menunggu Carol, Jayden melangkah maju untuk menemui Jane duluan. Namun tanpa disangkanya, Jayden juga melihat Night sedang berjalan menuju ke arah Jane, kemudian matanya kembali lagi beralih ke Jane. Saat ini dalam pandangan Jayden, Jane tengah di- bully oleh para wanita-wanita yang berdiri sangat sok dan angkuh.

"Apa-apaan ini?!" Jane berusaha meronta minta dilepaskan.

Jayden mengepal kedua tangannya karena merasa geram dengan wanita-wanita angkuh yang berusaha mengerjai Jane. Kemarahannya semakin bertambah karena Night tidak membantunya. Dia bodoh atau apa sih?!

Jarak Jayden semakin dekat menuju Jane. Melihat Jane hendak dipukul, buru-buru Jayden setengah berlari dan langsung menahan tangan yang siap memukul Jane. Jayden juga terhentak karena tiba-tiba muncul lelaki lain melakukan hal yang sama dengan dirinya, yaitu menahan tangan wanita satunya yang juga ingin memukul korban lain selain Jane.

Dengan kesal, Jayden langsung menggertak mereka semua. "Beraninya kalian menyakiti wanita yang telah menyelamatkan nyawa Mamaku!"

"Siapa kalian?" tanya Sonia kesal karena tidak terima.

Jayden tidak meresponnya. Ia memilih berjalan menuju arah Night untuk mendampratnya karena diam saja melihat Jane di-bully.

Bugh!

Pukulan dilayangkan ke wajah Night hingga mengeluarkan darah di sudut bibirnya.

Karena kegaduhan yang dibuatnya, sekarang semua mata tertuju pada dirinya. Dan adik-adiknya Night pun ikut mendatangi arah Night.

Back to Carol...

Carol yang sudah kelar, segera keluar dari toilet karena tidak mau membuat tuan mudanya menunggu lama. Tapi saat Carol keluar, ia tidak menemukan keberadaan tuan mudanya. Carol mengedarkan padangannya ke arah seluruh pelosok ruangan, tapi tidak menemukannya juga. Dan saat sedang mencari, bahunya ditepuk oleh Denzel dari arah belakang.

Carol menoleh dan terkejut. Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan Denzel secepat ini. "Tuan Denzel?"

"Wah aku tidak menyangka kau akan datang ke sini, Nona Carol," sapa Denzel dengan senyuman miring.

"Saya sedang menemani..."

"Tuan Muda?" tebak Denzel langsung memotong ucapan Carol. Tadi saat ia menepuk bahu Carol, segelintir kejadian dibaca oleh Denzel. Tapi tidak semua, karena Carol langung membloknya saat ia tahu yang menepuk bahunya adalah Denzel. Dengan tersenyum jahil, Denzel sedikit menggoda Carol. "Aku sangat penasaran dengan lelaki yang kau panggil dengan Tuan Muda dan juga yang tinggal di rumah Auntie Kelly," ujar Denzel.

Carol menatapnya tajam sambil mengumpat dalam hati, akhirnya Denzel tahu sedikit. Sial!

Denzel terkekeh, "Kau pasti kesal karena aku membaca pikiranmu? Tenang saja, aku tidak mengetahui semuanya kok. Kecepatanmu untuk mengunci lebih cepat dan patut diacungi jempol."

Carol tidak merespon apapun, apalagi senyum. Ia hanya menatap Denzel dengan tatapan penuh permusuhan.

"Ya ampun, apa aku sangat tampan, sampai-sampai kau tidak berkedip melihatku?" goda Denzel sambil memegang wajahnya sendiri.

Carol terperanjat dengan perkataan Denzel. Suara kekehan Denzel serta kedipan sebelah matanya ke Carol membuat Carol langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Kesenangan Denzel di wajahnya tampak karena telah berhasil menggoda Carol sampai wajahnya merona malu.

Tiba-tiba suara teriakan terdengar di telinga Carol maupun Denzel. Mereka berdua refleks menoleh ke arah teriakan.

Saat Carol bertanya-tanya dalam hati mengenai situasi yang terjadi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Denzel. "Yuk ke sana! Sudah dimulai."

"Hey, hey!" Carol sudah tidak bisa menepisnya karena tubuhnya sudah ikut tertarik dan akhirnya tangannya berada dalam genggaman tangan Denzel. Ia pun mau tak mau mengikuti Denzel berjalan ke arah keributan berlangsung.

Back to Jayden...

Setelah pukulan dilayangkan kepada Night, salah satu adiknya yang tidak terima kakaknya dipukul langsung maju memasangkan badan ke hadapan Jayden. Kedua tangan Javier mengepal karena merasa geram. Javier menantang Jayden dengan berani. "Siapa kau? Berani sekali kau memukul Kakakku?"

Jayden pun melepas kacamata hitamnya yang menutupi sebagian wajahnya. Dan tindakan tersebut, membuat Javier terbelalak matanya karena terkejut. "Kak Night ada dua?"

Semua mata yang melihat membulat sempurna karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Night berdiri. "Minggir, Javier!" Night menggeser posisi Javier berdiri ke samping. Kini jadi ia yang menggantikan posisi Javier yang berdiri di hadapan lelaki yang berwajah sama dengan dirinya. Sambil menatapnya, Night bertanya, "Siapa kau?"

Tatapan tajam masih dilayangkan ke arah Night. "My name is Jayden."

Night bergeming di tempat. Dalam benaknya berkecamuk deretan pertanyaan yang minta untuk dijawab. Salah satu pertanyaannya, tentu saja mengenai parasnya yang sama dan hampir tidak ada bedanya itu. Mungkin hanya cambang yang menjadi perbedaannya.

Sebelum Night hendak mengeluarkan pertanyaannya, Jayden melanjutkan perkataannya. "Ah, mana yang namanya Sonia?" tanya Jayden.

Sonia mengernyitkan alisnya bingung. Ia tidak langsung menjawab.

Jayden menunjuk ke arah wanita yang menahan Jane dan Lizzie. Ia menunjuk sambil bertanya satu persatu, tapi disangkal oleh wanita-wanita itu. Lalu terakhir, jari telunjuknya beralih ke wanita sisanya. Dan itu adalah Sonia. "Kalau begitu kau pasti Sonia?"

"Kalau itu benar, lalu kenapa?" jawab Sonia dengan pertanyaan balik, dan sedikit ketus.

Jayden melirik ke Carol yang sudah berdiri tidak jauh dari dirinya. "Carol, apakah wanita ini adalah Sonia?" tanyanya memastikan.

"Ya, Tuan Muda," jawab Carol.

Tuan Muda? batin Night.

Jayden melangkah maju dan melewati Night untuk menghampiri Sonia yang berdiri di belakangnya Night. Tanpa pikir panjang, Jayden langsung memegang dagu Sonia, mencengkramnya dengan kuat sampai Sonia meringis kesakitan. "Jika kau berani menyakiti Jane lagi, kau akan berurusan denganku! Aku tidak akan memandang kau itu wanita sekalipun!" gertak Jayden.

Tanpa rasa takut, Sonia menyahutinya. "Memang kau siapanya Jane?" tanyanya penasaran. Ia tidak peduli dengan lelaki yang berwajah sama dengan Night itu. Karena yang Sonia tahu, Night adalah anak tunggal dari Benjamin Anderson, Pamannya itu. Jadi tidak mungkin dia ada hubungan darah dengan Night.

Jayden menyeringai. "Tentu aku adalah pasangan dari Jane," jawab Jayden.

Dan jawaban itu berhasil membuat Night langsung menoleh kaget dan menatap ke Jayden.
Jane juga terhentak mendengarnya. Jadi dia adalah hadiah dari Kelly? Pantas saja dia begitu menginginkan aku untuk menerima hadiah ini. Dan kali ini Jane yang mengembangkan senyuman di mulutnya. Hadiah yang sungguh di luar dugaannya.

Sonia langsung menepis tangan Jayden yang masih mencengkram kuat dagunya. Dan tiba-tiba Sonia tertawa. "Pasangan? Kau jangan membuatku tertawa." Sonia melirik ke arah Jane. "Apa kau menyuruh pria ini..," jedanya sambil menunjuk ke Jayden. "Untuk operasi plastik agar wajahnya sama dengan Night, anak dari Benjamin Anderson agar kau bisa mengalahkan diriku?" tanyanya.

"Hah?" Jane bingung dengan pertanyaan Sonia. "Are you crazy, Sonia? Aku tidak menyangka bahwa otakmu itu sangat dangkal sampai-sampai tidak berpikir dulu sebelum bicara. Aku memang ingin mengalahkanmu, tapi aku tidak segila itu. Lagipula aku juga baru tahu kalau Night itu adalah anak dari Benjamin malam ini. Jadi, jangan menuduhku sembarangan!" tukasnya.

"Kau bisa menyangkalnya, tapi aku tetap tidak percaya. Kau pasti mengusahakan beribu cara agar kau bisa menang dariku," sahut Sonia tidak mau kalah.

Jane memutar bola matanya malas. "Whatever, Sonia! Dari dulu kau memang tidak terima kalau aku lebih unggul darimu."

Sonia mendengus sebal.

"Kau sudah selesai bicara?" tanya Jayden menyela Sonia.

Sonia berdalih lagi ke arah Jayden. "Sudahlah, lebih baik kau ungkap saja kebenarannya. Atau aku akan menelpon Uncle Ben, Papa dari Night, untuk memastikan bahwa kau itu hanya penipu yang disewa oleh Jane."

"Silahkan!" sahut Jayden tanpa rasa takut. "Tapi sebelum itu, aku ingin memastikan sesuatu kepadamu."

Sonia mengangkat setengah alisnya menunggu perkataan Jayden.

"Apa kau sungguh pasangan dari Night?" lanjut Jayden dengan pertanyaan.

"Tentu saja dia adalah pasanganku. Ya kan, Night?" jawab Sonia meminta pembelaan dari Night.

Night memutar tubuhnya dan berjalan ke arah Sonia, lalu berdiri di sebelah Sonia. "Apa urusanmu?"

"Jadi begitu. Kau lebih memilih bersama wanita jahat ini?" tanya Jayden ke Night.

"Hey, apa maksudmu dengan wanita jahat?" cibir Sonia tidak terima.

"Fine. Aku sudah tahu jawabannya," ujar Jayden karena Night tidak menjawab pertanyaannya.

Alasan Night tidak menjawab pertanyaan dari Jayden karena memang tidak harus dijawabnya. Karena pikir Night, yang dimaksud Jayden dengan arti pasangan itu ya hanya untuk menemani dalam acara ini saja. Bukan pasangan dalam arti lebih dari sekedar teman. Betul, kan?

Kali ini Jayden berjalan menuju arah Jane berdiri. Ia langsung merangkul pundak Jane.

Jane terhentak, tapi ia diam dan tidak menolaknya.

"Kalau begitu, tidak apa-apa kan kalau dia kujadikan pasangan sesungguhnya, Night?" Jayden menatap sambil tersenyum miring ke Night. "Atau aku akan memberikan pilihan kepadamu sekarang, Jane or Sonia?"

Bukan Night yang menjawab, melainkan Sonia dengan rasa percaya diri yang tinggi. "Night tentu akan memilihku. Apabila kau mau Jane, ya silahkan ambil saja!" Sonia langsung menggelayut tangan Night dengan manja. "Benarkan, Night? Tidak usah dipedulikan ucapannya, dia hanya seorang penipu yang berkedok sama dengan tampangmu."

Night tidak menjawab juga dan hanya diam. Ia sendiri bingung kenapa ia tidak bisa langsung menjawabnya. Ia ingin memilih Jane, tapi...

Tiba-tiba Jayden tertawa terbahak-bahak membuat lamunan Night buyar seketika dan kembali menatapnya.

Jayden menyeringai. "Sonia, dari tadi kau menganggapku penipu yang berwajah sama dengan Night? Apa kau tidak takut dengan akibat dari ucapanmu sendiri?"

"Apa yang harus kutakutkan? Setelah kupastikan asal usulmu, kau yang akan mengemis padaku untuk minta ampun," pungkas Sonia.

Jayden kembali tertawa. Setelah puas tertawa, Jayden sengaja merubah mimik wajahnya menjadi ketakutan. "Huh...aku sampai takut, Sonia. Aku jadi ingin cepat-cepat kabur dari sini!"

Gantian Sonia menyeringai karena sepertinya tebakannya benar. Dan ia berhasil membuat Jayden ketakutan.

Giliran Night membuka suara untuk bertanya. "Tadi kau bilang bahwa namamu Jayden?"

Jayden beralih menatap Night. "Ya."

"Benarkah Jane yang menyewamu untuk menjadi pasangannya?" lanjut Night bertanya.

"Tidak. Aku bukan lelaki sewaan seperti dirimu!" jawab Jayden dengan sindiran.

Shit! Dia menyindirku! umpat Night dalam hati. "Lalu, bagaimana bisa kau datang ke acara ini kalau bukan Jane yang memintanya atau menyewamu?"

"Karena aku adalah hadiah dari mamamu untuknya. Alasannya karena Jane telah menyelamatkannya dari tabrakan mobil," jawab jayden dengan santai.

Mata Night melebar. "What? Kau mengenal mamaku?"

"Ya, tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah mamaku juga." Jawaban dari Jayden membuat Night terkejut sekaligus membuat Sonia kesal.

Sonia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan ke seseorang.

Lanjut Jayden, "Kau salah memihak sekarang, Night. Kau telah membuat Mama sedih karena kau lebih memilih wanita jahat ini daripada Jane yang telah menolong nyawa Mama."

Entah kenapa Night menjadi geram mendengarnya. "Jangan judge aku sembarangan! Aku bahkan tidak tahu mengenai tabrakan yang kau maksud. Lalu satu hal lagi, aku bukan memihak Sonia dan tidak membela Jane. Sonia berkata kalau aku tidak boleh ikut campur masalahnya dan itu adalah urusan wanita. Katanya lagi, Jane telah merebut pacarnya Sonia. Maka dari itu aku tidak ikut campur," ungkap Night membeberkan untuk membela dirinya sendiri.

Jane dan Lizzie terkejut mendengarnya. Dan kali ini Lizzie yang maju untuk menyahuti Night. "Kau salah, Night. Bukan Jane, tapi Sonia sendirilah yang merebut pacar Jane bahkan Sonia berani tidur dengannya." Lizzie mengungkap semuanya untuk membela Jane.

Night terkejut. Ia langsung menoleh ke Sonia untuk memastikannya. "Benarkah itu, Sonia?"

"I-tu..," Sonia terbata untuk menjawabnya. Kali ini dirinya mati kutu karena kebohongannya telah terungkap.

Tiba-tiba Denzel menyeletuk, "Itu benar, Kak. Aku bisa memastikan."

Night sudah pasti percaya dengan perkataan Denzel. Night tertawa miris. Ternyata ia telah dibohongi dan dikerjai oleh Sonia.

Jayden kembali tertawa pelan. "Jadi, kau sekarang merasa menyesal dengan pilihanmu?"

Night maju mendekat ke Jayden dan menatap mata Jayden dengan sorot tajam. "Bukankah dari tadi aku belum memilih?"

Jayden tersenyum senang. "Lalu, apa pilihanmu?"

"Tentu saja Jane yang akan kupilih." Night langsung menarik tangan Jane untuk berpindah posisi dari sebelah Jayden ke sebelah dirinya.

Denzel dan adik-adiknya Night yang lain pada tersenyum lebar karena pilihan kakaknya.

Gotcha! Kau masuk perangkapku, Night, batin Jayden.

"NIGHT!!" Sonia tidak terima kalau Night mengacuhkan dirinya sekarang dan malah memilih Jane. Ia mendecak sebal sambil menghentakkan kakinya.

Jayden juga maju selangkah membuat jarak Night dengan dirinya hanya sejengkal. "It's to late, Night. Aku sudah berubah pikiran sekarang karena perbuatanmu tadi ke Jane." Ia memegang lengan kanan Jane dan sedikit menariknya disaat Night masih mempertahankan lengan kiri Jane. "Sekarang, di sini, aku tidak akan menyerahkan Jane semudah itu padamu, sekalipun kau adalah kembaranku, Night. Oopss! Aku lupa. I mean Hayden, my twin!"

Night terdiam terpaku mendengar kata kembaran keluar dari mulut Jayden, dan begitu juga dengan Sonia.

Twin? What the hell...

....

TBC

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience