11. Unexpected

Romance Series 18623

(17+) Semoga yang baca sudah 17 tahun semua.

*****

Kecupan singkat Night yang mendarat di pipi Jane membuat Jane membulatkan kedua matanya. Setelah Night melepaskan kecupannya, ia menatap lembut ke Jane, tapi tidak dengan Jane yang melayangkan tatapan tajam. Mereka saling berpandangan sampai bunyi dering ponsel mencairkan suasana hening tersebut.

Jane mengangkat ponsel yang berbunyi dan bergetar di genggaman tangannya. Tanpa melihat dari siapa, ia menggeser icon hijau serta mengarahkan ponselnya ke telinganya. Ia menjawab dengan mata yang masih fokus menatap Night. "Halo!"

"Hai, Jane, aku Sonia! Ku harap kau masih ingat denganku?"

"Sonia?" Jane mengerutkan alisnya. Buru-buru ia menjauhkan ponselnya untuk mengecek panggilannya. Ternyata dari nomor tak dikenal yang telah menghubunginya. Jane menjawab lagi ke panggilannya, "Bagaimana bisa kau dapat nomorku?"

"Tidak penting. Aku hanya ingin menyampaikan padamu bahwa besok akan ada reuni sekolah di Hotel Monte Carlo, jam 7 malam. Jangan telat untuk datang dan diwajibkan untuk membawa pasangan."

"Aku tidak akan datang."

(Suara tawa terdengar di telinga Jane) "Kalau begitu kau adalah wanita pengecut dan selalu akan menjadi nomor dua setelah diriku."

Shit!! Jane mengumpat dalam hati dengan perasaan geram.

"Jangan lupa ajak teman kupermu itu ya!"

Setelah ucapan dengan tawa hinaan itu, tanpa kata pamit, wanita yang menelepon Jane langsung memutuskan panggilannya.

Jane melihat ke layar ponselnya sambil mengumpat dalam hati. Bikin suasana hatiku buruk saja! Aku harus beritahu Lizzie.

Jane berniat mengirim pesan ke Lizzie. Tangannya terus menerus bergelut dalam ponselnya dan mengacuhkan Night yang dari tadi masih berdiri sambil menunggunya dengan rasa bosan. Mungkin juga sebentar lagi jamur akan tumbuh di sekeliling tubuh Night.

Dengan kesal, Night menarik pinggang Jane ke arahnya membuat Jane terkesiap kaget. Sambil mendekatkan wajahnya ke Jane, Night merajuk, "Tidak bisakah kita memulai kencan kita? Aku mulai bosan menunggumu. Apa ponselmu jauh lebih menarik daripada diriku ini?" Night mengusap pipi Jane dengan jari-jarinya.

Debaran jantung Jane berdegup dengan kencang karena sentuhan itu. "A-aku---," Karena Jane takut desahannya akan keluar lagi, ia langsung mendorong tubuh Night membuat dirinya terlepas dari dekapan Night.

Tiba-tiba tangan Jane ditarik oleh Night. "Ikut aku!"

Jane kembali terkejut saat tangannya ditarik tiba-tiba. Di sela Night membawanya, Jane berusaha merontah, tapi genggaman tangan Night sangat kuat. Mau tak mau Jane pun mengikuti Night dengan pasrah. "Kau mau membawaku ke mana sih?" tanyanya.

"Kau sudah sangat cantik dengan pakaian itu. Sayang kan kalau tempat kencannya adalah di klub," jawab Night.

"Hah? Tidak bisa begitu dong!" protes Jane. Ia berusaha melepas tangan Night kembali dengan satu tangannya. Tapi genggaman Night malah semakin kuat. "Kan aku yang menyewamu," sambung Jane masih berusaha menyahuti dan memperotesnya.

Tiba di mobil Night, ia langsung membuka pintu untuk Jane. "Masuklah dan ikut saja!" perintahnya ke Jane. "Aku akan membuatmu senang malam ini."

"Hah?" kejut Jane. Entah kenapa ini seperti bukan dirinya. Biasanya kalau ia diajak pergi oleh salah satu kekasihnya, ia tidak akan menolak ataupun sampai merasa berdebar-debar seperti sekarang ini. Dengan terpaksa, Jane pun memutuskan masuk ke dalam mobil. "Jawab dulu, kita mau ke mana?" tanyanya sekali lagi. Jane ingin menyahuti lebih lanjut, tapi ucapannya terhenti karena Night tiba-tiba mendekat ke dirinya.

Hanya beberapa senti jarak mereka sekarang. Night menatap Jane sambil satu tangannya meraih sesuatu.

"Ka-kau mau apa?" tanya Jane sedikit panik. Jane takut kejadian di malam itu akan terulang kembali. Aku tidak boleh mengeluarkan desahan lagi! Tidak akan ku biarkan dia membuatku malu seperti waktu itu. Jane benar-benar menutup rapat mulutnya.

Melihat respon Jane, Night terkekeh geli. "Sepertinya detak jantungmu berdetak dengan cepat," godanya karena tangannya bersentuhan dengan tangan Jane. Lalu, Night tersenyum miring. "Aku hanya ingin memakaikanmu ini," tukasnya sambil menarik tali seatbelt pada kursi Jane dan memasangkannya.

"Aku juga bisa pasang sendiri!" oceh Jane, kemudian membuang mukanya ke arah jendela sampingnya untuk menutupi rona merah wajahnya karena senyuman Night terlihat jelas di pandangannya. Bahkan hanya senyumannya membuatku berdebar sekarang.

"Aku hanya takut kau lupa karena terpesona dengan wajahku," sahut Night membuat Jane menoleh dan memutar bola matanya sebal.

Dasar kepedean!

Night menjauh dari Jane dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Ia pun mengendarai mobilnya menuju ke suatu tempat.

Dalam perjalanan, Night maupun Jane tidak ada yang bersuara. Sambil menatap jalanan malam, Jane menikmati alunan lagu dari One Direction berjudul Night Changes yang terputar dari radio. Sedangkan Night sendiri, ia menyetir dengan pikiran yang tidak Jane ketahui.

Sampai pada akhirnya mereka tiba di tempat tujuan dan membuat Jane terbelalak matanya tidak percaya melihat sebuah bangunan gedung yang mewah dan megah di hadapannya berdiri. "Hotel?" gumam Jane pelan. Shit!!! umpat Jane yang benar-benar dibuat kesal. Seharusnya ia sudah bisa menebak otak kotor lelaki di sampingnya ini. "Kau mem.ba.wa.ku ke ho.tel?" tanyanya dengan nada panik.

Night tidak menjawab dan malah menarik kembali tangan Jane untuk masuk ke dalam. Sekali lagi, Jane hanya pasrah dan mengikuti Night.

Sampai di kamar hotel yang bertuliskan angka 101, Night membuka pintu kamar dan mereka pun masuk ke dalam kamar. Night melepaskan tangannya untuk menutup pintu kamar.

Jane yang sudah lepas dari genggaman Night pun melayangkan sebuah tamparan ke Night begitu Night berbalik memutar tubuhnya ke arah Jane.

Plakk!!!

"Apa yang kau inginkan dariku?" Kali ini Jane mengucapkannya dengan nada marah. Pikir Jane, pastilah Night menganggap dirinya adalah wanita yang dicap tidak benar karena ia menyewa seorang pacar di situs. Ya, Jane mengakui kalau dirinya memang suka bergonta ganti lelaki, tapi itu hanya sebatas main-main yang tidak sampai ke hubungan badan.

Night memegang wajahnya yang terkena tamparan, kemudian tersenyum menyeringai. "Aku heran dengan wanita. Bukankah kau menyewaku dengan alasan untuk menaklukkan pria? Aku hanya mencoba mengabulkan keinginanmu itu," terangnya.

Jane mengigit bibir bawahnya. Ucapan Night sangat benar dan ia baru sadar bahwa tujuan yang sebenarnya ia mendaftar adalah menaklukkan hati Mr. Night. Dan sekarang orangnya sudah berdiri di hadapannya, ia malah menjadi ragu. Apa yang telah ku lakukan? Jane seakan menyesali perbuatannya. Jane menunduk sambil memejamkan matanya. "Maafkan aku."

Night berjalan lebih mendekat ke Jane yang sedang menunduk. "Hey.." Tangan Night mengangkat dagu Jane untuk menatap dirinya. "Coba taklukkan diriku sekarang."

Jane yang merasa dirinya terhipnotis dengan suara Night yang sexy, hanya menatap matanya. Sexy? Ya dia memang lelaki sexy dari segi suara maupun tubuhnya. Walau aku tidak pernah melihat tubuh telanjangnya, tapi pastilah kotak-kotak terpampang dalam perutnya yang rata.

Eh?

Dengan cepat, Jane menggelengkan kepalanya untuk membuat dirinya tersadar dari lamunan berkadar hampir menuju mesum. Kalau Mr. Night itu bukan dirimu, sudah kulakukan dari tadi! Jane merutuk dalam hatinya.

Night menghela nafas sambil melihat waktu di jam tangannya. "Waktumu denganku hanya tinggal dua jam lagi." Night kembali berjalan mendekati Jane berdiri. "Tapi sepertinya, aku sudah tidak sabar dengan tindakanmu untuk menaklukkan diriku," ujarnya, lalu mencium pipi kanan Jane dan perlahan turun menggerayangi area lehernya.

Terbelalaklah mata Jane karena mendapat serangan tiba-tiba lagi dari Night. "Tu-tunggu dulu." Jane menghentikan Night yang bisa bertindak lebih jauh lagi. Ia mendorong tubuh Night sampai Night mundur sedikit ke belakang.

Jane memegang sisi tengah dadanya dan berusaha menetralkan debaran jantungnya yang hampir meledak itu. Shit!!! Kenapa aku jadi berdebar tidak karuan begini? "Ki-kita pesan minum dulu." Dengan cepat Jane mengalihkan dengan pembicaraan.

"Baiklah kalau itu maumu." Night pun menuruti pemintaannya Jane. Baginya penyewa adalah seorang yang harus dilayangi dan dituruti apapun kemauannya. Ia berjalan menuju ke arah telpon dekat samping ranjang. Night menelpon petugas kamar untuk memesan beberapa minuman beralkohol.

Dan beberapa menit kemudian, minuman pun langsung diantarkan ke kamar.

Jane memegang satu botol minuman dan segera membukanya. Tanpa dilihat lagi jenis minumannya beserta kadar alkoholnya, Jane langsung menuangkannya di gelas yang tersedia, lalu meneguknya sampai habis. Dipikirannya sekarang, ia hanya ingin minum untuk menghilangkan pikirannya yang berkecamuk.

Sehabis minum, kepala Jane pun sedikit berputar. Ia langsung melihat kadar alkohol yang tercetak di label botol minuman tersebut.

Empat puluh persen? Sial! Selama ini aku tidak pernah minum di atas alkohol melebihi dari angka lima belas. Gawat! Jane menaruh tasnya dan ponselnya di atas meja. Ia berdiri sambil memijit keningnya yang mulai merasakan pusing.

Night yang dari tadi hanya duduk di sofa sambil meneguk minuman kalengnya, memandangi tingkah laku Jane yang menurutnya menggemaskan. Ia tertawa geli saat melihat Jane meneguk minuman Vodka. Sebentar lagi dia pasti akan mabuk. Dan dalam benak Night, ia sungguh penasaran dengan apa yang akan dilakukan Jane nanti untuk menaklukkan dirinya. "Jane..," panggilnya.

Jane yang sudah sedikit mabuk, menoleh ke Night yang sedang duduk. "Apa?" Ia masih berdiri untuk menjaga jarak dengan Night. Katakanlah ia belum siap untuk memulai aksinya.

Night menepuk-nepuk sofa. "Sini duduk!" serunya. "Apa kau tidak lelah berdiri terus?" tanyanya sambil meneguk minuman kalengnya.

Jane menghela nafas panjang seperti sehabis berolahraga. Kelelahan menyerangnya karena berdiri terlalu lama, dan juga karena high heels yang dipakainya sangat tinggi. Ia memutuskan melepas high heels dan berjalan menuju ke sofa tempat Night duduk. Tapi jangan kira Jane akan duduk dekat-dekat dengan Night. Itu tidak akan terjadi! Jane duduk dengan menjaga jarak dengan posisi Night duduk.

Sampai di sofa, Jane menghempaskan dirinya dan menyenderkan punggung belakangnya. Akhirnya dirinya tidak mendapatkan kesenangan apa-apa. Ia pun menutup kedua matanya karena denyutan kembali dirasakan pada kepalanya. Dalam kepeningannya, Jane masih juga berpikir bagaimana caranya menaklukkan Mr. Night.

Tunggu! Kalau mengingat kejadian tadi, bukankah ini terbalik? Sepertinya malah aku yang akan ditaklukkannya.

Jane berniat bernegosiasi dengan Night dengan merencanakan ulang acara kencan ini. Tetapi saat ia membuka matanya, dirinya terkejut dengan apa yang ia lihat. Sebuah bola mata berwarna hazel kini tengah menatap dirinya. Dan tubuh Night sudah berada di atas dirinya, mengurung Jane dalam kedua tangan yang bersandar pada sisi sofa.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jane. Walaupun ia sudah dalam kondisi tahap menuju mabuk, ia masih sadar diri. Jane mencoba mendorong tubuh Night agar menjauh darinya. Tapi saat dia menempelkan tangannya di dada Night, Night pun menggenggam erat tangan Jane.

"Aku tidak sabar lagi. Bisakah kita memulainya sekarang juga?" tanya Night sambil mencium punggung tangan Jane.

Jane tidak tahu kalau Night juga sudah sedikit mabuk. Dari tadi sambil menunggu Jane bertindak, Night sudah menghabiskan lima kaleng beer, mengakibatkan wajahnya sedikit memerah.

Memulai apa? tanya Jane dalam hati dengan rasa bingung yang melanda. Pikirannya melayang-layang mencari jawabannya. Apa yang dimaksud memulainya adalah melakukan sesuatu yang dinamakan sex?

Deg!

Apa yang aku lakukan sekarang? Biasanya aku tidak akan segugup ini dalam merayu lelaki, tapi lelaki di hadapannya kali ini sungguh sangat berbeda. Pesonanya terus menarik diriku untuk tidak bisa menolaknya. Jane menghela nafas. Apa kunikmati saja ya?

"Kau ini tidak sabar banget?!" cibir Jane dengan nada merajuk. Lalu, kali ini dengan kekuatan yang Jane punya, ia mendorong tubuh Night sehingga kedua tangan Night yang memegang sisi sofa terlepas dan tubuh Night menegak menjadi berdiri.

Night terkejut dibuatnya. Ia melihat wajah Jane yang sudah memerah. Mungkin efek mabuknya mulai menjalar menggerogoti tubuh dan pikirannya.

Jane bangkit berdiri. "Aku ke kamar mandi dulu." Jane sengaja mengalihkan dengan membuang waktu. Ia langsung berjalan ke arah kamar mandi. Tapi lagi-lagi saat ia berjalan membelakangi Night, sebuah tangan kokoh meraih pinggang Jane dan melingkarinya.

Jane yang terkesiap kaget, langsung menoleh ke Night yang sudah berdiri kembali di belakangnya.

"C'mon, Jane! Tubuhku sudah mulai terangsang karena dirimu," ucapnya sambil mencium aroma dari rambut Jane yang menurutnya sangat wangi dan menggoda. Night juga mendekatkan hidungnya dan mulutnya ke leher Jane yang terbuka.

Jane merasa geli, kepalanya bergerak merontah untuk menjauhkan dari wajah Night. Lalu, ia memutar tubuhnya ke depan sehingga berhadapan dengan Night. "Baiklah kalau begitu."

Degupan kencang kembali dirasakan Jane saat ia mendekatkan tubuhnya ke Night. Kini jarak yang tersisa hanya tinggal berapa senti lagi sampai baju Jane benar-benar akan menyentuh baju Night. Jane menatap lekat bola mata Night sambil mengangkat tangan kanannya untuk mengusap wajah Night.

Night sendiri masih merangkul pinggang Jane dan menunggu aksi Jane terhadap dirinya.

Sambil memandangi setiap inci panca indera Night, Jane berucap, "Kau tahu, kau memang lelaki yang tampan, Night. Dan juga sentuhanmu waktu itu membuatku terangsang."

Night tersenyum. Katakanlah sekarang Jane sudah mabuk karena kata-kata penolakan yang belum lama terlontar darinya malah berubah menjadi kata-kata memikatnya.

Jane melingkarkan tangannya ke lehernya Night, lalu mendekatkan wajahnya untuk berbisik ke telinga Night. "Tunjukkan padaku lagi, agar aku bisa mengeluarkan desahan ku seperti ini.., aahh.." Jane mendesah sambil menggigit pelan pada bagian belakang telinga Night.

Tidak dipungkiri salah satu titik lemah rangsangan pada lelaki termasuk Night sendiri adalah di bagian telinga. Lemah di sini bukan artian tidak kuat, tapi lebih ketidak berdayaan karena rangsangan yang didapat dari telinga, tepatnya pada titik saraf di telinga dapat membangkitkan libido.

Setelah Jane menggigit pelan telinga Night, bibirnya turun menjelajahi leher samping Night, hidung mancung Jane ikut mengelus leher dan rahang Night. Aroma Night yang tercium di indera penciuman Jane membuat Jane ingin lebih dari ini.

Night menikmati semua aksi Jane sambil memejamkan matanya. Ia harus menahan gejolak nafsu yang dirasakannya serta sesuatu yang sudah mengeras dari tadi di balik celananya dan minta untuk dilayani.

Jane melanjutkan dengan menciumi leher Night sampai pada bagian depan, ia menghisapnya dan membuat tanda kepemilikannya di sana.

Night langsung melepas kedua tangan Jane yang melingkari lehernya saat Jane menghisap lehernya dengan kuat. Night pun membuka matanya kembali dan menatap bola mata biru Jane dengan intens.

Jane yang tanpa sadar terkejut dengan aksinya sendiri, dan juga terkejut karena Night melepaskan tangannya pada lehernya, hanya mengerutkan alisnya menatap balik Night. Apa dia marah?

"Aksimu barusan membuatku ingin melahapmu sekarang juga, Jane. Jangan salahkan aku karena tatapan matamu yang indah dan sentuhanmu sekarang membuatku takluk padamu." Selesai Night berkata-kata, ia langsung mencium Jane, melumat bibir Jane dengan ganas.

Jane yang sudah terbawa suasana dengan aksinya tidak menolak, ia pun membalas ciuman Night.

Mereka berciuman dengan hot sambil bergerak ke kanan, kiri, depan dan belakang dan berakhir di ranjang dengan posisi Jane di bawah dan Night di atas tubuhnya. Mereka melepas ciumannya sesaat pun hanya untuk mengambil nafas dan setelah itu, ciuman berlanjut kembali.

"Pantas saja kau menjadi wanita penggoda Jane, ciumanmu sangat menggairahkan," bisik Night ke telinga Jane.

"Hey! Aku bukan wanita penggoda, para lelakilah yang menggodaku!" protes Jane sambil menggembungkan pipinya.

Night membelai rambut Jane sambil memandangi wajah Jane. "Aku akan memulainya. Kau siap?"

Jane tidak punya pilihan saat ini untuk menolaknya. Rangsangan dalam dirinya juga sudah bergejolak untuk mendapatkan lebih dari sebuah ciuman. Night adalah lelaki tampan, kurasa tidak apa-apa melepas keperawananku untuknya, pikir Jane dalam hatinya. "Aku siap."

Night tersenyum lembut dan mulai menciumi kembali bibir Jane dengan perlahan sambil menikmati bibir merahnya yang manis.

Sambil berciuman, Jane mulai membuka jas hitam yang dikenakan Night, lalu berlanjut membuka kancing kemeja putihnya sampai Night setengah telanjang. Tidak hanya Jane yang membuka pakaian Night, Night pun perlahan membuka resleting gaun putih yang dipakai Jane sampai mempelihatkan bra hitam milik Jane.

Ciuman panjang yang dilakukan mereka berdua sampai akhirnya tubuh mereka yang sudah tidak tertutup kain lagi saling menyentuh. Tangan Night mulai meraba payudara Jane dan meremasnya pelan dan lembut sampai akhirnya desahan Jane pun keluar.

"Aaaagghh...," desah Jane dalam ciumannya yang belum terlepas.

Night pun melepas ciumannya dan mulai turun menciumi leher Jane, menghisapnya pelan di sana sampai tanda kepemilikannya muncul. Lalu ciumannya turun lagi perlahan menuju payudaranya, menciumi area sekitar dadanya sambil memainkan puting Jane.

Jane mendesah lagi karena rasa rangsangan yang amat baru bagi Jane tidak tertahankan lagi. Ia pun meremas rambut Night sambil berkata padanya, "Aku ingin lebih."

Night tersenyum mendengarnya. "Baiklah. Sepertinya kau sudah tidak sabar." Night siap akan memasukkan kepemilikannya yang sudah tegang dan mengeras itu ke area milik Jane.

Tapi tidak disangka Night, saat lagi memasukkan, ia merasakan ada halangan dan tidak bisa masuk. Ditambah lagi, Jane tiba-tiba menjerit kesakitan.

"SHIT!! Kau masih perawan, Jane?" tanya Night yang terkejut dan langsung menyadarinya.

Jane yang sedang menikmati sambil memejamkan mata, langsung membuka matanya menatap Night yang sedang menatap dirinya dengan tatapan syok. Jane mengangguk. "Ya, aku masih perawan. Apa ada masalah?"

"What the f*ck!" umpat Night, lalu ia melepaskan diri dari Jane yang tengah terbaring itu. Ia mengambil semua pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan menuju ke kamar mandi.

Jane terbangun dan mengambil selimut untuk menutupi dirinya yang sudah telanjang tanpa sehelai kain. Ia menatap dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya pada Night yang tengah berjalan ke arah kamar mandi

Beberapa menit kemudian, Night keluar dengan pakaian yang sudah dikenakan kembali di tubuhnya, lalu berjalan ke arah Jane yang masih tidak bergeming dari ranjang. "Maaf Jane, kurasa aku tidak bisa melakukannya. Aku akan mengembalikan semua uangmu." Setelah mengatakan itu, Night pergi meninggalkan Jane begitu saja.

Jane termanga mendengarnya. Buru-buru Jane beranjak dari ranjang untuk mengejar Night yang sedang berjalan menuju ke arah pintu kamar. "Tunggu, Night!"

Tapi panggilan Jane tidak membuat Night menoleh. Malah Night semakin mempercepat langkahnya dan langsung membuka pintu kamar. Ia pun keluar dari kamar itu.

"NIGHT!!" panggil Jane dengan berteriak. Ia berdiri di pintu dengan selimut yang masih melilit di tubuhnya. Ia menatap punggung Night yang semakin menjauh. Secara tidak langsung Night telah menolak dirinya. Jane pun tertawa sumbang sambil bergumam sendu, "Aku ditinggalkannya lagi."

Dari arah kamar seberang dengan kamar Jane, terbukalah pintu dan menampilkan sosok lelaki yang menatapnya dengan tatapan terkejut. "JANE?!" serunya.

Jane menoleh dan sama-sama terkejut. "Kak Juna...?"

...

TBC

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience