06:50 pm
Mobil Jane sudah dibawa oleh petugas vallet untuk diparkirkan. Jane pun masuk ke dalam klub yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di tempat ini. Sama halnya dengan dirinya. Malam ini, Jane akan menghabiskan waktunya di tempat ini untuk menaklukkan Mr. Night.
Sampai di dalam klub, Jane berdiri sembari menyenderkan punggungnya di meja bartender. Sambil menunggu kedatangan Mr. Night, ia selalu melihat ke jam tangannya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat, tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran dari Mr. Night.
"Mana ya Mr. Night? Apa dia telat?" gumam Jane sambil celingak-celinguk memperhatikan sekelilingnya yang ramai dipenuhi oleh anak-anak muda yang berjoget, pasangan yang bercumbu di pojokan. Ada juga para lelaki setengah tua yang kembali lagi ke masa puber datang untuk mencari wanita malam untuk minta dilayani. Akan tetapi dari semua yang Jane lihat, ia tidak menemukan apa yang ia cari. Ya itu karena memang sama sekali tidak ada petunjuk apapun untuknya tentang Mr. Night. Rupa wajahnya saja ia tidak tahu, dan juga nomor telepon yang menghubunginya tadi pun hanya operator yang mengangkat.
Karena merasa bosan, Jane segera mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya, Lizzie. Apa dia sudah bertemu dengan Nick?
07:15 pm
Saat panggilan tersambung dan diangkat, suara Lizzie pun terdengar di telinga Jane.
"Halo, Jane?"
"Apa kau masih bersama Nick?" tanya Jane.
"Ya, aku masih bersamanya. Kenapa?"
"Apa dia sangat tampan?"
"Ya. Dia sangat tampan, Jane."
Jane terkekeh mendengarnya. "Senangnya. Kau tahu, Zie, sampai sekarang Mr. Night belum datang," keluhnya yang mulai merasa bosan.
"Mungkin dia terjebak macet. Tunggu saja.
"Ya, ini juga aku sedang menunggunya. Oh ya, Zie, bisakah kau meminta foto Mr. Night pada Nick. Aku ingin mencarinya, tapi aku sama sekali tidak ada petunjuk apapun mengenai dia. Siapa tahu kan dia sudah datang, namun tidak berhasil menemukanku."
"Baiklah, nanti akan ku cari tahu lewat Nick."
"Oke. Thanks ya, Zie. Kau memang yang terbaik. Aku akan tunggu kabar darimu secepatnya. Have fun! Bye!"
"Bye, Jane!"
Panggilan dimatikan oleh keduanya. Saat Jane memasukkan ponselnya ke dalam tasnya, sebuah sapaan terdengar di telinganya.
"Hai, Jane Collins! Maaf, membuatmu lama menunggu."
Akhirnya datang juga. Jane tersenyum tanpa menoleh. Karena yang menyapanya adalah suara lelaki, sudah pasti Jane mengira itu adalah Mr. Night. Jane pun menoleh ke arah suara di sampingnya berdiri. Senyuman Jane makin merekah setelah melihat paras lelaki di sampingnya. "Jadi kau yang bernama Mr. Night?" tanyanya memastikan.
Sambil memandangi bola mata Jane yang berwarna biru itu, lelaki itu mengangguk menjawab pertanyaan Jane, kemudian tersenyum kepadanya.
Untuk sejenak, Jane memandangi setiap panca indera si lelaki yang bernama Mr. Night itu. Cukup tampan sih, tapi tidak seperti yang ku bayangkan. Aku jadi sedikit kecewa.
"Maaf membuatmu kecewa dengan tampangku, Jane."
Lamunan Jane buyar seketika. "Eh?" Jane tampak terkejut mendengar perkataan Mr. Night. Kenapa dia bisa tahu isi hatiku?
Mr. Night terkekeh. "Aku tahu semua mengenai dirimu, Jane."
"Oh ya?" Sekali lagi Jane terkejut dibuatnya. Ia berjalan mendekatinya dan memegang bahu kanan Mr. Night dengan tangan kirinya. "Jadi, malam ini kita akan bersenang-senang kan...," jeda Jane sambil mendekat ke telinganya untuk berbisik, "Mr. Night?"
"Tentu saja, Jane," jawab Mr. Night dengan tersenyum. "Tapi sebelum itu, aku ingin memastikan sesuatu padamu."
Jane menjauhkan wajahnya sambil mengenyitkan keningnya. "Maksudnya?"
Mr. Night mengambil tangan Jane pada bahunya, lalu ia tersenyum tipis. "Kau mau 'belajar' menaklukan hatiku atau mau menaklukan diriku?"
Eh? Jane mengerjapkan matanya tidak percaya dengan pertanyaan yang terlontar dari Mr. Night. Jane mencoba mengingat-ngingat saat Lizzie mendaftarkan dirinya. Bukankah waktu itu Lizzie hanya menuliskan aku mau 'belajar' menaklukan hati, bukan menaklukan dirinya. Tapi kenapa Mr. Night tahu kalau aku mau menaklukan dirinya?
Jane merasa ada yang aneh dengan lelaki yang bernama Mr. Night ini. Dia seakan-akan bisa membaca pikirannya, membuat Jane jadi bergidik ngeri sendiri.
Aku hanya ingin bersenang-senang karena aku sudah bosan dengan para lelaki yang mendekatiku. Tentu saja Jane tidak mengutarakannya ke Mr. Night. "Bukannya katamu, kau sudah mengetahui semua tentang diriku?" sindirnya yang ingin menguji rasa penasarannya karena dari tadi Mr. Night bisa menebak pikirannya. Jane menatap Mr. Night dengan intens sembari menunggu jawaban darinya.
Mr. Night terkekeh geli melihat Jane. "Kau penasaran banget dengan diriku ini?" Mr. Night berdehem sambil pura-pura memasang pose ala-ala berpikir, "So, tujuan utamamu menyewa situs ini hanya untuk menghilangkan kebosanan," ujarnya.
See? Benarkan kataku, dia bisa membaca pikiranku. Dan ini mulai menjadi tidak menarik bagi Jane. Ia berdecak sebal sambil menggerutu dalam hatinya, Kalau begini yang ada Mr. Night bakal tahu semua tentang yang kupikirkan.
"Aku mau ke kamar mandi dulu!" ijin Jane dengan perasaan hatinya yang mulai gusar. Jane berjalan sambil mendengus kesal. Sepertinya ia butuh menjauh darinya, tepatnya butuh waktu untuk berpikir tanpa diganggu dan ditebak oleh Mr. Night.
"Baiklah. Mungkin kau butuh waktu untuk acara kita selanjutnya," sahut Mr. Night.
Jane memutar bola matanya sambil berjalan menjauh dari Mr. Night. "Ya, ya.., teruslah kau membaca apa yang kupikirkan!" ocehnya.
Walau pelan, tapi masih bisa terdengar di telinga Mr. Night. Lelaki yang mengaku sebagai Mr. Night itu tertawa senang. Rasa jahilnya memuaskan dirinya malam ini. Ini benar-benar sangat menarik!
Lelaki itu melirik ke jam tangannya dan ternyata ini sudah hampir setengah jam ia berperan menjadi Mr. Night. Lelaki itu pun menghela nafas kasar. Sayangnya sebentar lagi ini akan selesai.
****
Saat Jane berada di dalam kamar mandi, ia menelepon Lizzie kembali.
07:45 pm
"ZIEEE....!" teriaknya di telepon membuat beberapa wanita yang sedang berada di toilet pun ikut menoleh ke dirinya karena terkejut.
"Ada apa, Jane? Aku baru saja mau mengirimkan foto Mr. Night padamu."
"Kau tahu, Zie, aku sudah bertemu dengan Mr. Night. Namun dia sangat membosankan dan menyebalkan! Masa dia bisa menebak semua yang sedang kupikirkan. Dia seperti punya indera ke enam yang bisa membaca pikiran orang," Jane berkeluh kesah menceritakan semua yang barusan dialaminya dan diakhiri dengan helaan nafas panjang.
"Indera keenam? Dia bukan Mr. Night yang asli, Jane. Kau telah ditipunya."
Jane terkejut. "Maksudmu, Zie? Dia palsu?"
"Iya, karena Mr. Night yang asli adalah lelaki zrrrtt....srrkkkk..
(Hening)
Suara bising terdengar di telinga Jane, tapi beberapa detik kemudian tiba-tiba tidak ada suara lagi. "Halo..? Zie?" Jane menjauhkan ponsel dari telinganya untuk mengeceknya. "Shit! Tidak ada signal," umpatnya. Jane bergegas keluar dari kamar mandi dan berjalan cepat menghampiri si lelaki yang kata Lizzie bukanlah Mr. Night asli.
"Cepat sekali kau sudah kembali? Jadi sehabis...,"
"Jangan berpura-pura lagi, aku sudah tahu kedokmu!" potong Jane dengan cepat, membuat lelaki itu berhenti berucap. "Kau bukanlah Mr. Night!" Jane bersedekap sambil bertanya, "Siapa kau?" Ia mengintrogasinya dengan ketus. Ia sudah tidak sabar mendengar jawaban dari lelaki yang sok tukang baca pikiran itu.
Lelaki yang berperan menjadi Mr. Night mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Akhirnya ketahuan juga. Berarti peranku sudah selesai di sini." Lelaki itu mengulurkan tangannya ke Jane. "Kenalkan, namaku adalah Denzel. Aku diperintahkan oleh Mr. Night untuk memberitahukan kepadamu bahwa dia datang telat. Sebagai gantinya, dia akan mengembalikan setengah uang pendaftaranmu nanti."
Jane berdecak sebal. Bukan masalah uang sekarang, tapi Jane merasa telah dipermainkan oleh Mr. Night. Ia mengulurkan tangannya ke Denzel dengan terpaksa. "Kau sudah tahu namaku, kan? Jadi kurasa aku tidak perlu lagi menyebutkan namaku," cetusnya dingin.
Denzel tertawa kecil. "Jangan salahkan Mr. Night, Jane. Ini semua adalah ulahku sendiri yang hanya ingin mengerjaimu. Karena kau sangat cantik dan polos, jadinya aku ingin menggodamu sedikit."
"Dengan membaca semua pikiranku?" sindir Jane.
Denzel terkekeh pelan. "Maafkan aku, Jane."
"Apa kau akan membocorkannya ke Mr. Night semua yang kau tahu tentang diriku dan pikiranku ini?" tanya Jane.
"Tidak, kecuali kau mau memaafkan Mr. Night saat dia datang. Bukan kemauannya dia untuk datang telat. Now, aku tidak akan mencampuri urusanmu lagi. Aku sudah selesai sekarang karena dia akan tiba sebentar lagi." Denzel mendekati Jane, lalu berbisik ke telinganya. "Aku tidak tahu ternyata kau dan kakakku sudah saling mengenal." Setelah berucap demikian, Denzel mencium pipi Jane. "Anggap saja ini sebagai permintaan maaf dariku mewakili dia karena dia telah telat menemuimu."
Syok? Tentu saja Jane syok. Jane bahkan tidak bisa berkata-kata lagi. Bukan karena sebuah ciuman yang dilayangkan di pipinya, tetapi ucapannya barusan.
Sudah mengenal Mr. Night? Lalu, Kakak? Jane menatap Denzel dengan tatapan bingung. Pikirannya digerayangi pertanyaan yang butuh jawaban, tapi ia bingung harus memintanya pada siapa.
Denzel menatap Jane sambil menahan ketawa. Baginya, Jane tampak lucu dengan beragam ekspresi yang dikeluarkannya. Tiba-tiba ia jadi teringat akan kakaknya yang minta tolong padanya saat ia sedang bertemu dengan wanita kencannya.
Sebelumnya...
07:03 pm
Saat Denzel sudah bertemu dengan wanita kencannya, ia mendapat telepon dari Night. Segeralah Denzel menjawab panggilan itu karena ia yakin ini pasti sangat penting dan berhubungan dengan penglihatannya tadi pagi.
"Sebentar ya, Anita. Aku angkat telepon dulu. Ini dari kakakku," ijin Denzel ke wanita yang bernama Anita.
"Iya."
Denzel berjalan menjauh sedikit dari Anita berdiri dan menjawab panggilan kakaknya. "Ya, Kak?"
(....)
"Ya, aku sudah sampai di klub."
(....)
"Katakanlah, Kak. Aku pasti akan membantumu."
(....)
"Papa sudah tahu situs kita?"
(....)
"Lalu, bagaimana?"
(....)
"Baiklah aku akan menemui wanita bernama Jane dan menyampaikan pesanmu."
(....)
"Oke, Kak. Bye!"
Panggilan dimatikan dan Denzel langsung berbicara dengan wanita yang sedang dikencaninya. "Anita sayang, maafkan aku. Sepertinya kencan kita malam ini harus ku tunda. Sebagai gantinya, akan ku kembalikan semua uang pendaftaranmu."
"Kenapa?"
"Aku ada urusan mendadak. Tapi aku berjanji, saat kau mendaftar lagi, aku akan langsung memastikan bahwa kau menjadi prioritasku dalam memilih." Denzel menjawab sembari mencium punggung tangan Anita.
"Baiklah. Akan ku pegang kata-katamu. Tapi, kau jangan coba-coba berbohong padaku ya, Zel?!" gertak Anita.
"Tidak akan. Aku malah dapat menafsirkan bahwa besok kau sudah akan bertemu lagi denganku," ujar Denzel membuat Anita senang.
Setelah kepergian Anita, Denzel mulai mencari wanita yang bernama Jane dengan bantuan foto yang sudah dikirimkan oleh Night ke ponselnya. Saat Denzel sudah menemukan wanita yang dicarinya, dilihatnya Jane tengah berdiri sambil menyender. Ia melihat Jane sedang celingak celinguk mencari seseorang yang ia yakini pasti kakaknyalah yang ditunggunya.
"Wanita yang cantik. Kakak sangat beruntung," gumam Denzel pelan sambil berjalan menghampiri ke arah Jane. "Bolehlah jahil sedikit." Ia tersenyum menyeringai sambil bergumam dalam hatinya, Gara-gara Kakak, aku jadi tidak dapat uang malam ini. Tapi, tidak apa-apa deh. Aku mendapatkan sesuatu yang menarik. Akan aku ceritakan kepada yang lain sehabis ini. Denzel pun mengeluarkan senyum jahilnya.
Back to Jane..
Jane memutar tubuhnya dan kembali menyender di meja bartender." "Apa dia masih lama?" tanyanya pada Denzel.
"Siapa?" tanya balik Denzel yang berdiri di samping Jane.
Jane mendengus sebal. "Sekarang kau pura-pura tidak tahu, heh?" dumelnya.
Denzel tertawa keras. "Kau sangat lucu, Jane." Denzel mendapat sekelibat penglihatan. "Ah, dia sudah tiba!"
"Benarkah?' Jane celingak celinguk ke depan, ke samping kanan dan kirinya.
Denzel berbisik ke Jane. "Bohong deh," candanya.
Jane memutar bolanya kesal, lalu menoleh ke Denzel dan mengeluarkan tatapan tajam. "Kau ini..!" serunya. Karena males meladeni Denzel, Jane kembali memutar tubuhnya hendak memesan minuman, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia memutuskan untuk mengambil ponselnya lebih dulu sebelum memesan minuman. Saat mau membuka pesan tersebut, dari belakang sebuah suara menyelinap di telinga Jane.
"Maaf telah membuatmu menunggu terlalu lama, Jane."
Jane pun tersenyum. "Akhirnya Mr. Night yang asli datang juga," gumam Jane pelan, lalu tangannya pun mengklik pesan yang ternyata dari Lizzie.
Jane memutar badannya untuk melihat Mr. Night, tapi arah matanya sudah terlebih dahulu melihat ke layar ponselnya.
From : Lizzie
Jane, ini foto Mr. Night yang asli.
Mata Jane terbelalak karena terkejut dengan apa yang ia lihat dipesan yang dikirimkan oleh Lizzie. "What??" Jane langsung mendongak untuk melihat dan memastikan lelaki yang sudah berdiri di hadapannya ini sama dengan foto yang dikirimkan oleh Lizzie. "KAU?!" serunya terkesiap kaget.
Night pun mengeluarkan senyum miring sambil menatap Jane. "Kita belum berkenalan secara langsung, Jane." Ia mengulurkan tangannya. "Kenalkan namaku Night. Hem, lebih tepatnya aku adalah Mr. Night, lelaki yang kau sewa."
Shit!! What the hell! umpat Jane merasa syok. Lelaki yang ingin dihindarinya malah muncul di hadapannya-- lagi.
........
TBC
Share this novel