"Hai! Kita bertemu lagi."
"Jadi maksud perkataanmu tadi siang adalah ini?" tanya Jane yang masih belum mengetahui nama dari lelaki di hadapannya. Jane tersadar akan sesuatu. "Kau mengikutiku ya?"
"Tidak, tapi mungkin saja ini takdir." Night asal jawab membuat Jane memicingkan matanya menyelidik curiga.
"Kau tertarik padaku ya?" tanya Jane terang-terangan. Sebelum si lelaki itu menjawabnya, Jane melanjutkan ucapannya. "Walaupun kau dikategorikan lelaki tampan, menurutku," jeda Jane sambil memperhatikan paras mukanya. "Namun, sayangnya saat ini aku sedang tidak tertarik. Sudah ada yang membuatku tertarik sekarang." Ya dia adalah Mr. Night.
"Hemm.." Night berdehem sambil bergumam dalam hatinya, menarik! "Baru kali ini ada wanita yang menolakku. Apa pesonaku kurang membuatmu bergairah?" Night mengucapkannya sambil berjalan mendekat ke arah Jane.
Refleks Jane melangkah mundur karena lelaki di hadapannya tiba-tiba maju mendekat ke arahnya. Tidak hanya melangkah maju, lelaki itu juga melayangkan tatapan intens ke Jane, membuat jantungnya berdetak tak karuan. "Ma--mau apa kau?" tanyanya. Jane mencoba menahan langkah lelaki itu dengan memegang dada bidangnya, tetapi lelaki itu tetap saja berjalan maju.
"Kenapa? Bukannya kau adalah wanita penggoda dan perusak hubungan orang? Kenapa sekarang kau jadi takut padaku?" cetus Night dengan kalimat sindiran.
Hah? Jane mendelik kaget. Perusak hubungan orang? Jane mencoba mencerna omongan si lelaki tersebut. Ia bertanya-tanya sendiri, siapa juga yang merusak hubungan orang? Akhirnya Jane mengerti maksudnya setelah menghubungkan kejadian Mark tadi. Oh, pasti karena tadi aku bersama Mark. Shit! Dia sudah salah paham kepadaku!
Jane terus melangkah mundur tanpa melihat arah belakangnya. Mulutnya juga terkatup rapat tidak bisa menjelaskan kebenarannya pada si lelaki tersebut. Entah kenapa daya tarik lelaki ini begitu mempesona dan membuatnya takut. Akhirnya Jane malah terpojok di tembok dan tidak bisa melangkah mundur lagi.
Dan kini, jarak wajah Night dan Jane hanya beberapa senti. Tangan kiri Night menyender di tembok tepat di samping wajah Jane dan mencoba mengurungnya. Night menatap bola mata biru Jane yang sudah berhasil menghipnotis dirinya. Punggung jari-jari tangan kanan Night mulai terangkat menyentuh pergelangan tangan Jane, mengelus perlahan dari bawah sampai ke atas bahunya. Arah mata Night pun mengikuti gerakan tangannya yang sedang menyentuh Jane.
Tubuh Jane menjadi panas. Bukan karena hawa panas di ruangan, melainkan aura tubuhnya mengeluarkan panas karena sentuhan dari lelaki tersebut. Jane sampai memejamkan matanya karena menikmati sentuhan lelaki di hadapannya. Baru kali ini Jane bergairah saat disentuh lelaki. Padahal hanya di tangannya. Oh my gosh! Ada apa denganku?
Night menatap Jane yang sepertinya mulai terangsang. Ya sesuai dugaannya, Jane memang wanita penggoda, tapi ia tidak pernah menikmati sentuhan dari pria-pria yang digodanya. Dan sekarang Jane terbilang menikmati sentuhan darinya. Tangan Night berlanjut ke daerah leher dan wajahnya.
Jane membuka matanya perlahan dan matanya bertemu dengan mata Night yang berwarna coklat hazel yang kini juga sedang menatapnya. Mulut Night mendekat ke arah samping leher Jane, meniupnya dengan pelan dan halus.
Tanpa disangka-sangka, desahan terlontar di mulut Jane. "Aahh..."
Setelah puas menggoda Jane, Night berbisik ke telinganya. "Sampai bertemu lagi, Jane," ujarnya sambil mendaratkan kecupan singkat ke pipi Jane. Setelah itu, Night pergi begitu saja meninggalkan Jane yang terdiam mematung. Night tersenyum miring sambil berjalan lurus menuju ke dalam lift yang sedang terbuka. Saat ia memutar tubuhnya menghadap arah Jane, dilihatnya Jane masih bergeming di tempat dengan pandangan lurus menatapnya. Waktu pintu lift mulai merapat, Night tersenyum tipis sembari mengedipkan sebelah matanya ke Jane.
Masih tidak bergerak dari tempatnya, Jane mengeluarkan umpatan kesal. Damn! Siapa sih lelaki itu? Bahkan dia juga tahu namaku.
Tiba-tiba ponsel Jane berbunyi, membuatnya terhentak dan tersadar. Ia langsung mengambil ponselnya di dalam tas dan mengangkatnya tanpa melihat ke layar ponselnya terlebih dahulu. "Halo?"
"Ini aku Mark. Maafkan aku, Jane, sepertinya kau harus pulang sendiri. Aku dan mantanku, eh maksudku Catty..," Sebelum Mark menyelesaikan ucapannya, panggilan teleponnya terputus.
Jane sengaja mengakhir panggilan Mark sambil bersungut dalam hati. Not my business anymore! Jane mengacak-ngacak rambutnya sendiri karena menyadari yang tadi ia lakukan bersama..., Jane terdiam. Aku saja tidak tahu nama itu lelaki, tapi aku sudah mendesah di hadapannya. What the f*ck!!! Jane mengumpat kasar karena merasa gusar. "Lebih baik aku pulang sekarang dan berendam."
Akhirnya Jane dan Night pulang ke kediamannya masing-masing.
Sampai di kediamannya, Night langsung menyuruh Scott mengembalikan setengah uang dari yang Catty transfer untuk penyewaan dirinya karena waktu sewa Catty tidak sampai 5 jam.
------Mr.Night------
Kediaman Collins
JANE~POV
Setelah aku selesai berendam untuk menghilangkan pikiran diriku bersama lelaki yang bahkan sampai saat ini aku tidak tahu siapa, aku pun berjalan menuju ke meja komputerku. Aku duduk, kemudian mengambil tas yang tadi kubawa di samping komputerku. Aku membukanya untuk mengambil ponselku. Setelah kudapatkan, aku mencari sebuah foto kartu nama yang aku ambil tadi saat di toilet.
Ini dia!
Setelah menemukannya, aku melihat ada tulisan situs di bawah nama tersebut. Aku pun langsung mengetik alamat situs tersebut di komputerku dan mulai mengaksesnya.
Muncul tampilan dengan tulisan-tulisan yang langsung ku lewati karena menurutku tidak penting. Aku hanya penasaran dengan bagian si Mr. Night-nya. Setelah sampai di bagian yang ingin ku ketahui, aku membaca satu persatu cara menyewa Mr. Night, yang katanya adalah ketua dari Seven Boys Flower.
Persyaratan harus diatas usia 17 tahun? Oke, ini checklist. Aku membaca satu persatu agar aku tidak salah isi. Selesai membaca, aku cukup terkejut pada kolom dengan tulisan 'jumlah uang yang akan ditransfer' dan belum selesai sampai disitu, aku membaca tulisan selanjutnya, 'semakin banyak anda menstransfer, maka semakin besar peluang anda menyewa Mr. Night. Selamat mencoba!'
Apa-apaan! Ini kan namanya pemerasan!
Aku menyenderkan tubuhku sejenak di kursi sambil berpikir. Tapi, aku penasaran juga sih. Apa lebih baik aku mendaftar ya? Ya hitung-hitung menghilangkan bosan. Soalnya lelaki di kampusku rata-rata sudah aku kencani dan mereka semua sama saja, tidak membuat aku bergairah. Aku menginginkan lelaki yang berbeda. Ngomong-ngomong soal bergairah, aku jadi teringat kembali pada si lelaki brengsek itu.
Ah lupakan!
Aku pun memutuskan untuk mendaftar. Aku mengisi sesuai persyaratan yang diminta, tapi tidak semuanya. Aku juga sudah menuliskan nominal angka untuk menyewa si Mr. Night. Semoga saja dia tidak mengecewakanku!
Setelah selesai ku registrasi, aku mengirimkan semua data dan persyaratannya tersebut. Namun, malah muncul satu huruf yang agak besar, FAILED! Lalu berikutnya keluar tulisan, let's try again!
FAILED?? Kok bisa?
Aku terus mencoba sampai kelima kali dan jawaban yang keluar masih tetap sama. FAILED!
Ini salah di mana coba? Rasanya aku ingin berteriak. Aku menghela nafas dengan kasar. Sudah lelah ngetik, malah failed lagi! Ah sudahlah! Besok pagi akan ku coba lagi.
*****
05:10 am
"Hah, failed again?" sungut Jane dengan mata yang sembab. Karena penasaran, dari semalam ia sudah mencoba berpuluh-puluh kali, tapi tetap saja tidak berhasil. Sampai akhirnya ia tidak bisa tidur. Lalu, pagi-pagi sekali Jane bangun dan langsung bergelut di depan komputernya kembali. Namun, sampai sekarang pun kata FAILED masih muncul dan ia pun tidak tahu kesalahannya terletak di mana. Jane mengerang frustasi.
Aku harus minta bantuan Lizzie. Lebih baik aku ke rumahnya saja biar cepat. Mumpung ini hari Sabtu dan tidak ada kuliah. Jane langsung menuju ke kamar mandi dan bersiap diri dengan secepat mungkin.
06:10 am
Satu jam kemudian, Jane sudah berada di depan pintu rumah Lizzie. Ia pun menekan bel yang terpasang di samping pintu.
Tidak lama kemudian, Lizzie membuka pintu dan terkejut melihat kedatangan Jane. "Jane? Ada apa kau datang kemari?" tanyanya.
"Apa aku tidak boleh datang ke rumahmu?" cibir Jane.
"Bukan begitu. Hanya saja kau tidak pernah mau ku ajak ke rumahku kalau bukan diundang oleh orang tuaku makan," sahut Lizzie. "Dan ini juga masih sangat pagi," sambungnya.
Jane menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bukan begitu. Hanya saja aku tidak terbiasa main ke rumah orang. Oh ya, maaf kalau menganggumu pagi-pagi."
Lizzie mendesah, "Ya sudah, yuk masuk!" ajaknya. Dan Jane pun melangkah masuk mengikuti Lizzie yang menuntunnya ke kamarnya.
"Mana orangtuamu?" tanya Jane disela-sela mereka berjalan.
"Mereka masih tidur," jawab Lizzie. Dan akhirnya Jane sampai di kamar Lizzie.
"Kamarmu sampai sekarang tidak berubah ya, Zie? Apa kau tidak bosan?" tanya Jane yang berdiri sambil memperhatikan dekorasi kamar Lizzie yang masih sama dengan terakhir kali Jane kunjungi.
"Kau kan tahu, kami mana ada uang untuk merombak kamarku," jawab Lizzie. "Sebentar ya, aku akan ambilkan kau minum." Lizzie hendak keluar kamar, tapi Jane keburu menahan Lizzie.
"Tidak perlu, Zie," Jane menolak dan berkata balik. "Aku kemari untuk mengajakmu keluar sebentar. Kau mau kan menemaniku?"
"Mau saja, asal bukan Club."
"Tenang, kali ini bukan Club." Jane menyengir lebar. "Sudah cepat ganti baju," suruhnya.
"Oke. Sebentar ya!" Lizzie berjalan menuju lemari pakaiannya sambil bergumam dalam hati, untung saja aku sudah mandi tadi. Setelah lemari dibuka, Lizzie mengambil kaos dan celana jeans pendek dan langsung menukarnya dengan pakaian yang ia pakai sekarang. Selesai berganti pakaian, ia berjalan menghampiri Jane lagi. "Sudah nih. Ayo jalan!" ajaknya.
"Okay!" Jane berjalan menuju pintu. "Oh ya..," jedanya berhenti, lalu memutar setengah tubuhnya ke Lizzie. "Bawa laptopmu sekalian!" suruhnya.
"Hah?" Lizzie terperangah.
******
06:42 am
"Kau akan membawaku ke mana, Jane?" tanya Lizzie di dalam mobil yang sedang melaju.
"Tempat ngopi," jawab Jane sambil menyetir.
Tidak lama kemudian mereka sampai di tempat yang dituju. Jane pun keluar dari mobilnya, disusul oleh Lizzie.
Lizzie berjalan di belakang Jane sambil membawa laptop di dalam tas ransel yang digendongnya. Mereka berjalan masuk ke dalam tempat ngopi atau kafe lebih tepatnya. Kafe yang tidak jauh letaknya dari rumah Lizzie.
"Ngapain kita ke sini?" tanya Lizzie lagi.
"Lihat saja nanti. Lagipula kita hanya sebentar kok," jawab Jane. Lalu, mereka berdua duduk di meja yang kosong. "Tunggu di sini, ya! Aku mau pesan minuman dulu." Jane berjalan menuju ke kasir tempat membayar, sekaligus memesan minuman.
Selesai memesan, Jane kembali dengan dua minuman di tangannya dan berjalan balik ke mejanya.
"Nih, untukmu!" Jane memberikan satu minuman dingin capuccinno latte untuk Lizzie. Dan minuman untuknya, ia taruh di meja. Jane pun duduk sambil membuka kacamata hitamnya. "Sekarang buka laptopmu."
Lizzie menurutinya, walaupun sebenarnya ia tidak tahu Jane mau apa dengan sebuah laptop. Setelah terbuka, Jane mengambil alih laptop Lizzie dan mengklik mozilla, lalu memasukkan alamat situs Mr. Night. Setelah muncul tampilan, ia memutar laptopnya sedikit ke Lizzie untuk dia bisa melihatnya juga.
"Jadi gini, Zie, kau masih ingat situs yang kemarin ini muncul di ponsel kita?" tanya Jane dan Lizzie mengangguk. "Nah, tadi malam aku mendengar bahwa di situs tersebut diketuai oleh lelaki tampan yang bernama Mr. Night.
"Lalu?"
"Iya, aku jadi penasaran dengan Mr. Night. Kemarin malam aku sudah coba meregister, tapi failed terus. Aku mencobanya sampai puluhan kali dan hasilnya tetap saja sama. Aku tidak tahu letak kesalahanku di mana." Jane mendesah kasar sambil mengambil minumannya dan menyeruputnya.
"Ya ampun, Jane, kenapa tidak di rumahku saja kalau mau bahas beginian? Kenapa juga harus sampai ke kafe segala?" Lizzie memprotes.
"Habis di sini kan WIFI-nya gratis," sahut Jane polos.
Lizzie pun memutar bola matanya jengah. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jane yang bisa dibilang tidak ada kerjaan sampai harus membawanya ke kafe demi WIFI gratis. Padahal di rumahku kan dia juga pakai gratis. Lizzie melanjutkan kembali pembicaraannya tentang Mr. Night. "Coba tunjukkan padaku caranya kau mengisi," pintanya.
"Sebentar." Jane menaruh kembali gelas minumannya di meja dan beralih ke laptop. Ia memulai mengisi kembali kolom-kolom yang mesti diisi. Dan Lizzie pun melihatnya tanpa beralih. Selesai mengisi, Jane mengirimkan isiannya. Dan beberapa detik kemudian, lagi-lagi muncul 'FAILED'.
"Tuh kan! Kau lihat sendiri deh!" keluh Jane diselingin dengan helaan nafas kasar. Ia memegang kepalanya. "Salah di mana coba? Aaarrgghh.. kesal deh!" rutuknya.
Lizzie terkikik. "Belum ketemu orangnya saja sudah penasaran apalagi sudah ketemu. Ini baru situsnya lho," ledeknya.
Jane pun menghela nafas panjang lagi. "Sekali lagi FAILED, aku menyerah saja."
"Coba sini biar aku yang isi." tawar Lizzie. "Mungkin saja ada yang kau lupakan atau kau ada salah isi." Kali ini Lizzie mengambil alih laptop untuk mencoba register.
Lizzie mulai mengisi kolom pertama tentang biodata lengkap. Ia memulai mengetik semua data-data sahabatnya yang ia tahu. Seharusnya tujuh tahun sudah cukup untuk mengenal seorang Jane Collins bukan?
Selesai kolom pertama, lanjut ke kolom kedua tentang alasan menyewa Mr. Night. "Nah Jane, untuk kolom yang ini, kau jawabnya apa?" tanya Lizzie.
Jane melihat, lalu menjawab, "Berkenalan dan mau melihat tampangnya Mr. Night."
"Ya iya, ditolak. Jawabannya tidak logis. Kan ini situs tempat penyewaan pacar. Kau seharusnya jawab, aku ingin belajar menaklukan hati seorang pria."
"Ya sebenarnya begitu sih." Jane tertawa sebentar. "Ya sudah tulis saja begitu."
Lizzie memutar bola matanya sambil mendesah berat. Lalu, ia kembali mengetiknya. Sekarang beralih ke kolom ketiga dengan jumlah uang yang ditransfer. "Kalau ini, kau mau nulis berapa?" tanyanya kembali.
"Tulis saja satu milliar," jawab Jane membuat Lizzie membuka mulutnya karena syok.
"Hanya untuk menyewa seorang lelaki, kau harus mengeluarkan uang sebanyak itu, Jane?" tanya Lizzie seakan memprotes Jane. Ini gila! Aku bisa merenovasi rumahku dengan uang sebanyak itu.
"Sudahlah. Belum tentu juga berhasil," ucap Jane, dan Lizzie mengikutinya dengan hati yang tidak terima dengan pemikiran sahabatnya itu.
Orang kaya memang beda pemikirannya kalau tentang uang, gerutu Lizzie dalam hatinya.
"Kolom terakhir kau harus sertai fotomu. Ini sudah kau klik belum? Tadi yang aku lihat sih, sepertinya kau tidak menyentuh pada bagian ini." Lizzie bertanya sambil menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah bagian kolom tersebut.
Jane melihatnya, lalu ia mengeluarkan cengiran pada Lizzie. "He-he.. Memang belum," jawabnya singkat.
Lizzie geleng-geleng kepala melihat Jane. Rasanya ingin ku pukul kepalanya dengan gelas. "Untung aku ada fotomu di laptopku." Lizzie segera mencari foto selfie Jane yang sedang sendiri.
"Kau mau kasih fotoku yang mana?" tanya Jane sambil melirik ke layar laptop.
Lizzie masih mencari, "Bagaimana kalau ini?" tanyanya sembari menunjuk ke layar laptop untuk meminta persetujuan sahabatnya dulu.
Jane terkejut dengan pilihan Lizzie. Karena foto yang dipilihkan Lizzie adalah foto dirinya yang sedang mengenakan bikini hitam ditambah posenya yang begitu sensual. "Are you kidding me?!"
"Kan biar tidak gagal lagi." Lizzie terkikik geli. "Kalau dengan foto ini saja masih gagal, berarti mata Mr. Night sudah buta," celotehnya.
"Tidak, tidak! Ganti pokoknya!" hardik Jane sambil menyender ke kursi dengan melipat kedua tangannya di dada. "Terus kenapa kau punya banyak fotoku? Aku jadi takut kepadamu, Zie!"
Lizzie masih sibuk menatap layar laptop, menyeleksi foto-foto Jane dan tidak menghiraukan celotehan Jane.
Jane masih melanjutkan perkataannya, "Jangan-jangan kau nge-fans sama aku? Ah! Atau kau suka padaku ya? Jangan-jangan kau...," Jane terdiam karena sebuah benda dingin menempel di pipinya membuatnya terhentak kaget. Jane menoleh dan ternyata Lizzie-lah pelakunya.
Karena kesal atas tuduhan Jane akan dirinya, sambil menatap ke layar, satu tangan Lizzie mengambil gelas minumannya dan langsung menempelkan minumannya yang dingin itu ke pipi Jane. Membuat Jane terkejut dan berhenti bicara.
Lizzie menoleh ke Jane. "Sudah bicaranya?" Lizzie geleng-geleng kepala. "Kau lupa ya, dulu kau menyuruhku memindahkan foto-foto ponsel lamamu ke laptopku dan sampai sekarang kau lupa sendiri untuk memindahkannya balik ke ponselmu yang baru," cibirnya.
Jane baru teringat, dan dia hanya mengeluarkan deretan giginya menyengir ke Lizzie.
Akhirnya Lizzie pun sudah menemukan foto Jane yang akan dikirimkannya.
07:00 am
Selesai mengisi semua, Lizzie pun mengklik icon send. Tapi belum ada jawaban yang muncul.
"Kok tidak keluar apa-apa? Apa failed lagi?" tanya Jane.
"Mungkin orangnya bosan kali karena yang masuk namamu terus," ledek Lizzie.
"Maybe." Jane menunggu jawaban yang keluar sambil meminum kembali coffee-nya.
3 menit pun berlalu....
"Aneh. Coba, Zie, kau daftar pakai namamu. Tapi, untuk percobaan kau pilih saja salah satu anggota di Seven Boys Flower," suruh Jane.
"Tidak mau!" tolak Lizzie.
"Ayolah..., kan aku yang bayar. Please...," mohon Jane. Dan seperti biasa, ia mengeluarkan jurus puppy eyes-nya.
"Bukan masalah uangnya, Jane. Tapi kalau berhasil bagaimana? Aku tidak mau pergi lho."
"Aku yang pergi. Tenang saja deh. Pokoknya sekarang coba dulu."
Lizzie pun akhirnya mengalah dan mengikuti maunya Jane. Ia mulai mengisi biodata dirinya, tapi Lizzie sengaja melewatkan bagian pengisian foto dan langsung memilih nama salah satu dari ketujuh lelaki pilihan situs tersebut. "Lho tidak ada foto mereka ya? Hanya nama yang muncul?"
Jane menoleh dan melihat. "Sudah pilih dengan asal saja."
"Kalau jelek bagaimana?" tanya Lizzie. Ia masih ragu untuk memilih karena takut salah pilih.
"Tidak mungkin. Dari yang ku dengar sih, mereka semua lelaki tampan dan kaya."
Akhirnya pilihan Lizzie jatuh pada nama Nick. Semoga saja dia tampan! Kalau jelek kan, kasihan Jane.
Saat Lizzie sudah mengirimnya, tidak lama kemudian muncul jawaban atas pendaftaran nama Jane, setelah itu disusul jawaban pendaftaran atas nama dirinya. Dan keduanya sama-sama muncul kata SUCCESS!!
Mata Jane dan mata Lizzie membulat sempurna saking terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Berhasil?" gumam Jane. Lalu, ia tersenyum lebar dan menjerit histeris, "HORE BERHASIL!!!" Teriakannya tentu membuat semua orang menoleh ke arah mejanya termasuk seseorang yang daritadi memperhatikan mereka berdua dari sejak masuk kafe. Jane senang bukan main, tapi tidak dengan Lizzie yang sudah menghela nafas kasar.
Lho kok malah berhasil? Gawat deh!
.....
TBC
Share this novel