09:18 pm
Siapa yang akan aku bawa untuk reuni nanti malam?
Pertanyaan itu terngiang di dalam benak Night. Sampai ia tiba di kediamannya pun, dirinya belum juga mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Night hendak ke kamarnya. Sambil berjalan, ia membuka bajunya yang basah akan keringatnya. Setelah memasukkannya ke dalam keranjang baju kotor, ia pun duduk di kursi dekat ranjangnya.
Night duduk sambil bergumul sendiri atas pertanyaannya sambil menikmati kopi yang dibuatkan oleh Scott. Dalam pikirannya, Night bisa saja memanggil wanita-wanitanya. Tapi masalahnya, ia saja tidak bisa mengingat nama wanita-wanita yang habis dikencaninya. Ditambah nomor telepon mereka semua tidak disimpan olehnya. Kalau dipikir-pikir, Jane adalah wanita spesial kedua, setelah mamanya yang ia save nomor teleponnya.
Night menyesap coffee latte-nya sambil melirik ke Lily yang sedang berguling-guling di ranjangnya. Lalu, ia menurunkan gelasnya dan memajukan wajahnya mendekat ke arah Lily. Lily langsung menghadap ke Night dan menatapnya.
"Menurutmu siapa yang harus kubawa, Li?" tanya Night pada si puppies.
"Guk, guk!" (** Tidak tahu. Aku saja)
Saat Night ingin berkata lagi, Scott tiba-tiba masuk kamar dan menghampirinya.
"Permisi, Mr. Night," ucap Scott yang sudah berdiri di samping Night duduk.
Night menoleh ke Scott. "Ya, kenapa?"
"Ada Tuan Ernest dan Nona Sonia datang berkunjung," jawab Scott.
"Sudah datang rupanya. Bilang mereka suruh tunggu karena aku mau mandi dulu," pesan Night dan dijawab anggukan dari Scott. Sementara Night pergi untuk membersihkan dirinya, Scott keluar dari kamar Night untuk menyampaikan pesan dari tuannya.
Sampai di hadapan kedua tamu tersebut, Scott menyampaikan pesan dari Night. "Maaf, Mr. Ernest dan Miss Sonia, Mr. Night berpesan untuk menunggunya karena dia sedang mandi," ujar Scott.
"Oh oke," balas Ernest.
Salah seorang pelayan datang membawakan minuman dan beberapa hidangan kue kecil untuk kedua tamu tersebut.
"Silakan diminum dan disantap sambil menunggu Mr. Night selesai mandi," ucap Scott, lalu ia menunduk untuk berpamitan.
"Thanks, Scott," sahut Ernest.
Setengah jam kemudian, Night turun sambil menggendong Lily untuk menemui Ernest dan Sonia. Suara gonggongan dari Lily membuat Ernest dan Sonia menoleh bersamaan ke arah suara berasal.
Sonia yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Night, begitu melihat Night muncul dan sedang berjalan ke arahnya, memutuskan langsung berlari ke arahnya. "Night!!" panggilnya dengan kebahagiaan yang terlukis di wajahnya. Senyuman lebar diberikan Sonia sambil menghampirinya. Saat jarak Sonia dan Night hanya tinggal sejengkal, Sonia langsung mengalungkan tangannya di leher Night dan mendaratkan ciuman di pipi Night.
Melihat tindakan agresif dari Sonia, Night pun mengangkat setengah alisnya menatap Sonia beberapa detik.
Sonia tersenyum kecut melihat reaksi dari Night yang tidak terbaca itu. Yang Sonia ketahui kalau sudah urusan wanita, daya ingat Night sangatlah lemah. "Kenapa? Jangan bilang kau sudah lupa padaku?" tanyanya memastikan.
"Kau benar Sonia?" jawab Night dengan pertanyaan balik.
"Yes, of course. What's wrong?" tanya Sonia yang jadi bingung sendiri.
"Nothing. Hanya saja kau banyak berubah, Sonia. Aku sampai tidak mengenalimu. Kau tambah cantik," lontar Night dengan pujian.
Sonia terhentak mendengarnya. Kedua sisi mulutnya ditarik membentuk sebuah lengkungan lebar. Pujian dari Night membuat Sonia kembali mengeratkan rangkulannya. "Ku kira kau melupakanku." Sonia berkata dengan nada yang dibuat sedih sambil menatap Night.
Night hanya tersenyum dengan tindakan sepupunya itu. "Be careful, Sweety. Kau hampir menggencet Lily-ku," tegur Night secara halus sambil menjauhkan Lily dari tubuh Sonia.
Masih merangkul Night, Sonia menundukkan kepalanya melihat siapa yang dimaksud Night. "Ah, your puppy? Kau tidak berubah, Night."
Ernest yang sedang berjalan menghampiri Night pun ikut menimpa ucapan Sonia. "Ya, dia kan penyuka anjing sejak sekolah." Ernest tersadar sesuatu dan langsung menoleh ke Sonia. "Tumben, kau tidak salah memanggil Night. Dulu saat sekolah, kau selalu salah memanggil namanya." Ernest mendehem sambil mengingat. "Hem.., Siapa dulu nama panggilan Night darimu, Sis?"
Sonia melepas kedua tangannya yang masih mengalungi leher Night dan menoleh ke Ernest. "Ish.. jangan dibahas lagi, Kak. Itu kan cerita lama. Tidak penting banget," tampik Sonia malas. "Lagipula dulu itukan aku masih anak-anak. Ya kan, Night?" Sonia menatap Night untuk meminta pembelaan.
"Ya, Er, wajar kok. Dulu kan namaku itu memang terdengar aneh di telinga anak-anak," belanya pada Sonia. "Tapi ya, mana ada nama keren seperti diriku ini. NIGHT." Night menyebutkan namanya dengan nada tegas. "Tidak pasaran dan tiada tiruannya," ucapnya dengan PeDe.
"Huh!! PeDe sekali kau!" ledek Ernest sambil tertawa, dibarengin Night yang juga menanggapinya dengan terkekeh.
"Oh ya, mumpung kalian di sini. Mari kita bicarakan tentang reuni nanti malam," ucap Night.
"Ya itu juga sih yang mau kami bahas, Night," sahut Sonia.
"Kebetulan kalau begitu. Yuk, kita duduk," ajak Night menuntun keduanya ke sofa.
"So, kau akan membawa siapa nanti malam?" tanya Ernest tanpa basa-basi ke Night. Ia melakukan itu karena Sonia, adiknya, memaksanya tadi di mobil saat dalam perjalanan menuju kediaman Night untuk membantunya agar Night mau menjadi pasangannya.
"Aku tidak tahu. Kau sendiri? Apa kau akan membawa calon tunanganmu, si Cecilia itu?" tanya Night.
"Ya kalau dia tidak sibuk dengan balapan gilanya," jawab Ernest.
"Masih? Bukankah kau sudah melarangnya?" tanya Night lagi.
"Ya. Tapi sifat keras kepalanya itu..," jeda Ernest sambil menggeleng kepalanya pelan. "Aku hampir kewalahan. Kalau bukan karena aku sangat mencintainya, sudah kutinggalkan dia."
"Ya karena itulah aku malas berurusan dengan wanita."
"Jadi, kau akan membawa siapa?" Kali ini pertanyaan keluar dari mulut Sonia.
Night menoleh ke Sonia. "Aku belum tahu."
"Kalau begitu, datang bersamaku saja," pinta Sonia. "Bagaimana?"
Tanpa pikir panjang dan tidak mau pusing memikirkan tuh pertanyaannya lagi, Night langsung mengiyakan ajakan Sonia. "Baiklah kalau begitu."
Dan jawaban dari Night membuat Sonia beranjak dari duduknya dan melompat kegirangan. "Thanks, Night."
Ernest terkekeh melihat Sonia yang bertingkah seperti anak kecil, seperti anak yang mendapatkan mainan baru.
"Sonia..," panggil Night.
Sonia berhenti dari aktraksi kebahagiaannya dan menoleh ke Night.
"Apa begitu senangnya kau pergi bersamaku?" tanya Night.
"Tentu saja." Sonia duduk kembali. Karena aku akan mengalahkan seseorang malam ini. Senyuman menyeringai pun terlihat di wajah Sonia. Dan dalam hati Sonia yang penuh keyakinan, malam ini sudah pasti ia akan menang lagi dari Jane. Aku jadi tidak sabar ingin cepat-cepat malam.
"Kalau begitu nanti aku akan jemput jam enam di rumahmu. Kita pergi bareng saja," tawar Night.
"Benarkah kau akan menjemputku, Night?" Sonia bertanya dengan rasa ketidakpercayaannya, karena selama belasan tahun ia telah mengenal Night, dia tidak pernah mau menjemput dirinya.
"Ya," jawab Night.
"Maaf, mengganggu," sela Scott yang kedatangannya tidak disadari mereka.
Night menoleh. "Kenapa, Scott?" tanyanya.
"Sudah mau pukul sebelas, Mr. Night. Bukankah anda ada janji dengan Nyonya Kelly?" jawab Scott memastikan lagi. Karena tadi saat Night pulang dari jogging-nya, Night minta diingatkan agar ia tidak lupa.
Night melihat jam yang terpasang di dinding. "Sudah waktunya ku pergi." Night menyerahkan Lily pada Scott. "Jaga dia ya!" pesannya ke Scott.
"Baik, Tuan," sahut Scott sambil menerima Lily, lalu menggendongnya.
"Guk!" (** Jangan pergi)
"Aku tidak akan lama," seru Night sambil mengusap kepala Lily.
"Mau ke mana, Night?" tanya Sonia.
"Rumah mamaku. Aku sudah berjanji akan datang mengunjunginya dan mengenalkan ketujuh adikku pada Mama," jawab Night.
"Oh. Baiklah kalau begitu. Kami juga akan pulang," sahut Sonia.
"See you tonight," timpa Ernest.
Night beranjak dari duduknya, begitupun Sonia dan Ernest. Mereka berjalan menuju ke parkiran mobil. Dan terpisahlah mobil mereka masing-masing dengan arah yang berlawanan.
*****
Mobil Night berbelok masuk ke area pekarangan rumah Kelly, diikuti ketujuh mobil adik-adiknya.
Setelah memarkirkan mobil-mobilnya, ketujuh adiknya keluar dari mobil secara bersamaan. Matthew yang keluar pertama kali dengan kacamata Rayban-nya.
Disusul Javier yang keluar dengan seragam polisinya.
Denzel yang meniru Matthew memakai kacamata hitam ikut menyusul keluar.
Disusul lagi oleh Evan, Nick dan Justin yang sudah keluar dan langsung berjalan bersamaan ke arah pintu masuk rumah.
Terakhir yang keluar dari mobil sport adalah Pieter dan Night. Setelah mereka semua sudah berkumpul, Night maju terdepan untuk menekan bel pintu rumah Kelly.
"Ini rumah siapa, Kak?" tanya Nick.
"Mamaku. Aku ingin memperkenalkan kalian semua dengan beliau," jawab Night. Jari telunjuknya sudah menekan kembali bel tersebut karena belum adanya jawaban.
"Padahal sudah lama kami tahu tentang istri pertama dari Papa, tapi tidak pernah bertemu secara langsung. Dan sekarang, kenapa beliau ingin menemui kami?" tanya Nick lagi.
"Itu karena Papa sudah tahu situs kita, dan Mamaku bertanya-tanya. Makanya aku mengajak kalian ke sini," jawab Night. Baru saja dirinya hendak menekan bel lagi, tapi tidak jadi, karena pintu itu telah dibuka oleh seseorang dari dalam rumah.
Terlihat wanita cantik tengah berdiri di balik pintu yang sudah terbuka lebar. "Rupanya Tuan Night sudah datang," sapa si wanita itu sambil melirik ke arah lelaki-lelaki yang berdiri di belakang Night berdiri, "Silahkan masuk semuanya!"
Night tersenyum. "Di mana Mama, Carol?" tanyanya di sela jalannya menuju ke ruang tamu.
Carol yang berjalan di belakang Night menjawabnya, "Nyonya sudah menunggu anda di kamarnya. Nanti akan saya panggilkan."
Ketujuh adiknya berjalan sambil memperhatikan dekorasi rumah yang dikunjunginya. Tampak sederhana, tapi terkesan elegan.
"Semuanya, silahkan duduk!" ujar Carol kepada mereka semua, termasuk Night.
Setelah mempersilahkan mereka semua duduk, Carol masuk ke dalam untuk memanggil sang majikan yaitu Kelly, dan menyuruh pelayan lainnya untuk menyiapkan minuman dan cemilan. Sampai di depan kamar Kelly, Carol mengetuk pintu sambil memanggilnya, "Nyonya, Tuan Night sudah tiba beserta adik-adiknya."
Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka. Kelly yang keluar memakai tongkat, langsung dibantu Carol untuk dituntunnya ke ruang tamu.
Saat mereka berjalan, Kelly bertanya pada Carol, "Makan siang sudah disiapkan?"
"Sedang disiapkan, Nyonya. Mungkin setengah jam lagi akan selesai," jawab Carol.
"Apakah dia sudah masuk ke kamarnya?"
"Sudah, Nyonya. Tuan Muda sudah masuk duluan sebelum mereka datang."
"Baiklah kalau begitu. Tidak boleh ada yang tahu sampai aku mengijinkan dia menampakkan dirinya di hadapan Night dan Ben!" perintah Kelly.
"Baik, Nyonya."
Dan akhirnya Kelly sampai di ruang tamu. Night yang melihat Kelly datang, langsung beranjak dari sofa dan berjalan menghampirinya dengan senyuman manis. "Hai, Ma!" sapa Night, dilanjut ke tujuh adiknya yang ikut berdiri untuk menyalami Kelly.
Para adiknya, kecuali Denzel sedikit terkejut karena mama Night ternyata tidak bisa melihat.
Kelly tersenyum saat Night mencium keningnya. Night memutar tubuhnya menoleh ke adik-adiknya untuk diperkenalkan ke mamanya.
"Ini Kelly, dia Mamaku," sebut Night, lalu ia menoleh lagi ke Kelly. "Ma, aku mengajak ketujuh anaknya Papa yang lain ke sini. Mungkin Mama tidak bisa melihat rupa mereka, tapi Night hanya ingin memberitahukan ke Mama bahwa mereka semua inilah yang membantu pekerjaan Night. Inilah yang dibicarakan Papa kemarin sama Night mengenai situs," paparnya menjelaskan.
"Iya, tidak apa-apa. Mama senang kamu mau mengenalkan mereka semua sama Mama. Soalnya kamu jarang ke sini untuk mengobrol sama Mama."
"Ya maaf. Night sibuk, Ma," alibi Night.
"Bohong, Auntie," celetuk Denzel tiba-tiba. "Kak Night mana sibuk, kerjaannya hanya main sama anjingnya doang," cerocos Denzel, membuat Night langsung menengok dan memberikan tatapan sinis.
Kelly terkekeh pelan. "Siapa namamu?" tanyanya.
"Saya Denzel, Auntie," sebut Denzel memperkenalkan dirinya.
"Ah..!" Kelly teringat sesuatu dengan nama Denzel. "Kamu adalah lelaki yang pernah dibicarakan Night kepada saya," lanjutnya.
Denzel mendengus. "Wah-wah---," jedanya sambil melirik ke Night. "Apa yang dikatakannya, Auntie?" tanyanya penasaran. "Kuharap itu yang baik-baik," jawabnya sendiri.
"Night tidak pernah menjelekkan saudara-saudaranya selama dia bertemu dengan saya. Malah dia akan memuji kalian semua," tutur Kelly membela Night. "Untuk dirimu, Night hanya bilang bahwa kamu punya keahlian yang sama dengan Carol," lanjutnya.
Denzel mengangkat setengah alisnya, "Carol?" tanyanya bingung. Lalu, arah mata Denzel melihat ke Night yang sedang memberi tanda lewat jari telunjuknya ke arah Carol yang berdiri di belakang Kelly.
"Oh." Mata Denzel beralih menatap Carol yang ternyata juga sedang menatapnya. Mata mereka pun beradu pandangan. Karena mereka saling bisa membaca pikiran lewat tatapan, akhirnya mereka menjadikan perkenalannya secara pribadi dan hanya mereka berdua yang tahu.
"Auntie, kenalkan saya Nick," celetuk Nick mencairkan suasana yang sempat hening sesaat. "Saya adalah adik paling kecil dari mereka semua. Dan Kak Night paling sayang pada saya."
"Hey, siapa bilang Kak Night paling sayang padamu? Dia paling sayang padaku," sambar Justin menyela Nick. Justin menoleh ke Kelly. "Kak Night paling sayang padaku, Auntie."
"Enak saja, aku yang paling disayangnya." Kali ini Evan tidak mau kalah untuk ikut menimbrung.
Kelly terkekeh mendengar candaan mereka. Benar kata Carol yang dulu sempat memberitahukannya kalau ketujuh anak dari Ben itu sangat akrab dengan anaknya, Night. Ia bahagia ternyata Night bisa menjadi seorang kakak yang baik untuk mereka semua. Kelly memang membenci Ben karena pengkhianatannya, tapi ia tidak bisa membenci anak-anak dari hubungan Ben dengan para wanita yang sekarang menjadi istri-istri mudanya. Karena pikir Kelly, seorang anak hanyalah korban yang tidak tahu apa-apa.
"Kalian semua salah!" sanggah seorang yang selesai dengan perkenalannya. Nick, Justin, dan Evan langsung menoleh ke suara tersebut. Dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi, ia melanjutkan ucapannya. "Aku yang paling disayang olehnya. Buktinya Kak Night akan membelikanku mobil sport keluaran terbaru," pamer si Lelaki itu sembari mengangkat dagunya sombong saat berbicara.
"Denzel, jangan mulai ya!" tegur Night pelan. Bagi Night, Denzel memang pintar menyulut suatu keadaan menjadi panas.
"Memang enak!" ledek Javier.
Nick, Evan dan Justin yang tadinya mau menyahutinya tidak jadi dan diganti dengan tertawa terbahak-bahak.
"Rasakan!" Ledekan dari Nick dilayangkan sambil menjulurkan lidahnya ke Denzel. Setelah itu, Nick langsung mengorek tentang sesuatu yang ia temukan dari topik chat di group. "Tapi aku penasaran sama chat di group kemarin."
Deg! Jantung Night berdegup sambil menggerutu dalam hati, akhirnya dimulai.
Lanjut Nick, "Kak Denzel merahasiakan sesuatu dari kita, kan? Tidak mungkin Kak Night bisa dengan tiba-tiba membelikan sebuah mobil sport. Apalagi keluaran terbaru," urai Nick menjelaskan keganjalan yang ia tidak mengerti.
Denzel terkekeh. "Yang pasti ini ada hubungannya dengan wanita. Oopss...," Denzel langsung menutup mulutnya seketika karena dengan sengaja malah membocorkan informasi, walaupun dengan sebuah petunjuk.
Night memutar bola matanya malas karena mendengar drama yang telah dimainkan Denzel. Dasar tidak bisa pegang rahasia! rutuknya dalam hati.
"WHAT?!!" seru keenam adiknya secara bersamaan. Tidak hanya mereka yang terkejut, sang Mama juga ikut terkejut mendengarnya.
"Benarkah itu, Night?" tanya Kelly memastikan.
"Tidak, Ma. Denzel hanya bercanda." Night memungkiri dengan nada biasa saja. Ia berusaha bersikap normal karena takut terbongkar. Apalagi di sini ada dua makhluk yang bisa membaca pikiran.
"Kenapa tidak? Kalaupun itu benar, Mama sangat senang mendengarnya," sahut Kelly.
"Ma, Night serius." Night mencoba meyakinkan Kelly.
"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau memberitahukan ke Mama. Ada Carol ini yang akan memberitahukan segalanya ke Mama," tantang Kelly dengan menggertak.
"Astaga, Ma, tidak ada wanita yang dibilang---,"
"Apakah namanya Jane?" tanya Kelly memotong ucapan Night yang belum selesai diucapkan, membuat Night langsung diam bergeming.
Denzel terkekeh mendengarnya. Ia merasa senang karena nama Jane tidak keluar dari mulutnya, melainkan dari mulut mama Night. Dan kekehan Denzel tersebut membuat Nick menganalisa sendiri.
"Ah jadi nama wanita itu Jane," pungkas Nick. Nick jadi teringat dengan Lizzie yang menyebut nama Jane di sela-sela mereka berkencan. "Apa Jane temannya Lizzie, Kak?" tanyanya memastikan dugaannya.
Night cukup terkejut dan sudah tidak bisa berkutik lagi. Tidak hanya adik-adiknya, bahkan mamanya ikut meledeknya. Ia tidak mau menjawab pertanyaan Nick karena ia masih bergelut sama Kelly. "C'mon, Ma.., Mama tahu darimana nama itu? Sepertinya Night belum menyebutkan nama wanita dari tadi," cibirnya.
"Carol pernah bertemu dengan Jane di sebuah hotel. Dia tidak sengaja mendapat penglihatan kalau Jane mengenalmu dan habis bertemu denganmu juga," jawab Kelly.
Dan sekali lagi, Night terkejut dengan jawaban mamanya itu. Night menghela nafas panjang. "Ya kami memang habis bertemu karena Jane adalah wanita yang menyewa Night hari itu." Akhirnya mau tidak mau Night menceritakannya.
"Kok bertemu dengan wanita di hotel? Apa kamu berbuat hal senonoh pada Jane?" selidik Kelly mengintrogasi.
"Tidak, Ma. Night bahkan menolak dia memberikan keperawanannya."
Dor! Kena kan, Kak Night! batin Denzel.
Semua menahan tawa dan hanya bisa terkekeh, tapi suara tawa cekikikan dari mulut Denzel paling terdengar oleh Night. Ia pun akhirnya sadar bahwa dirinya sudah salah menjawab. Night mengumpat pelan dalam hati, Damn it! Aku salah bicara!
"Ternyata Kak Night lelaki sejati lho!" ledek Matthew sambil tertawa. Ia pun baru kali ini mendengar lelaki menolak wanita perawan.
"Hey, kalian semua berhentilah menertawakan Kak Night!" maki Javier membela Night.
Night senang mendengar ada yang membelanya. "Kau yang terbaik, Javi!" serunya menjentikkan jarinya, lalu menunjuk ke Javier.
"Tapi pembelaan dariku tidak gratis lho, Kak. Berarti mobil baru Denzel untukku, kan?" Javier berdalih. Ia tidak mau dibilang membela, dan juga tidak mau dibilang meledek sang Kakak.
Night berdecak sebal. Dan yang lain pun akhirnya kembali tertawa terbahak-bahak.
Di sisi lain, Carol yang sedang berdiri menikmati acara kebersamaan itu didatangi salah seorang pelayan dan memberitahukan bahwa makan siang sudah siap. Carol pun langsung memberitahukan hal tersebut ke Kelly. "Nyonya, makan siang sudah dihidangkan," ucap Carol.
"Baiklah. Ayo semuanya kita makan siang dulu!" perintah Kelly ke semuanya.
Dan akhirnya mereka semua, termasuk Night berjalan menuju ke ruang makan. Tapi di sela Night berjalan, Denzel menghampirinya. "Kak..," panggilnya.
Night menoleh dan berdehem.
"Ada yang aneh dengan Carol dan Mamamu," kata Denzel.
Night mengangkat sebelah alisnya bingung dengan perkataan Denzel. "Maksudnya?"
"Aku tidak bisa membaca pikiran Mamamu. Dan untuk Carol sendiri, dia seperti mengacak-ngacak pikirannya sendiri agar aku tidak bisa membacanya lebih jauh tentang seseorang yang ingin kutanyakan."
"Yang aku tahu dia mempunyai keahlian sama denganmu. Hanya saja kalau lebih dari yang kau katakan aku tidak tahu jelasnya."
"Aneh. Apa keahliannya lebih hebat dariku?" tanya Denzel membuat Night tersenyum menyeringai.
"Jadi kau tidak bisa berkutik dan penasaran dengannya, kan?" ejek Night menggoda Denzel. Sepertinya rencana Night telah berhasil membuat Denzel tidak berkutik di hadapan wanita. Selama inikan dia bisa membaca semua pikiran orang-orang, dan sekarang bagi Night, hanya Carol yang tidak bisa dibacanya. Hal itu membuat Night senang karena telah menemukan titik kelemahan Denzel.
"Tidak. Biasa saja kok!" tepis Denzel. "Justru yang membuatku penasaran itu adalah ada seseorang di rumah ini. Seseorang ini seakan disembunyikan dari kita semua. Sebenarnya inilah yang ingin kutanyakan tadi pada Carol dalam pikiranku. Tapi Carol langsung menutup pikirannya seakan-akan aku tidak boleh tahu," ungkapnya.
Night langsung memungkirinya. "Kau jangan mengada-ada! Itu tidak mungkin. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini selain mamaku, Carol dan para pelayan yang lain."
Denzel mengedikkan bahunya sambil bergumam, "Ya kurasa memang aku yang salah."
Sedangkan di sisi Carol yang sedang berjalan bersama Kelly di sampingnya, Carol pun memberitahukan apa yang didapatnya ke Kelly. "Hampir saja Tuan Denzel mengetahui tentang Tuan Muda."
Kelly tidak merespon. "Pastikan kunci semua pikiran para anggota di rumah ini."
"Baik, Nyonya."
Di sisi lain, seseorang yang tengah memperhatikan mereka semua lewat monitor yang terhubung ke CCTV ruangan, mengurai senyuman miring. "Aku tidak sabar bertemu denganmu, Night."
.....
TBC
Share this novel