Bab 19

Romance Completed 1452

Sudah empat hari lamanya Theo tidak pulang untuk urusan bisnisnya. Selama itu pula Jhen hanya berada dirumah menanti Theo untuk pulang. Banyak yang ingin ia tanyakan dan sampaikan pada Theo.

Malam itu semua sudah terlelap , baik anak-anak ataupun pembantu rumahtangga dan juga perawat Brian. Jhen sendiri yang masih terjaga, ia duduk di ayunan besar ditaman belakang rumah. Menyusun apa yang akan ia katakan kepada Theo ketika suaminya itu pulang nanti. Theo memberitahunya jika ia akan pulang esok pagi.

"Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kamu disini." Suara Theo yang berat dan dalam itu mengejutkan Jhen yang sedang tenggelam dalam lamunannya.
Jhen menoleh seketika kearah suara Theo. Wajah Theo terlihat lelah , kemejanya terlihat kusut, terlihat samar rambut tipis yang tumbuh di sekitar janggut Theo. Rambut Theo juga terlihat agak berantakan namun sangat menggoda dibawah sinar lampu taman belakang,seakan membuat Jhen tergoda untuk mengacak-acaknya.

"Kamu sudah pulang?" Tanya Jhen sambil berdiri dari duduknya dan berdiri menghadap kearah Theo. Theo masih berdiri diambang pintu kaca pembatas antara ruangan keluarga dan taman belakang.
"Aku kira kamu akan kembali kerumah besok." Lanjut Jhen tidak tahu apa yang ingin ia katakan pada Theo. Susunan kalimat yang ia pikirkan tadi seolah menguap begitu saja. Theo hanya terdiam tidak mengatakan apapun. Jhen melihat kebawah kakinya.

"Aku diberitahu ,Moa , jika kamu sudah tahu tentang masalaluku. Aku akan menghargai apapun keputusanmu. Kamu juga boleh merasa benci ataupun jijik padaku. Hanya saja jangan membenci Ceci. Dia hanya.."

Tanpa Jhen menyadari,Theo melangkahkan kakinya yang panjang dengan cepat kearahnya, menarik tubuh Jhen kedalam pelukannya. Pelukan Theo menghentikan kalimat yang akan Jhen ucapkan. Jhen terkejut namun merasa nyaman dalam pelukan Theo.

"Jangan mengatakan apapun." Kata Theo dengan suara parau terdengar ditelinga Jhen.
"Aku tahu semuanya." Lanjut Theo sambil melingkarkan tangan kirinya dipinggang Jhen dan tangan kanannya dikepala Jhen, membuat Jhen dengan nyaman bersandar di dada Theo yang hangat.

Jhen terlalu terpaku hingga tidak membalas pelukan Theo,ia hanya terdiam. Jhen bisa mendengar detak jantung Theo yang tidak berirama,seperti baru saja berlari jarak jauh.

"Aku juga sudah banyak berfikir beberapa hari ini. Apa yang akan aku lakukan selanjutnya, apa yang akan aku rasakan setelah aku mengetahui masalalumu. Aku juga tidak tahu harus bagaimana? Tapi selama aku disana,aku tidak bersamamu,aku mengkhawatirkanmu,aku selalu bertanya-tanya apa yang sedang kamu lakukan. Aku merindukanmu. Aku sengaja mengambil penerbangan lebih awal agar bisa sampai dirumah lebih cepat hanya untuk melihatmu. Tidak menemukanmu dimanapun membuatku merasa takut. Aku tidak tahu perasaanku padamu seperti apa tepatnya." Kata Theo lalu melonggarkan pelukannya. Jhen mendongak melihat wajah Theo yang saat itu memandangnya dengan mata yang redup .

"Tapi aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu dan juga anak-anak." Lanjut Theo dengan tatapan meyakinkan Jhen. Jhen masih merasa bingung dengan sikap Theo yang baru saja pulang dan tiba-tiba mengatakan semua hal itu .

"Aku.. Ceci.. "

"Ceci tetaplah anak kita. Dia tidak bersalah dengan semua yang terjadi padamu dulu. Aku akan berusaha menjadi ayah yang baik bagi Ceci juga Bree. Jadi tetaplah disini. Disisiku."Kata Theo lalu memeluk Jhen lagi. Begitu erat seakan-akan Jhen akan pergi dari sisinya.

"Aku .. Tidak kemana-mana. Bukannya kamu bilang aku harus dirumah untuk sementara waktu. Memangnya aku akan kemana?" Tanya Jhen dengan bingung.

"Moa bilang kamu akan pergi. Dia mengirimkan rekaman suaramu ketika kamu berada ditempatnya." Jawab Theo tanpa melepaskan pelukannya.

Jhen teringat ia memang pernah mengatakan hal itu pada Moa , tapi tidak tahu jika Moa akan merekamnya dan mengirimkannya pada Theo. Jhen tidak jengkel dengan Moa, ia malah merasa Moa makin mendekatkan Theo padanya. Jhen tidak bisa menahan tawanya.

"Moa yang mengirimkan rekaman suaraku padamu?" Tanya Jhen tanpa bisa menahan tawanya.

Theo melepaskan pelukannya pada Jhen. Kedua tangan Theo masih mencengkeram kedua lengan Jhen.

"Karena itukah kamu berlari untuk pulang dan menemuiku?" Tanya Jhen lagi. Kali ini Theo yang merasa bingung.

"Moa menghubungiku katanya kamu akan pergi selama aku tidak ada disini. Karena kamu mengira aku sedang menghindarimu beberapa hari ini. Aku tidak menghindarimu Jhen. Aku memang ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan. Dan juga aku memikirkan selama beberapa hari ini, tentang apa yang akan kita lakukan dan hadapi selanjutnya. Tapi aku pulang dan tidak menemukanmu dikamar dan juga kamar anak-anak. Aku pikir memang benar apa yang dikatakan Moa. Kamu tidak tahu untuk sejenak aku merasa ketakutan." Kata-kata Theo benar-benar membuat Jhen terlena.

Satu hal yang Jhen tahu,Theo tidak mau kehilangan dirinya. Hati Jhen merasa dipenuhi oleh rasa bahagia yang mengguyur habis segala rasa khawatirnya selama ini.

"Aku tidak tahu Moa akan merekamnya. Aku hanya mengatakan pada Moa . Jika saja kamu sampai membenci Ceci maka aku akan pergi ..." Jari telunjuk Theo menutup bibir Jhen yang sedang berbicara itu.

"Tidak ada 'JIKA' .. Entah nanti seperti apa perasaanku pada Ceci. Kamu tidak akan pergi dari sisiku. Sedari awal sebelum kita menikah,aku hanya mengajukan satu syarat. TIDAK AKAN ADA KATA CERAI. Termasuk kamu akan pergi meninggalkanku." Potong Theo dengan tegas. Terlihat garis keras dalam raut wajah Theo ketika mengatakan hal itu. Jhen tersenyum mendengarkan setiap kata yang Theo ucapkan.

"Jadi... Kamu menerima masalaluku juga Ceci?" Tanya Jhen ragu-ragu.

"Semuanya hanya masalalu,Jhen. Sekarang aku yang akan menemanimu menghadapi segala sesuatu yang akan datang." Jawab Theo lembut.

"Mungkin .. Traumaku.. itu akan kembali lagi. Dan itu .. akan menjadi penghalang bagi kita nantinya."

"Aku akan membantumu. Kita mulai segalanya dari awal. Kita akan mulai berusaha mengatasinya bersama." Theo menaikkan kedua alisnya,mencari persetujuan Jhen akan tawarannya. Jhen tersenyum dan mengangguk. Mengiyakan apa yang ditawarkan Theo padanya. Theo bernafas lega lalu mengecup kening Jhen dan memeluk Jhen lagi seolah-olah bebannya selama ini menghilang sudah. Jhen membalas pelukan Theo,menyandarkan kepalanya didada suaminya. Dan dalam hati Jhen menyadari bila dia mencintai suaminya walau belum tahu seperti apa perasaan suaminya kepada dirinya.
------------------------------------------

Jhen masih terlelap disamping Theo,Theo memandangi wajah Jhen yang polos saat tertidur. Theo dan Jhen sepakat , mereka tidak akan berhubungan suami istri sampai trauma Jhen sembuh. Theo bisa mengerti dan memahami akan apa yang dialami Jhen dahulu.

Saat ia masih berada di singapura,Moa menghubunginya dan memarahinya tentang apa yang ia lakukan pada Jhen, dan mengatakan jika Jhen sudah berniat akan pergi darinya. Apa yang dikatakan Moa membuatnya kehilangan akalnya. Seperti orang gila ia mencari penerbangan untuk pulang saat itu juga. Sesampainya dirumah,ia berlari kekamar utama. Tempat tidurnya masih bersih dan rapi. Theo membuka lemari pakaian,semua pakaian Jhen masih ada disana. Theo menarik nafas lega. Namun dimana Jhen. Theo mencari dikamar Ceci,namun Jhen juga tidak berada disana. Sama halnya dengan kamar Brian. Mulai merasa panik,Theo mencari Jhen di segala ruangan dirumahnya itu dan memaki rumahnya sendiri yang memiliki banyak ruangan. Saat diruang keluarga,Theo melihat Jhen berada di ayunan besar sendirian. Rasa lega yang Theo rasakan membuatnya berjalan kearah taman belakang dengan lemas.

"Apa yang ia pikirkan disana? Apa ia berpikir akan meninggalakanku?" Pikiran itulah yang terlindas dibenak Theo saat itu. Dan saat Theo mendengar Jhen mengatakan hal tentangnya juga Ceci,Theo takut Jhen juga mengatakan akan meninggalkannya. Theo memutuskan untuk menyatakan apa yang ia rasakan selama ini pada Jhen.

Sekarang Theo tidak akan merasa khawatir lagi. Hatinya tenang hanya dengan melihat istrinya tertidur disampingnya. Semuanya hanya karangan dari Moa saja. Tapi tanpa berita karangan Moa,mungkin Jhen akan tetap salah paham akan apa yang Theo lakukan selama ini. Dan wanita itu juga tidak akan tertidur lelap disampingnya,dalam rengkuhannya. Theo mengecup kening Jhen dengan lembut. Membuat Jhen terbangun dan tersenyum pada Theo.

"Pagi." Sapa Theo dengan lembut.

"Pagi." Balas Jhen sambil tersenyum dan hendak merenggangkan tubuhnya. Theo langsung membalikkan tubuhnya,menindih tubuh Jhen. Bibir Theo langsung mencium bibir Jhen yang hangat dan lembut karena baru bangun tidur. Jhen membalas ciuman Theo dan tangannya meraba punggung Theo . Makin lama nafas Theo makin panas. terasa di pipi Jhen,ciumannya makin dalam. tangan Theo mulai meraba pinggul Jhen,mengangkat sedikit baju Jhen agar bisa merasakan kulit Jhen yang lembut itu.

Nafas Jhen sedikit tercekat merasakan sentuhan Theo pada kulitnya. Theo menyadari itu dan langsung menghentikan ciumannya. Ia bertumpu pada kedua sikunya di sisi kanan dan kiri Jhen. Memejamkan matanya sejenak. Kemudian menatap dengan tatapan yang meluluhkan hati Jhen.

"Aku akan mandi dulu." Kata Theo lalu dengan segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Theo langsung menanggalkan pakaiannya dan melihat hasil dari hasrat yang tidak bisa ia pendam pada istrinya. Ia menyalakan air dingin dari bilik shower dan mulai mendinginkan tubuhnya yang panas oleh hasratnya.
Dari luar kamar mandi, Jhen bisa mendengarkan Theo mandi sambil menggeram kesal. Jhen merasa bersalah pada Theo. Dia juga ingin merasakan bisa bersama merasakan kenikmatan bersama suaminya. Tapi kilasan kejadian masalalu itu menghantuinya setiap tubuh sensitifnya tersentuh.
---------------------------------------------

Adam memasuki ruang kerja Theo dengan santai begitu melihat wajah Theo yang terlihat bersahabat kali ini.

"Selamat pagi. Apa ada berita baik hari ini? Wajahmu terlihat berbeda dengan yang waktu itu?" Tanya Adam dengan santai sambil duduk di sofa kantor Theo.

"Memangnya tidak ada yang akan kamu kerjakan hari ini sampai harus kemari sepagi ini?" Tanya Theo dengan enggan.

"Ternyata aku masih mendapatkan hukuman dari amarahmu yang kemarin ya?" Balas Adam agak acuh tak acuh.
"Oh iya, Jhen sudah beberapa hari ini absen dari jadwal tampil di resto. Kira-kira dia kemana yah?" Tanya Adam tanpa sadar membuat Theo menghentikan kesibukannya.

"Kenapa kamu bertanya soal Jhen?" Theo berusaha terlihat tenang dihadapan Adam.

"Ada hal yang aku ingin bahas dengan dia. Masalah pribadi , bukan tentang pekerjaan . Tapi berkali-kali aku datang ke resto , dia tidak terlihat." Jawab Adam yang belum mengetahui bila Jhen sudah menjadi istri Theo saat ini. Theo langsung memfokuskan pandangannya pada Adam.

"Ada masalah apa antara kamu dan Jhen?" Tanya Theo dengan raut wajah serius. Adam melihat ekspresi Theo,lalu iapun tertawa.

"Kenapa kamu tertarik dengan masalahku dan Jhen?" Kata Adam kemudian tawanya terhenti karena wajah Theo benar-benar tidak bersahabat.

"Baiklah. Akan aku ceritakan." Kata Adam sambil meluruskan posisinya kearah Theo .
"Beberapa waktu lalu,saat suasana hatiku sedang tidak bagus. Aku pergi ke hotel milik Stevan,aku ingin mampir ke bar di hotel itu. Tapi tidak sengaja bertemu Jhen di lift bawah tanah dengan seorang pria. Pria itu sepertinya juga bukan pria baik. Dia seperti... apa yah.. waktu itu seperti hendak memaksa Jhen.. anggaplah seperti percobaan pemerkosaan . " Adam memulai ceritanya tentang kejadian malam itu. Theo mendengarkan cerita Adam sambil mengepalkan tangannya yang berada diatas lengan kursi kerjanya.
"Untung saja ada aku disana. Aku hajar saja dia dengan pukulanku." Adam memperaktekkan tinjuannya kala itu didepan Theo. Adam melihat lagi kearah Theo.

"Apa kau tahu wajah Jhen saat itu terlihat pucat pasi seperti mayat hidup. Bahkan tangannya juga dingin dan gemetaran. Sampai meminta tolong padaku untuk membawanya pergi dari sana." Lanjut Adam sambil memandang kearah Theo.

Theo ingat akan kejadian yang diceritakan Moa ketika ia menerima panggilan Moa dari ponsel Jhen ketika ia dan Jhen hendak pergi kerumah sakit.
Jadi yang membantu Jhen saat itu adalah Adam,sepupunya sendiri. Theo merasa lega sekaligus merasa tidak menyukai situasi ini. Dia harus berrhutang budi pada Adam yang sudah menyelamatkan istrinya saat itu.

"Lalu ada hal lain apa yang ingin kamu sampaikan pada Jhen. Sampai harus mencarinya di resto?"

"Beberapa hari lalu aku melihat lelaki itu di resortmu." Jawab Adam antusias .
"Dan tahukah kamu jika ternyata dia itu adalah keponakan dari Pak Gunawan,pemilik hotel sebelah yang dulunya akan bekerjasama dengan papamu."

Ini adalah kabar baru yang diterima oleh Theo. Theo menjalin jemarinya dan meletakkan sikunya diatas meja kerjanya.

"Apa yang dia lakukan disini?" Tanya Theo pada Adam. Adam mengangkat kedua bahunya dengan santai.

"Aku tidak tahu maka dari itu aku ingin menemui Jhen. Kemarin juga aku mengirimkan pesan kepadamu karena kamu tidak mau menerima panggilan dariku. Aku mau menanyakan nomer ponsel Jhen. Kemarin aku bertanya pada teman-teman band Jhen. Katanya Jhen juga tidak bisa dihubungi setelah mengajukan cuti selama beberapa bulan kedepan. Aku ingin memperingatkan Jhen agar berhati-hati dengan pria itu. Sepertinya dia sangat tidak normal." Kata Adam mulai agak serius kali ini.

"Jhen sudah mengganti nomor ponsel dan tidak ada yang boleh tahu." Theo mulai membaca kertas-kertas yang ada dimeja kerjanya.

"Oooo... Sepertinya ada hal yang mencurigakan disini antara kamu dan Jhen." Adam mulai menggoda Theo. Theo menatap kearah Adam lagi dengan pandangan yang tajam.

"Tentu saja,karena dia istriku." Balas Theo dengan tegas.

Sebuah kalimat dalam susunan 5 kata itu membuat Adam terdiam sejenak. Terpaku, tidak percaya,dan merasa seperti berada dalam sebuah acara reality show.

"Apa? Istri? Kalian?" Adam tidak bisa memikirkan hal lain yang semustahil ini. Theo hanya mengangguk singkat mengiyakan semua pertanyaan Adam.

"Jadi jika ada yang ingin kamu sampaikan pada Jhen. Sampaikan saja padaku." Kata Theo tanpa melihat kearah Adam,sibuk membaca tulisan pada kertas kerjanya.

Adam berdiri dari duduknya dan berjalan kearah meja kerja Theo. Ia meletakkan kedua tangannya di meja itu sampai Theo akhirnya melihat kearah Adam.

"Kalian menikah? Kapan? Dimana?" Adam seakan tidak percaya akan apa yang dikatakan oleh sepupunya itu. Theo memang orang yang ramah dengan siapapun tapi ia tidak pernah bercanda apalagi soal statusnya.

"Kami menikah sebulan yang lalu. Yang tahu hanya orangtua kami saja." Jawab Theo singkat.

"Kenapa kalian menikah diam-diam? Memangnya kamu tidak menyelidiki latar belakang Jhen? Siapa tahu dia hanya memanfaatkanmu saja." Adam mulai merasa ada yang ganjil dalam pernikahan Theo dan Jhen.

"Jhen adalah istriku, jangan pernah menjelek-jelekannya apalagi didepanku. Aku memaafkan apa yang kamu lakukan pada Bee, tapi tidak akan aku maafkankan jika kamu menjelak-jelekkan istriku." Theo memberi peringatan kepada Adam.

"Kamu tidak tahu dengan benar siapa dia Theo? Siapa lelaki yang berusaha mencelakainya waktu itu. Dan juga ada lelaki yang bersamanya juga waktu itu. Semudah itu kamu memikirkan tentang pernikahanmu?" Adam mulai memperotes keputusan Theo yang tiba-tiba menikahi Jhen yang hanya seorang musisi lokal dengan status yang tidak jelas itu.

"Aku tahu siapa sebenarnya istriku,seperti apa sifat aslinya dan juga semua gosip tentangnya selama ini adalah palsu. Laki-laki yang mencoba menyerangnya itu adalah mantan pacarnya ketika SMA dan dia seorang psychopath, namanya Putra. Sementara laki-laki yang bersamanya ketika itu adalah anak buah dari teman baik Jhen." Jawab Theo yang membuat Adam tidak bisa berkata-kata,ternyata Theo mengetahui semuanya tentang Jhen.

"Dan aku memang sangat memikirkan pernikahanku. Aku hanya akan menikah sekali seumur hidupku. Aku memilihnya dan tidak akan menyesalinya." Lanjut Theo tanpa mengedipkan matanya pada Adam.
Adam menepuk tangannya beberapakali.

"Harus aku akui .. Jhen wanita yang menarik ... sampai-sampai seorang Theo benar-benar dibuat jatuh cinta seperti ini." Kata Adam dengan nada menyindir.

"Boleh aku minta tolong padamu?" Pinta Theo pada Adam.
"Aku minta tolong selidiki laki-laki bernama Putra ini. Amati gerak-geriknya,jika ada yang mencurigakan laporkan padaku. Beberapa hari ini aku merasa tidak tenang dengan damainya situasi disekitar Jhen setealah apa yang ia lakukan sebelumnya."

Adam menghela nafas,memikirkan akan menyetujui permintaan Theo atau tidak. Adam melihat Theo bersungguh-sungguh meminta pertolongan darinya. Mengingat ia pernah mengecewakan Theo dahulu,setidaknya saat inilah ia ingin menebus kesalahannya pada Theo.

"Baiklah,karena kamu yang meminta. Akan aku usahakan untuk mengawasi orang gila ini." Jawab Adam akhirnya. Theo tersenyum pada Adam.

"Terimakasih,Bro. Kamu memang bisa diandalkan." Senyum Theo begitu lebar dan maskulin nampak lega akan jawaban dari Adam.

Adam memiliki banyak kenalan detektif swasta yang bisa mengikuti siapapun yang Adam inginkan. Setidaknya Theo sekarang memiliki pengawasan akan apa yang akan dilakukan oleh Putra jika Putra ingin melakukan sesuatu yang buruk pada Jhen maupun keluarganya.
-------------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience