Seperti yang diduga Theo,tidak mudah untuk menemui Bianca.Theo sempat memutuskan untuk menemui orangtua Bianca. Namun Theo merasa itu bukan keputusan yang bijaksana. Theo akhirnya mengirimkan sesuatu kepada Bianca. Sengaja Theo mengirimkan dalam bentuk paket kerumah Bianca. Paket berisi foto Brian.
Theo menunggu Bianca menghubunginya. Dan sesuai perkiraan,Bianca menelpon Theo.
"Theo,aku pikir kita masih memiliki hubungan baik dimasalalu. Kenapa kau lakukan ini padaku?" Nada bicara Bianca terdengar panik. Tentu saja Bianca panik,dia tidak ingin orangtuanya mengetahui soal anaknya dengan Adam.
"Bukannya aku yang seharusnya marah? Siapa yang terlebih dahulu memulai hal ini? Meninggalkan anakmu begitu saja padaku." Balas Theo dengan dingin.
"Kamu kan bisa membawa dia kepanti asuhan atau apalah. Kenapa harus kamu meributkan hal ini?"
"Kenapa bukan kamu sendiri yang membawanya ke panti asuhan? Kenapa harus meminjam tanganku untuk membersihkan namamu?" Balas Theo,Bianca terdiam .
"Bertanggungjawablah pada perbuatanmu sendiri,Bee" Lanjut Theo.
"Jangan pernah mengirim hal - hal seperti ini lagi kerumahku,Theo. Aku akan menemuimu dua hari lagi." Jawab Bianca pada akhirnya.
"Oke,kita akan bertemu dimana?"
"Nanti aku akan kirim pesan dimana tempatnya." Kata Bianca lalu menutup teleponnya.
----------------------------------------------------------------------
Jhen sedang bermain bersama Brian ketika Theo menelponnya.
"Jhen?"
"Ya Pak?" Balas Jhen yang diam-diam bahagia mendengarkan suara Theo.
"Aku sudah menemukan ibu Brian." Kata Theo dengan datar.
Kalimat itu terasa menyedihkan bagi Jhen,padahal seharusnya Jhen bisa merasa senang karena ibu Brian sudah ditemukan. Namun itu juga tandanya dia harus berpisah dengan Brian.
"Aku akan menjemputmu lusa,mungkin kira - kira jam dua belas siang."
"Baik Pak" Jawab Jhen tak bersemangat. Jhen menutup teleponnya. Lalu melihat Brian. Diambilnya Brian dari tempat tidurnya. Jhen menempelkan Brian didadanya. Dipeluknya Brian dengan erat,seakan - akan Brian akan hilang. Jhen mencium kepala Brian dengan sayang sambil menimang - nimangnya.
Tangan mungil Brian menggenggam baju Jhen dengan erat seolah tidak ingin jauh dari Jhen.
--------------------------------------------------------------------------
Tiba waktunya Theo menjemput Jhen dan Brian. Dua hari terasa begitu cepat bagi Jhen. Masih tersisa 15menit lagi sebelum Theo menjemputnya dan Brian. Jhen dan mamanya sudah mengepak barang - barang Brian. Mama Jhenpun merasa berat Brian sudah kembali pada ibu kandungnya.
"Kenapa kamu sudah mau pergi saja sih? Oma sudah sayang sekali sama Bree." Kata mama Jhen sambil menciumi pipi Brian. Brian tampaknya tidak tahu situasi seperti apa hari ini, dia malah tersenyum sambil memasukkan kepalan tangan mungilnya kedalam mulutnya yang kecil. Mama Jhen menengadah kearah Jhen.
" Botol susunya sudah? popoknya? susunya? baju gantinya?..." Tanya mama Jhen secara bertubi - tubi. Jhen hanya tersenyum tipis.
"Ma,nantikan mamanya juga sudah punya semuanya. Semua keperluan Brian juga sudah pasti ada semua." Kata Jhen sambil melihat kearah Brian. Mama Jhen kembali menatap Brian dan menghela nafas panjang.
"Nanti kakak Ceci juga pasti akan rindu padamu." Kata mama Jhen sambil memandang Brian dengan sayang.
Dari luar sudah terdengar suara mobil yang berhenti tepat didepan rumah Jhen. Jhen langsung mengambil Brian dari pelukan mamanya.
"Ma,aku. pergi dulu ya,mengantarkan Bree ke mamanya." Pamit Jhen
"iya hati - hati, sampaikan salam mama untuk mamanya Bree ya?" Balas mama Jhen sambil mencium pipi Brian lagi. Jhen hanya tersenyum mengiyakan permintaan mamanya.
Jhen menggendong Brian dan membawa tas jinjing kecil berisikan keperluan Brian.
Entah kenapa langkahnya terasa berat saat menghampiri mobil milik Theo. Jhen masuk ke mobil Theo dan duduk dikursi penumpang belakang. Bersebelahan dengan Theo.
"Apakabar Jhen?" Sapa Theo ketika Jhen sudah duduk tenang dalam mobil.
"Baik ,Pak. Jadi kita akan mengantarkan Bree kemana?" Tanya Jhen merasa penasaran. Kenapa ibu Brian tidak ikut dalam mobil Theo.
"Bree?" Theo mengernyitkan keningnya.
"Oh itu panggilan Brian pak." Jawab Jhen sambil tersenyum hangat kearah Brian yang sedang memainkan genggaman tangannya sendiri. Theo melirik kearah Brian, pipinya nampak lebih berisi daripada mereka awal bertemu dulu. Theo tersenyum tanpa sadar melihat senyuman polos Brian yang menatap Jhen.
Bianca meminta Theo menemuinya di sebuah taman kecil di pinggir kota. Tempat itu biasa sepi memang. Tak lama,Bianca melihat mobil Theo datang. berhenti tepat di sebelah mobil Bianca. Terlihat Theo keluar dari pintu mobil belakang. Kemudian Theo berjalan memutar,membukakan pintu mobil sebelah kiri. Muncul seorang wanita yang pernah dia lihat sebelumnya. Wanita itu menggendong bayinya.
Jhen turun dengan perasaan enggan. Dipeluknya dengan erat Brian yang saat ini sedang tertidur lelap. Theo bisa melihat keengganan Jhen untuk melepaskan Brian. Theo menyentuh pinggang Jhen dengan lembut,membuat Jhen terkejut dan langsung menghindar dari sentuhan Theo.
"Maaf,itu ibunya Brian" Kata Theo ketika mengetahui reaksi Jhen akan sentuhannya.
"Oh iya Pak." Balas Jhen lalu berjalan mendekati tempat Bianca menunggu dan Theo berjalan tepat dibelakang Jhen sambil membawakan tas kecil Brian.
Wajah Bianca sama sekali tidak menyiratkan rasa senang bertemu dengan Brian.
"Bee,ini Jhen. Jhen,ini Bee" Kata Theo mengenalkan antara Jhen dan Bianca. Jhen tersenyum pada Bianca sambil mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Bianca. Namun Bianca sama sekali tidak menghiraukan Jhen sama sekali.
"Terimasih sudah mau merawat dia." Kata Bianca dengan wajah ketus dan mengambil Brian dari pelukan Jhen. Jhen terkejut dengan sikap dan. juga cara Bianca mengambil Brian dari pelukannya. Brian juga seketika terbangun dari tidurnya. Brian menangis karena terkejut.
"Pelan - pelan..... " Kata Jhen ingin memprotes cara Bianca mengambil Brian dengan kasar tadi namun mengurungkan niatnya.
Theo memberikan tas kecil Brian pada Bianca.
"Ini barang - barang Brian"
Bianca hanya mengambil tas itu dengan perasaan jengkel. Sama sekali tidak menyadari apa yang dikatakan Theo tentang nama anaknya.
"Terimakasih." Balas Bianca ketus sambil menggendong Brian yang masih menangis itu tanpa menenangkannya. Jhen memperhatikan Brian,merasa ingin memeluknya dan menenangkannya.
"Susu Brian ada di dalam tas. Mungkin dia masih mengantuk. Tadi dia hanya tidur sebentar." Kata Jhen merasa khawatir pada Brian. Bianca memandang tajam kearah Jhen.
"Urusi saja urusanmu,aku ibunya. Aku tahu apa yang harus aku lakukan." Kata Bianca dengan nada sedingin es yang menusuk ke hati Jhen. Lalu Bianca melihat kearah Theo.
"Sudah puas? Kamu bisa pergi sekarang. Bebanmu sudah hilangkan?" Nada sindiran dan senyuman sinis samasekali tidak tersembunyikan dari ekspresi Bianca.
Theo mengangguk.
"Kalau begitu kami pergi dulu. Jaga Brian baik - baik." Kata Theo sambil menggandeng tangan Jhen yang pandangannya tidak bisa lepas dari Brian yang masih menangis dalam pelukan Bianca. Theo berjalan dengan cepat sambil menarik tangan Jhen. Jhen yang akhirnya bisa memalingkan wajahnya dari Brian akhirnya mengikuti langkah Theo. Tangisan Brian yang keras membuat Jhen menutup matanya. Berusaha mengikhlaskan Brian bersama ibu kandungnya. Namun suara tangisan Brian yang masih didengarkannya itu seperti memanggilnya untuk kembali. Jhen melepaskan tangan Theo dan menutup kedua telinganya sambil berjalan sendiri kearah mobil Theo. Ingin rasanya Jhen segera pergi dari tempat itu secepat mungkin. Sampai dimobil Theo,Jhen langsung masuk kedalam mobil dan duduk ditempatnya tadi. Tak lama Theo juga menyusul masuk kdalam mobil. Theo melihat Jhen sedang memalingkan wajahnya dari tempat Bianca dan Brian tadi. Dia tahu Jhen ingin segera pergi dari sini.
"Kita kembali ketempat Jhen" Kata Theo kepada supirnya. Saat mobil sedang mundur,Jhen memberanikan diri melihat kearah Brian untuk terakhir kalinya. Walau dari jauh,Jhen bisa melihat Bianca yang sedang menggendong Brian itu berjalan kearah kolam taman. Bianca membuang tas kecil Brian kekolam dan.. mata Jhen terbelalak,perasaannya benar - benar tidak bisa menipunya. Bianca melemparkan dirinya sendiri dan Brian kearah kolam. Seketika Jhen membuka kunci pintu dan membuka pintu mobil , tanpa peduli teriakan Theo. Jhen berlari kearah taman itu lagi secepat mungkin , langkahnya terasa seperti melayang. Jhen melompat kekolam itu dan mencari Brian. Jhen mencarinya seperti orang gila. Kolam itu tampak keruh namun tidak begitu dalam. Jhen muncul lagi ke permukaan air mengambil nafas,terdengar suara seseorang masuk kedalam kolam juga. Jhen menyelam lagi mencari Brian,dalam penglihatan yang tidak begitu jelas dalam air,Jhen bisa melihat Brian tak jauh dari Bianca. Jhen berenang kearahnya,rasanya sangat lambat untuk menggapai Brian,tenggorokan Jhen terasa panas,namun ia tidak menyerah.
"Kurang sedikit lagi"Batin Jhen .
Tangan Jhen menarik tangan mungil Brian dan menariknya dalam pelukannya. kemudian Jhen kembali ke permukaan air dengan mengangkat kepala Brian ke permukaan air juga. Jhen merasakan pinggangnya ditopang oleh lengan yang hangat dan berotot. Jhen menoleh kebelakangnya.
"Tenanglah,kita ketepi" Kata Theo dengan nafas yang berat setelah ikut terjun kedalam kolam dan menyusul Jhen. Sesampainya ditepian kolam. Jhen membaringkan Brian yang terdiam sedari tadi.
"Bree,bangun sayang. " Panggil Jhen,air matanya terasa menggenang di matanya. Theo dengan sigap meminta Jhen untuk menepi. Theo memberikan CPR pada Brian. Theo menekan dada Brian berulang -ulang lalu meniupkan udara dari mulut kecil Brian. Tidak ada reaksi. Theo tidak menyerah,hal itu dilakukannya berulang - ulang . Jhen hanya bisa melihat sambil meneteskan airmatanya dan berdoa agar Brian selamat. Setelah 1 menit lamanya,bru Brian memutahkan air dari mulut kecilnya. Terbatuk - batuk, lalu menangis keras. Mendengar tangisannya,Jhen langsung meraih Brian dalam pelukannya. Memeluk Brian dengan erat tanpa peduli dirinya basah kuyub karena air kolam. Theo menghembuskan nafas lega Brian selamat lalu menoleh kearah sebelah kanannya, Bianca yang juga berada ditepian kolam,diselamatkan oleh supir Theo yang sepertinya juga baik - baik saja.
Theo segera menghubungi ambulans untuk segera datang memberikan pertolongan lanjutan untuk Brian dan Bianca.
Dilihatnya lagi Jhen yang sedang memeluk Brian sambil menangis tersedu - sedu. Tanpa Theo sadari,ia merangkul Jhen dan Brian dengan perasaan lega.
----------------------------------------------------------------------
"Dia akan baik - baik saja." Kata Theo menenangkan Jhen yang sama sekali tidak tenang diruang tunggu rumahsakit. Theo menyelimuti Jhen dengan selimut kering. Jhen tidak memperhatikan hal itu sama sekali. Dia masih khawatir akan Brian.
"Dia manusia atau bukan?" Tanya Jhen dengan nada pelan dan mata berkaca - kaca.
"Apa?" Theo tidak begitu mendengar kata - kata Jhen. Jhen melihat kearah Theo dengan perasaan marah dan air mata yang tiba - tiba tumpah ke pipinya yang terlihat pucat.
"Kalau memang tidak menginginkan Bree, biar aku saja yang merawatnya. Jika dia mau mati,kenapa harus mengajak Bree? jika..." Jhen tidak bisa melajutkan kata - katanya yang kalah oleh tangisannya yang tiba - tiba tidak bisa dia tahan.
"Stt.. " Theo memeluk Jhen,menempelkan kepala Jhen di dadanya,berusaha menenangkan Jhen. Tangan Theo mengusap lembut punggung Jhen.
"Kalau saja tadi aku tahu , aku tidak akan melepaskan Bree dari pelukanku." Lanjut Jhen lagi sambil tersedu -sedu.
"Bree akan baik - baik saja." Gumam Theo berharap Jhen bisa menenangkan dirinya.
"Kalau dia tadi masih dirumah,dia akan baik - baik saja. Kalau kamu tidak menemukan ibu gila itu,semua akan baik - baik saja." Jhen masih tidak bisa menguasai emosinya dan memukul dada Theo dengan sisa - sisa kekuatannya. Theo menangkap tangan Jhen dan memeluk Jhen.
"Maaf. Aku yang salah. Tenanglah Jhen. Bree akan baik - baik saja." Bisik Theo menenangkan. Akhirnya dokter itu keluar dari ruang periksa Brian.
"Siapa orangtua bayi Brian?" Tanya dokter yang terlihat separuh baya itu. Jhen langsung melepaskan diri dari pelukan Theo dan berbalik kepada dokter itu.
"Saya"
"Saya"
Sahut keduanya secara bersamaan.
Sang dokter lalu menghampiri Jhen dan Theo.
"Kondisi Brian saat ini sudah stabil,banyak air masuk kedala paru - parunya. Tapi pertolongan pertama sebelum Brian dibawa kerumah sakit sepertinya menyelamatkan nyawanya." Jelas sang dokter dengan tenang.
"Kondisi Brian sekarang bagaimana? Saya bisa lihat sekarang?" Tanya Jhen tanpa menutupi rasa khawatirnya. Theo yang berada disampingnya dengan tenang tetap merangkul Jhen agar Jhen tetap tenang.
"Kondisinya baik,sekarang sedang mendapat penanganan lebih lanjut,Ibu tidak perlu khawatir. Tunggu satu jam lagi. Nanti setelah itu bayi Brian baru bisa dijenguk." Jawab dokter itu dengan tenang. Jhen menghembuskan nafas lega dan mengangguk .
"Nanti anda bisa menyelesaikan masalah administrasi terlebih dahulu. Saya permisi dahulu,masih ada pasien lain yang akan saya tangani." Lanjut dokter itu lalu meninggalkan Jhen dan Theo. Jhen merebahkan kepalanya di dada Theo,rasanya lega mengetahui Brian baik - baik saja. Theo menempelkan dagunya di kepala Jhen yang bersandar padanya.
"Bree akan baik - baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Kata Theo sambil tetap merangkul Jhen dipelukan tangan kanannya.
Entah mengapa rasanya nyaman berada dalam pelukan Theo walaupun Jhen belum sepenuhnya merasa lega karena belum melihat Brian secara langsung,namun Jhen merasakan nyaman,tenang,dan aman diwaktu bersamaan.
"Kamu punya anak,Theo?" Suara ibu Theo mengejutkan Theo dan Jhen,memecahkan kenyamanan yang mereka rasakan. Theo seketika menoleh kearah suara ibunya.
"Mama?" Ujar Theo terkejut ibunya ada disana.
"Mama punya cucu? Dan kamu menyembunyikannya dari mama?" Tanya ibu Theo dengan wajah terkejut.
------------------------------------------------------------
Ibu Theo datang ke resort,sengaja ingin mengajak Theo untuk makan siang bersama. Namun Theo tidak ada disana. Sekertaris Theo mengatakan jika saat ini Theo sedang berada di rumah sakit. Dengan segera ibu Theo berangkat kerumah sakit tempat Theo saat ini berada. Ketika menyusuri lorong rumah sakit,mencari kamar tempat Theo berada sesuai informasi dari supir pribadi Theo. Ibu Theo melihat Theo sedang duduk bersama seorang gadis. Theo memeluk gadis itu dan menenangkannya. Theo tidak pernah seintim itu dengan perempuan manapun sepengetahuan ibu Theo. Saat dokter keluar dan menanyakan orangtua anak bernama Brian,Theo dan gadis itu menjawab pertanyaan itu secara bersamaan.
Perasaan ibu Theo bercampur aduk. Antara merasa dibohongi oleh anaknya yang ternyata memiliki anak tanpa sepengetahuannya, senang karena dia kini memiliki cucu dari Theo,dan terkejut mengetahui cucunya sedang dalam kondisi tidak baik. Dia juga tidak mengenal ibu dari cucunya yang saat ini berada dalam pelukan Theo. Seperti tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari Theo dan ibu dari cucunya itu,ibu Theopun mendatangi mereka berdua.
"Kamu punya anak,Theo?"
Dilihatnya Theo terkejut melihat padanya dengan terkejut. Theo terlihat basah begitu juga dengan gadis itu yang berbalutkan selimut dalam pelukan Theo. Gadis itu terlihat bingung dengan kehadirannya.
Ibu Theo melihat kearah Theo dan Jhen bergantian.
"Mama punya cucu? Dan kamu menyembunyikannya dari Mama?" Tanya ibu Theo kepada Theo yang saat itu bingung harus berkata apa pada ibunya akan situasi ini. Sepertinya ibunya mendengar apa yang tadi ia katakan kepada dokter tadi soal siapa orangtua Brian.
"Ma,akan aku jelaskan.."
"Kenapa kalian basah begitu?" Kata - kata Theo terpotong oleh pertanyaan ibunya. Belum dijawab oleh Theo, Dua orang suster yang lewat menoleh kearah ruangan dekat Theo dan Jhen lalu berbisik .
"Bukannya bayi yang baru datang tadi itu diajak bunuh diri oleh ibunya di kolam taman tadi yah?" Kata suster satu dengan yang lain.
"Iya,kasihan. Masih kecil juga. Jaman sekarang banyak orang - orang berakal pendek." Balas suster satu lagi. Lalu mereka menggeleng bersamaan.
Theo,Jhen dan ibu Theo mendengarkan kedua suster itu berbincang. Ibu Theo lalu terbelalak melihat kearah Jhen.
"Kamu? Apa yang kamu lakukan dengan cucuku? Bunuh diri?" Kata Ibu Theo tanpa mendengarkan penjelasan Theo dan Jhen. Jhen menggelengkan kepalanya,mencoba menjelaskan.
"Bukan.. Bukan Bu, ini sa..."
"Cucuku.. Ya ampun.. cucuku.. " Ujar Ibu Theo memotong penjelasan Jhen sambil memegangi kepalanya kemudian terjatuh kelantai.
Theo dengan segera menopang ibunya yang jatuh pingsan. Sementara Jhen hanya bisa terkejut dan memanggil bantuan untuk menolong Ibu Theo.
-------------------------------------------------------------
Share this novel