Bab 3

Romance Completed 1452

                Jhen bukan seseorang yang berani tapi dia juga bukan orang yang tidak bertanggung jawab. Dia memiliki banyak prioritas dalam hidupnya. keluarga,teman,juga pekerjaan. Jhen mau menandatangani kontrak kerja Bandnya karena dia tidak mau hanya karena dirinya,teman-temannya menjadi korban. Walaupun ketika menadatangani kontrak da banyak klausal yang mengganjal bagi Jhen.

"Apa ada yang perlu ditanyakan,Jhen?" Tanya Pak Pras,manager personalia.
Pak Pras orangnya setengah baya dengan kumis tipis khas film jaman dahulu ( yang paling tren di jaman warkop DKI). Jhen mengernyitkan keningnya.

"Pak bagian ini maksudnya apa? JIKALAU PARA OWNER MEMILIKI ACARA PRIBADI , BAND WAJIB MENGISI ACARA SESUAI KEINGINAN OWNER?" Tanya Jhen dengan tegas.

"Oh yang itu, jika waktu para owner ada acara berarti nanti band kamu yang mengisi acara itu dan tidak bisa digantikan. Kalau digantikan berarti kamu melanggar kontrak dan harus membayar denda." Jawab Pak Pras sambil ikut melihat tulisan pada kontrak kerja yang akan ditandatangani Jhen.

"Sebelumnya tidak ada klausal ini kan pak? Kalau saya atau band saya ada acara lain , lalu mendadak para owner mengadakan acara. Apa kita harus buru-buru datang?"

Pak Pras pun ikut mengernyitkan kening.
"Hmm..Kalau soal itu sepertinya kamu tanya sendiri kepada Pak Theo. Beliau sendiri yang membuat kontrak ini."

"Theo lagi." Batin Jhen agak kesal.
"Maksud saya seharusnya ada penambahan kalimat. Harus ada konfirmasi sebelum acara berlangsung setidaknya satu hari sebelumnya." Kata Jhen berusaha memperjelas apa yang mengganjal dalam klausal perpanjangan kontrak kerja miliknya.
"Takutnya kalau mendadak sekali,ada salah satu dari kami yang tidak bisa hadir. Nanti kami harus membayar denda?"  

"Kalau soal itu sepertinya kamu tanya langsung ke Pak Theo,Jhen" Jawab Pak Pras yang mulai bingung akan klausal baru itu.

"Theo lagi.Kenapa aku harus menemui dia lagi?" Kata Jhen dalam hati.
Tapi jika dia tidak bertanya, bukan hanya Jhen yang dirugikan tapi rekan-rekannya juga.

"Nanti coba saya temui Pak Theo sendiri pak sebelum tanda tangan kontrak baru ini." Kata Jhen sembari berdiri dari duduknya.

"Iya lebih baik minta penjelasan klausal nya langsung ke Pak Theo saja Jhen. Tapi kenapa sekarang yang tandatangan surat kontrak entertain kamu bukan si Sam?" Pak Pras tidak bisa menyebunyikan rasa penasarannya.

"Yang jelas si Theo ini ingin mengusir halus. Agar rahasianya tidak terbongkar" Batin Jhen mulai menggerutu.

"Mungkin agar adil pak,semua anggota band bisa tanda tangan kontrak semua" Jawab Jhen asal sambil tersenyum kepada Pak Pras.

               Jhen mencari Theo keruangannya namun sekretaris Theo mengatakan bila Theo sedang berada diluar dengan tamu investor resort. Jhen punya dua pilihan, menunggu atau kembali lagi nanti. Kalau dia pulang lalu kembali lagi malah dua kali kerja. Belum nanti biaya ojek onlinenya,pemborosan. Akhirnya Jhen pun memilih menunggu diruangan Theo. Jhen menunggu di ruangan luar , dia berjalan kearah balkon. Dia merasa penat dan ingin menyalakan rokoknya.

"Menunggu itu membosankan dan aku selalu ditimpa si menunggu ini." Keluh Jhen sambil menyalakan korek pada rokoknya.
Sembari melihat sekitar,tanpa sengaja Jhen melihat Theo sedang berbincang dengan seorang wanita cantik  dari balik kaca ruangan ballroom di seberang ruang tunggu Theo. Wanita itu mengenakan gaun merah dengan potongan pendek , berambut mahogani terurai panjang sebahu. Tampak menangis di pundak Theo dan Theo memeluk wanita itu seolah-olah menenangkan. Sungguh pemandangan yang membuat wanita lain cemburu jika saja tidak tahu tabiat asli Theo,pikir Jhen sambil menghisap rokoknya lagi.
Dengan penasaran Jhen masih memandang kearah Theo dan wanita itu.
Anehnya pikiran Jhen melayang tak karuan.

"Ah andai saja aku bisa dipeluk Theo seperti itu.. dadanya bidang.Mungkin aku akan bahagia?"

Lamunan Jhen buyar ketika jhen mendengar ponselnya berbunyi. Dilihatnya nama pemanggil dari layar ponselnya. Ternyata itu adalah mama Jhen. Perasaan Jhen sudah terasa tidak enak.

"Ya ma?" Sahut Jhen

"Jhen bisa kamu kerumah sakit sekarang? Ceci sakit panas,panasnya tidak turun-turun akhirnya mama bawa kerumah sakit karena Ceci sama sekali tidak bangun-bangun sewaktu mama membangunkannya."

"Sekarang aku kesana,Ma."
Tanpa pikir panjang Jhen beranjak dri tempatnya dan segera berlari meninggalkan ruang tunggu Theo . Dia berjalan dengan cepat sambil memesan taxi online . Sesampainya di lobby,dengan gelisah Jhen menunggu datangnya taxi online yang dia pesan. Waktu terasa begitu panjang bagi Jhen untuk menunggu,dia sudah tidak sabar ingin menemui Ceci,anak semata wayangnya. Jhen hanya melihat jenis mobil dari taxi online yangdia tunggu tanpa melihat nomor plat dari mobilnya. Ketika sebuah mobil berhenti didepan lobby,Jhen langsung saja duduk di kursi penumpang depan.

"Pak,langsung menuju ke rumah sakit dekat rest area" Kata Jhen dengan cepat.
Sang supir hanya terdiam melihat Jhen dengan pandangan bertanya-tanya. Saat sang supir hendak menjawab dia melihat kearah Jhen , wajah Jhen yang terlihat kalut dan matanya yang berkaca-kaca.

"Cepat pak. Nanti aku kasih biaya lebih" Tambah Jhen dengan lirih karena airmatanya seperti hendak jatuh.
       
Sang sopir akhirnya hanya mengangguk dan mulai menginjak gas melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan Jhen terlihat sangat panik dan gelisah. Dan Jhen tidak menyadari bahwa sang supir adalah Adam. Jhen juga tidak begitu mengenal Adam. Adam hanya terdiam dan berusaha memahami apa yang sedang dialami Jhen.
Adam mengenal Jhen, karena sering melihat band Jhen di resort Theo.

"Apa ada yang salah dengan dia? Kenapa dia bisa mengira kalau aku ini taxi online?Tidak bisa lihat apa dari penampilanku dan juga mobilku?" Tanya Adam dalam hati sambil sesekali melirik kearah Jhen.
"Kenapa dia gelisah sekali? Siapa yang ada dirumah sakit?" Adam bertanya-tanya dalam hati .

Sesampainya dirumah sakit,Jhen langsung memberikan uang taxi online pada Adam dan lngsung berlari kedalam rumah sakit. Adam yang hendak bertanyapun akhirnya mengurungkan niatnya. Tepat saat itu juga Adaam menerima pangglan dari Theo.

"Kebetulan apa ini?" Ucap Adam sambil menerima telepon dari Theo.
"Ya bro, tepat sekali teleponmu. Tahu tidak aku habis mengantar siapa?" Tanya Adam sambil memindahkan persneling mobilnya.

"Sekarang datang ke kantorku. Ada hal penting yang mau aku bicarakan" Balas Theo dengan nada tegas, Adam sangat memahami Theo. Sepertinya memang ada hal benar-benar darurat terjadi.

"Oke. Ride away" Jawab Adam lalu mentup teleponnya.
----------------------------------------------------------------------
              Jhen berusaha menghubungi mamanya sambil berjalan dikoridor UGD ,namun tidak ada jawaban. Kekhawatiran Jhen semakin menjadi ketika mamanya tidak mengangkat telepon darinya. Tepat ketika Jhen melihat kearah kirinya,dia melihat Ceci terbaring dengan wajah pucat dibalut selimut rumah sakit yang berwarna pudar. Kaki Jhen terasa lemas rasanya melihat buah hatinya terlihat seperti itu. Jhen berjalan mendekati tempat tidur Ceci dan duduk disamping Ceci. Tangan Jhen mengukur suhu pada dahi Ceci,panasnya sepertinya sudah turun. hati Jhen sedikit lega. Diraihnya tangan Ceci yang lebih mungil dari tangannya,digenggamnya erat-erat tangan putrinya itu.
"Maafkan mama.. Mama sibuk sendiri. Sampai kamu sakit seperti ini" Kata Jhen sambil mencium tangan putrinya dan tanpa sadar menitikan airmatanya.

Mama Jhen lalu memasuki bilik tempat Ceci dirawat.

"Kamu sudah datang?" Tanya mama Jhen pelan. Jhen langsung menyeka airmatanya.

"Apa kata dokter,Ma?"

"Dari gejalanya sepertinya typus. Nanti akan ada cek lab dan rontgent. cuma untuk berjaga-jaga. "
Jawaban dari mamanya sama sekali tidak membuat Jhen tenang. Mama Jhen menepuk pundak Jhen dengan lembut.

"Kamu tidak perlu terlalu khawatir. Demam nya sudah turun,kondisinya juga sudah stabil. Cek lab dan rontgent hanya untuk berjaga-jaga saja." Kata mama Jhen berusaha menenangkan putrinya. Jhen hanya mengangguk pelan lalu memandangi Ceci lagi.

"Kenapa bisa tiba-tiba demam,Ma?" Tanya Jhen pelan.

"Mama juga tidak tahu. Sepulang sekolah tadi katanya badannya tidak enak,lalu mama pegang dahinya sudah panas. Mama beri penurun panas lalu Ceci tertidur. Mama periksa lagi ternyata panasnya tidak turun-turun dan mama membangunkan Ceci ,tapi Ceci tidak bangun-bangun. Mama takut terjadi apa-apa,mama minta tolong Soni mengantarkan mama dan Ceci kerumah sakit." Mama Jhen menceritakan apa yang terjadi sebenarnya kepada Jhen.

"Kata dokter bagaimana, Ma? Apa harus menginap atau bagaimana?" Tanya Jhen pada mamanya.
"Harus menginap dulu untuk memantau kondisinya Ceci lagi. Takutnya demamnya naik lagi." Jawab mama Jhen sambil melihat oearah Ceci.

Jhen menghela nafas lega,setidaknya jika berada dirumah sakit, Ceci lebih terpantau kondisinya dari pada dirumah.

"Mama tadi kemana? Aku menghubungi ponsel mama kenapa tidak ada jawaban?" Tanya Jhen.

"Mama tadi mengambil obat Ceci dan tandatangan untuk rawat inap Ceci." Jawab mama Jhen sambil menunjukkan obat yang masih ia bawa di tangannya.
Jhen mengangguk pelan, kemudian tediam sejenak .
TANDA TANGAN.
Jhen hampir melupakan tanda tangan kontrak Bandnya dengan personalia.

"Ma,Aku akan ke resort dulu ,aku ada urusan penting sebentar. Nanti mama jangan lupa mengabari aku soal Ceci ." Jhen segera bergegas meninggalkan rumah sakit dan segera memesan taxi online lagi. Ketika Jhen membuka aplikasi,Jhen terkejut mengetahui dia tadi tidak meggunakan mobil taxi online yang dia pesan. Jhen masih bertanya,mobil siapa itu tadi ? taxi online oranglain atau mobil tamu resort? Entahlah yang jelas Jhen sangat berterimakasih pada orang yag memberinya tumpangan. Lagipula dia juga memberi uang lebih.
Jhen mulai memesan taxi online lagi menuju resort dan berharap Theo masih berada disana.
-------------------------------------------------------------------------------------------
              Theo berjalan kekantornya dengan wajah tegang,ketika hendak memasuki ruangannya,Mia,sekretarisnya berdiri.

"Pak,tadi mbak Jhen mencari bapak. Katanya ingin konfirmasi tentang kontrak kerja."

"Suruh datang besok saja." Sahut Theo acuh. Raut wajah Theo tampak tidak tenang.
"Nanti jika Adam datang,langsung suruh masuk saja. Tolong semua jadwalku hari ini dibatalkan." Perintah Theo pada Mia sebelum memasuki ruang kerjanya.

"Iya, Pak." Jawab Mia.

              Theo duduk dikursi kerjanya dan menghela nafas panjang dan mengendurkan dasinya. Tak lama kemudian Adam datang memasuki ruangan Theo.

"Ada apa? Sepertinya darurat?" Tanya Adam seketika tanpa mengetuk pintu dan langsung duduk di depan Theo.
"Bianca tadi datang menemuiku kemari." Kata Theo dengan raut wajah serius kearah Adam.  Wajah Adam seketika menjadi tegang dan terkejut.

"Kenapa dia tidak menghubungi aku,tapi malah datang kepadamu?" Tanya Adam dengan heran.
"Dia takut, mama mu akan tahu soal kepulangannya dan juga anak kalian yang dia bawa." Jawab Theo dengan wajah yang tegas dan diliputi kemarahan yang ia pendam.
Wajah Adam makin terlihat tegang.

"Itu anakmu" Tegas Theo sambil menunjuk kearah Adam.

Adam mengusap wajahnya dengan rasa kalut.

"Bianca cerita semuanya?" Tanya Adam dengan pelan.
Theo hanya mengangguk dan menanti penjelasan Adam.

"Kami berniat kawin lari ketika itu,waktu aku dan bianca di Belanda. Kita sudah bahagia disana. Kalau bukan karena mama melakukan bunuh diri itu, aku tidak akan pulang lagi disini. Aku janji pada Bianca,aku akan kembali lagi kepadanya. Tapi mama benar-benar akan mati kalau aku kembali lagi. Aku bisa apa?" Adam berusaha memberikan pembelaannya pada Theo.

"Dan kamu tahu Bianca hamil? Dan tetap tidak ada tindakan?" Tanya Theo sambil menghela nafas panjang,tanda dia menahan emosinya.

"Iya,Bianca menghubungiku ketika itu. Kamu tahu kan waktu itu aku sama sekali tidak bisa apa-apa. Beberapakali aku kabur,mama dan Leon selalu tahu.   Sampai akhirnya aku terputus dengan semuanya. Komunikasi aku terputus sama sekali." Adam berusaha memberi penjelasan pada Theo.
Theo memejamkan matanya mencoba untuk berpikir jernih.

"Lalu apa yang mau kamu lakukan sekarang? Kamu tidak bisa menelantarkan anakmu dan Bianca." Kata Theo berusaha untuk meminta ketegasan dari Adam.

"Lalu aku harus bagaimana? Membawa Bianca dan anak itu di depan mama? Kamu tahu mamaku,Theo . Dia manusia paling tidak punya perasaan dan toleransi. " Adam berdiri membalikkan badannya berjalan kearah jendela kantor Theo.
"Tapi kamu laki-laki dewasa,Dam. Kamu bisa mengambil keputusanmu sendiri. memangnya kamu tidak mau melihat anakmu sendiri?"
Theo berjalan kearah Adam. "Setidaknya cobalah sekali saja,bawa Biaca dan bayimu kedepan mamamu. Siapa tahu kalian akan direstui."

"Theo,keluargamu dan keluargaku berbeda. Mamamu dan mamaku benar-benar berbeda dari segala pandangan. Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya berada dalam situasi dalam keluargaku." Balas Adam dengan sinis.

"Tapi sekarang kamu membawa cucunya. Kita tidak akan tahu apa yang ada dalam hati mamamu. Bianca juga butuh kepastian darimu,anakmu juga butuh status untuk kelanjutan hidupnya." Theo masih berusaha untuk memberikan harapan kepada Adam.

Adam menoleh kearah Theo dengan sinis.

"Kenapa bukan kamu aja yang menikahi Bianca? Bilang saja pada mamamu kalau anak Bianca itu adalah anakmu. Mamamu pasti akan menerima kok." Komentar Adam secara sarkatis.

Theo benar-benar tidak bisa menahan amarahnya,namun sebelum Theo melayangkan pukulannya pada Adam,mereka berdua dikejutkan oleh kedatangan Bianca yang rupanya sudah mendengar apa yang dikatakan Adam dan Theo sedari tadi. Mata Bianca tampak berkaca-kaca,wajahnya memerah karena amarah.

"Aku memilihmu daripada Theo karena berharap kamu lebih mencintaku dan mempertahankanku. Tapi seperti ini balasanmu Adam? " Kata Bianca dengan suara bergetar menahan tangisnya. Bianca tertawa pilu.

"Bodohnya aku yang mempercayaimu ketika itu. Aku menyia-nyiakan masa mudaku,aku melepaskan pendidikanku,aku melepaskan keluargaku,aku melepaskan tunangan yang mencintaiku" Kata Bianca menunjuk kearah Theo dengan tangan gemetar. Lalu menunjuk kearah Adam.
"Dan memilih bersama sampah seperti KAMU!!!!!"
           
Adam hanya terdiam sama sekali tidak berani menatap Bianca. Theo memilih untuk berbalik badan dan mengepalkan kedua tangannya dalam saku celananya,berharap dia tidak kehilangan emosi nya saat ini.

"Baik,jika kamu se egois itu. Aku juga akan egois untuk hidupku sendiri. Jangan pernah menyalahkan aku,Adam." Bianca menghela nafas pendek lalu pergi meninggalkan ruangan Theo smbil membanting pintu kantor Theo dengan kencang.

Diluar ruangan Theo, Jhen sedang bingung melihat Bianca pergi dengan emosi yang begitu hebat. Mia membisikan sesuatu kepada Jhen.

"Mbak,sepertinya mbak Jhen datang lagi besok. Sepertinya suasana hati Pak Theo sedang tidak bagus. Tadi saja semua jadwal hari ini harus dibatalkan semua." Bisik Mia kepada Jhen.
"Iya sepertinya besok saja aku kembali lagi atau nanti kalau Pak Theo sudah bagus emosinya. Kamu kirimi saja aku pesan." Kata Jhen sambil berbisik juga pada Mia.
Kemudian Jhen meninggalkan resort dengan pikiran kacau.

"Hari apa ini? Sepertinya bukan hari bagus buat aku." Keluh Jhen sambil berjalan lunglai. Lalu Jhen menengadah menatap langit.
"Tuhan,terimakasih untuk cobaan hari ini" Lanjut Jhen sambil tersenyum menghadap langit senja hari itu. Terlintas dalam pikiran Jhen apa kira-kira yang terjadi didalam kantor Theo tadi.
Jhen merasa sesuatu hal hendak terjadi padanya. Dan itu bukan hal yang menyenangkan.  Lalu jhen menggelengkan kepalanya .

" Ah,,tidak boleh punya pikiran jelek. Anggap saja hari ini sedang tidak bagus hawa manusianya." Pikir Jhen.
"Lebih baik sekarang aku kerumah sakit,bisa bersama Ceci." Pikir Jhen santai. Hari ini Jhen bisa bersantai memantau perkembangan kesehatan anaknya.
-----------------------------------------------------------------------
 
    

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience