Usaha Theo mencari Bianca mengalami titik buntu. Sudah dua pekan Theo mencari Bianca,namun tiada hasil. Theo juga tidak mungkin meminta bantuan dari Adam karena Adam jelas-jelas akan lepas tangan akan masalah ini.
Malam ini Jhen tampil di resto resort miliknya ,Theo sengaja menunggu hingga Jhen menyelesaikan pekerjaannya. Theo mengirim pesan pada Jhen agar menemuinya di basement parkiran resort agar mereka bisa membicarakan masalah Brian.
Theo menunggu didalam mobilnya,kali ini Theo sendirian,tidak bersama supirnya. Dia merasa tidak nyaman bila harus ada pihak lain yang mendengarkan pembicaraannya kali ini. Theo melihat arlojinya , sudah sepuluh menit dia menunggu Jhen setelah Jhen mengirim pesan akan segera menemuinya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama Jhen muncul dari balik pintu lift basement. Theo membunyikan bel mobilnya sekali untuk memberi tanda pada Jhen , Jhen melihat kearah mobil Theo dan langsung menghampiri mobil Theo. Theo menurunkan kaca mobilnya.
"Naiklah." Kata Theo sambil mengangguk kearah kursi penumpang disebelahnya. Jhen membuka pintu kemudian dengan patuh duduk disebelah Theo. Mobil Theo pun melaju meninggalkan resort.
"Brian bagaimana kabarnya?" Tanya Theo membuka pembicaraan.
"Baik dan sehat. Dia anak yang pintar. Tidak rewel,semua sayang padanya. Bukannya Bapak setiap hari menanyakan hal yang sama?" Jhen tersenyum mendengar pertanyaan Theo yang sangat familiar sepanjang dua pekan ini.
Theo tertawa kecil mendengar jawaban dari Jhen. Hampir setiap hari Theo menghubungi Jhen untuk menanyakan hal yang sama setiap pembicaraannya. Namun yang mengganjal dihati Theo adalah kata-kata 'semua'. Siapa saja 'semua' itu?
"Semua?" Tanya Theo sambil mengernyitkan keningnya dan memandang jalanan yang ada didepannya.
"Oh. Mamaku dan anakku" Jawab Jhen sambil tersenyum tipis. Theo baru ingat jika Jhen juga memiliki anak.
"Maaf,aku terlalu sibuk dengan masalahku sendiri. Aku tidak pernah tahu tentang kehidupan pribadimu."
"Tidak apa-apa pak. Anda bisa santai saja" Balas Jhen sembari tersenyum.
"Mamamu tidak bertanya tentang Brian?"
"Bertanya,tapi saya bilang kalau Brian anak teman yang akan melakukan longtrip menyanyi keluar negeri. Mama bisa mengerti dan mau ikut menjaga Brian." Jawab Jhen .
"Kamu hanya bekerja sebagai penyanyi saja?"
"Iya. Mungkin nantinya saya akan mencari pekerjaan sambilan. Tidak selamanya saya bisa bertahan di dunia entertain."
"Memangnya hanya kamu yang mencari nafkah?" Theo mulai merasa penasaran dengan kehidupan pribadi Jhen.
"Tidak juga ,Pak,mama saya bekerja sebagai penjahit kecil-kecilan juga. Tapi sebagian besar adalah penghasilan dari saya menyanyi."
"Suamimu... Ayah anakmu?" Tanya Theo antusias. Jhen terdiam sejenak,Jhen menahan nafasnya.
"Ceci adalah anakku. Itu saja" Jawab Jhen sambil melihat kearah luar jendela sampingnya. Theo merasa dia telah salah mengajukan pertanyaan itu pada Jhen. Dia bisa melihat Jhen terluka akan hal itu di masalalu.
Theo berdehem untuk memecahkan suasana yang terasa canggung ini.
"Soal ibunya Brian,aku belum bisa menemukanya. Nanti setelah genap satu bulan,Brian ... Aku akan membawa Brian ke panti asuhan." Kata Theo dengan ragu-ragu. Theo bisa merasakan Jhen menoleh terkejut padanya.
"Panti asuhan?" Jhen tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya akan ucapan Theo.
"Brian anaknya,dan dia tega memasukkan anaknya ke panti asuhan? Orang kaya kadang-kadang mengejutkan." Pikir Jhen. Jhen ingin memberikan argumennya pada Theo namun mengurungkan dengan segera niatannya.
Theo adalah ayah Brian,dia memiliki hak penuh atas Brian. Namun Jhen juga tidak tega bila Brian harus berada di panti asuhan. Dia juga tidak bisa menjadikan Brian anaknya,karena statusnya tidak kuat,Jhen tidak memiliki pendamping.
"Oh." Respon Jhen berubah menjadi kecewa. Raut wajah kecewa dan sedih Jhen sama sekali tidak bisa ia tutupi. Jhen sudah sangat menyayangi Brian seperti anaknya sendiri.
Hujan malam itu terasa menyakitkan dihati Jhen. Air hujan yang menerpa kaca mobil dan suara wiper menjadi suara yang memecahkan keheningan diatara keduanya selama perjalanan menuju rumah Jhen.
Jhen hanya berharap ibu Brian bisa segera kembali dan Brian tidak perlu ke panti asuhan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampu tidur yang temaram menyinari wajah Brian yang tertidur pulas. Wajahnya yang mungil,hidungnya yang kecil,pipinya merah semerah tomat,bibirnya yang mungil mengerucut membuat gerakan lucu seperti sedang menyesap susu dari botolnya. Jhen mengelus rambut,dahi,bibir,dada dan tangan Brian. Jemari Jhen terhenti manakala Brian menggenggam jari Jhen dengan erat. Tanpa disadari Jhen meneteskan airmatanya. Jika ibu Brian tak kembali Brian harus berada di panti asuhan. Lepas dari pelukannya dan berada ditempat dia tidak memiliki kasih sayang. Jhen lalu merebahkan tubuhnya disamping Brian,sambil memeluk bayi mungil itu. Tanpa bisa menghentikan laju airmatanya membayangan Brian akan lepas dari pelukannya sebentar lagi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Theo baru saja selesai rapat sore itu. Sambil berjalan keluar ruang meeting Theo bertanya kepada Mia tentang jadwalnya hari ini.
"Hari ini apa saja jadwalku?"
"Nanti jam 7 akan ada pertemuan dengan Mr. Peters dari Singapura." Jawab Mia sigap sambil membaca jadwal Theo di tabletnya.
"Oke, sudah kamu siapkan proposal untuk pertemuan nanti?"
"Sudah pak,tinggal revisi akhir"
"Bagus" Jawab Theo singkat.
Theo masih merasa penasaran dengan kehidupan pribadi Jhen,diapun meminta anak buahnya mencari info soal Jhen. Theosedangmenunggu kedatangan anak buahnya di kantornya. Ketika anak buahnya sudah datang,Theo bersiap mendengarkan segala informasi tentang Jhen.
"Berdasarkan informasi yang saya peroleh,Jhen lahir dari keluarga brokenhome. Ayahnya sudah meninggal sekitar 10 tahun lalu. Ibunya bekerja sebagai penjahit kecil-kecilan, Jhen belum menikah,tapi 7 tahun lalu dia hamil dengan kekasihnya tanpa menikah. Mereka putus hubungan sama sekali bahkan saat Jhen sudah melahirkan. Jhen menjadi orangtua tunggal. Karena kesulitan masalah administrasi,putri Jhen didaftarkan sebagai adik Jhen dalam akta keluarganya. " Kata anak buah Theo menjabarkan tentang informasi Jhen pada Theo. Theo berpikir sejenak,bukan hal mudah memang menjadi orangtua tunggal. Lalu siapa ayah dari anaknya itu? Sama sekali tidak bertanggung jawab pada Jhen dan juga putrinya.
"Lalu?" Theo mengangkat alisnya berharap ada informasi lebih lanjut.
"Pernah ada rumor bila Jhen memiliki hubungan dengan pemilik travel yang dulu menjadi kekasihnya itu tapi putri Jhen bukan anak dari kekasihnya." Lanjut anak buah Theo
"Alasan klise." Batin Theo.
"Kata teman dekat Jhen di band,sepertinya saat ini Jhen sedang dekat dengan salah satu tamu longstay di resort kita"
Theo langsung menengadahkan kepalanya.
"Kamu boleh pergi. Laporkan lagi kalau ada informasi lagi." Perintah Theo . Anak buahnya hanya mengangguk lalu meinggalkan ruangan itu.
Theo memutar kursinya membelakangi meja kerjanya. Kehidupan Jhen terlihat cukup rumit. Berbeda dengan hidupnya yang tenang. Namun Theo tidak bisa melupakan raut wajah kecewa dan sedih Jhen malam itu ketika dia berniat membawa Brian kepanti asuhan. Jhen juga sama sekali tidak betanya anak siapakah Brian itu,bagaimana asal usul Brian,tapi Jhen tampaknya tulus menyayangi Brian. Mungkin lebih baik Theo segera menemukan panti asuhan yang tepat untuk Brian. Dia tidak bisa lebih lama menyusahkan hidup Jhen. Brian juga tidak bisa hadir dalam kehidupannya, ibu dan ayah Theo akan berkata apa jika tiba-tiba dia membawa seorang bayi dalam keluarganya ketika dia sendiri belum menikah dan tidak memiliki pasangan saat ini. Sedangkan ayah dan ibu Brian sendiri sudah melepaskan Brian.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Acara perjamuan malam itu ditata sedemikian rupa. Malam ini seluruh pemilik saham resort Theo hadir dan juga para rekan marketing dan juga agensi-agensi biro perjalanan datang ke acara malam ini. Band Jhenpun akan tampil malam ini.
Ketika acara di mulai dan Jhen mulai menyanyikan lagu pembuka,Theo tersenyum melihat penampilan Jhen ketika itu. Saat Jhen menyelesaikan lagunya diiringi tepuk tangan para tamu undangan,mata Jhen bertemudengan mata Theo. Jhen melemparkan senyum simpulnya. Senyuman yang disukai Theo. Lalu mata Jhen beralih kepada tamu yang lain dan terpaku pada seseorang. Ekspresi Jhen terlihat terkejut dan pucat. Lalu Jhen tersenyum kaku ,pandangannya menyapu tamu-tamu yang lain. Theo menoleh kearah tamu yang dilihat Jhen tadi. Seorang pria muda yang tampan dengan potongan rambut cepak mengenakan kemeja hitam. Pria itu juga memandangi Jhen.
"Itukah kekasihnya dahulu?" Tanya Theo dalam hati.
Selesai acara, Theo berusaha menghubungi Jhen. Dia ingin memberitahukan Jhen,dia sudah menemukan panti asuhan yang bagus untuk Brian. Namun Jhen tidak menjawab telepon darinya ataupun membalas pesan yang dia kirim. Theo menunggu didalam mobilnya,seandainya nanti jhen dan teman-temannya turun ke basement . Theo melihat teman-teman Jhen sudah berada di basement untuk mengambil kendaraan masing-masing. Namun Theo tidak melihat Jhen. Theo turun dari mobilnya dan menghampiri Sam. Sam adalah orang yang paling dekat dengan Jhen.
"Sam?" Sapa Theo ketika Sam hendak membuka pintu mobilnya. Sam menoleh kearah Theo.
"Ya ,Pak Theo." Jawab Sam.
"Jhen sudah pulang?" Tanya Theo. Sam melihat sekeliling lalu sepertinya teringat sesuatu.
"Oh sepertinya masih di hall,mungkin sedang bertemu dengan Putra." Kata Sam dengan santai. Theo hanya mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah. Terimakasih."
Entah mengapa Theo berjalan kearah lift dan berniat kembali ke hall tempat acara tadi berlangsung.
--------------------------------------------------------
Hati Jhen merasa senang melihat Theo yang duduk ditempatnya sambil memandangnya sambil tersenyum. Lalu dia memandang tamu-tamu yang lain. Dan matanya terpaku pada sosok yang tidak asing baginya,Putra. Mantan kekasihnya dulu. Sekujur tubuh Jhen terasa dingin,antara perasaan rindu dan juga sakit hati. Pria itu melemparkan senyum padanya. Jhen lalu mengalihkan pandangannya kepada para tamu yang lain.
"Kenapa harus bertemu dia lagi? Dan disini?" Kata Jhen dalam hati.
Seperti yang ditakutkan Jhen,Putra menemuinya dibelakang panggung setelah acara selesai. Sam berdiri diantara Jhen dan Putra.
"Hai bro,lama tidak bertemu?" Sapa Sam agak sarkatis. Putra tersenyum sinis.
"Sam,kamu tidak berubah ,masih sama seperti dulu. Kakak laki-laki Jhen yang overprotective." Balas Putra lalu pandangannya beralih pada Jhen.
"Aku hanya ingin bicara sebentar dengan Jhen."
Jhen membalas tatapan Putra . Cepat atau lambat mereka akan bertemu juga,masalalu adalah masalalu,apa yang perlu dihadapi ya dihadapi saja. Jhen menyentuh lengan Sam.
"Tidak apa-apa, Sam,kamu pulang dulu saja. Kita juga memang perlu bicara." Kata Jhen . Sam memandang Jhen dengan tatapan peringatan.
"Tidak akan terjadi apa-apa Sam. Kita cuma akan meluruskan hal yang lalu. Ya?" Tatapan memohon Jhen membuat Sam pun akhirnya mengalah dan mau meninggalkan mereka berdua untuk berbicara.
Setelah semuanya pergi. Jhen akhirnya membuka pembicaraan.
"Hai Put,lama tidak ketemu. Bagaimana kabarmu?" Tanya Jhen berbasa-basi.
"Kamu masih sama juga seperti dulu. Tapi kamu makin cantik ." Kata Putra sambil tersenyum melihat Jhen secara menyeluruh dari ujung kaki hingga kepala.
"Kita pada intinya saja. Ada apa?" Sudah tidak ada lagi senyuman di wajah Jhen.
"Tetap sama,selalu to the point." Putra tersenyum lebar ,tangannya meraih tangan Jhen dan menggenggamnya,
" Aku masih mengharapkan kita kembali seperti dulu. Aku harap kamu .. kita kembali lagi seperti dulu."
"Putra,masalalu kita sudah selesai. Sudah lama sekali. Aku sudah membuat keputusan.." Kata Jhen sambil menarik tangannya dari tangan Putra. Putra merah tangan Jhen lagi.
"Itu keputusanmu,bukan aku. Aku hanya minta kamu gugurkan kandunganmu. Lalu kita menikah. Kita bahagia bersama." Putra menatap mata Jhen lekat-lekat.
Jhen melepaskan tangannya dari putra dengan keras kali ini.
"Itulah keputusanku,Put. Dari dulu hingga saat ini. Aku tidak akan melepaskan anakku." Nada Jhen bergetar karena marah.
"Oke,itu dulu. Sekarang anakmu sudah besar,dia juga terdaftar sebagai adikmu bukan anakmu. Kenapa kita tidak memulai lagi dari awal?" Tawar Putra pada Jhen dengan lembut. Jhen memejamkan matanya,mengatur nafasnya,menahan emosinya. Inilah Putra,mantan kekasihnya dahulu. Yang selalu keras kepala,egois dan mementingkan segala sesuatu atas sudut pandangnya saja.
"Kenapa dulu aku bisa mencintai lelaki seperti dia?" Batin Jhen terbesit penyesalan akan perasaannya pada Putra dahulu.
"Putra,yang terjadi pada kita dulu adalah masalalu. Saat ini aku cuma ingin kita berteman saja. Perasaanku padamu sudah hilang sejak lama. Kita lupakan masalalu. Aku harap kita bisa berteman mulai saat ini. Aku ingin membicarakan hal ini sedari dulu saat kita berpisah." Lanjut Jhen dengan nada tenang. Putra tertawa sinis.
"Bagaimana bisa? Perpisahan kita karena anak sial yang ada dalam kandunganmu. Kalau dia tidak ada,kita sudah menikah sekarang. Tidak akan seperti ini!!!!!!" Nada Putra mulai meninggi. Emosi Jhen juga sudah tak terbendung lagi.
"Ceci putriku,aku memilihnya daripada kamu. Dan aku tidak menyesal. Dia putriku walaupun seluruh dunia tidak mengakuinya,dia anakku !!!" Bentak Jhen pada akhirnya tidak bisa menahan emosinya.
"Rasanya memang percuma aku berbicara denganmu." Kata Jhen lelah lalu berbalik meninggalkan Putra. Namun Putra tidak menyerah,ditariknya lengan Jhen hingga berbalik kepadanya. Dipeluknya Jhen dengan erat.
"Jangan pergi lagi. Aku bisa menjamin kebahagiaanmu,aku akan menuruti semua permintaanmu,jangan tinggalkan aku lagi." Bisik Putra. Jhen meronta ingin melepaskan diri dari pelukan Putra.
"Putra,kamu gila. Lepas !!" Teriak Jhen. Namun Putra tidak bergeming.
"Kamu akan menghilang lagi jika aku lepas" Kata Putra semakin erat memeluk Jhen. Belum Jhen berteriak lagi,dia merasakan tubuhnya ditarik dari belakang dan Putra tersungkur di depannya. Jhen sudah berdiri dibelakang sosok yang dikenalnya.
"Seharusnya kamu bisa menjaga sopan santunmu disini" Kata Theo dengan rahang terkatup,sorot matanya terlihat marah,tangannya mencengkram lengan Jhen tanpa sadar.
Putra bangkit lalu bersiap menyerang balik.
"Ada urusan apa kamu disini? Jangan ikut campur urusan kami" Kata Putra dengan marah. Saat Putra hendak mendekati Jhen,Theo menghalangi.
"Aku SUAMINYA" Kata Theo tanpa berkedip kepada Putra. Membuat Putra terdiam memandang Theo. Jhenpun tak kalah terkejut dengan kalimat Theo.
------------------------------------------------------------
Share this novel