Bab 27

Romance Completed 1452

Jefri adalah seorang pria berperawakan tinggi tegap dan sangat berwibawa. Untuk usianya yang sudah memasuki 60 tahun, Jeffri terlihat sangat maskulin dan menawan. Rambutnya yang berwarna abu-abu tidak pernah diwarna untuk membuatnya terlihat muda tapi malah membuatnya nampak begitu bersahaja dengan potongan cepak dan disisir kebelakang dengan rapih.

Jeff menemui ayah Theo yang mengajaknya bertemu secara pribadi diruang kerja Jeff malam itu.

"Lama kita tidak bertemu secara langsung , Matthew" Sapa Jeffri sambil memeluk bersahabat kawan lamanya itu. Ayah Theo membalas dengan menepuk punggung Jeffri dengan hangat dan tegas.

"Hai Jeff, kamu tidak berubah,apa masih banyak janda-janda yang mengantri untuk kau nikahi?" Balas ayah Theo dengan candanya seperti biasa pada Jeffri. Jeffri tertawa mendengar candaan ayah Theo.

"Kamu juga masih sama seperti dulu,Matt. Apa masih ssering membuat para janda patah hati dengan kesetiaanmu pada istri tercintamu?" Balas Jeffri sambil mempersilahkan ayah Theo untuk duduk di sofa tamu yang ada diruang kerjanya.

"Ada masalah apa sampai kamu mendatangiku begitu mendadak seperti ini?" Tanya Jeffri sambil membukakan botol Bourbon dan menuangkannya di sloki kecil untuk ayah Theo dan dirinya.

"Aku ingin meminta bantuanmu,Jeff." Jawab ayah Theo ketika Jeffri memberikan sloki minuman itu padanya.

"Apapun itu. Kamu dan istrimu sudah pernah membantuku dimasalalu. Dan aku tidak akan melupakan jasa kalian waktu itu. Kalian benar-benar menepati janji kalian untuk membesarkan dan merawat Sarah seperti anak kalian sendiri tanpa ada yang tahu tentang siapa sebenarnya dia. Dan tidak pernah lupa untuk memberiku kabar tentangnya selama ini." Kata Jeffri dengan tulus.

"Theo sedang mendapatkan masalah dan ia sangat membutuhkan bantuanmu."

"Theo? Ada apa dengannya? Kenapa dia sampai terkena masalah yang begitu besar hingga membutuhkan bantuanku?" Jeffri menegak minumannya lalu meletakkannya keatas meja kaca hitam bundar didepannya.

"Theo dan istrinya sedang mengalami masalah. Mereka mengadopsi bayi. Lalu ayah kandung bayi itu ingin mengambil si bayi dengan paksa menggunakan jalur hukum." Ayah Theo membuka pembicaraan .

"Theo sudah menikah? Kenapa aku tidak diundang? Waktu itu aku mendengar desas-desus jika Theo sudah menikah dan memiliki anak ternyata benar?" Balas Jeffri dengan sinis. Jeffri sangat menyukai Theo , apalagi ketika Theo akan menjadi menantunya, Jeffri sangat membangga-banggakan Theo. Theo merupakan cerminan Matthew yang sangat identik .

"Kenapa mereka harus mengadopsi bayi? Apa salah satu diantara mereka ada yang mandul? Lalu apa yang bisa aku bantu untuk Theo?" Tanya Jeffri ingin tahu.

"Karena bayi itu adalah anak Adam dan Bianca. Mereka meninggalkannya pada Theo dan istrinya. Mereka tidak mungkin untuk menelantarkan bayi itu, jadi mereka mengasuhnya dan menjadikan bayi itu sebagai anak sah mereka dimata hukum." Jawab ayah Theo. Jeffri terlihat gelisah akan jawaban ayah Theo.

"Karin mengetahui soal anak kandung Adam ini dan ingin membawanya kembali bersama dengan keluarga mereka. Theo dan istrinya tidak akan memberikan bayi ini pada Adam. Mereka sudah sangat menyayangi bayi ini seperti anaknya sendiri." Lanjut ayah Theo lagi.

"Darimana kamu tahu jika itu anak Bee?" Jeffri tidak ingin mempercayai apa yang dikatakan oleh ayah Theo padanya.

"Bee sendiri yang mendatangi Theo untuk meminta bantuan Theo agar mau membantunya mengasuh anaknya dengan Adam. Adam sendiri juga tidak mau merawat bayi itu pada awalnya." Jawab ayah Theo menceritakan garis besar dari awal mula masalah yang disebabkan oleh putrinya itu.

"Lalu apa masalahnya kalau memang itu anak kandung Bee? Bee sudah memutuskan untuk memberikan bayi itu pada Theo. Berarti ia sudah memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan anak itu ataupun Adam. Jika Adam ingin mengambilnya, ya sudah berikan saja. Toh itu juga adalah anaknya. Apa yang perlu diributkan disini,Matt?" Kata Jeffri dengan santai. Ayah Theo meletakkan sloki minumannya disamping sloki Jeffri.

"Apa hatimu tetap seperti itu? Tanpa perasaan sedikitpun? Theo tidak akan memberikan anak itu kepada Adam. Karin hanya akan memanfaatkan anak itu sebagai pewarisnya saja. Tanpa mencintai anak itu dengan tulus. Kita tahu bagaimana Adam tumbuh selama ini menjadi seperti apa. Karin orang yang begitu dingin dan angkuh. Dia sama sekali tidak memiliki kasih sayang untuk anaknya sendiri , yang ia pentingkan hanyalah tentang perusahaannya dan juga kekayaannya sendiri. Aku juga tidak mau cucuku jatuh kedalam keluarga yang tanpa kasih sayang dan toleransi seperti itu." Balas ayah Theo menatap lurus mata Jeffri.

"Kamu juga sudah menganggapnya sebagai cucumu sendiri? Kamu memang seseorang yang lemah akan kasihsayang pada keluargamu. Tahukah kamu suatu saat hal seperti ini akan menghancurkanmu." Kata Jeffri dengan senyuman sinis.

"Tidak akan ada kasihsayang yang menghancurkan Jeff. Semua itu tergantung bagaimana kamu menjalaninya." Ayah Theo tidak mau jika keluarganya menjadi alasan masalah yang Theo alami saat ini.

"Adam akan menuntut Theo jika tidak akan memberikan bayi itu kepadanya. Mereka akan melakukan test DNA pada bayi itu dan Adam. Jika Bee mau bersaksi jika ia yang sudah menyerahkan anak itu pada Theo,maka Theo bisa terbebas dari masalah ini." Ayah Theo melanjutkan permintaannya pada Jeffri.

"Bee akan menjadi saksi sebagai ibu kandung anak itu? Itu sama saja nama keluargaku akan tercoreng di masyarakat umum. Kamu masih mau Bee bersaksi hanya untuk menyelamatkan kehidupan keluargamu dengan masalah yang dengan sukarela Theo terima?" Jeffri berdiri dan membuka botol Bourbon itu lagi .

"Dan masalah ini berakar dari putrimu yang tidak mau bertanggungjawab pada anaknya sendiri. Bayi itu juga adalah cucumu." Ayah Theo nampak mulai kehilangan kesabarannya. Jeffri berhenti sejenak dari apa yang sedang ia lakukan , lalu ia mengangkat botol Bourbon itu dan menuangkannya ke sloki kecilnya.

"Baiklah. Aku bukan orang yang suka merugi. Jika aku membantumu maka setidaknya itu harus menguntungkanku. Aku bisa membuat Bee bersaksi sebagai ibu kandung anak itu yang dengan sukarela memberikan anak itu pada Theo..." Kata Jeffri lalu meletakkan botol Bourbon itu kembali ketempatnya. Ia berbalik melihat kearah ayah Theo sambil mengangkat sloki minumannya.
"Tapi setelah itu aku ingin mereka berdua menikah. Aku akan membantumu untuk menuntut balik Adam dengan kasus pemerkosaan dan pencemaran nama baik. Toh Theo menikah dengan istrinya juga tidak banyak yang mengetahuinya. Jika kamu menerima persyaratanku , aku juga akan senantiasa membantumu juga Theo." Jeffri memberikan tawarannya untuk ayah Theo. Ayah Theo memejamkan matanya, tidak mungkin baginya membuat Theo dan Jhen bercerai,apalagi mereka sedang menunggu kehadiran cucu pertamanya. Ayah Theo memutar otak dengan cepat.
"Aku kemari bukan untuk bernegosiasi ,Jeff. Aku kemari meminta bantuanmu. Keluargaku bukan untuk bisnis. Aku masih mengharapkan niatan baikmu sebagai seorang kawan yang pernah aku bantu dulu. Tidakkah kamu merasa .. apa yang dilakukan oleh Putrimu ini, sama persis dengan apa yang kamu lakukan padaku dulu ketika kamu membawa Sarah untuk aku dan istriku asuh. Setidaknya aku masih mengharapkan balasanmu atas apa yang kami lakukan dulu untukmu." Ayah Theo berdiri dari duduknya, tangannya masuk kedalam kantong celananya dan berhadapan dengan Jeffri.

"Aku akan melindungi keluargaku dengan segenap kekuatanku. JIka memang Bee tidak mau menjadi saksi untuk Theo. Aku sendiri yang akan membawa Sarah kedalam keluargamu secara langsung" Ancam ayah Theo. Walaupun sejujurnya ayah Theo tidak suka menggunakan Sarah sebagai senjata untuk menyudutkan Jeffri. Namun ia tidak memiliki opsi lain untuk membuat Jeffri bisa membantunya dalam situasi Theo saat iini.

Ayah Theo bisa melihat Jeffri mulai terlihat begitu gelisah akan ancamannya. Jeffri meletakkan slokinya .

"Aku tetap tidak bisa , Matt. Nama baik keluargaku akan tercoreng jika sampai ada yang mengetahui soal kebenaran ini." Kata Jeffri tampak bingung akan pilihannya kali ini.

"Bee memiliki hak untuk tidak mengungkapkan identitasnya selama dia mau menjalani test DNA dan juga bersediia memberikan pernyataan tertulis tentang anaknya itu. Maka orang-orang tidak akan pernah tahu apapun soal Bee dan anaknya. Aku juga tetap akan menyimpan rahasia kita dulu." Tawaran yang ditawarkan oleh ayah Theo memang masuk akal bagi Jeffri.

"Aku akan mengabarimu lagi nanti." Jawab Jeffri sambil menegak minumannya lagi.

"Tidak. Aku ingin kepastiannya sekarang." Kata ayah Theo dengan tegas. Ayah Theo tahu jika Jeffri pasti akan merencanakan hal lain. Jeffri menatap mata ayah Theo yang menatapnya dengan pandangan tajam dan tegas. Jeffri menghela nafas panjang.

"Akan aku pastikan Bee menjalani test DNA juga dan memberikan pernyataan tertulis untuk anak itu. Asalkan identitas Bree tidak tercantum disana." Jawab Jeffri pada akhirnya. Ayah Theo mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya.

"Aku akan memegang kata-katamu , Jeff. Aku juga merekamnnya." Kata ayah Theo sambil menunjukkan ponsel yang ada ditangannya. Wajah Jeffri terlihat tegang dan pucat. Ia tidak akan bisa mengingkari janjinya pada ayah Theo .

"Pastikan besok Bee melakukan test DNA dan juga membuat surat pernyataan untuk Theo. Akan lebih baik lagi jika pernyataan itu berupa video. Wajah Bee bisa di buramkan jika kamu tidak ingin identitasnya terungkap." Lanjut ayah Theo kemudian meminum minumannya dari sloki yang ia terima dari Jeffri tadi.

"Terimakasih atas minumannya,Jeff. Jika semua ini beres, aku anggap kita impas." Kata ayah Theo lalu pergi meninggalkan ruangan itu bersama dengan Jeffri yang merasa marah akan perbuatan putrinya yang bisa mencoreng nama baik keluarganya yang ia jaga selama ini.
-----------------------

Jhen sedang bermain dengan Brian saat pembantu rumah tangganya memberitahunya jika ada seorang perempuan yang mencarinya, jelas itu bukan Moa . Pembantu rumah tangganya sudah hapal dengan Moa yang selalu datang kerumahnya. Jhen menggendong Brian untuk menemui tamu wanita yang mencarinya itu.

"Kita lihat siapa yang mau bertemu dengan mama hari ini." Kata Jhen pada Brian yang tertawa lebar ketika Jhen mengajaknya berbicara padanya.

Wajah Jhen langsung berubah tegang ketika tahu jika yang ingin bertemu dengannya adalah Bianca. Secara naluriah Jhen memeluk erat Brian .

"Mau apa kamu kemari?" Tanya Jhen dengan dingin.

Bianca memakai kacamata hitam tanpa melepaskannya. Tapi Jhen bisa melihat , Bianca memandangi Brian dari balik kacamatanya itu.

"Ada yang ingin aku sampaikan padamu. Bisakah kita berbicara empat mata saja?" Suara Bianca nampak seperti tidak berdaya. Jhen ingin sekali menolak permintaan Bianca,tapi ia tidak tega melihat kondisi Bianca yang nampak putus asa itu datang kepadanya.

"Masuklah. Kita akan bicara di taman belakang." Jawab Jhen sambil tetap memeluk erat Brian.

"Bi, Tolong siapkan minuman dingin ke taman belakang. Dan panggilakan Safa,Bree sudah waktunya tidur siang." Teriak Jhen pada pembantu rumah tangganya.

Perawat Brian langsung datang begitu pembantu rumah tangga itu menyampaikan pesan Jhen. Brian nampak enggan dipisahkan dari Jhen ketika perawatnya mulai mengambil Brian dari pelukan Jhen. Bibirnya bergetar mengatup dan matanya yang bulat mulai berair.

"Mam..ma..." Suara mungil Brian yang sudah bisa mengucapkan beberapa kalimat itu terdengar menggemaskan , Jhen mencium pipi Brian dengan sayang.

"Bree tidur siang dulu ya sama mbak Safa . Mama masih ada tamu." Kata Jhen dengan lembut lalu memberikan Brian pada perawat Brian. Setelah Brian pergi kekamarnya bersama dengan perawatnya, Jhen membawa Bianca untuk mengikutinya kearah taman belakang. Disana ada sebuah tenda kecil dengan meja besi dan 4 kursi kecil berukirkan tanaman rambat yang indah.

"Duduklah. Apa yang membawamu kemari?' Tanya Jhen tanpa berbasa-basi. Bianca masih terdiam , ia menunggu pembantu rumah tangga Jhen datang sambil memberikan minuman dingin itu pergi meninggalkan dirinya dan Jhen sendirian di taman. Bianca membuka kacamata hitamnya. Nampak disana lebam berwarna biru keunguan di pelipisnya. Jhen berusaha sekuat hati untuk menahan pertanyaan yang melintas begitu saja dipikirannya.

"Kemarin papaku langsung datang kedalam kamarku dan langsung melemparkan barang yang ada disamping meja riasku kearahku. Dia sangat marah setelah ia tahu aku memiliki anak dengan Adam. Aku memohon kepadanya untuk tidak mengusirku dari rumah dan juga memohon agar tidak melepaskan statusku." Bianca membuka ceritanya kepada Jhen. Bianca tersenyum sinis kepada dirinya sendiri.

"Ayah Theo kemarin mendatangi papaku,ia menceritakan semua tentang Bree, ia meminta bantuan papaku agar aku mau untuk melakukan test DNA untuk membuktikan bila Bree adalah anak kandungku juga membuat pernyataan tentang Bree yang sudah aku serahkan kepada Theo untuk menjadi anak Theo" Kata Bianca lalu melihat Jhen yang benar-benar bingung akan apa yang ia katakan .

"Surat pernyataan ? Untuk apa?" Tanya Jhen yang masih belum mengetahui tentang Adam yang menuntut Theo atas anaknya.

"Theo pasti tidak memberitahumu soal ini." Bianca bisa tahu Jhen tidak berpura-pura dihadapannya.
"Adam menuntut Theo atas dasar perampasan anak kandungnya. Tante Karin sepertinya benar-benar menginginkan Bree untuk hadir didalam keluarganya sebagai alat untuk mengeluarkan suaminya dari perusahaan. Karena Brian adalah anak dari Adam yang membuat Adam kuat posisinya bila Adam akan mengambil alih posisi Lheon,suami kedua tante Karin. Theo membutuhkan bantuan test DNA ku dan juga surat pernyataan dariku bila Bree sudah aku serahkan padanya. Cuma dengan kesaksianku , Theo bisa terlepas dari tuntutan Adam dan juga tante Karin."

Theo sama sekali tidak bercerita tentang dirinya yang mendapatkan masalah sebegitu besarnya. Hal ini juga menyangkut Brian.

"Lalu kenapa kamu kemari?" Tanya Jhen masih tidak bisa menemukan alasan Bianca datang menemuinya.

"Aku ingin kamu membantuku. Bujuklah Theo agar tidak menyeretku dalam masalah ini. Aku tidak ingin orang tahu aku sudah memiliki anak dari Adam. Hubungan kami sudah berakhir sejak ia mencampakkanku. Berikan saja Bree padanya . Dia sudah pasti akan hidup tanpa kekuarangan apapun bersama ayah kandungnya. " Jawab Bianca dengan wajah memohon pada Jhen. Jhen adalah orang yang sangat peduli akan permintaan tolong setiap orang ,namun kali ini ia merasa sama sekali tidak kasihan kepada Bianca.

"Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri. Kamu hanya merasa dirimulah yang paling terluka. Yang berakhir adalah hubunganmu dengan Adam,bukan hubunganmu dengan anakmu sendiri. Dan aku juga tidak akan membiarkan Bree berada bersama dengan ayah yang tidak bertanggungjawab seperti Adam dan nenek yang hanya mementingkan bisnisnya daripada darah dagingnya sendiri. Aku tidak mau anakku berada dalam keluarga yang tidak manusiawi. Bree anakku, aku yakin Theo juga akan melakukan segala macam cara kalaupun kamu tidak akan membantunya. Lainkali jika untuk memuaskan egomu sendiri , jangan datang padaku. Aku tidak akan pernah membantumu." Jawab Jhen dengan tegas dan dingin.

Bianca memalingkan wajahnya dari Jhen dan mengambil kacamata hitamnya lalu memakainya kembali.

"Kamu tahu jalan keluar dari sini kan? Hati-hati dijalan." Kata Jhen tanpa melihat Bianca yang sudah berjalan melewatinya. Langkah Bianca terhenti sejenak .

"Apa Bree selalu tertawa? Apa yang disukainya ketika ia makan? Apa dia suka menangis jika mendengarkan suara petir?" Tanya Bianca tanpa melihat Jhen.

Jhen diam sesaat,memikirkan apa dia akan menjawab pertanyaan Bianca atau tidak.

"Bree bahagia bersama kami disini. Dan tidak akan pernah menjadi sesuatu yang bersifat bisnis dalam keluargaku." Jawab Jhen akhirnya.

Bianca tersenyum lalu meninggalkan rumah Theo.
----------------------

Theo mendapatkan telepon dari pembantu rumah tangganya jika seorang wanita menemui Jhen siang itu. Theo langsung melihat rekaman cctv yang terpasang dirumahnya melalui laptop di ruang kerjanya. Dengan jelas Theo melihat Bianca yang datang kerumahnya siang itu untuk menemui Jhen . Theo berusaha menghubungi Jhen namun tidak ada jawaban.

Theo segera bangkit dari duduknya dan keluar dari ruang kerjanya. Dengan terburu-buru ia mengendarai sendiri mobilnya menuju kerumahnya dengan perasaan tidak tenang. Apa yang dikatakan Bianca pada Jhen? Apa Jhen akan marah padanya ? Apakah Jhen akan mengalami ketidak stabilan emosional lagi? Banyak pertanyaan terlintas dalam benak Theo selama perjalanan pulang.

Theo dengan sembarangan memarkirkan mobilnya didepan rumahnya. Theo curiga dengan gerbang rumahnya yang terbuka lebar dan juga pintu rumahnya yang terbuka , Hatinya benar-benar tidak tenang , firasatnya sudah semakin buruk.

"Jhen? Jhen? .... Sayang?" Panggil Theo ketika ia memasuki rumahnya yang terasa begitu kosong. Theo berlari kekamarnya, membuka pintu dengan kencang , memanggil nama Jhen namun tidak mendapati Jhen disana. Theo beralih kekamar Brian. Disana juga kosong dan gelap . Saat akan berbalik Theo melihat sepasang kaki yang terlihat di sudut lemari pakaian Brian. Jantung Theo berdetak tidak karuan antara terkejut dan juga penasaran. Theo menyalakan lampu kamar Brian dan memeriksa tempat ia melihat sepasang kaki itu.

"Jhen?" Panggilnya. Namun bukan Jhen disana. Itu adalah perawat Brian yang dengan ketakutan bersembunyi sambil memeluk Brian yang tidur dipelukannya.

"Safa?" Tanya Theo membuat Safa membuka matanya dan melihat kearah Theo. Wajahnya begitu ketakutan sampai terlihat pucat dan sekujur tubuhnya yang memeluk Brian gemetaran hebat.

"Apa yang terjadi? Mana istriku?" Tanya Theo , suaranya terdengar begitu pelan karena tidak bisa menebak apa yang terjadi dirumahnya ketika ia dalam perjalanan pulang tadi. Perawat Brian hanya memandang Theo dengan wajah ketakutan dan kosong.

"Safa?" Bentak Theo yang juga tidak kalah takutnya.

"Nyonya.. Bibi.. Ada banyak orang masuk. Saya bersembunyi ... Ada suara teriakan Bibi." Perawat Brian bekata dengan terbata-bata dan begitu ketakutan , pandangannya tidak fokus.

"Jaga Bree sebaik mungkin. Aku akan kembali." Kata Theo lalu turun ke lantai 1 dan memeriksa seluruh ruangan dirumahnya. Di dapur ia melihat pembantu rumahtangganya tergeletak dilantai bersimbah darah. Theo terperanjat. Ia tidak menemukan Jhen dimanapun didalam rumahnya. Pikirannya kacau. Yang ia pikirkan hanya satu menghubungi polisi dan juga ayahnya.
----------------------------

Ayah Theo datang setelah banyak polisi sudah datang kerumah Theo.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya ayah Theo pada Theo yang sedang terduduk di anak tangga paling bawah diruang tamunya sambil menggendong Bree. Raut wajahnya kacau.

"Jhen tidak ada dimanapun ." Jawab Theo mengusap wajahnya dengan frustasi. Ayah Theo menepuk pundak Theo berusaha memberi dukungan untuk putranya.

"Bagaimana Ceci dan perawat Bree?" Ayah Theo menyapukan pandangannya keseluruh ruangan itu.

"Ceci masih disekolahnya, aku sudah meminta gurunya untuk menunggu Jo yang menjemput Ceci disekolah. Safa sedang mengalami shock berat. Dia sedang ditangani tim medis. Bibi mengalami luka tusukan. Aku tidak tahu kondisinya sekarang. Jhen..." Theo tidak melanjutkan kalimatnya seakan kalimat yang akan ia ucapkan adalah apa yang ia takutkan.

"Berikan Bree pada papa." Kata ayah Theo lalu mengambil Brian dari pelukan Theo.
"Biar Bree dan Ceci tinggal bersama papa dan mama sementara ini.
Keadaanmu tidak baik saat ini." Lanjut ayah Theo.

Theo hanya mengangguk pelan. Seorang anggota polisi menghampiiri Theo yang langsung mendapatkan respon cepat dari Theo.

"Bapak Theo. Kami sudah memeriksa rekaman cctv yang ada dirumah anda. Sepertinya tadi ada beberapa orang yang masuk dengan paksa kerumah anda dan menyerang pembantu anda juga membawa istri anda dengan paksa. Kami akan menyelidiki lebih lanjut , ini adalah kasus percobaan pembunuhan dan juga penculikan. Apa ada orang yang anda curigai dibalik kejadian ini?" Kata anggota polisi muda itu pada Theo.

"Ada. Aku yakin dia dibalik semua ini. Namanya Putra , pengacara saya akan membawakan keterangan lengkap tentangnya. Apa kalian sudah bisa mencari keberadaan istriku?" Theo begitu khawatir akan keadaan istrinya.

"Kami sedang mengerahkan anggota kami untuk menelusuri kemana orang-orang itu membawa istri anda." Jawab anggota polisi itu pada Theo. Theo berdiri dari duduknya.

"Berapa banyak anggota yang kalian kerahkan? Berapa lama aku harus menunggu sampai istriku ditemukan?" Bentak Theo dengan frustasi, ayah Theo memegang Theo dengan sebelah tangannya sambil menggendong Brian.

"Theo tenangkan dirimu!" Kata ayah Theo dengan tegas.
"Kita tidak akan bisa menemukan istrimu jika kamu juga tidak bisa mengontrol emosimu."
Dengan enggan Theo mendengarkan saran ayahnya itu. Dan mulai mengatur nafasnya sambil berjalan mondar mandir dengan langkah pendek.

Moa menerobos masuk kedalam rumah Theo yang sudah di kelilingi oleh garis polisi. Moa telihat marah dan emosi sampai-sampai polisi yang menghalanginya untuk masuk langsung dibentak olehnya.

"Bagaimana Jhen?" Tanya Moa seketika kepada Theo ketika ia datang. Moa begitu tampak begitu kacau, hampir seluruh tubuhnya penuh dengan abu dan lengannya juga mengeluarkan darah segar yang masih menetes dengan deras.

"Masih belum ditemukan." Jawab Theo singkat .
"Apa yang terjadi denganmu?"

"Mungkin ini juga rencananya. Barku di bakar dengan sengaja oleh seseorang, sekelompok bandit menyerang tempatku juga. Aku hanya terkena tebasan saja,tidak ada yang serius." Jawab Moa sambil mengibaskan tangannya dengan tidak peduli.

"Kau terluka,setidaknya kita obati dulu lukamu. Jika kamu sampai tumbang juga, aku tidak akan punya harapan untuk menemukan istriku." Kata Theo sambil melihat darah segar yang terus meluncur dari luka yang terbuka di lengan Moa.

"Jadi ini sudah rencananya, aku yakin ini sudah pasti perbuatan Putra. Dia merencanakan semuanya, membuat Moa sibuk dengan kekacauan di barnya ,menunggu saat yang tepat ketika penjagaan dari Moa lenggang dan masuk kerumahku , membawa istriku." Pikir Theo berusaha merangkai puzzle dari kejadian hari ini.

Selagi Moa mendapatkan perawatan dari tim medis darurat yang datang dirumah Theo. Theo melihat rekaman cctv dirumahnya itu lagi bersama dengan para polisi dan juga interpol yang bergabung bersamanya. Dengan teliti Theo melihat rekaman itu.

6 orang pria masuk kedalam rumahnya setelah Bianca pergi meninggalkan rumahnya. Mereka masuk saat Jhen masih di taman belakang, pembantu rumahtangganya sedang keluar dari dapur lalu diserang oleh salah satu dari pria yang datang itu. Theo tidak melihat sosok Putra dalam rekaman cctvnya . Tapi dia melihat sosok Lheon yang berdiri dengan tenang mengawasi semuanya di ruang tamunya.

"Berhenti!!" Seru Theo kepada tim polisi yang sedang berada didepan layar laptop saat melihat sosok Lheon yang tertangkap oleh cctvnya.

"Aku kenal pria ini,dia suami bibiku." Kata Theo kepada anggota polisi muda yang sejak tadi selalu bersama dengannya. Polisi itu lalu memerintahkan anak buahnya untuk segera mencari tahu keberadaan Lheon.
Theo sempat merasa bingung , ia kira Putra yang ada dibalik semua ini. Tapi ternyata yang melakukan semua ini adalah suami bibinya itu.

Ayah Theo membawa Brian dan Ceci ke kediamannya. Disana Jo dan anak buahnya juga berjaga ketat. Moa tidak mau lagi kecurian seperti sebelumnya. Hari mulai gelap namun pencarian terhadap Jhen masih tidak mendapatkan titik terang. Keberadaan Lheon juga tidak diketahui.

"Pembantu anda sudah melewati masa kritis. Kondisinya mulai membaik sekarang. Dan dari keterangan perawat bayi anda , ia sedang berada dikamar bayi waktu kejadian itu berlangsung. Setelah mendengar keributan ia tidak berani keluar dan membawa bayi anda bersembunyi di sudut lemari. Sepertinya mereka juga mencari bayi anda , kata perawat bayi anda beberapa pria mengatakan untuk mencari seorang bayi dan membawanya pergi. Namun belum sampai mereka kekamar bayi sepertinya mereka sudah waspada karena akan ada seseorang yang datang." Salah seorang polisi itu memberitahu Theo dengan cepat dan lugas.

Kenapa Lheon juga menginginkan Bree? Jika ia menginginkan Bree? Kenapa ia juga harus membawa Jhen?. Theo masih tidak bisa memikirkan alasan Lheon melakukan hal ini pada keluarganya. Ia harus mencari tahu sendiri,jika tidak , istrinya akan tidak diketemukan secepatnya.

"Moa,ikut aku!" Kata Theo pada Moa yang sedari tadi setia menemani Theo memantau perkembangan pencarian Jhen. Moa dengan sigap mengikuti Theo.

Mereka pergi kerumah Adam .
Tanpa peduli ,Theo menerobos masuk kedalam rumah Adam. Disana ia bertemu dengan ibu Adam, Bibi Katrin. Wajahnya begitu dingin dan tidak bersahabat.

"Lancang sekali kamu datang kerumahku tanpa sopan santun!! Apa ini yang diajarkan orangtuamu yang penuh kasih sayang itu?" Bentak bibi Katrin dengan angkuhnya.

"Dimana suamimu?" Tanya Theo tanpa basa basi didalam ruang makan yang begitu luas itu. Bibi Katrin meletakkan garpu dan pisau makannya dengan santai dan anggun.

"Aku tidak tahu. Para polisi itu tadi juga kemari dan menanyakan hal yang sama. Sudah 2 hari dia tidak pulang kerumah. Kalau kau tidak percaya , kau bisa lihat kamera cctv dirumahku." Balas Bibi Katrin dengan dingin.

"Dia berada dirumahku hari ini. Mengacak-acak rumahku dan membawa istriku." Kata Theo dengan menahan emosinya. Bibi Katrin tidak menanggapi kata-kata Theo dan hanya mengangkat sebelah alisnya lalu mengangkat garpunya lagi.

"Ada apa antara istrimu dan Lheon? Seharusnya kamu itu lebih berhati-hati dalam memilih istri. Pilihlah wanita yang sederajad dengan keluarga kita. Ini akibatnya jika kamu menikahi sembarangan orang yang tidak jelas bibit bebet dan bobotnya. Ini ulahmu dan istrimu sendiri. Kenapa harus mengganggu ketenangan dirumah oranglain? Jangan lupa aku sudah melayangkan gugatan kepadamu tentang cucuku, bersiap-siaplah untuk penggilan penyelidikan besok. Jangan membuang waktumu untuk hal yang tidak jelas seperti ini." Kata bibi Katrin tanpa memliki empati untuk keponakannya sendiri.

Sebelum Theo melepaskan kemarahannya akan kata-kata bibinya. Moa sudah berjalan dengan cepat kearah bibi Katrin dan dengan ringannya Moa menundukkan kepala bibi Katrin ke atas masakan yang sedang ia nikmati. Bibi Katrin berteriak terkejut akan apa yang dilakukan Moa pada dirinya.

"Kau gila!! Apa yang kau lakukan. Wanita bar-bar." Teriak bibi Katrin sambil berdiri dan hendak menampar Moa , namun belum sempat bibi Katrin melayangkan tamparannya kepada Moa , Moa sudah mencengkeram baju bibi Katrin hampir mencekiknya.

Theo terkejut dengan apa yang dilakukan Moa pada bibinya, tapi ia tidak akan menghentikan Moa, bibinya pantas mendapatkannya.

"Jangan pernah menghina saudariku seperti itu. Aku tidak menyukainya." Kata Moa dengan mata yang berkilat marah.
"Katakan dimana suamimu?"

"Kau.. wanita kurang ajar , tidak tahu aturan. Aku akan menuntutmu. Kau tidak akan pernah selamat dengan memperlakukan aku seperti ini ." Ancam bibi Katrin masih dengan angkuhnya. Moa tersenyum lebar dengan penuh kebencian pada bibi Katrin.

Moa melepaskan cengkeramannya dari baju bibi Katrin, bibi Katrin menghembuskan nafas lega. Tapi Moa kembali mencengkeramkan tangannya di leher bibi Katrin, mendorong tubuh bibi Katrin sampai separuh tubuhnya terbaring di meja makan bercampur dengan makanan yang ada diatas meja itu.

"Kamu kira aku akan peduli dengan ancamanmu. Makan saja uangmu dan kedudukanmu. Dimana suamimu? Jika aku tidak mendapatkan jawaban darimu hari ini, jangan salahkan aku jika aku mematahkan lehermu saat ini juga." Kata Moa sambil tersenyum keji dan mempererat cengkeramannya pada leher bibi Katrin, membuatnya memukul-mukul Moa tanpa tenaga dan mulai terbatuk-batuk.

Adam yang baru saja datang langsung mencoba berlari menyelamatkan ibunya namun dihalangi oleh Theo.

"Kamu gila? Mamaku bisa mati nanti?" Bentak Adam pada Theo.

"Cari ayah tirimu. Temukan dimana dia maka akan aku lepaskan mamamu." Balas Theo sambil menahan Adam dengan sebelah tangannya. Cengkeraman tangan Theo terasa keras dan menyakitkan membuat Adam tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri.

"Lepaskan mamaku. Aku tidak tahu dimana Lheon berada. Dia bisa mati Theo. Kau sudah gila apa?' Adam berusaha melepaskan diri dari Theo namun Theo tidak bergeming.

"Iya aku gila. Aku akan gila jika tidak bisa menemukan istriku sekarang!! Lheon menculik istriku dan hendak membawa Bree juga jika aku tidak segera datang tadi." Theo balas berteriak pada Adam. Dia sudah begitu putus asa dan frustasi. Adam terlihat terkejut dengan kata-kata Theo .

"Apa?" Tanya Adam dengan suara lemah. Terdengar ibunya yang mulai tidak bisa bernafas dan mulai batuk-batuk mencari nafas, Adam beralih pada ibunya lagi, namunTheo masih menahannya.
"Lepaskan mamaku!!" Teriak Adam sambil hendak melayangkan pukulannya pada Theo , namun Theo menahannya hanya dengan sebelah tangan.

"Cari Lheon, akan aku lepaskan mamamu !!" Mata Theo begitu gelap akan amarah dan juga dendam .

"Aku akan mencarinya. Lepaskan mamaku!!" Kata Adam lalu Theo melepaskan tangannya dari Adam. Adam berlari kearah ibunya yang masih di cekik oleh Moa diatas meja makan. Adam berusaha melepaskan tangan Moa dari ibunya, tapi kekuatan Moa diluar perkiraan Adam.

"Moa,lepaskan dia. Kita tidak akan mendapatkan apa-apa jika dia mati." Kata Theo pada Moa. Dengan enggan Moa melepaskan tangannya dari bibi Katrin . Bibi Katrin dibantu Adam untuk bangun dari meja makan itu. Bibi Katrin memegangi lehernya sambil terbatuk-terbatuk berrusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin. Adam membantu ibunya untuk duduk dikursi makan yang ada disampingnya.

"Kau gila!! Mamaku bisa mati tadi." Kata Adam dengan marah kepada Moa. Moa merenggangkan telapak tangannya setelah mencekik bibi Katrin.

"Dia masih hidup." Balas Moa dengan santai.

"Kau wanita gila,kampungan,tidak tahu aturan. Aku akan menjebloskanmu kedalam penjara seumur hidupmu." Teriak bibi Katrin yang berada dibelakang Adam.

"Kalau sudah mati memangnya bisa menuntut? Tua bangka bayak gaya." Balas Moa sambil menggertak melangkahkan kakinya maju kearah Adam dan bibi Katrin , membuat Adam bersiaga dan bibi Karin secara spontan bersembunyi dibalik punggung Adam.

"Moa." Panggil Theo yang langsung menghentikan langkah Moa.

"Aku tidak akan menghentikan Moa jika kamu tidak menepati janjimu tadi. Dia banteng gila saat sudah lepas kendali." Kata Theo pada Adam dan bibi Katrin.

"Kenapa Lheon bisa menculik istrimu? " Tanya Adam pada Theo. Saat bibi Katrin hendak membuka mulutnya untuk memberikan kata-kata pedasnya, bibi Katrin melirik kearah Moa yang sudah mengenggam kepalan tangannya didepan dada.

"Aku tidak tahu kenapa Lheon menculik istriku, yang jelas dia juga akan mengambil Bree. Bree sudah jelas ada hubungannya denganmu dan bibi Karin, kalian mengincar Bree sampai rela menuntutku. Tapi Jhen, dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kalian ataupun Lheon. " Jawab Theo .

"Kami juga tidak tahu dimana Lheon berada. Kalaupun dia ingin membawa Bree, itu tidak ada hubungannya dengan kami. Aku juga bukan orang yang licik menggunakan cara sehina itu untuk mengambil Bree." Kata Adam mencoba menjelaskan ketidak terlibatannya pada masalah yang ditimbulkan Lheon.

" Kemana biasanya dia akan pergi jika ia tidak pulang kerumah? Villa? Cottage? Atau rumah?" Tanya Theo merasa pasti ada sedikit cahaya untuk mengetahui keberadaan Lheon yang akan membawanya menemukan Jhen.

Adam melihat kearah bibi Katrin yang tidak mau mengatakan apapun. Moa melemparkan gelas tepat pada dinding disamping bibi Katrin. Membuatnya terkejut.

"Villa pribadi di kota sebelah." Teriak bibi Katrin sambil terkejut akan apa yang dilakukan Moa kepadanya. " Dia punya villa itu secara sembunyi-sembunyi dariku. Aku mengetahuinya secara tidak langsung dari wanita simpanannya yang aku singkirkan terakhir kali. Puas?" Lanjut bibi Katrin sambil melihat kearah Theo dan Moa bergantian.

"Bawa bantengmu pergi darisini ! Aku tidak tahan melihatnya."

"Beri aku lokasi pastinya. Maka kami akan pergi darisini." Kata Theo . Bibi Katrin dengan enggan mengirimkan alamat villa rahasia Lheon kepada pesan pribadi Theo. Theo mengangguk dan memberi isyarat pada Moa untuk pergi dari tempat itu dan segera mencari Jhen.

"Oh iya. Tolong tanyakan juga pada Bee. Apa dia ada hubungannya dengan semua ini?" Pinta Theo pada Adam sebelum meninggalkan rumah itu bersama dengan Moa.

"Dia bukan wanita. Dia mengerikan." Kata bibi Karin saat Theo dan Moa pergi dari rumahnya. Adam berbalik melihat kearah ibunya.

"Apa mama tahu tentang apa yang dilakukan Lheon?" Tanya Adam dengan serius. Ibunya hanya menggeleng.

" Tidak. Tapi baguslah dia mendapatkan masalah akan ulahnya sendiri, kita tidak perlu repot-repot harus menyingkirkannya." Balas ibunya dengan sinis.
-------------------------

Matanya ditutupi dengan kain berwarna gelap , tangannya terikat didepan tubuhnya. Jhen berada didalam mobil bersama dengan pria-pria yang menerobos masuk kedalam rumahnya setelah Bianca datang menemuinya. Pria-pria itu menariknya dengan paksa , Jhen sempat melihat kearah jendela kamar Brian , disana ia melihat perawat Brian sedang mengintip. Jhen memberi isyarat untuk tidak keluar dari kamar. Jhen tidak tahu ini perampokan atau penculikan. Dia sangat takut dan panik , tidak banyak yang bisa ia perbuat sementara yang ia hadapi adalah pria-pria yang memiliki tenaga berkali-kali lipat daripada dirinya. Jhen juga melihat pembantu rumahtangganya yang berusaha meraih telepon didapur mendapat tikaman dari salah satu pria-pria yang datang dirumahnya. Saat seorang pria menyerukan perintah untuk mengambil Brian juga.

Jhen sempat melawan mereka dengan menggigit tangan salah satu pria yang memegangi tangannya. Namun sesuatu yang berat terasa di belakang tengkuknya. Pandangan Jhen tiba-tiba menjadi gelap. Dan ketika terbangun ia sudah berada didalam sebuah mobil dengan suara pria-pria yang ia tidak kenali dalam keadaan matanya ditutupi oleh kain gelap dan tangannya terikat tubuhnya.

Siapa sebenarnya orang-orang ini? Apakah mereka orang-orang yang dibayar oleh Putra? Apa yang terjadi dengan Brian? Apakah Theo sudah mengetahui bila dirinya sedang diculik sekarang? Apakah dia akan mati kali ini? Apakah Ceci baik-baik saja?
--------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience