Bab 1

Romance Completed 1452

Waktu itu Jhen sedang mengisi sebuah acara dengan bandnya di sebuah resort ternama di kota nya. Dia mengenakan gaun hitam panjang elegan dengan lengan pendek menampak kan kulitnya yang halus dan bersih,potongan belakang gaun nya sangat rendah hingga menampak kan kulit punggung nya. Rambutnya yang hitam panjang di bentuk ikal besar dengan hiasan mutiara kecil di samping telinganya. Riasan nya yang natural dan matanya yang bulat membuat Jhen nampak seperti boneka klasik. Acara malam itu nampak sangat megah dan elegan. Para tamu berdatangan dengan busana resmi dan terlihat sangat bersahaja. Karena malam itu adalah malam ulang tahun resort tempat Jhen dan band nya bekerja.

"Ah.. acara malam ini sepertinya resmi sekali,lagu apa untuk awal kita tampil?" Kata Sam selaku ketua band yang juga pemain gitar dalam band Jhen di belakang panggung. Jhen hanya mengangkat bahu seraya membenahi letak gaun nya yang mulai membuatnya tidak nyaman.
"Terserah kalian. Apa yang sebaiknya kita bawakan untuk awal acara?" Jhen berbalik bertanya pada rekan nya yang lain.
"Eh ,nanti ada pak Theo, pemilik resort. Beliau suka lagu-lagu jazz . Bawakan saja lagu jazzy." Sahut Ciyo sang pemain drum sambil menunjuk ke arah ballroom dengan stik drum nya. Mendengar kalimat Ciyo,wajah Jhen pun berbinar.

"Apa? Pak theo datang?Sungguh?" Tanya Jhen dengan antusias.
Mendengar antusias Jhen,para rekan nya hanya bisa melihat dengan mata malas dan menghela nafas panjang.

"Mulai, kalau sudah ada si Idola . Pasti langsung heboh." Kata rekan Jhen secara serempak. Dan Jhen langsung tersenyum lebar,sama sekali tidak menutupi rasa senangnya.
"Tentu saja, Pak Theo idola setiap kaum hawa. Sudah kaya, tampan, postur badannya bagus, kepribadiannya baik,masih single lagi." Kata Jhen sambil melipat tangan nya didepan dada. Dan dengan wajah berseri-seri dia sedikit mengintip dari balik panggung melihat meja yang disiapkan untuk Theo. Dia melihat Theo sudah berada disana sedang duduk mengenakan setelan jas hitam dan kemeja putih dihiasi dasi merah maroon,tampak bersahaja sedang berbicara dengan seorang tamu yang tidak asing di mata Jhen.

"Ah mungkin itu tamu yang biasa datang ke resto yang ada disini" Pikir Jhen singkat. Dia lebih memperhatikan Theo daripada tamu yang berbicara dengan Theo. Jhen sedikit tersentak manakala sikunya di tepuk oleh rekannya.

"Mimpi boleh, tapi jangan terlalu tinggi. Yang mengejar pak Theo itu banyak. Kamu seharusnya berkaca Jhen. Sudah tidak bisa anggun,punya anak,memangnya dia mau?" Timpal Kemal yang juga pemain bass di band Jhen.
Jhen hanya menghela nafas dan mulai mengernyitkan keningnya.

"Namanya juga hanya bisa mengidolakan. Kan wajar. Tidak berani berharap juga. Dia nun jauh disana" Kata Jhen sambil menujuk arah langit-langit ruangan itu .
"Dan aku disitu" Lanjutnya sambil menunjuk ke arah karpet ruangan. Lalu rekan - rekan Jhen pun tertawa mendengar komentar Jhen atas dirinya sendiri juga ekspresi Jhen saat itu.

Tidak lama seorang pria memberi aba-aba agar band Jhen segera bersiap sebagai musik pembuka acara malam itu. Dengan segera Jhen dan rekan-rekan nya bersiap dan mereka pun tampil di atas panggung dengan sempurna.
Acara malam itu berlangsung dengan lancar tanpa kendala berarti. Sesekali ketika tampil diatas panggung,Jhen tak lupa mencuri pandang pada Theo. Dan tanpa sengaja pandangan Theo pun bertemu dengan Jhen. Membuat hati Jhen berbunga bunga. Jhen memang lama sekali mengidolakan Theo. Seorang salah satu pemilik resort ternama dikota itu. Dia muda,tampan,ramah,memiliki postur tubuh sempurna,dan belum menikah. Sosok nya yang rendah hati lah yang membuat Jhen mengidolakan Theo. Jhen adalah seorang orangtua tunggal,dia memiliki seorang putri yang masih berumur 6tahun. Dan Jhen sendiri adalah penyanyi sebuah band yang ada di resort Theo.

Setelah acara usai,seperti biasa Jhen pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Dan tanpa sengaja Jhen melihat hal yang tidak ingin dilihatnya. Dia melihat Theo sedang bersama seorang pria. Bukan hal yang aneh jika mereka hanya berbincang. Yang dilihat Jhen adalah mereka terlihat seperti bercumbu di lorong toilet. Jhen merasa kaget,bingung,dan patah hati. Pria yang dia idolakan sebagai pria sempurna luluh lantak seketika.
Pria sempurnanya ternyata seorang gay.
Sembari terpana,Jhen lebih terkejut lagi ketika mata Theo menatap mata Jhen. Entah apa yang ada dipikiran Jhen saat itu,yang dia lakukan adalah segera berbalik dan meninggalkan tempat itu dengan langkah terburu-buru namun terasa melayang.

"Ya Tuhan,,aku sedang mimpikah? Itu pak Theo? Ya Tuhan. Mati aku !" Hanya kata-kata itu yang terlintas dibenak Jhen sepanjang perjalanan keluar dari resort.
Setelah keluar dari resort,wajah Jhen seperti patung hidup. Sampai rekan-rekan Jhen merasa heran. Rendra,pemain keyboard band Jhen melambaikan tangan tepat di wajah Jhen.

"Kenapa kamu? Seperti habis melihat hantu? " Tanya Rendra sambil menatap heran pada Jhen. Jhen yang setengah linglung agak tergagap menjawab pertanyaan rekannya itu.

"Hah? Tidak.. Tidak ada apa-apa, mungkin hanya lelah saja. Aku sedikit mengantuk juga." Jawab Jhen asal. Jhen hendak mengatakan apa yang dia saksikan tadi tetapi ragu. Sebenarnya dia ingin berbagi cerita menarik dengan rekan-rekannya namun Jhen memiliki prinsip tidak suka membuka privasi oranglain. Kemal langsung menoleh kearah Jhen.

"Tidak biasanya kamu mengantuk? Biasanya juga kamu jadi petugas keamanan, tidur juga belakangan. Dan aneh juga kamu tidka merokok hari ini?" Kemal tampak merasa aneh dengan sikap Jhen.

"Ini aku sudah mau merokok." Kata Jhen sambil mengeluarkan rokok dan korek dari dalam tasnya lalu menyalakan rokok nya.

"Jhen,tenang Jhen. Tidak akan ada apa-apa kok walaupun pak Theo tadi melihat kamu." Batin Jhen berkata berusaha menangkan diri.

Sepanjang perjalanan pulang Jhen berusaha mengalihkan pikiran nya sambil bercanda dengan rekan-rekannya seperti biasa. Namun bayangan pemandangan Theo dengan lelaki di sela lorong toilet tadi benar-benar tidak bisa hilang dalam ingatan Jhen.
--------------------------------------------------------------------------
Theo bisa melihat dengan jelas Jhen diatas panggung dengan gaunnya yang menampakkan postur tubuh Jhen yang ramping dan wajahnya yang oval mungil. Theo memandang Jhen dengan teliti sembari menyesap minuman favoritnya sambil tersenyum tanpa sadar.
"Melihat juga tidak sampai begitu. Cantik sih,suaranya juga bagus. Aku sering melihat juga dia di resto. Tapi kata orang-orang dia itu single parent? Usianya juga masih muda untuk jadi single parent." Kata Adam sambil melihat ke arah Jhen. Theo melihat ke arah Adam sambil tersenyum.

"Suka? Kenapa kamu tidak berkenalan juga?" Tanya Theo dengan santai.
Adampun membalas kata-kata Theo.

"Aku tidak  tertarik dengan wanita yang punya kisah hidup rumit. Dia menyenangkan orangnya,mudah diajak ngobrol. Tapi untuk serius.. " Adam menyipitkan matanya kearah Jhen.
"Dia jauh dari kualitas."

Theo hanya tersenyum dengan kata-kata Adam. Adam mengambil gelas minumannya dan melihat isi didalam gelas itu.

"Kamu tahulah seperti apa Mama? Bibit bebet bobot semua harus jelas. Kemarin saja sudah ada lagi perempuan yang dijodohkan denganku. Terserah apa kata Mama sajalah,toh perempuan semuanya sama. Mereka cuma melihat gaya kita,isi saldo kita." Lanjut Adam sambil menyesap minumannya.
Theo mengangguk pelan.

"Itulah mereka,Bro. Semua hanya memakai topeng. Mereka cuma ingin hidup enak. Yah tidak salah juga sih. Hanya saja banyak dari mereka yang salah arah. " Kata Theo sambil melirik ke arah Jhen. Dan tanpa sengaja mata mereka bertemu.
Jhen pun tersenyum ke arah Theo. Tanpa sadar Theo membalas senyuman Jhen. Hal itu disaksikan oleh Adam. Dan Adam menaikkan alisnya,bersiap menggoda sepupunya itu.

"Sepertinya ada bunga-bunga cinta disini?" Goda Adam pada Theo. Theo pun menoleh ke arah Adam.

"Formalitas. Itu dasar tatakrama,jika ada yang tersenyum padamu,kamu harus tersenyum balik" Balas Theo acuh.

Adam menyandarkan punggungnya di punggung kursi.

"Oh.. dasar dari sopan santun? Tapi aku tidak merasa begitu?" Adam sedikit memberi senyuman tak percaya pada Theo.

"Dia cantik,suaranya bagus,siapa tidak suka melihat? Kamu juga suka melihat dia." Balas Theo dengan santai. Adam menghela nafas menyerah dan mengangguk kecil.

"Ya ya .. benar" Kata Adam pendek. Dia selalu kalah jika harus berdebat dengan Theo.
Selama berlangsungnya acara,Adam meminum terlalu banyak wine. Diapun pamit ke toilet karena merasa tidak enak pada perutnya. Karena Adam tidak kembali untuk waktu lama,Theo merasa ada yang aneh dan menyusul Adam ke toilet. Di toilet Theo tidak menemukan Adam. Namun Theo dikejutkan oleh suara Adam dari lorong sebelah toilet.

"Ma,aku lelah. Aku cuma mencintai Bianca. Kenapa mama tidak merestui kami saja? Kalau mama merestui sudah pasti aku sudah menikah ma." Kata Adam dengan nada putus asa pada seseorang ditelepon genggamnya.
Theo langsung berjalan kearah sumber suara untuk melihat Adam. Theo hanya berdiri bersandar di dinding sambil menunggu Adam menyelesaikan pembicaraannya. Adam menyadari kehadiran Theo dan langsung menutup pembicaraan.

"Sudah ma,besok kita bertemu lagi." Kata Adam sambil menutup teleponnya. Adam lalu melihat kearah Theo. Dia memijat pangkal hidungnya dengan jempol dan telunjuknya.

"Kamu dengar semua?" Tanya Adam pada Theo.

"Cuma bagian akhirnya saja" Jawab Theo santai sambil memasukkan tangannya kedalam saku celananya. Suasana hening sejenak tercipta. Adam yang memulai pembicaraan dengan nada bingung.

"Bianca sudah kembali ke Indonesia. Kamu sudah tahu?" Tanya Adam ragu-ragu. Theo hanya mengangguk sekali.
Adam tidak bisa melihat ekspresi Theo dengan jelas.

"Aku ... Dia.. kamu tahu... Kami... " Adam nampak bingung menjelaskan segala sesuatunya pada Theo. Theo menepuk pundak Adam.

" Aku tahu. Kami juga hanya masalalu. Kita hanya bersahabat,sekarang Bianca hanya masalaluku. Kamu tidak perlu khawatir. " Kata Theo dengan santai pada Adam.

Adam menarik nafas dalam namun kemudian perutnya terasa mual dan akhirnya dia tak kuasa memuntahkan isi perutnya didada Theo. Theo yang sontak terkejut hanya bisa terdiam sejenak dan menepuk pundak Adam. Adam terlihat menangis dan Theo pun membungkuk sedikit mensejajarkan wajahnya pada Adam untuk melihat ekspresi wajah sepupunya itu.

"Bro,kamu tidak apa-apa? Perlu aku bukakan kamar disini? Biar aku minta anak-anak bersihkan satu kamar." Kata Theo pada Adam. Belum Adam menjawab,Theo melihat seseorang datang melintas kemudian terdiam di depan mereka.

Jhen melihat Theo dan Adam sedang berdiri begitu dekat satu sama lain dan terlihat intim. Wajah Jhen begitu kaget. Theo membelalakkan matanya,hendak meminta tolong pada Jhen untuk memanggilkan salah satu waiters resort untuk membantunya dan Adam. Namun Jhen langsung berbalik lalu pergi. Melihat ekspresi dan reaksi Jhen,Theo tau apa yang ada dipikiran Jhen saat itu. Lalu Theo tertawa sendiri karenanya.

"Maaf bro,sepertinya aku butuh kamar disini. Kenapa kamu tertawa? Ada yang lucu?" Tanya Adam sembari memegangi perutnya.
Theo melepaskan tangannya dari pundak Adam. Lalu melepas kan jasnya yang terkena mutahan Adam.

"Iya,kamu buat masalah lagi. Tapi sepertinya akan ada yang menarik setelah ini. " Jawab Theo santai sambil melihat ke arah Jhen pergi.
------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience