~Bab 20~

Romance Completed 14748

" Ibu..," Iman memanggil Mastura yang sibuk menggosok selendang berwarna biru muda.
" iya sayang.." dia melirik sekilas sebelum menyambung kerjanya. Iman mengeluh berat. Hujung jubah berwarna biru muda yang di pakainya di gentel-gentel.
" ibu..kalau Iman tak pergi..boleh tak?," Iman bertanya.
" Hishh...kalau Iman tak pergi...siapa yang nak jadi pengantinnya? mengarut ajalah anak ibu ni..," Mastura menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu Iman masih takut untuk bernikah dengan Aryan.
" Iman sakit perut lah Ibu..., kalau nikah esok je boleh tak?," Kali ini Mastura ketawa lepas. Geli hatinya bila Iman bersungguh-sungguh mahu membatalkan pernikahan yang bakal berlangsung.
" sudah..sudah...tarik nafas...lepasss... tarikkkk... lepasss...Iman okay..cuma nervous je..., apa yang Iman risaukan?" Mastura berkata lembut. Selendang yang baru siap di gosok di biarkan sejuk seketika. Dia mendapatkan Iman dan menggenggam tangan anak angkatnya itu.
" Ibu...terima kasih jaga Iman selama ni..., kalau tak kerana ibu dengan baba...agaknya Iman jadi orang gila sekarang..., terima kasih tau...," Iman berbisik penuh ikhlas. Matanya mula berkaca-kaca.
" Ishh..jangan buat ibu nangis...Ibu bersyukur sangat anak Ibu ni dah berubah...semuanya berkat Aryan, tak sia-sia ibu bagi kepercayaan pada dia dulu...Iman beruntung dapat suami macam Aryan..,"
" opss...bila masa pulak dia suami Iman...masih tunang okay..," Iman menjeling Mastura. Ibunya itu ketawa kecil.
" tak sampai sejam pun lagi Iman oiii...nanti masa salam..tangan tu jangan menggigil pulak..," Mastura mengusik.
" Ibu ni...,"
" ishh...asyik berborak aja kita...mari ibu pakaikan selendang...baba dah lama tunggu dekat luar tu..," Mastura membebel sebelum mencapai selendang berhati-hati supaya tidak ronyok kembali.

Iman menunduk ke lantai. Dadanya berdebar-debar menunggu Aryan datang padanya untuk menyarungkan cincin di jari manis. Akhirnya, dia dan Aryan sah menjadi suami isteri. Majlis pagi itu sederhana tapi cukup meriah di hadiri sanak saudara.
" Assalamulaikum..," Jantung Iman bagaikan terhenti seketika bila mendengar suara Aryan memberi salam. Perlahan-lahan tangannya di capai lelaki yang sah bergelar suaminya itu.
" wa..alaikum..salam..," pertama kali dia menjawab salam dari Aryan dengan nada lemah lembut.
" cantik isteri abang ni..," Aryan berbisik bila Iman mencium tangannya.
" ehem...dah lama hidup?," Iman membalas dengan giginya di ketap. Aryan ketawa kecil. Sah..itu memang Iman bukan orang lain, penampilan bekas tunangnya itu buatkan dia terpana. Anggun berjubah biru muda dan berselendang warna sama. Hampir-hampir saja dia tidak mengenali Iman.
" Ehh...kenapa kejap sangat bersalam tu? yang pengantin lelaki pun..ciumlah dahi isteri kamu...haaa..lama-lama sikit...semua nak ambil gambar ni...," tiba-tiba Mak Ngah Zura bersuara. Aryan dan Iman terkebil-kebil sesama sendiri. Nak tak nak, terpaksa jugalah turutkan apa yang dipinta mereka semua.

" Tahniah Iman...Iman cantik sangat hari ni..," Zana memeluk teman baiknya erat.
" eiii..dah..dah...tak payah nak peluk bagai..rimas tau tak...dengan jubah panjang meleret.. selendang lagi berbelit-belit...mahu tercekik aku...," Iman membebel.
" ishh...okay apa..comel je Iman tutup aurat sampai Zana pun teringin nak pakai tudung...," Zana berkata jujur.
" betul tu Zana...kekasih halal saya ni memang comel kalau pakai tudung..., dia aja yang tak sedar...thanks Zana, datang wedding kiteorang...," Iman terus terkaku bila ada suara betul-betul di sebelah telinganya. Aryan berdiri begitu rapat di belakang Iman, sehinggakan dia dapat menghidu bau minyak wangi lelaki itu.
" mana boleh tak datang Aryan...Iman ni lah satu-satunya sahabat dunia akhirat Zana..., cuma dengan Iman aja tempat Zana bermanja...tapi.. sekarang giliran awak pulak..hurmm..sedihh..," Zana pura-pura menangis.
" alaaa...saya tak kisah kalau nak pinjamkan dia sekejap...cuma kena pulangkan balik la...,"
" amboii..korang ingat aku ni barang ke?," Iman mengecilkan matanya sambil menjeling Zana.
" ehh nak touching pulak dia...okaylah Zana nak makan lagi..perut ni tak kenyang-kenyang pulak..," Zana meminta diri sambil mengusap-usap perutnya.
" sayang lapar tak?" Aryan berbisik.
" malas..penat..nak angkat tangan pun tak larat..,"
" good...kalau macam tu..biar abang yang suapkan..,"
" tak pa...," Iman memusingkan wajahnya...
chup!!!..bibirnya terus hinggap di pipi kanan Aryan. Sesaat...dua saat...
" thanks sayang....tunggu sini tau..abang ambilkan makanan...jangan nak lari..," Aryan tersenyum meleret sambil mengenyitkan matanya. Iman terkebil-kebil sendirian. Wajahnya kemerah-merahan menahan malu.

Iman memegang pipinya sambil berjalan ke hulu ke hilir di tepi kolam. Entah kenapa, tiba-tiba ada satu perasaan halus menyusup masuk ke dalam hatinya saat dia mencium Aryan tadi. Jantungnya bagaikan terhenti seketika sebelum berdegup lebih laju lagi.
" kenapa dengan aku ni? kenapa hati aku dup dap dup dap aja? alaa..tadi tu bukan aku sengaja nak kiss dia pun...,hishh...tak boleh jadi ni... kau kena cekalkan hati Iman Hamani...jangan mudah menyerah..," Iman membebel sendirian. Tiba-tiba ada satu tangan menepuk bahunya.
" kau ni Arya....ermmm!!!..," belum sempat dia menghabiskan ayatnya, mulut Iman sudah di tekup kasar. Dia meronta-ronta ingin melepaskan diri, tetapi pandangannya semakin kabur.

" Ibu..mom..ada nampak Iman tak?," Aryan bertanya bimbang. Mastura dan Datin Zara yang sedang rancak berbual melihatnya pelik.
" ehh..bukan ke dia dengan kamu tadi?,"
" memang lah...tadi Aryan suruh dia tunggu dekat tepi kolam sementara Aryan nak ambil makanan...tapi dia tak ada dekat situ...puas Aryan cari..,"
" entah-entah dia dah naik atas agaknya...tadi dia ada bagitau ibu yang dia nak berehat..," Mastura berkata.
" naik bilik Aryan?,"
" iyalah..bilik kamu kan bilik pengantin sekarang...ishh..lupa lah tu dia dah ada isteri...," Datin Zara berseloroh. Aryan tersengeh sambil menggaru belakang tengkuknya.
" kalau macam tu Aryan naik dulu lah..nak bawa sekali makanan untuk Iman..,"
" bagus lah tu..lagi pagi tadi dia tak makan...nervous sangat sampai nak makan pun tak lalu..," Mastura bercerita.
" lahh..iya ke..Aryan cepat sikit bagi Iman makan...kesian pulak menantu mom kelaparan..,"
" baik mom..,"

" Sayang...," Aryan mengetuk pintu bilik. Sunyi tiada jawapan.
" sayang...abang ni...," Aryan mula tidak sedap hati. ' dia tidur ke? takkan tidur dengan baju macam tu?' bisiknya dalam hati.
" sayang...abang masuk ni..," Aryan memulas tombol pintu sebelum menolak daun pintu perlahan-lahan.
" ehh..tak ada pun...sayang!!!...sayang!!!...," Aryan meletakkan pinggan dan cawan di meja tepi katil sebelum dia menuju ke bilik air.
" sayang...sayang dekat dalam ke? abang ada bawakkan makanan ni..," Dahi Aryan mula berkerut seribu bila Iman tidak menjawab pertanyaannya. Dia membuka pintu bilik air.
" dekat sini pun tak ada..., mana dia pergi? takkan lari kut? cuba aku call fon dia..," Aryan menyeluk poket seluarnya. Baru sahaja dia mahu mendail nombor Iman, tiba-tiba gadis itu sudah menalifonnya dengan video call.
" saja je buat abang risau..," Aryan tersenyum lega sebelum menjawab panggilan itu.

" Tolong!!!...lepaskan aku!!!...," Aryan tersandar ke dinding bila melihat Iman yang masih berpakaian nikah di ikat tangan dan kakinya.
" bro Aryan...., tak sangka lu ada bini cantik macam ni?," Tiba-tiba ada suara lelaki garau berkata-kata. Aryan hanya dapat mendengar suara lelaki itu.
" ko..korang nak apa ha!!??..kenapa culik isteri aku??," Aryan menjerit. Mahu menangis rasanya bila melihat Iman di ikat dan di baringkan di atas katil begitu.
" sabar bro..sabar...gua cuma buat kerja aja...kalau lu nak tau apa yang lu kena buat..datang sini..gua bagi location...tapi..kalau lu berani nak report polis atau bagitahu family lu...jangan salahkan gua kalau bini you yang cantik ni gua ratah....,"
" sial!!!??..lepaskan isteri aku....kalau kau nak bunuh aku..jangan nak libatkan dia..," Aryan menjerit sebelum menumbuk dinding. Terdengar lelaki tadi ketawa terbahak-bahak.
" kalau lu sayang sangat dengan bini lu ni...jangan banyak bunyi...datang aja..selamatkan dia...," Lelaki tadi mula berkata serius.
" okay..bagi location sekarang...awas!!!..jangan berani sentuh isteri aku...kalau tak aku bunuh kau..," Aryan mengetap giginya hingga timbul urat hijau di leher.
" uhuuu..takutnya...cepat bro...gua dah lama tergugat tengok isteri lu...ermmm...mantap..," talian di matikan.
" sial!!!..sial!!!!," Aryan menjerit. Tidak sampai sesaat ada mesej baru masuk. Aryan segera berdiri dan mencapai kunci motorsikalnya.
" Sayang..tunggu abang...,"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience