~Bab 22~

Romance Completed 14748

Prang!!!..

Baik Shima, Aryan dan Iman. Masing-masing terkejut bila mendengar bunyi barang pecah di tingkat bawah. Shima menoleh ke arah pintu. Tanpa dia sedar, Iman pantas mencapai pistol yang berada di tagannya. Dengan kudrat yang masih bersisa, dia mengacukan pistol itu pada Shima.
" ka..kau...,"
" apa!!?...cakap lah!!...," Iman menjerit dengan suara bergetar. Dia melepaskan pelukan Aryan. Lelaki itu terkejut bila melihat pistol sudah bertukar tangan. Dia sendiri tidak sedar, bila Iman merampas senjata api itu dari tangan Shima.
" jangan...a..aku tak salah...a..aku terpaksa..," Shima berkata gagap. Tubuhnya yang mula menggigil tersandar di tepi pintu bilik.
" tak salah?...terpaksa?...,pandai kau berlakon ea..., sampai tahap nak bunuh orang tu kau kata tak bersalah?...," Iman bertanya sambil berdiri. Air mata yang bersisa di kesat. Aryan turut bangun dan berdiri di sebelahnya.
" Shima...sudah-sudah lah...kenapa susah sangat kau nak terima hakikat yang aku dengan kau tak ada jodoh?...ramai lagi lelaki lain yang lebih baik dari aku..lebih kaya dari aku...," Aryan cuba memujuk. Dia sudah penat bertekak dengan gadis bernama Shima itu.
" ta..tapi...aku cintakan kau sorang..., kenapa kau tak boleh terima aku?.. apa kurangnya aku berbanding dia?..," Shima mula menangis.
" kau dengan dia tak ada kurang apa-apa pun..., setiap mahluk Allah ni ada keistimewaan masing-masing...., apa yang kau cemburu sangat dengan dia?... kalau kau nak tau kenapa aku cintakan dia?..jawapannya...aku pun tak tau...sebeb rasa cinta ni Allah yang bagi... dia datang tiba-tiba je Shima... macam kau cintakan aku..macam tu jugak aku cintakan Hamani...," Aryan berkata panjang lebar.
" dah tu..kenapa kau tak hargai cinta aku pada kau!!,"
Shima menjerit sebelum terduduk ke lantai.
" sebab cinta kau menyiksa aku.., aku tak boleh paksa hati aku terima kau..., aku dah cuba..tapi tak boleh..., please lah Shima..., takkan kau nak hancurkan seluruh hidup kau semata-mata kerana cinta?...sebelum kau cintakan aku...cintakan diri kau dulu..., pandang sikit muka mama papa kau... fikir dalam-dalam akibat dari perbuatan kau...,"
" tapi..,"
" cukuplah Shima...takkan kau nak habiskan seumur hidup kau untuk menghancurkan kiteorang? kemana aja kiteorang pergi..kau kejar..?.. janganlah mengharap balasan cinta manusia...kau kejar dulu cinta Allah..itu lebih menenangkan... yang pasti cinta kau akan berbalas..., aku sebenarnya kesian dekat kau...kisah kau ni sama je macam aku dulu... bezanya aku mendambakan cinta seorang ayah yang tak pernah aku rasa..., iya..aku hampir gila..tapi Allah lebih sayangkan aku..dia hantar insan berhati mulia yang bimbing aku jadi orang berguna... aku tau kau kuat Shima... jangan putus asa... hargai orang yang sayang kau..." Iman pula menasihati Shima. Dia mengeluh berat sebelum menghulur pistol pada Aryan. Shima menangis sambil memeluk tubuh.
" Aryan!!..," tiba-tiba ada orang menjerit nama Aryan di luar bilik.
" aku dekat sini!!," Aryan menjawab. Iman mengerut dahinya sambil melihat wajah Aryan.
" sorry bro..lambat...," seorang lelaki berbadan tegap masuk sambil tersengeh.
" tak apalah Sam..aku dah satelkan..," Aryan menjawab.
" aku dah bagitau polis...rasanya dieorang dah sampai..," Lelaki yang bernama Sam itu berkata sambil melihat jam di tangan.
" kau yang pecahkan barang tadi?,"
" err..sorry bro..aku tak sengaja..," Sam menggaru belakang tengkuknya. Aryan hanya mampu menggelengkan kepala. Tiba-tiba Shima bangun dari duduknya dah berlari ke luar.
" Shima!!!," Iman menjerit.
" Sam...kau pergi kejar perempuan tu...aku tunggu polis dekat sini..," Aryan mengarah.
" okay..," tanpa membuang masa, Sam keluar dari bilik dan mengejar Shima.
" siapa Sam tu? polis ke?," Iman bertanya pada Aryan.
" kawan abang..., jom kita turun bawah," Aryan menjawab sebelum memimpin tangan Iman.
" dieorang berdua ni macam man?," Iman menoleh pada dua lelaki yang di ikat tadi.
" biarkan aja...nanti polis yang uruskan..,jom..,"
"okay..," Iman menggangguk.

" err..tak pe lah...aku okay..," Iman berkata sambil menelan air liurnya. Terasa tangga yang berada di hadapannya itu bergoyang-goyang.
" tak apa..sayang diam-diam aja..biar abang dukung sayang sampai bawah..," Aryan tersenyum sebelum mendukung Iman dengan gaya bride style. Iman tekelu tidak mampu bersuara lagi. Dadanya berdebar-debar bila berada dalam dakapan Aryan. ' betul ke aku dah jatuh cinta dekat dia? sampaikan peluh dekat leher dia pun nampak seksi?,' Iman meneliti wajah Aryan dari sisi. Kening..mata..bulu mata..telinga..hidung..pipi..bibir..
" kenapa tengok abang macam tu?" Aryan bertanya sambil mengangkat keningnya. Serta-merta wajah Iman bertukar kemerah-merahan. Dia mengalihkan pandangannya dari menatap wajah Aryan.
" tengoklah puas-puas...abang suka..," Aryan berbisik. Iman mengetap bibirnya sambil memejam mata.' aduhh...malu!!!,'

" Cik!!," Sam menjerit bila melihat Shima yang berlari ke dalam hutan.
" aduhhh...laju betul minah ni lari...dalam hutan macam ni pun dia boleh nak menyelit...tak takut tersandung akar kayu ke?," Sempat lagi Sam membebel sambil mengejar Shima.
" ouch!!!" tiba-tiba Shima meraung kesakitan. Sam segera mendapatkannya.
" cik tak apa-apa?,"
" buta ke apa? tak nampak kaki aku dalam akar ni?," Shima berkata marah. Sam menyembunyikan senyum. ' aikk..tak sangka mulut aku masin..betul-betul kaki dia kena akar kayu..,'.
" apa yang kau tunggu..tolong lah!!!," Shima menjerit lagi.
" okay..okay..cik jangan bergerak nanti lagi sakit..,"
" cik..cik..nama aku Shima lah..,"
" okay Cik Shima..sorry..., cuba awak releks...tarik nafaaasss...lepaaass..., saya akan tarik kaki awak perlahan-lahan..," Entah kenapa, Shima mengikut sahaja apa yanh di suruh Sam padanya.
" Ouch!!..pelan-pelan la!!,"Shima mencengkam bahu Sam sekuat hati.
" dah..kaki cik dah keluar dari akar ni.."
" thanks..," Shima menjeling Sam sebelum memulakan langkahnya..
" Ahhh!!..," tiba-tiba dia kembali terduduk ke tanah.
" Cik Shima..awak okay tak?," Sam bertanya.
" sakit sangat...tak boleh jalan..,"Shima mula menangis.
" okay tak apa..biar saya tolong angkatkan cik..,"
" ehh..tak pa..," belum sempat Shima menghabiskan ayat. Sam sudah mendukungnya kemas. Dia tidak mampu berkata lagi.

Setelah selesai memberi keterangan di balai polis. Aryan membawa Iman ke sebuah restoran berhampiran. Dia tahu isterinya itu kelaparan. Hari pun sudah melabuhkan tirai.
" lepas makan...abang nak singgah surau kejap...sayang pun boleh solat dekat sana...," Aryan berkata sebelum menyuap nasi goreng cina ke dalam mulut.
" err..aku tunggu kau dekat motor ajalah..," Iman menunduk. Aryan terhenti mengunyah.
" sayang tak solat ke?" terasa menyesal pula bila dia bertanya begitu pada Iman.
" ehh..bukan..bukan tak solat...aku tak boleh..," Iman menjawab serba-salah.
" tak boleh? kenapa? sayang sakit ke?," Aryan bertanya bimbang.
" bukan macam tu...," Wajah Iman mula kemerah-merahan manakala Aryan pula serius memendangnya.
" sebenarnya aku tengah datang bulan..., tak boleh solat..," Iman berkata antara dengar dan tidak.
" ohhh...sorry-sorry..," kali ini, wajah Aryan pula memerah. Patutnya dari awal dia sudah faham apa yang cuba di sampaikan Iman. ' Aryan..Aryan...,'

" Ya Allah!!!...puas kami semua cari...., mana korang menghilang?...risau mommy tau..," Datin Zara membebel bila Aryan dan Iman tiba di halaman rumah.
" astagfirullah halazimmmm!!!...apa kena dengan baju korang berdua ni? apa yang dah jadi?..," Mastura pula beristigfar panjang. Datuk Ridwan dan Idris sekadar memerhati sambil menggelengkan kepala.
" panjang ceritanya mom...Ibu..., apa kata bagi kiteorang masuk..mandi..solat isyak...lepas tu kita kumpul sama-sama...Aryan akan cerita semuanya..." Aryan menjawab perlahan.
" iyalah..pergi mandi dulu..siap berlumut baju melayu tu..kamu pergi mana? masuk hutan ke?," Datin Zara menggelengkan kepalanya. Aryan dan Iman saling berpandangan sebelum tersenyum penuh makna.
" Dah..dah..pergi naik atas..mandi..kami semua tunggu dekat ruang tamu...," Datuk Ridwan bersuara.
" baik Dad..," Aryan berkata sambil memimpin tangan Iman naik ke atas.

Iman menguis-nguis kakinya di tepi pintu bilik air. Aryan melirik sambil tersenyum. Dia tahu, isterinya itu masih segan bila berduaan-duaan dengannya. Kali ini, dia dapat melihat sisi Iman yang lain. Sisi perempuan Iman. Penuh lemah-lembut dan pemalu.
" sayang...kenapa berdiri lagi dekat situ? tak nak mandi ke?," Aryan bertanya sambil membuka baju melayunya. Iman memusing badannya ke dinding. Tidak mahu melihat Aryan membuka baju.
" err...kau mandi dulu lah..lepas kau siap mandi.
baru aku mandi..," Iman menjawab. Tiba-tiba ada satu tangan melekap di dinding, betul-betul di sebelah wajahnya. Tangan siapa lagi kalau bukan tangan Aryan.
" sayang takut dengan abang ke...sayang segan dengan abang.?," bisikan Aryan di telinganya membuatkan Iman memejamkan mata.
" err..ermm...tak..mana ada aku takut...aku..cuma tak selesa je...," Iman cuba mengawal perasaannya yang tidak keruan.
" tak selesa?..jangan risau..bilik air ni besar..boleh muat lima orang dalam tu..," Aryan berbisik lagi. Dada Iman berdebar-debar bila Aryan begitu rapat di belakangnya. Bau peluh dan minyak wangi Aryan membuatkan dia tidak tentu arah. ' kenapa dengan aku ni?..,'
" kalau kau tak nak mandi..biar aku mandi dulu..," Iman berkata sebelum berlari masuk ke dalam bilik air. Cepat-cepat dia menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
" sayang...bagilah abang masuk sama...," terdengar suara Aryan merayu di balik pintu. Iman memejamkan mata sambil bersandar di pintu. Dia cuba mengatur kembali nafasnya yang tak keruan.
' bertenang Iman...bertenang..., macam ni ke rasa jatuh cinta?...dada rasa sesak...berdebar-debar... ahhh....habislah kau Iman kalau tak dapat kawal perasaan kau..,' Iman menjerit dalam hati.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience