~Bab 10~

Romance Completed 14748

Iman buat-buat tidak nampak Aryan yang sedang melangkah masuk ke dalam kafe. Dia dapat meneka apa yang di fikirkan lelaki itu.
" Iman Hamani...aku nak order cappuccino satu...," Iman memejamkan matanya sambil mengetap bibir. Dia memusingkan badannya menghadap Aryan.
" nama aku Iman...,"dia berkata dengan gigi di ketap.
" betul lah aku panggil..Iman Hamani..nama penuh kau..," Aryan tersenyum sumbing. Iman merenung tajam sebelum mengeluh panjang.
" kau jangan nak lebih ea...nak order cappuccino kan..dah..pergi berambus duduk dekat sana...," Iman malas melayan kerenah Aryan yang suka menyakat. Puas dia membebelkan si Zana bila gadis itu memanggil nama penuhnya semalam,tetapi nasi sudah menjadi bubur. ' nampaknya...kehidupan aku yang tenang bakal berakhir...,'.
" okay..aku tunggu penjelasan kau...nanti...,"
" Iman!!..," belum sempat Aryan menghabiskan kata-katanya, tiba-tiba ada satu suara memanggil nama Iman. Mereka menoleh serentak. ' ah sudah... mati aku!!!,' Iman menjerit dalam hati bila melihat Zana melangkah masuk dengan senyuman lebarnya. Aryan melirik Iman bila mendengar lelaki itu mengeluh. Bertepatan pula Syura baru keluar dari dapur kafe.
" Iman..kenapa tak kejut Zana tadi?...nasib baik Ibu bagitau Iman kerja dekat kafe...," Seperti semalam, Aryan di paparkan dengan adegan pelukan dari Iman dan Zana. Dia terkejut, tetapi Syura lebih terkejut darinya. Membulat mata gadis itu bila melihat jejeka pujaannya di peluk wanita lain.
" Iman.., siapa ni?," Syura bertanya dengan wajah masam mencuka. Iman tidak terus menjawab dan pura-pura sibuk melihat skrin monitor. Zana pula terkebil- kebil memandang Syura, manakala Aryan sekadar menjadi pemerhati.
" Iman!!," suara Syura naik seoktaf.
" ehh..kenapa jerit- jerit ni?," Zana bertanya pelik.
" Iman...Syu tanya, siapa perempuan ni?," Syura tidak menghiraukan soalan Zana.
" bro..stand by kereta kau..," Iman berbisik pada Aryan. Dia perlu cepat membawa Zana dari sini sebelum terjadi sesuatu. Aryan mengangguk dan terus menapak keluar dari kafe.
" hey you...,"Zana tidak sempat menghabiskan ayatnya bila Iman mengheretnya keluar. Tiba di luar, Aryan sudah berada di dalam kereta sambil menunggu mereka. Iman terus membuka pintu kereta dan menarik Zana masuk.
" Iman..kenapa tarik Zana? perempuan tu biadab tau tak...tiba-tiba nak tinggi suara macam tu...," Zana tidak puas hati, manakala Iman bersandar di tempat duduk belakang sambil mengeluh panjang. Topinya di tutup ke muka.
" kau nak pergi mana?," Aryan bertanya sambil melirik Iman dari cermin pandang belakang.
" balik rumah aku...,"
" okay..,"

Jannah menyenggol lengan Johan sambil menjuirkan bibirnya ke arah Syura. Johan mengangkat bahu.
" kau rasa dia menangis ke?," Jannah berbisik perlahan.
" agaknyalah...mana aku tau..," Johan menjawab acuh tak acuh.
" aduh...macam mana ni?..abang Iman pergi tiba-tiba...kak Syu pulak macam tu...," Jannah menggaru kepalanya yang tidak gatal.
" alaa...apa yang kau nak risau?... buat je kerja macam biasa..." Johan menjawab selamba. Jannah mengangguk sambil mengeluh. Ada betulnya juga kata-kata Johan itu, lebih baik dia fokus bekerja dari menyibuk masalah orang lain.

" kau tunggu luar..,"
" ehh..kenapa pulak?," Aryan bertanya tidak puas hati.
" jangan lah banyak tanya.. kau tunggu je dekat luar.." Iman menjawab.
" tak adil la macam ni...kau izinkan perempuan masuk rumah kau..tapi aku kau tak bagi masuk...,"
" memang lah awak tak boleh masuk..sebab kiteorang ni perem....," Iman menekup mulut Zana sebelum gadis itu menghabiskan ayatnya. Kening Aryan berkerut seribu. ' perem?...dia nak cakap perempuan ke?,'.
"korang apa?," Aryan bertanya minta kepastian.
" ahahaha...tak ada..kiteorang ni kawan baik..bff..best friend forever....kan Zana..Aryan kau tunggu dekat bawah..aku dengan Zana masuk kejap..," Iman menjawab sebelum menarik Zana masuk ke dalam rumah. Aryan dia biar termangu sendirian.
" perem?..perempuan?...," Aryan berbisik.

Iman mengeluh berat sambil mengatur langkahnya menghampiri Aryan. Lelaki itu bersandar di kereta sambil termenung.' mesti dia fikirkan pasal aku dengan Zana...,macam mana aku nak cover?,'.
" Aryan..," Iman menegur.
" Iya Iman Hamani...," Aryan menoleh dengan wajah seriusnya.
" boleh tak jangan panggil aku Iman Hamani? nama aku Iman..IMAN..,"
" kalau kau nak aku panggil kau Iman, jelaskan semuanya pada aku...,jangan buat aku macam orang bodoh..," kata-kata Aryan itu jelas menunjukkan yang dia sedang marah. Iman membuka topinya dan ikut bersandar di sisi Aryan. Bukan dia tidak mahu berterus terang, tetapi...
" kau perempuan kan?"
" aku...,"
" dari awal aku kenal kau...memang aku rasa kau ni lelaki pelik...," Aryan berkata. Kali ini suaranya sudah mengendur.
" pelik?,"
" iya..pelik...aku tak pernah jumpa lelaki yang cute macam kau... tak pandai melepak...selalu balik awal..tidur awal...bangun awal...tak suka merayap dengan member...opss..lupa kau tak ada member..selain aku..., semua tu buat aku pelik...tapi..aku just ignore je...mungkin kau ni jenis yang Introvert...siapa aku nak mempersoalkan gaya hidup kau...,memang aku ikhlas berkawan dengan kau...,"
" sorry...aku..."
" tapi...masa kau jadi perempuan hari tu...," Aryan memandang wajah Iman.
" aku rasa lain sangat....sampai aku confuse...kau tau tak...aku bayangkan kau ni perempuan betul...," Aryan mengeluh. Dia sendiri tidak faham dengan perasaannya.
" aku dah janji nak tolong kau kan?...bila kau nak beli cincin? aku akan tunaikan janji aku...lepas ni baik kita tak payah berkawan lagi...aku tak nak hidup kau jadi huru hara sebab aku...aku naik dulu..apa-apa kau call..," Iman berkata sebelum menapak pergi. Dia tidak boleh terbuai dengan hubungan yang tidak jelas begini. Aryan tidak perlu tahu siapa dirinya yang sebenar. Cukuplah setakat ini. Dia perlu menjaga identiti yang sudah bertahun di tanam dalam diri. Hamani sudah tiada..hanya tinggal Iman sahaja.

Mastura dan Idris saling berpandangan. Mereka sungguh terkejut bila Aryan tiba-tiba muncul di pintu rumah. Wajah lelaki itu serius sungguh.
" maaf Auntie Mas..uncle...ada satu perkara yang mengganggu Aryan...dan Aryan nakkan penjelasan..,"
" apa tu Aryan?," Entah kenapa Mastura berasa dadanya berdebar.
" kalau macam tu, jom lah masuk dulu..," Idris menjemput Aryan masuk ke dalam rumah. Anak muda itu mengangguk setuju.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience