~Bab 23~

Romance Completed 14748

Shima menunduk ke lantai. Datuk Hasrul dan Datin Mona merenungnya tajam. Mereka benar-benar terkejut bila menerima telifon dari balai polis waktu magrib tadi. Siapa sangka, satu-satunya anak yang di tatang bagai minyak yang penuh, akhirnya menconteng arang di muka mereka. Kali ini, mereka tidak sanggup lagi berhadapan dengan keluarga Aryan. Malu lagi memalukan.
" apa yang papa boleh buat pada kamu Shima? papa buntu.., nasib baik Aryan dengan Iman boleh maafkan kamu dan tarik balik laporan polis tadi..., kalau tak...mana papa dengan mama nak letak muka? cukup-cukuplah apa yang kamu buat ni Shima..., nasib baik nyawa Iman dan Aryan tidak melayang...kamu nak menringkuk seumur hidup dalam penjara ke?," Datuk Hasrul berkata kesal. Dia penat sebenarnya. Penat menasihati anak yang keras hati seperti Shima.
" sorry papa..mama...Shima menyesal..," Shima berkata sambil menangis. Sungguh dia menyesal apa yang telah di lakukannya tadi. Semuanya di luar kawalan bila emosi menguasai diri.
" sudahlah..., lepas ni mama tak nak Shima terlibat lagi dengan kehidupan Aryan dan Iman...dieorang tu dah sah jadi suami isteri... move on lah...masih ramai yang nakkan Shima..., cuba buka pintu hati tu untuk orang lain..," Datin Mona berkata sebelum bangun menghampiri Shima. Manis atau pahit, terpaksa mereka telan. Shima satu-satunya anak yang mereka ada.
" maafkan Shima mama...," Shima mengongoi bagai anak kecil di dalam pelukan mamanya. Datuk Hasrul mengeluh sambil bersandar di sofa.

Iman mengetap bibirnya sambil melihat pantulan diri di cermin. Dia meneliti bathrobe warna putih yang di pakainya. ' aduhh..kenapa pendek sangat?..paras peha aja? yang aku bijak sangat masuk tak bawa baju tadi kenapa?,' Iman mengeluh.
" sayang...dah setengah jam ni...lambat lagi ke? badan abang dah melekit ni...," terdengar suara Aryan di balik pintu.
" errmm...aku nak keluar ni..tapi kau kena pejam mata dulu..," Iman menjawab.
" pejam mata? kenapa?,"
" ishhh..tak payah lah banyak tanya..pejam aja..kalau tak aku tak nak keluar sampai esok..," Iman mengugut.
" okay..okay..cepatlah keluar..abang dah pejam mata ni..," Aryan menurut.
" betul!!?,"
" iyaaa..betul..," Iman menarik nafas lega. Perlahan-lahan dia membuka daun pintu. Memang Aryan berdiri sambil memejamkan mata di hadapan pintu bilik air. Tetapi Iman terus memalingkan wajahnya bila Aryan tidak berbaju dan hanya berseluar pendek paras lutut.
" sayang?,"
" pejam!!!..jangan berani bukak mata..kalau tak aku korek mata kau sampai buta..," Iman menjerit panik membuatkan Aryan ketawa geli hati.
" okay lah..abang tak tengok...," Aryan berkata sambil meraba pintu bilik air. Iman pula cepat-cepat mencapai bag pakaian yang di bawa Mastura untuknya pagi tadi.
" fuhh...selamat..," Iman mengurut dadanya perlahan sebelum duduk di birai katil.
" sayang...sayang pakai bathrobe abang ea?..boleh bagi abang tuala tak?," Tiba-tiba Aryan bersuara dalam bilik air. ' alamak!!..lupa pulak aku dah rembat bathrobe dia..,'
" tuala dekat mana?," Iman bertanya.
" ada dalam almari abang...belah atas sekali..,"
" okay...,"

"sayang okay tak? nak abang dukung macam tadi?," Aryan bertanya bila mereka tiba di tangga. Iman menjeling Aryan garang.
" aku dah okay...jangan berangan nak ambik kesempatan ea...," Iman berkata sambil menuruni anak tangga.
" lahh...abang cuma risaukan sayang je..mana tau tak larat nak turun..abang okay je nak dukungkan..,"
" abang..abang..geli tau tak..," Iman memusingkan badannya dengan pekej jelingan maut.
" elehh..geli konon...bukan ke sayang dah cintakan abang sepenuh hati?"
" Aryan!!,"
" aduhhh!!," Aryan mengaduh kesakitan bila perutnya di cubit Iman.
" padan muka...sapa suruh gatal sangat...," Iman berlari anak turun ke bawah meninggalkan Aryan yang masih menyeringai kesakitan.

" kamu tak payah cerita...semuanya kami dah tau," Datuk Ridwan bersuara bila Aryan dan Iman tiba di ruang tamu.
" Daddy dah tau? How?," Aryan dan Iman saling berpandangan.
" Iya..kami semua dah tau...Uncle Rul dah jelaskan pada kami..dia baru call tadi..," Datin Zara menjawab bagi pihak suaminya.
" Kenapa Aryan tak bagitau kami? nasib baik tak jadi apa-apa dekat kamu berdua...," Mastura pula membebel.
" betul tu...terkejut Mom dengan Ibu bila tau apa yang jadi tau..," Datin Zara menambah.
" sorry Mom..Ibu..dad..baba...Aryan panik masa tu... ingat nak selamatkan Iman aja...,," Aryan meminta maaf.
" tak apalah....nak marah pun, semuanya dah berlaku...apa pun, kami bersyukur sangat kamu berdua selamat..., lepas ni kena lebih berhati-hati..., kita semua pun tak sangka yang Shima sanggup buat perkara macam tu..," Datuk Ridwan berkata.
" insyaallah dad..., jangan risau..Aryan tengok Shima pun dah sedar dengan kesalahan dia...kami berdua ni kalau boleh tak nak berdendam..., Aryan harap sangat dia boleh berubah...,"
" baguslah kalau macam tu...Iman okay? ada cedera dekat mana-mana?," Idris pula bertanya.
" Iman okay..baba jangan risau..sekarang Iman dah ada bodyguard...," Iman tersenyum sambil menepuk lengan Aryan.
" bodyguard seumur hidup tau..," Aryan menambah.
"ibu pun ada bodyguard..," Mastura memeluk lengan Idris.
" mom pun ada..," Datin Zara memeluk lengan Datuk Ridwan.
" tapi Iman punya bodyguard masih sado tau..,"Iman mengangkat keningnya.
" kamu dah tengok ke?," Idris bertanya dan turut mengangkat keningnya. Serta-merta wajah Iman bertukar merah. Mereka semua ketawa senang dapat mengusik Iman. Aryan juga turut tersenyum meleret.

Iman tidak senang duduk. Bibirnya di ketap. Peluh sejuk mula membasahi dahi.
" sayang..., kenapa tak tidur? katil kan dekat sana..yang berdiri dekat pintu tu dah kenapa?," Aryan yang baru keluar dari bilik air bertanya.
" err..kau tidur atas katil..biar aku tidur dekat sofa...," Iman berkata gugup.
" Ehhh...kenapa nak tidur dekat sofa? katil tu besar sayang...boleh muat empat orang...," Aryan mengangkat keningnya.
" tak apa...kau tidur je sorang...aku tidur sini..," Iman berkata sambil duduk di sofa. Aryan buat muka serius sebelum melangkah ke sofa. Tangannya di lekap ke sofa dan mendekatkan wajahnya ke wajah Iman. Mata mereka bertaut.
" kenapa tak nak tidur dengan abang? sayang takut dengan abang ke?," Aryan berbisik. Iman tersandar di sofa kerana terkejut bila Aryan begitu hampir dengannya. Bau maskulin lelaki itu membuatkannya tidak keruan.
" err..tak..tak takut...," Iman mengalihkan pandangannya ke arah lain sebelum memejam mata. Aryan pula tersenyum penuh makna.
" kalau sayang tak nak tidur atas katil... nanti masa sayang dah tidur ...abang angkat letak dekat sana..., mana boleh abang tidur sorang...," Aryan berdiri sambil bercekak pinggang.
" ehh...suka hati aja nak angkat aku....tak cukup ke angkat petang tadi?...," Iman menjeling Aryan.
" abang bukan boleh angkat sayang je.....macam macam abang boleh buat tau...contohnya macam ni..," Aryan berkata sebelum mencium pipi Iman. Terkebil-kebil gadis itu bila Aryan menciumnya.
" Aryan!!!," Iman menjerit sambil memegang pipi kirinya.
" jangan salahkan abang...sayang yang kiss abang dulu...dah lupa ke?," Kata-kata Aryan itu membuatkan wajah Iman merah padam.
" aku nak keluar...," Iman bingkas bangun dan menuju ke pintu bilik.
" Ehhh...nak pergi mana? ," Aryan lebih pantas bertindak. Dia memaut pinggang Iman dan di bawa ke bahunya.
" Aryan!!! turunkan aku!!!," Iman menjerit sambil memukul belakang Aryan. Dia tidak menyangka lelaki itu berani memikul tubuhnya begitu.
" duduk sini diam-diam...abang tau sayang penat... abang pun penat..so..kita tidur je okay..., abang takkan usik sayang..kecuali sayang degil sangat.. abang terpaksa bagi denda...," Aryan meletakkan tubuh Iman di atas katil sambil membebel. Iman merenungnya tajam sambil mengetap bibir.
" jangan melawan...abang denda nanti..," Aryan mengenyitkan mata. Iman terpaksa akur. Dia tidak dapat membayangkan 'denda' yang di maksudkan Aryan itu.

" Assalamulaikum..," Iman memberi salam.
" waalaikumsalam...Iman!!?," Syura menjawab salam dengan wajah terkejutnya. Iman dan Aryan tersenyum melihat Syura yang masih melopong melihat mereka berdua.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience