End

Romance Completed 14748

" sayang...okay tak ni? hati-hati..," Aryan bertanya bimbang bila Iman tiba-tiba berhenti melangkah.
" sayang okay je..., abang jangan risau...," Iman menjawab sambil tersenyum. Sebenarnya dia terkejut bila perutnya di tendang agak kuat dari dalam. Entah apa yang buat anaknya meragam di dalam. ' sorry la sayang, mama tak jumpa nasi lemak tadi..sayang nak makan nasi lemak ea?,' Iman berbisik dalam hati. Perutnya di usap lembut. Kini dia hanya menunggu hari untuk melahirkan.
" kalau sayang penat...sayang duduk je okay..,"
" Ishh..mana boleh...kan dah pakai baju pengapit...," Iman protes. Aryan mengeluh lembut. Dia sebenarnya risaukan isterinya itu.
" Iman..Aryan...datang pun...," Tiba-tiba mereka di tegur dari belakang. Aryan dan Iman tersenyum melihat Datuk Hasrul dan Datin Mona.
" uncle..auntie...mana pengantinnya?," Iman bertnya sambil menghulurkan salam.
" masih dekat atas...biasalah si Shima tu...kalau berdandan tak cukup satu jam..., kamu datang bersua aja ke? yang lain mana?," Datin Mona bertanya.
" hurmm...biasalah mommy dengan daddy pergi ambil Ibu dengan abah dekat rumah..., sebenarnya kami tak datang berdua...Huda dengan Zahim ada dekat kereta...tengah pujuk si bujang kecik tu..., entah apa yang di merajukkan...," Aryan menjawab.
" Hashim mana?," Datuk Hasrul bertanya bila teringatkan ayah Iman.
" ayah ada dekat rumah...tak berapa sihat...,"
" lahhh.., patutlah tak nampak..,"
" macam mana tak demam uncle....dia sibuk ajak Aryan dengan Zahim memancing malam-malam...," Iman mengadu. Datuk Hasrul dan Datin Mona ketawa kecil.
" Ehh..kamu dah makan ke belum? makan dulu...," Datin Mona bertanya. Sempat juga dia mengusap perut Iman.
" kejap lagi lah auntie....nak duduk dulu..." Iman tersengeh.
" iyalah..auntie nak ke atas dulu...tengokkan si Shima tu..," Datin Mona meminta diri. Aryan dan Iman mengangguk.

Iman tersenyum senang bila melihat Shima dan Sam duduk di atas pelamin. Masing-masing malu dan menunduk ke lantai. Terkenang kembali majlisnya dulu. Benarlah semuanya telah di tentukan oleh Allah. Takdir hambanya di atur penuh sempurna. Jika bukan kerana kes culiknya dulu, pasti Shima dan Sam tiada di atas pelamin itu. Semuanya bersangkut paut tanpa kita sedari.
" hai sayang...asyik tersenyum aja lagi tadi...," Aryan menegur separuh berbisik.
"tak adalah...sayang bahagia tengok dieorang, tak sangka kan abang...Sam tu boleh tawan hati Shima..," Iman menjawab.
" hati manusia Allah yang jaga sayang..termasuk hati kita berdua...,"
" betul lah tu...Sayang doakan semua orang di sekeliling kita bahagia..aminn..," Iman berbisik.
" aminn..insyaallah..,"
" awww!!," Iman tiba-tiba bersandar di kerusi. Wajahnya kerut seribu.
" kenapa sayang?," Aryan bertanya.
" sakit lah...sakit sangat...rasa pinggang sayang macam kena tarik..awww!!," Iman menjawab dengan nafas tertahan-tahan. Entah kenapa tiba-tiba pinggangnya terasa sakit yang amat sangat.
" Iman...kenapa ni?," Mastura yang sedar perubahan Iman terus bertanya. Jelas riak bimbang di wajah wanita itu.
"pinggang sakit ibu...rasa macam kena potong...awww...fuhh..fuhhh...sakit!!," Iman tidak tentu arah.
" Aryan...ibu rasa ni contraction...bawa Iman ke hospital sekarang..," Mastura berkata tegas. Aryan mengangguk.
" ehh...majlis belum habis lagi abang..," sempat pula Iman memikirkan majlis Shima dan Sam.
" syuu...sayang duk diam..abang nak angkat sayang ni..," Aryan berbisik sebelum mencempung tubuh isterinya. Nasib baik berat Iman belum mencecah enam puluh kilo. Jika tidak, mau patah pinggangnya saat itu juga.
" abang..jangan over boleh tak? turunkan sayang...berat lah!!..," Iman menepuk dada Aryan. Dia malu sebenarnya bila semua mata tertumpu ke arah mereka berdua.
" syuu...sayang jangan banyak bunyi..., abang masih larat nak angkat sayang..."
" abang!!,"
" syuu...kalau sayang bising lagi..abang kiss dekat sini..," Aryan mengugut. Iman mengetap bibirnya sambil menahan malu. ' Aishh...mesti orang mengata aku lepas ni..,'

Semuanya resah gelisah di ruang menunggu. Lebih-lebih lagi Aryan. Seluruh tubuhnya mengigil.
" siapa suami Puan Iman Hamani?,"
" saya..," Aryan bingkas bangun.
" Encik boleh teman isteri, kejap lagi kita akan ke ruang bersalin,"
" saya?," Aryan terkejut. Nurse itu mengangguk.
" Aryan pergi lah teman Iman dekat dalam...kesian dia sorang-sorang...," Datin Zara menepuk lembut bahu Aryan.
" okay..okay...doakan Iman ye semua..," Aryan berkata. Cuba menenangkan hati yang gelisah. Mereka semua yanh ada di situ mengangguk faham.

Sam dan Shima saling berpandangan sebelum mengetuk pintu di hadapan mereka. Selang beberapa saat, pintu di buka dari dalam. Terjegul wajah Aryan yang keletihan.
" Assalamualaikum papa..," Sam memberi salam sambil berseloroh. Aryan tersenyum nipis.
" waalaikumsalam...masuk lah pengantin baru...," Aryan menjawab. Sam menghulurkan tangan untuk bersalam dan di sambut mesra oleh Aryan. Mereka saling berpelukan.
" Tahniah bro...tak sangka kau dah jadi papa...bangga aku..," Sam berbisik.
" aku jugak..bangga kau dah kahwin..," Aryan menepuk belakang Sam.
" Aryan...Iman dengan baby mana?," Shima bertanya.
" Iman ada dekat dalam...tengah menyusu Aisyah..," jawan Aryan sambil tersenyum.
" I masuk dulu lah..," Shima berlalu ke arah bilik yang di tunjuk Aryan tadi. Perlahan-lahan dia menjengah ke dalam.
" Assalamualaikum...,"
" waalaikumsalam...ehhh..Shima...masuk..masuk..," Iman menjawab salam sambil buat wajah terkejutnya. Shima tersenyum dan melangkah masuk.
" comelnya Aisyah...,tahniah Iman...," Shima menghampiri Iman dan mengucup kedua pipi temannya itu.
" terima kasih Shima...tahniah juga dekat kau.. pengantin baru...sorry la semalam aku tak dapat tunggu sampai habis majlis...,"
" ishh...tak apa...janji you dengan Aisyah selamat..., risau juga I bila tau you tiba-tiba sakit...,"
" syukur alhamdulillah...si Aisyah ni tak banyak meragam...senang je aku bersalin semalam...," Iman ketawa kecil.

Setahun kemudian....

Hashim memejamkan matanya sambil bersandar di sofa. Dia pasrah bila dua pasang tangan comel asyik mengikat rambutnya dengan gelang getah warna warni. Wajahnya pula habis di conteng dengan lipstik dan alatan makeup lain.
" Assalamualaikum...Aisyah..Wafi...," Iman dan Huda baru pulang dari pasar.
" mama!!..Ibu!!," Wafi dan Aisyah berlari anak mendapatkan ibu masing-masing.
" Ya Allah!!!...apa yang korang dah buat dekat atuk!!?," Huda menjerit terkejut bila melihat hasil 'seni' yang ada pada wajah Hashim.
" Aisyah...kenapa conteng muka Atuk macam tu?," Iman bertanya garang.
" Wafi pun sama...kan Wafi abang..kenapa ajak Aisyah conteng muka atuk? tak baik tau..dosa..," Huda bercekak pinggang. Wafi menunduk sebelum terdengar esak tangisnya.
"Ibu..jangan marah abang Wafi...Aisyah yang ajak dia main..Ibu marah je Aisyah...jangan marah abang..," Aisyah tiba-tiba berdiri di hadapan Wafi dengan wajah selambanya. Iman dan Huda saling berpandangan.
" ishh..sudah lah tu...biarlah dia nak main ke apa..., ayah tak kisah pun kena conteng muka...boleh cuci...sini cucu atuk...," Hashim berkata sebelum memanggil Aisyaj dan Wafi. Terkedek-kedek cucu-cucunya itu mendapatkan Hashim. Huda dan Iman menggelengkan kepalanya.
" ayah jangan manjakan sangat dieorang ni...nanti naik lemak..," Iman berkata sambil mengeluh lembut.
" kejap..kejap...kenapa bag make up Ibu ada dekat sini?," Huda baru perasan bag make upnya yang berada di lantai. Wafi dan Aisyah saling berpandangan.
" Wafi!!!..Aisyah!!!," Huda menjerit sekuat hati.
" lariiii!!!!," mereka berdua menjerit sebelum mencicit lari bila di kejar Huda. Iman dan Hashim ketawa geli hati. Boleh di katakan setiap hari, ada sahaja aktiviti Wafi dan Aisyah yang membuatkan mereka berdua mengamuk. Tidak Huda, Iman pula yang mengamuk.

Iman menyenggol lengan Aryan sambil menjuihkan bibirnya ke satu arah.
" biasalah sayang...orang tengah bahagia...,masa sayang pregnant dulu pun abang romantik macam tu kan?," Aryan tersenyum melihat Sam sedang menyuap nasi impit ke mulut Shima.
" abang lagi romantik...setiap hari nak dukung sayang," Iman melirik Aryan di sebelah.
" tu yang sayang tak tau...abang bukan saja-saja nak dukung sayang...,"
" habis tu?,"
" jimat..tak payah pergi gym...angkat sayang je dah berkilo-kilo..," Aryan menjawab sambil tersengeh.
" ohhh..nak cakap lah sayang gemuk...," Iman menjeling.
" ishh..ada ke situ pulak...abang tak kisah pun sayang nak kurus ke..nak gemuk ke...nak jadi 'lelaki' ke...apa yang penting...dalam hati abang ni tetap terpahat nama Iman Hamani...sampai bila-bila..," Aryan berbisik penuh romantik.
" iya ke ni?,"
" tak percaya?..sayang belahlah dada abang ni..," Aryan menunjukkan dadanya. Iman ketawa senang sambil menepuk lembut dada suaminya.
" amboii!!!...bukan main lagi pasangan dua sejoli ni... bercinta..bercinta juga...jamah lah makanan tu...banyak mom dengan ibu masak.., nanti bila Aisyah dah bangun...jangan lupa suapkan dia juga...," tiba-tiba mereka di tegur dari belakang. Datin Zara menggelengkan kepalanya. Aryan dan Iman saling berpandangan dan tersenyum penuh makna.
" abang...agaknya dalam perut ni baby girl ke baby boy?," Iman berbisik sambil mengusap perutnya.
" baby? dalam perut?," Aryan terkebil-kebil memandang wajah isterinya.
" iyaa...Sayang tanya abang rasa baby girl ke baby boy?," Iman tersenyum simpul.
" se..serius lah?," Aryan tidak percaya. Iman mengangguk.
" Ya Allah...sayang...I love you..," Aryan terus mendakap erat tubuh isterinya itu.
" korang!!!," Aryan tiba-tiba menjerit. Semua yang ada di situ memandangnya dengan wajah terkejut.
" dah kenapa kamu ni Aryan? tersengeh macam tu?," Datuk Ridwan bertanya pelik.
" Aryan nak buat satu pengumuman penting...,"
" pengumuman?," mereka semua bertanya serentak.
" tak lama lagi Aisyah nak dapat adik baru...," Aryan berkata teruja.
" Alhamdulillah!!!...syukur..," mereka semua mengucap syukur. Aryan mencium pipi Iman tanpa segan silu.
" abang!!!...tak malu ke?," Iman mencubit lengan Aryan. Pipinya sudah kemerah-merahan menahan malu.
" biarlah...Abang cium isteri abang..bukan isteri orang....lagi pun, biar semua orang dekat sini tahu betapa cintanya abang pada sayang...tak percaya? belah dada abang ni..," Aryan menunjukkan dadanya.
" eiiii...wekkk!!!," mereka semua yang ada di situ buat wajah meluat. Aryan ketawa lepas sambil memeluk Iman. Bahagia...satu perkataan yang terpahat di hatinya kini. Siapa sangka, 'lelaki' feminin ini menjadi isterinya. Isteri yang taat dan membahagiakan. Sejujurnya, tiada insan lain atau wanita lain yang mampu memberikan kebahagian selain Iman Hamani.
" thanks sayang," Aryan berbisik di telinga Iman.

~tamat~
(sorry ye awak2 semua....sibuk memanjang...nak tgok fon pun tak sempat *0*...berakhirlah sudah Novel Nama Aku Iman...^~^)

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience