Chapter 5

Romance Completed 3114

Ruang makan itu terlihat mewah namun sunyi dan terkesan suram. Malam ini adalah makan malam bersama keluarga besar Roy. Roy selalu malas untuk datang bergabung bersama dengan keluarganya. Karena mereka selalu memiliki seribu cara untuk menjatuhkan Roy dalam segala hal.

"Bagaimana bisnis rumah film mu?" Tanya ayah Roy kepada Roy seraya melahap makanan pembuka kedalam mulutnya. Roy melihat sejenak ke wajah ayahnya dan meminum air mineral yang ada dihadapannya.

"Baik dan lancar. Hanya ada sedikit kendala di kanan dan kiri, tapi tidak berarti." Jawab Roy dengan acuh.

"Aku dengar kau sempat terlibat suatu skandal yang hampir menghebohkan dunia hiburan." Kata saudara tiri Roy dengan nada mengejek. Seketika ayah Roy melihat kearah Roy dengan pandangan tajam.

"Skandal apa itu?" Tanya ayah Roy dengan serius kepada Roy. Wajah Roy menegang dan terlihat waspada. Roy melihat senyum kemenangan di wajah saudara tirinya lewat sudut matanya tanpa menoleh kearah saudara tirinya itu.

"Hanya soal kecil, ayah tidak perlu memperdulikannya. Sekarang banyak sekali kabar-kabar hoax yang tersebar dimanapun." Jawab Roy dengan santai.

"Oh jadi berita soal kamu yang ternyata memiliki ketertarikan dengan sesama jenis itu hanya berita bohong kecil? Wah, kalau sampai keluarga ibumu mendengar hal ini,bukannya akan menjadi pembicaraan heboh. Apalagi kau juga belum menikah sampai saat ini. Pacarpun paling hanya 2 atau 3 bulan saja. Dan para mantanmu mengakui jika kalian tidak pernah berciuman ataupun berkencan. Apakah itu hal yang normal ?" Ibu tiri Roy mencoba memancing sumber masalah yang sedang dihadapi Roy tanpa harus ayahnya mengetahuinya.

"Apa? Skandal sesama jenis?" Teriak ayah Roy sambil membanting sendok makannya keatas meja. Membuat semua yang ada dimeja makan itu terkejut, termasuk Roy. Roy mencoba untuk tetap tenang,ia harus bisa meredam emosinya didepan ayahnya.

"Itu hanya berita palsu yang coba dilemparkan oleh salah satu mantanku. Pengacara juga sedang menyelesaikan soal tersebarnya berita ini.Aku juga sedang mengambil langkah hukum jika memang terbukti adanya pencemaran nama baik juga terjadinya fitnah. Hal ini bukan masalah besar. Ayah tidak perlu sebegitu mengkhawatirkannya." Jawab Roy dengan tenang dan terkendali.

"Kalau memang itu fitnah dan bohong. Kenapa sampai saat ini kau juga tidak memiliki rencana untuk menikah?" Tanya ibu tiri Roy dengan mata licik dan juga senyuman mengejek.

"Aku sedang fokus dengan bisnisku." Jawab Roy dengan singkat.

"Aku akan menjodohkanmu dengan salah seorang gadis yang baik juga cantik. Dia anak rekan ayah ketika ayah kuliah dulu." Kata ayah Roy dengan serius kepada Roy . Mata Roy terpaku menatap ayahnya.

"Ayah sudah berjanji untuk tidak ikut campur dengan kehidupan pribadiku. Dan aku juga menjalankan bisnisku sendiri dengan uang dan dan usahaku sendiri." Kata Roy sambil mengambil gelas air putihnya lagi.

"Tapi berita skandalmu kali ini akan merugikan perusahaanku. Aku tidak mau kehidupan pribadimu menghancurkan perusahaanku. Terlepas benar atau tidaknya berita itu, oranglain selalu memikirkan opininya sendiri dan pasti akan berasumsi secara negatif soal ini." Ujar ayah Roy sambil menopang dagunya dengan tangan yang tergenggam.

"Aku sedang menyelesaikan masalah ini. Tidak akan ada yang terjadi dengan perusahaan ayah." Balas Roy dengan nada dingin. Yang dipentingkan ayah Roy hanyalah perusahaan ayahnya sendiri.

"Kalau skandal tentang kamu bermain wanita mungkin masih bisa diterima di masyarakat, tapi skandalmu dengan sesama jenis... Bisa dilihat hasilnya nanti. Asumsi masyarakat akan meledak-ledak dan hal itu sudah pasti akan berdampak negatif untuk semua , termasuk perusahaan ayahmu." Ibu tiri Roy menambahkan minyak kedalam api yang berusahan dipadamkan Roy.

Ayah Roy berdehem sekali dengan kencang, menandakan agar istrinya tidak berbicara lebih jauh lagi. Dengan wajah kesal,ibu tiri Roy terdiam sambil melanjutkan menikmati makanannya.

"Apa kau sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita saat ini?" Tanya ayah Roy dengan mata yang penuh makna kearah Roy.

"Ya." Jawab Roy singkat membalas tatapan ayahnya.

"Seberapa jauh hubungan kalian?" Tanya ayah Roy lagi.

"Paling juga hanya berpegangan tangan saja. Semua mantannya mengatakan hal itu dengan kalimat yang sama." Timpal ibu tiri Roy yang langsung mendapatkan tatapan tajam ayah Roy.

"Kami sudah tidur bersama." Jawab Roy dengan santai
sambil menyantap makanannya dan merasakan kemenangan akan jawabannya terhadap serangan yang dilemparkan oleh ibu tiri dan juga saudara tirinya sedari tadi.

"Bawa kekasihmu kemari. Menikahlah dengannya.Jangan buat berita diluar yang tidak benar membuat kita merugi nantinya." Kata ayah Roy membuat keputusan untuk Roy . Roy hendak membantah ayahnya.

"Aku tidak sedang mencampuri urusan pribadimu. Tapi kita hidup dalam masyarakat beradab. Jika kamu sudah menidurinya,nikahi dia. Bawa dia kemari dan segera nikahi dia. Atau aku sendiri yang akan menemuinya." Lanjut ayah Roy dengan serius tanpa berkedip kepada Roy.

Kali ini Roy seperti mendapatkan hantaman balik dari apa yang ia ucapkan tadi.
"Nanti aku akan bawa dia kemari." Kata Roy sambil mencoba mencari cara untuk mencari keberadaan Sheila dan juga bagaimana cara untuk mengatakan hal ini padanya.

"Seminggu. Aku memberimu waktu satu minggu untuk membawanya kemari." Balas ayah Roy tanpa menerima penolakan dari Roy. Sifat ayah Roy sangat mirip dengan Roy, sekali membuat keputusan hal itu tidak bisa terbantahkan.

Kali ini Roy merasa menyesal mengucapkan kalimat serangan balik untuk ibu tiri dan saudara tirinya itu. Seperti bumerang yang berbalik menyerang dirinya. Dan Roy merasa hidupnya yang sudah ia tata sedemikian rapi akan porak poranda sebentar lagi.
-----------------------------------------------------

Nenek Sheila terjatuh lagi dan kali ini disertai peradangan yang lumayan parah. Biaya perawatan yang ditujukan kepada Sheilapun terbilang sangat fantastis bagi Sheila. Mata Sheila terbelalak melihat angka yang tertera dikertas tagihan perawatan untuknya.

"Kenapa nominalnya begitu banyak?" Tanya Sheila pada kasir di loket panti jompo neneknya itu.

"Apa tidak bisa dicicil dulu?" Tanya Sheila lagi dengan wajah penuh harap.

"Maaf mba, yang bisa dicicil hanya biaya inap saja. Kalau biaya perawatan medis kali ini tidak bisa dicicil. Karena semuanya adalah biaya medik dan juga obat-obatan yang tidak termasuk dalam anggaran bulanan seperti biasa." Jawab kasir itu dengan wajah penuh permintaan maaf pada Sheila. Sheila menghela nafas panjang dan berat.

"Semua biaya biar aku yang bayar." Kata Teddy yang berada dibelakang Sheila. Sheila menoleh dengan cepat.

"Tidak,Ted." Kata Sheila menolah tawaran Teddy.

"Yang terpenting nenekmu sehat dan selamat terlebih dahulu. Kamu bisa mengembalikannya padaku nanti." Balas Teddy sambil mengeluarkan kartu atm dari dompetnya.

Sheila hendak menolakk dengan keras,namun situasi saat ini benar-benar membuat Sheila menolak bantuan dari Teddy. Mau tidak mau Sheila harus menerima bantuan finansial dari Teddy.

Kasir panti jompo itu tersenyum kepada Teddy , sepertinya ia mengenal Teddy dari peran-peran figuran yang sering dimainkan oleh Teddy selama ini.

"Mas Teddy yah? Boleh setelah ini saya minta untuk foto bersama?" Tanya kasir itu dengan nada yang begitu manis dan lembut. Teddy tersenyum sambil memberikan kartu atmnya kepada sang kasir.

"Tentu saja." Jawab Teddy. Sheila tersenyum melihat gelagat kasir itu. Sungguh pemandangan umum ketika ia dan Teddy berjalan bersama. Selalu saja ada yang ingin berswafoto bersama dengan Teddy.

Setelah selesai dengan semua urusan administrasi panti jompo, Teddy mengajak Sheila untuk kembali ke rumah kost Sheila. Dalam perjalanan Teddy melihat kearah ponselnya yang sedari tadi berada didalam laci mobil dan dalam mode senyap. Begitu banyak panggilan yang masuk dan juga pesan masuk yang tidak ia baca.

"Ada apa?" Tanya Sheila sambil melihat kelayar ponsel Teddy.
"Ya Tuhan. Apa kamu ada jadwal syuting hari ini?" Tanya Sheila merasa bersalah karena membuat Teddy tidak syuting hari ini.

"Bukan masalah besar. Besok aku akan menemui managerku dan aku akan enemui sutradara langsung." Jawab Teddy sambil tersenyum kepada Sheila.

Lalu Teddy menekan layar ponselnya untuk menghubungi Tony. Sheila bahkan bisa mendengar Tony berteriak dari tempat duduknya.

"Aku ada urusan darurat. Bilang pada manager, besok aku akan menemui sutradara." Kata Teddy dengan tenang lalu menutup pembicaraan mereka. Sejenak tercipta suasana hening diantara Sheila dan Teddy.

"Mmm.. Soal biaya tadi...." Kata Sheila mencoba untuk membuka ppembicaraan yang ia rasa begitu canggung ini.

"Bukannya tadi kita sepakat untuk menjadikannya pinjaman? Kamu bisa mengembalikannya dengan bertahap." Kata Teddy langsung memotong kata-kata Sheila . Terlihat ekspresi tidak senang dari Teddy ketika mengucapkan hal itu. Sheila menundukkan kepalanya sejenak lalu melihat kearah jalann yang ada didepannya.

"Oke. Aku akan kembalikan walaupun tidak bisa langsung dalam jumlah yang sama. Aku bisa mengembalikannya bertahap sesuai dengan tanggal gajianku." Balas Sheila dengan canggung. Tidak ada balasan dari Teddy selama beberapa saat.

"Kenapa semakin lama aku merasa kamu semakin menghindariku? Kau juga tidak mau menerima bantuanku." Tanya Teddy tanpa melihat kearah Sheila.

Sheila menoleh sejenak kearah Teddy lalu melihat kearah luar jendela mobil yang ada disampingnya.

"Kita tidak akan membahas hal ini,Ted. Kita sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya." Balas Sheila sambil menghella nafas panjang. Seketika Teddy meninjak rem mobilnya,membuat Sheila terkejut dan melihat kearah Teddy. Wajah Teddy terlihat tegang dan marah.

"Aku sudah lelah dengan 'hal ini'. Aku merasa semakin jauh darimu walaupun kita selalu bersama." Kata Teddy dengan nada agak meninggi, seolah hal ini sudah lama ia pendam.

"Apa yang jauh. Kita tetap seperti biasa , tidak ada yang berubah. Kita tetap teman baik ...." Balas Sheila yang langsung tepotong oleh tawa sinis Teddy.

"Teman? Apa aku hanya teman dimatamu? Dihatimu?" Tanya Teddy menatap lurus kearah Sheila . Sheila tidak sanggup menatap mata Teddy, Sheila membuang pandangannya kearah lain.

"Aku tidak." Kata Teddy sambil menyentuh wajah Sheila untuk melihat kearahnya.
"Aku tidak mau mengingkarinya lagi,Ciya. Aku berusaha menghilangkan perasaan ini,tapi tidak bisa. Semakin aku berusaha menghindarinya , rasa ini semakin tumbuh tak terkendali. Aku menyadarinya ketika kamu mendapatkan masalah malam itu. Saat kamu tiba-tiba memutuskan telepon dariku lalu tidak bisa dihubungi kembali. Apa kamu tahu , jantungku seakan berhenti berdetak. Secepat mungkin aku ingin berada disampingmu,melihatmu dengan mata kepalaku sendiri, memastikan apakah kamu baik-baik saja.Aku baru tahu ternyata perasaanku padamu tidak pernah berubah, malah semakin tumbuh setiap harinya." Lanjut Teddy sambil tetap menangkup wajah Sheila dengan telapak tangannya.

Kata-kata Teddy membuat jantung Sheila berdebar tidak karuan. Wajah Sheila juga memerah, membuat Sheila salah tingkah.
"Teddy, dengarkan aku.." Kata Sheila sambil berusaha melepaskan tangan Teddy dari wajahnya. Sheila tidak ingin perasaan yang selama ini ia jaga terkendali kepada Teddy luluh lantak karena cinta yang ia pendam untuk Teddy.

Teddy tidak melepaskan tangannya dari wajah Sheila,malah mendekatkan wajah Sheila pada wajahnya.

"Kamu juga merasakan hal yang sama,Ciya. Kita tidak perlu berpura-pura lagi." Kata Teddy sambil tersenyum melihat ekspresi Sheila yang tidak pernah bisa menyembunyikan perasaannya.

Dengan lembut Teddy mencium ringan bibir Sheila. Sheila memejamkan matanya ketika bibir Teddy menyentuh bibirnya dengan begitu lembut. Namun yang terlintas di benak Sheila adalah Roy. Seketika Sheila mengingat apa yang sudah ia lakukan bersama dengan Roy malam itu. Sheila terkesiap dan menyudahi ciumannya dengan Teddy.

Teddy merasakan penolakan oleh Sheila.Teddy sempat merasa kecewa namun Sheila langsung menyentuh tangan Teddy.

"Beri aku waktu,Ted."Kata Sheila dengan jantung berdebar kencang. Sheila tidak tahu debaran jantungnya karena ciuman Teddy atau sekelebat ingatan yang muncul dalam benaknya saat dirinya bersama dengan Roy. Teddy memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Maaf,aku hanya mementingkan perasaanku saja." Kata Teddy lalu kembali keposisi mengemudinya.

"Bukan begitu.. Aku hanya.. Aku juga.." Sheila semakin salah tingkah untuk mengungkapkan isi hatinya pada Teddy.

Teddy tersenyum bahagia mendengar kalimat yang akan diucapkan oleh Sheila kepadanya.

"Jadi, benarkan kamu juga merasakan hal yang sama denganku?" Tanya Teddy dengan perasaan menggebu-gebu. Wajah Sheila terlihat merah lagi dan mulai sullit untuk berkata-kata lagi.

"Tidak apa-apa. Kita akan memulai hubungan baru kita. Aku tahu mungkin akan terasa canggung untukmu. Berarti mulai hari ini,kita .. berpacaran?" Kata Teddy dengan penuh harap dan semangat yang tidak ingin Sheila patahkan.

Hari ini hatinya begitu bahagia mendengar pernyataan Teddy , namun ingatannya akan malam yang ia lewati bersama Roy membuat Sheila seolah mengkhianati perasaan Teddy dan juga perasaannya. Sheila belum bisa memutuskan ingin menjawab apa untuk pertanyaan Teddy yang jelas akan ia jawab 'iya' jika saja malam itu tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan juga Roy. Sheila terdiam sejenak sambil menggigit bibir bawahnya.

"Apa kau sungguh mencintaiku dengan tulus?" Tanya Sheila dengan ragu dan mendapatkan anggukan penuh keyakinan dari Teddy.

"Apa kau akan menerimaku apa adanya dan tidak akan pernah peduli dengan apa yang pernah terjadi padaku apapun itu?" Tanya Sheila lagi berusaha meyakinkan dirinya dan juga Teddy jika mereka ingin menjalankan hubungan lebih daripada teman seperti sebelumnya.

"Tentu saja." Jawab Teddy dengan penuh keyakinan. Sheila mengerjapkan matanya berusaha untuk menguatkan hatinya, memberanikan diri untuk mengatakan kejadian itu pada Teddy, namun dengan segera juga hal itu ia urungkan. Sepertinya saat ini bukan saat yang tepat untuk menjelasskan semuanya kepada Teddy. Sheila melihat besarnya harapan dimata Teddy.

"Kita .. Mungkin akan menjalankan hubungan ini secara sembunyi-sembunyi dulu. Sebelum mendapatkan restu dari orangtuamu , ada baiknya kalau kita.."

"Tentu, aku akan mendapatkan restu dari mama dan papaku." Kata Teddy tanpa menunggu kalimat yang akan dilanjutkan oleh sheila.

Teddy sudah beranjak dari posisi menyetirnya dan memeluk tubuh Sheilla dengan erat dan juga bahagia.

"Apa kau tahu betapa bahagianya aku hari ini?" Kata Teddy yang mendapatkan pelukan balasan oleh Sheila.

Walau dalam hati Sheila merasa seribu ragu disaat ia seharusnya merasakan bahagia bersama Teddy. Sheila tidak berani membalas kalimat bahagia Teddy karena keraguan hatinya sendiri.
--------------------------------------------------------------

Nasib sial masih menaungi Sheila. Karena absennya dari kerja pparuh waktu yang ia lakukan selama 2 hari berturut-turut membuatnya kehilangan pekerjaan di butik tempat taeman Tony itu. Sheila ragu untuk memberitahu Teddy atau tidak perihal pekerjaannya ini.

Sheila mencoba untuk berusaha membuka dirinya untuk Teddy,karena mereka sudah berpacaran sekarang. Setidaknya Teddy harus mengetahui hal-hal yang terjadi pada dirinya saat ini. Sambil duduk di teras sebuah minimarket, Sheila menelpon Teddy, namun tidak mendapatkan jawaban dari Teddy.

"Mungkin dia sedang syuting." Batin Sheila sambil menutup teleponnya. Sheila iingat Teddy mendapatkan masalah ketika mengantarkannya ke panti jompo tempat nenek Sheila dirawat. Mungkin Teddy sekarang juga tengah mendapatkan masalah yang lebih besar dari Sheila.

Sheila mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal yang tengah menimpanya saat ini pada Teddy. Sheila takut hal ini akan malah membebani Teddy. Sekarang yang ada dipikiran Sheila adalah dia harus mencari pekerjaan lain untuk menyambung hidupnya kedepan. Ia tidak bisa hanya mengandalkan Teddy saja. Tapi pekerjaan apa yang kira-kira bisa ia dapatkan dengan cepat kali ini. Sheila berusaha memutar otaknya lalu pandangannya tertuju pada sepeda motor miliknya.

"Kenapa aku tidak memanfaatkan kendaraanku saja. Aku bisa mendaftar menjadi driver online." Batin Sheila dengan semangat baru yang baru saja terpupuk oleh pemikirannya itu.

Dengan semangat Sheila menghampiri sepeda motornya dan langsung menstater motornya setelah mengenakan helm miliknya. Lalu dengan segera Sheila menarik gas motornya menuju kekantor tempat tranportasi online berada.
-------------------------------------------------------------

Roy mulai pusing dengan apa yang menjadi perintah ayahnya kali ini. Mau tidak mau ia harus menemui wanita itu lagi. Egonya yang begitu besar tidak ingin menemui wanita itu lagi, namun hati kecilnya ingin.

Dan kali ini perintah dari ayahnya adalah membawa wanita itu untuk datang kerumah keluarga besarnya dan mereka harus menikah untuk menutupi kenyataan tentang dirinya yang sudah mulai terkuak di dalam keluarganya dan juga masyarakat. Roy menelpon sekertarisnya yang duduk diluar ruang kerja Roy.

"Tolong cari info tentang Teddy dan juga semua orang terdekatnya." Perintah Roy lalu menutup pembicaraan.

Roy bahkan tidak tahu nama wanita yang bersamanya semalaman itu. Roy merasa akan ada hal menarik jika mereka bersama. Akan lebih mudah jika wanita itu juga seorang matrealistis. Roy pasti lebih bisa mengaturnya sesuai dengan keinginannya. Tak lama sekertaris Roy mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Masuk." Kata Roy setelah melihat sekretarisnya yang berada diluar lewat kaca pintu ruang kerjanya.

Sekertaris Roy masuk dengan membawa selembar kertas. Setelah masuk ke ruang kerja Roy, sekretaris itu memberikan lembaran itu pada Roy.

"Mereka orang yang dekat dengan Teddy. Asisten yang bernama Tony. Managernya yang bernama Billy. Dan juga Sheila, dia pernah menjadi asisten penulis bu Siska. Beberapa yang dekat dengan Teddy hanya beberapa aktor saja. Dia juga tidak memiliki affair dengan aktris manapun. Juga tidak ada catatan ia berpacaran dengan siapapun." Kata sekretaris Roy menjelaskan apa yang ia dapatkan untuk info orang-orang terdekat dengan Teddy.

"Siapa Sheila ini?" Tanya Roy yang mulai merasa dia sudah menemukan identitas wanita yang sudah menemaninya semalaman itu.

"Menurut informasi , Sheila adalah teman Teddy dari kecil. Mereka tumbuh bersama dan bersekolah di sekolah yang sama sampai kuliah. Dan mereka masih sering berhubungan bahkan sering bertemu." Jawab sekretaris Roy dengan tanggap.

Roy mengangguk memahami informasi yang diberikan oleh sekretarisnya.
"Cari informasi tentang Sheila ini." Kata Roy sambil memberikan kertas itu kembali kepada sekretarisnya.

"Baik,Pak." Jawab sekretaris Roy sambil mengambil kembali kertas itu.

"Dan.. Jangan sampai ada yang tahu tentang ini." Tambah Roy sambil mengarahkan telunjuknya kearah sekretarisnya yang dijawab dengan anggukkan oleh sekretarisnya.

Setelah sekretarisnya pergi, Roy merasa harus menyusun rencana selanjutnya. Bagaimanapun ia harus bisa membuat wanita itu menikah dengannya dan menutupi rahasia yang selama ini ia jaga dengan baik. Akan lebih baik jika ia juga bisa mengetahui kelemahan wanita itu untuk memperalatnya dengan mudah tanpa menuntut apapun darinya kecuali soal finansial. Roy akan memberikan berapapun yang wanita itu inginkan jika memang wanita itu menginginkan sejumlah uang darinya.
-------------------------------------------------------------

Teddy menghubunginya tepat setelah ia selesai mendaftar untuk menjadi driver online.

"Ya, Ted?" Tanya Sheila setelah menjawab panggilan dari Teddy.

"Kamu tadi menelponku. Ada apa? Apa kau merindukanku?" Teddy berbalik tanya, pertanyaan Teddy kali ini membuat Sheila tersipu malu sendiri.

"Apa masalahmu dengan manager dan sutradara sudah selesai?" Tanya Sheila mengalihkan pembicaraan, ia belum terbiasa dengan status mereka saat ini.

"Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah membicarakannya dengan manager dan sutradara tadi. Kebetulan juga bagianku hanya sedikit kemarin itu. Dan ada sedikit kasus. Pemeran utama wanitanya tiba-tiba diganti dan harus ralat skenario untuk selanjutnya." Jawab Teddy sedikit kecewa tidak mendapatkan jawaban dari Sheila.

Sheila ingat siapa pemeran utama wanita dalam film yang sedang dimainkan oleh Teddy dan wanita itu yang membuat kehebohan di hotel ketika ia bersama Roy. Apakah karena yang ia lakukan kepada Roy membuatnya kehilangan perannya dalam film itu?

"Ciya?" Tanya Teddy yang tidak mendengarkan suara Sheila setelah mendengar jawaban darinya. Suara Teddy memgembalikan Sheila pada kenyataan saat ini.

"Oh maaf, aku sedang dijalan. Tapi masalahmu sudah bereskan?" Tanya Sheila lagi untuk memastikan Teddy baik-baik saja.

"Kamu tidak perlu khawatir,Ciya. Aku baik-baik saja. Apa kau merindukanku?" Tanya Teddy lagi, ingin mendengarkan jawaban dari Sheila.

"Aku.. aku masih belum terbiasa dengan hubungan kita saat ini. Aku terlalu malu untuk mengucapkan hal itu." Jawab Sheila pada akhirnya.

Sheila memang tidak bisa berbohong tentang perasaannya. Jawaban Sheila malah membuat Teddy tertawa kecil dan terdengar bahagia disana.

"Aku merindukanmu,Ciya. Kita jalani perlahan saja. Oh iya aku akan cuti selama 3 hari. Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Untuk membiasakan dirimu juga pada hubungan kita saat ini." Kata Teddy dengan nada penuh semangat.

Sheila sempat ragu akan usulan Teddy, seperti sesuatu yang mengganjal besar di hatinya membuatnya berat untuk harus mengiyakan ajakan Teddy, tapi jika ia menolak Teddy pasti akan lebih kecewa lagi.

"Iya. Tentu saja. Kita akan kemana?"

"Nanti setelah syuting aku akan menghubungimu lagi." Kata Teddy terdengar begitu gembira dan bersemangat.

"Iya." Jawab Sheila singkat sebelum menutup pembicaraannya dengan Teddy.

Sheila masih tidak mengerti perasaan yang mengganggunya selama ini saat ia bersama Teddy. Perasaan bersalahkah ataukah perasaannya telah berubah pada Teddy. Sheila masih tidak bisa memahaminya sampai saat ini.

Teddy begitu bahagia sampai ekperesinya terlihat sangat jelas.
"Apa kau sedang jatuh cinta?" Tanya Billy, manager Teddy setelah Teddy mengantongi ponsel miliknya.

"Iya. Jatuh cinta sekali." Jawab Teddy dengan wajah polos seperti anak berusia 10 tahun yang senang mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Apa masih ada adegan yang harus aku mainkan lagi?' Tanya Teddy pada managernya.

"Iya, ada satu lagi , adegan di rumahsakit." Jawab Billy sambil terheran melihat sikap Teddy.
"Apa kau sedang pacaran saat ini?" Tanya Billy dengan serius kepada Teddy. Teddy tersenyum dan mengangguk dengan perasaan senang.

"Apa kamu tahu pengaruhnya untuk reputasimu?" Tanya Billy lagi dengan penuh kekhawatiran.

"Tidak. Aku juga tidak akan khawatir dengan profesiku. Aku sudah menantikan dia setelah begitu lama. Dan sekarang aku bisa memilikinya. Itu adalah kebahagiaan terrbesarku. Tidak peduli jika aku harus kehilangan pekerjaan ini." Jawab Teddy dengan senyum yang lebar dan bahagia. Billy menghela nafas dengan berat.

"Apa kau tidak memikirkan tentang pekerjaanku dan juga Tonny? Bagaimana kamu bisa seegois ini?" Kata Billly sambil memijat-mijat keningnya. Teddy mengangguk perlahan

"Aku juga memikirkan hal itu. Mungkin kita bisa mencoba usaha lain atau membuka usaha sendiri. Bagaimana ide ku?" Tanya Teddy dengan semangat yang tiba-tiba muncul begitu saja. Billy menunjukkan tangannya kearah Teddy.

"Kamu.." Kata Billy sampai tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi.
"Jangan sampai terekspos." Lanjut Billy dengan nafas putus asa.

"Bukankah bagus jika terekspose? Hal ini akan membantu meredakan gosip kemarin tentang aku dan pak Roy. Hal ini malah akan menandakan jika aku adalah lelaki normal dan tidak memiliki affair dengan pak Roy.Darimananya hubunganku dengan kekasihku bisa menjatuhkan karirku?" Balas Teddy bersikeras tentang rencananya untuk memperlihatkan kepada dunia tentang hubungannya dengan Sheila.

"Memang masuk akal, tapi jika kekasihmu ini hanya orang biasa dan juga ia memiliki reputasi yang buruk. Hal ini tentu akan mempengaruhi karirmu. Apa kamu lupa jika semua yang sudah kamu capai saat ini bukan hasil kerja satu atau dua tahun." Kata Billy berusaha menjelaskan kepada Teddy.

"Aku mengejar kekasihku saat ini juga bukan satu atau dua tahun." Balas Teddy dengan raut wajah yang serius kali ini. "Aku lebih tidak ingin kehilangan kekasihku daripada karirku. Aku sudah menunggu lama dia menerima perasaanku selama ini."

"Terserah padamu. Aku sudah mengingatkan, jangan sampai publik mengetahui dengan pandangan negatif soal hubunganmu dan kekasihmu ini. Dan bilang pada kekasihmu untuk selalu menjaga tingkah lakunya didepan publik." Kata Billy lalu meninggalkan Teddy menuju ke tempat lain.

Percuma bagi Billy jika harus berdebat dengan Teddy jika Teddy sudah mengeluarkan raut wajah seperti itu. Dan yang pasti Billy akan mencari wanita yang menjadi kekasih Teddy saat ini. Ia harus memastikan wanita ini harus memberikan hal posiitif untuk karir Teddy.
------------------------------------------------------------

Hari ini Sheila harus bertemu dengan orang yang tidak ingin ia temui.. Roy. Bagaimana bisa Roy mengetahui tempat tinggal Sheila di tempat yang begitu tersembunyi .Tepat setelah Sheila kembali dari kantor transportasi online, Sheila dikejutkan dengan kedatangan Roy yang sudah menunggunya di depan pagar rumah kost Sheila.

Sheila menghentikan sepeda motornya tepat didepan mobil Roy yang terparkir didepan pagar rumah kost Sheila. Roy berjalan mendekati Sheila dengan langkahnya yang tegap dan santai.

"Ada perlu apa?" Tanya Sheila sambil melepaskan helm dari kepalanya dan meletakkan helm itu di kaca spion sebelah kanan.

"Apa bisa bicara sebentar? Ini agak pribadi, jadi apa kita bisa bicara di tempat yang tenang?" Tanya Roy dengan tenang sambil menyelipkan tangan kanannya kedalam saku celana.

Sheila melihat keseluruh sudut di sekitar rumah kostnya. Lalu pandangannya kembali lagi kepada Roy.

"Disini juga tenang." Jawab Sheila dengan polos . Sheila sebisa mungkin mengontrol detak jantungnya yang tidak beraturan ketika melihat Roy lagi.

"Maksudku tempat yang bisa kita gunakan untuk berbicara 4 mata. Disini juga panas, wajahmu memerah." Kata Roy dengan kesabaran yang tidak biasa. Hal itu malah membuat Sheila bergidik ngeri.

"Memangnya kita akan membahas apa?" Tanya Sheila dengan ragu-ragu. Sheila benar-benar tidak mau menemui Roy lagi, terlebih setelah insiden malam itu.

"Apa perlu aku membahasnya disini?" Tanya Roy dengan nada yang sudah mulai tidak sabar lagi membuat Sheila mendongakkan kepalanya menatap wajah Roy yang tanpa senyuman itu.

Sheila menjadi salah tingkah akan ucapan Roy, Sheila paham akan maksud dari pembicaraan Roy. Tidak mungkin mereka membicarakan hal itu disini.

"Kita bisa ke cafe yang ada didekat sini." Jawab Sheila dengan gugup.

Walau enggan Sheila memang merasa hal ini perlu ia tuntaskan sepenuhnya agar tidak menjadi beban di hatinya. Sheila juga tidak mau nantinya ia merasa tidak nyaman ketika bersama dengan Teddy karena hal yang telah ia lakukan dan Roy bersama malam itu.

"Cafe terlalu terbuka dan pasti ada oranglain disana , di kost mu juga tidak aman, sudah pasti ada teman kost yang menguping nantinya, memangnya kamu mau hal ini sampai terdengar oranglain?." Jawab Roy singkat tanpa memberi celah bagi Sheila untuk menyangkalnya.

Sheila menghela nafas panjang, berhadapan dengan Roy tidak akan pernah menguntungkannya dari segi emosi.

"Lalu dimana lagi kita..."

"Dimobilku. Kita akan membicarakannya sambil jalan. Disana tidak akan ada yang menguping, dan aku jamin semuanya akan aman. Pembicaraan kita juga tidak akan lama. Aku juga akan ada janji temu dengan investor setelah ini." Jawab Roy dengan cepat sampai membuat Sheila mengedipkan matanya beberapakali untuk mencerna kata-kata Roy.

"Kalau sedari awal sudah tahu mau berbicara dimana kenapa harus bertanya padaku kita akan bicara dimana?" Batin Sheila dengan kesal. Sheila mengangguk lalu turun dari motornya .

"Tunggu sebentar , aku akan memarkirkan motorku dulu didalam." Jawab Sheila dengan singkat.

Mobil Roy terasa nyaman dan dingin. Berbeda dengan cuaca diluar saat ini. Namun Sheila tidak menyukai AC dalam mobil Roy yang terasa dingin menusuk kulitnya.

"Aku mulai saja." Kata Roy membuka pembicaraan sambil tetap melihat kearah depan kaca mobilnya.
"Malam itu , yang terjadi diantara kita. Itu adalah sebuah kecelakaan." Lanjut Roy.

Kata-kata Roy memang benar, namun entah mengapa kalimat itu seolah mengiris hati Sheila. Dnegan enggan Sheila mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Roy.

"Lalu?" Tanya Sheila tanpa berani melihat kearah Roy.

"Semua adalah jebakan yang dilakukan oleh Katarina. Dia hanya ingin balas dendam akan keputusanku yang ingin kami berpisah saja. Dia juga menyebarkan berita bohong soal aku yang memiliki affair dengan Teddy. Hal itu terdengar sampai kepada keluargaku. Aku harus membersihkan namaku didalam keluargaku,untuk itu aku membutuhkan bantuanmu." Roy memberikan penjelasannya pada Sheila. Sheila berusaha menyerap inti dari perkataan Roy.

"Kenapa tidak kau datangkan saja Katarina untuk memberikan penjelasan pada keluargamu?" Tanya Sheila dengan polos.

"Dia tidak akan memberikan penjelasan, yang ada malah memperunyam keadaan. Kalau masalahnya sesederhana itu tentu aku sudah menyeret Katarina untuk memberikan penjelasannya didepan keluargaku.Tapi gara-gara berita yang ia keluarkan kepada para wartawan yang akhirnya sampai kepada kelluargaku membuat semuanya kacau. Bisnis ayahku akan mengalami kerugian, Dan yang jelas hal itu akan berpengaruh juga kepada bisnisku. Aku harus melakukan sesuatu yang jelas menguntungkan untuk bisnis ku dan juga keluargaku. Dan nama baik keluargaku tentunya. " Kata Roy lagi sambil memindahkan perseneling mobilnya,

"Lalu apa yang aku lakukan untuk membantumu ... Maksudku apa gunanya aku dalam urusanmu dan keluargamu?" Tanya Sheila merasa agak kesal dengan apa yang disampaikan oleh Roy sedari tadi hanya menyangkut Roy dan juga keluarga Roy saja. Dan Sheila masih tidak memahami dari inti Roy ingin berbicara dengannya sekarang ini.

"Aku sudah mengatakan bahwa rumor itu tidak benar, tapi pada kenyataannya rumor itu mempengaruhi bisnis ayahku. Dan aku hanya bisa menyangkalnya dengan mengatakan bahwa aku sudah memiliki kekasih dan sudah pernah tidur dengannya." Jawab Roy dengan agak tegang sampai Sheila juga bisa melihat Roy mencengkeram setir mobil dengan sangat erat.
"Ayahku memberiku waktu satu minggu untuk membawamu kepadanya. Dia ingin kita menikah untuk memutuskan rumor yang beredar." Lanjut Roy. Awalnya Sheila terkejut dengan kata-kata Roy , namun kemudian Sheila tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa harus aku? Oke aku bisa memahami situasi kita malam itu. Aku sudah berusaha menerimanya sebagai kecerobohanku sendiri. Aku sudah berusaha keras untuk tidak memasukkannya kedalam ingatanku lagi. Anggaplah saja itu kesalahan. Tapi , sekarang kau memintaku untuk menikahimu hanya untuk menyelamatkan reputasimu dan juga keluargamu? Memangnya aku siapa? Kamu kan juga bisa meminta salah satu kekasihmu untuk menjalankan peran sebagai calon istrimu, membujuk mereka untuk memainkan peran sebagai istrimu didalam keluargamu. Mereka juga akan dengan sukarela melakukan hal itu untukmu. Kenapa harus aku?" Kata Sheila sambil berusaha memikirkan banyak kemungkinan yang ada dirinya harus bersanding dengan Roy hanya karena kisah satu malamnya dengan Roy.

"Karena memang aku melakukannya denganmu." Jawab Roy sambil menginjak rem mobilnya .

Lalu Roy menatap wajah Sheila yang menatap dirinya dengan wajah memerah. Sheila berusaha mengembalikan dirinya kedalam kenyataan yang ada saat ini. Dia harus fokus pada apa yang akan ia lakukan. Jelas ia tidak ingin hidup bersama dengan Roy . Lelaki yang begitu kasar dan arogan. Lalu terbesit sesuatu dalam pikiran Sheila.

"Jangan bilang padaku , ini juga pertamakalinya dalam hidupmu?" Tanya Sheila tidak percaya dengan apa yang ia tanyakan.

Sheila hanya mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya saat itu. Sheila bisa melihat ekspresi Roy yang ragu untuk menjawab pertanyaan darinya.

"Kalau kau setuju dengan tawaranku. Aku akan memberikanmu kontrak bermaterai . Kita akan memiliki perjanjian hitam diatas putih. Aku juga akan memberikan pekerjaan tetap padamu. Kamu juga akan mendapatkan kompensasi dengan nominal yang kamu inginkan. Kedua belah pihak tidak akan mengalami kerugian apapun." Kata Roy sambil memberikan map coklat kepada Sheila, setelah mengambilnya dari laci mobil yang ada di depan Sheila . Sheila tertawa sinis.

"Memangnya semua harus sesuai keinginanmu? Aku juga memiliki kehidupan sendiri. Aku tidak mau hidupku harus mendapatkan ikatan yang tidak sesuai dengan hatiku, apalagi ini adalah ikatan pernikahan. Pernikahan bukan hal yang bisa kamu pakai untuk permainan seperti ini." Balas Sheila sambil menolak map coklat kertas yang disodorkan oleh Roy.

"Aku tidak sedang bermain dengan pernikahan. Aku hanya menyelamatkan reputasiku dan juga keluargaku. Aku juga memberikan kompensasi yang sesuai untukmu. Aku tidak merugi, kamu pun juga tidak." Kata Roy sambil menyodorkan map itu lagi pada Sheila.

"Kamu bisa meminta nominal sesuai keinginanmu."Lanjut Roy dengan pandangan tajam kearah Sheila. Sheila tertawa kecil melihat sikap Roy.

"Apa kau selalu melakukan hal seperti ini dalam hidupmu? Apa segala sesuatu selalu kamu ukur dengan uang?" Tanya Sheila dengan senyuman sinis pada Roy.

"Munafik kalau kita tidak menyukai uang. Uang bisa membeli segalanya, uang juga bisa memberikanmu banyak hal." Kata Roy dengan senyuman yang tidak kalah sinis dari Sheila.

"Kamu benar. Uang memang bisa benar-benar membutakan . Aku tidak memungkirinya. Tapi aku adalah orang yang membutuhkan uang, bukan mencintai uang. Apa kamu bisa memahami hal ini?" Balas Sheila .

"Apakah ada bedanya? Semua orang adalah sama jika mengenai uang." Balas Roy dengan sinis.

"Kamu tidak akan pernah memahaminya dengan sifatmu yang egois dan arogan seperti ini." Kata Sheila sambil mengembalikan map coklat itu pada Roy.

"Aku rasa urusan kita sudah selesai sekarang. Mari kita lupakan saja tentang kejadian malam itu. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi untuk kedepannya. Terimakasih." Lanjut Sheila lalu keluar dari mobil Roy.

Roy tidak mengejar Sheila yang turun dari mobilnya dan berjalan entah kemana setelah keluar dari mobil Roy. Roy menghubungi pengacaranya yang menangani kasusnya dengan Katarina.

"Aku perlu bantuanmu untuk masalah Katarina. Bantu aku untuk bertemu dengan Katarina. Aku ingin malam ini." Kata Roy dengan nada dingin lalu menutup teleponnya.

Bagaimanapun Roy harus menemukan kelemahan dari Sheila agar bisa menariknya dalam rencananya tentang pernikahan yang ia janjikan kepada ayahnya itu.
-------------------------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience