Chapter 4

Romance Completed 3114

Tangan itu terasa berat menimpa tubuhnya namun terasa nyaman. Rasanya hangat dan nyaman, lengan itu memeluk tubuhnya yang merasa kedinginan akan suhu AC yang terasa sangat tidak nyaman. Tubuhnya terasa begitu lelah dan nyeri.

Seketika mata Sheila terbelalak, dengan cepat ia terbangun dari tidurnya saat menyadari seseorang sedang berada disampingnya. Tidur bersamanya sepanjang malam. Sheila bangkit dari posisi nyamannya dan melihat seseorang yang memeluknya dari belakang. Wajahnya tidak asing, wajahnya begitu polos terlelap tanpa busana dibalik selimut yang membungkus tubuh mereka berdua.

Itu Roy, seseorang yang begitu ia benci. Bagaimana bisa Roy berada disini bersamanya. Mereka juga tidak mengenakan apapun dibalik selimut tipis kamar hotel. Sheila menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang,tapi malah membuat tubuh Roy terlihat jelas.

Cepat-cepat Sheila menutupi tubuh Roy yang telanjang dan buru-buru Sheila mencari selimut lain untuk menutupi tubuhnya. Ia melihat ada selimut yang tergeletak dilantai kamar hotel yang berlapis karpet coklat hangat itu. Saat Sheila berbalik untuk melihat Roy lagi. Roy sudah membuka matanya dan membuat Sheila terkejut,rasanya seperti berada dalam film horror dan hantu yang ditunggu-tunggu muncul begitu saja.

Dengan tenang Roy bangun dari posisinya walaupun wajahnya juga mengatakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Sheila.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau ada disini?" Tanya Roy sambil mengusap wajahnya berusaha mengembalikan kesadarannya.

"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu. Ini kamarku. Apa yang kamu lakukan disini?" Sheila berbalik tanya sambil memegangi selimut yang membalut tubuhnya.

Roy memandang Sheila yang begitu berantakan dan menggoda hanya dengan balutan selimut hotel yang kusut dan rambut ikal yang berantakan.

"Mungkin lebih tepatnya apa yang sudah kita lakukan." Ralat Roy sambil memandang Sheila yang berdiri didepannya dengan tubuh kaku dan terkejut.

"Aku hanya datang kemari. ..." Sheila mencoba memutar otaknya, membuka memorinya sebelum ia terbangun pagi ini.

Ia sedang menjelajahi kamar hotel yang luas lalu layanan kamar datang memberikan makanan malam dan juga jus jeruk. Sheila mengira itu adalah pesanan dari Teddy untuknya. Karena merasa lapar, Sheila melahap semua makanan itu beserta jusnya tanpa tersisa. Setelah itu ia kekamar mandi untuk mandi dan mendengar pintu kamar hotelnya terbuka, namun tidak ada yang mencurigakan. Saat Sheila keluar dari kamar mandi tubuhnya terasa pening dan tubuhnya terasa panas terbakar.

Di tempat tidur, Sheila melihat seseorang namun tidak jelas siapa. Yang jelas ia adalah seorang pria jika dilihat dari postur tubuhnya. Pria itu juga sedang melepaskan pakaian yang ia kenakan,entah apa yang ada dalam pikiran Sheila saat itu. Ia hanya mengikuti keinginan tubuhnya untuk mendekat pada pria itu. Segalanya terasa seperti mimpi yang mengambang diantara alam sadarnya.mungkin ini semua memang hanya mimpi erotis yang sedang Sheila alami. Ia hanya merasa tubuhnya begitu berat untuk ia topang sendiri,ia ingin merebahkan dirinya di tempat tidur. Pria itu meraih Sheila, mencium bibirnya dengan panas dan penuh gairah. Sheila ingin menolak, ia tidak mengetahui siapa pria itu namun tubuhnya menginginkan apa yang pria itu inginkan. Tanpa menyadari jika pria yang sedang mencumbunya adalah Roy. Roy mencium bibir Sheila begitu mendalam dengan nafas yang memburu. Sheila membalas ciuman itu dengan sama panasnya, kedua tangan Sheila merangkul leher Roy yang terasa kokoh dan hangat, membelai rambut Roy yang terasa lembut namun menusuk disetiap helai jarinya. Roy berhenti mencium bibir Sheila dan membuka jubah mandi Sheila, melemparkannya begitu saja dilantai setelah melepaskannya dari tubuh Sheila. Ia merebahkan Sheila diatas tempat tidur dan menindih tubuh Sheila dengan tubuhnya yang lebih besar daripada Sheila, mencubunya lagi. Sheila membalas segala yang dilakukan oleh Roy pada dirinya dengan hal yang sama.

"Ini hanya mimpi. Seperti inikah rasanya pemeran yang aku tulis dalam naskahku selama ini?" Batin Sheila dalam hati. Apapun yang terjadi setelah itu Sheila tidak bisa mengingat dengan jelas.

Setelah kembali mengingat yang terjadi semalam, Sheila menutup mulutnya yang ternganga dengan sebelah tangannya. Wajah Sheila memerah setelah mengingat apa yang ia lakukan semalam dengan Roy. Ia kira semuanya hanya mimpi, namun semuanya adalah kenyataan yang ia alami.

Roy bisa mengetahui semuanya dari ekspresi Sheila yang begitu ketara. Roy mencoba menjernihkan pikirannya yang keruh saat ini. Ia datang kehotel ini karena permintaan dari Katarina. Jelas semua ini adalah rencana dari Katarina, sebelum ia kehilangan kendali, Katarina mengajaknya makan malam terlebih dahulu. Ia seharusnya menaruh curiga saat itu pada Katarina. Dia wanita yang licik dan sangat pendendam. Tapi mengapa Katarina menjebaknya bersama dengan gadis yang tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Roy melihat kearah Sheila lagi.

"Apa hubunganmu dengan Katarina?" Tanya Roy penuh curiga. Sheila mengernyitkan keningnya, ia sama sekali tidak pernah mendengar nama itu dalam ingatannya, baik dalam dunia nyata maupun dunia naskah. Sheila menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu nama itu." Jawab Sheila dengan jujur.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku korban disini." Kata Sheila sambil mempererat selimut yang ia kenakan. Roy tertawa sinis.

"Mana aku tahu. Aku juga korban disini." Balas Roy sambil merentangkan tangannya dengan frustasi.
"Aku juga tidak tahu kau bekerjasama dengan siapa?" Lanjut Roy sambil meletakkan tangannya lagi ke tempat tidur. Kali ini giliran Sheila yang tertawa sinis.

"Kau sudah gila. Aku tidak akan bekerjasama dengan siapapun dengan menjual tubuhku. Apalagi untuk lelaki sepertimu." Balas Sheila sambil menunjukkan telunjuknya kearah Roy dengan perasaan tidak sukanya.

Roy melihat kearah tempat tidur yang kusut oleh tubuhnya dan Sheila semalam dan melihat berkas noda yang ada disana.
"Kau tidak suka tapi buktinya memang kita melakukannya semalam. " Kata Roy sambil melihat kearah Sheila lagi, membuat wajah Sheila memerah kembali karena malu.

"Ini.. Ini namanya pemerkosaan. Apa kamu tahu itu?" Kata Sheila sambil tergagap oleh rasa malunya.

Setidaknya dia harus membela dirinya. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini akan terjadi padanya untuk pertamakali dalam situasi yang begitu rumit. Roy berdiri dari posisinya membuat selimut tipis itu melewati tubuhnya yang begitu mempesona. Dengan spontan Sheila menutup matanya dengan sebelah tangannya dan berbalik membelakangi Roy.

"Jadi ini kali pertamamu?" Tanya Roy dengan nada mengejek dan senyum yang sinis.

Roy menuruni tempat tidur dan mencari celana dalamnya juga bajunya yang lain. Dari luar pintu kamar terdengar suara ketukan yang lumayan kencang. Membuat Sheila sontak kaget dengan suara itu.

"Layanan kamar tidak akan datang pada jam seperti ini." Kata Roy sambil mengenakan pakaian dalamnya dan memakai jubah mandi yang Sheila kenakan semalam.

Roy berjalan menuju ke arah pintu dan membuka pintu itu begitu saja tanpa melihat ke lubang pengintip di daun pintu kamar hotel. Roy dikejutkan dengan sinar blitz dari kamera wartawan yang datang dan langsung menyodorkan microfon kecil kearahnya.

"Bapak Roy, apa benar tentang kabar bapak yang memiliki hubungan dengan sesama jenis?" Tanya seorang wartawan dengan begitu antusias.

"Apa benar bapak sedang menjalin hubungan dengan aktor Teddy?" Tanya wartawan yang ada disebelahnya lagi. Tiba-tiba gerombolan wartawan dan juga kameramen itu semakin meringsek masuk kedalam kamar hotel.

Belum sempat Roy menghalangi, mereka sudah masuk kedalam kamar hotel dan disaat itu pula Sheila terlihat keluar dari bilik tempat tidur dengan wajahnya yang polos. Banyak kameramen yang mengambil gambar diri Sheila yang hanya berbalutkan selimut hotel.

"Sudah dapat gambarnya?" Tanya seorang wartawan yang entah darimana asalnya itu kepada salah seorang kameramen.

"OK." Balas seorang laki-laki yang ada disana. Dengan segera Roy mendorong orang-orang yang meringsek masuk kedalam kamar hotel dengan kasar dan emosi.

"KELUAR!!" Kata Roy dengan kasar dan mengusir semua yang ada disana.
"Jika kalian menguggah satu kalimat saja ataupun foto yang kalian dapatkan hari ini, aku akan menuntut kalian." Lanjut Roy sambil membanting pintu kamar hotel dengan kencang.

Roy mengumpat dengan keras setelah pintu iitu tertutup dan ia tahu ini semua adalah rencana Katarina untuk menjebak dirinya. Didengar dari perkataan wartawan tadi sepertinya Katarina hendak menjebaknya bersama dengan Teddy. Tapi yang berada bersamanya adalah mantan asisten author dalam salah satu film striping di rumah produksinya.

"Kau. Katakan padaku. Untuk siapa kamu bekerja?" Bentak Roy setelah berbalik melihat kearah Sheila.

Wajah Sheila terlihat begitu pucat dan tubuhnya gemetar. Sheila tersentak dari lamunannya. Baru pertamakali ini ia mendapat serbuan dari banyak orang seperti tadi dengan kondisi dirinya yang tanpa busana dan hanya berbalutkan selimut hotel saja. Seakan mengenakan selimut itupun terasa percuma,dirinya seperti ditelanjangi didepan banyak orang.

"Aku tidak bekerja untuk siapapun. Aku tidak tahu.." Kata Sheila sambil menggelengkan kepalanya,airmatanyapun mengalir begitu saja melewati pipinya yang terasa panas dan merah.
"Teddy." Lanjut Sheila mulai bisa mengembalikan kesadarannya akan kenyataan yang tengah ia hadapi ini. "Teddy akan datang kesini sebentar lagi. Dia yang akan menjelaskan semuanya. Aku tidak bekerja untuk siapapun." Sheila berusaha memberi penjelasan diantara isak tangisnya.

Roy enggan untuk mengakui apa yang dikatakan oleh Sheila terlihat begitu lugu dan tulus.
"Lebih baik kau berpakaian dulu. Setelah ini aku akan menghubungi pihak humas untuk menghentikan munculnya berita ngawur yang akan muncul nantinya. Aku juga akan menghubungi asisten pribadi Teddy." Kata Roy mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Setelah dirinya dan Roy berpakaian lengkap, Sheila hanya bisa duduk lemas disofa kamar hotel sambil melihat Roy yang sibuk menghubungi pihak humas rumah produksinya dan juga menghubungi tim hukumnya. Ini kali pertama Sheila mendapatkan pengalaman yang seakan tidak akan bisa ia lupakan dalam hidupnya. Pertamakalinya ia bercinta dan hal itu harus terjadi dengan orang yang begitu ia benci. Pertamakali ia mendapatkan penghinaan dimata banyak orang secara langsung. Dalam pikiran Sheila hanya menanyakan keberadaan Teddy yang tidak kunjung datang ketika ia benar-benar membutuhkannya saat ini. Apakah Teddy memanfaatkannya untuk bekerjasama dengan seorang wanita bernama Katarina itu? Setega itukah Teddy padanya? Sheila mengenal Teddy hampir separuh hidupnya dan tidak mungkin Teddy melakukan hal itu padanya. Roy duduk di sofa seberang Sheila.

"Aku tidak bisa menghubungi Teddy ataupun asisten pribadinya. Apa kau bisa menghubungi Teddy?" Tanya Roy dengan nada tegas. Sheila membalas tatapan Roy yang dingin dan tegas itu dengan perasaan kecewa dan putus asa.

Lelaki dihadapannya adalah orang yang sudah merebut harga dirinya sebagai seorang perempuan dan terlihat acuh tanpa penyesalan ataupun perasaan.

"Aku tidak memiliki ponsel. Aku tidak bisa menghubungi Teddy, dia hanya berkata akan menjemputku pukul 10 pagi." Jawab Sheila dengan suara lemah. Dirinya sudah tidak memiliki banyak tenaga yang tersisa. Rasanya semua sudah terkuras habis saat ini.

Roy menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa dengan frustasi.
"Seorang wanita pengangguran yang baru saja mendapatkan pekerjaan paruh waktu, menginap di hotel berbintang lima dan tidak memiliki ponsel dijaman seperti ini?" Kata Roy dengan sinis sambil menunjuk kearah Sheila.

Sheila menghela nafas panjang hendak membalas perkataan Roy tapi rasanya juga percuma jika ia harus menjelaskan panjang dan lebar tentang kondisinya sebelum ia menginjakkan kaki ke hotel ini. Roy tidak akan memahami keadaan yang ia alami.

"Terserah apa katamu saja. Aku menjelaskan juga percuma." Kata Sheila pada akhirnya. Tidak lama terdengar ketukan pintu yang lebih sopan dan pelan daripada ketukan yang tadi sewaktu para wartawan datang. Sheila terlihat terkejut dan takut secara bersamaan.

Roy berdiri dari duduknya dan berjalan kearah pintu hotel. Seorang pria berpotongan rapi dan berpakaian setelan kantor sedang berdiri disana. Tampaknya para wartawan dan kameramen itu sudah tidak ada di depan pintu kamar hotel. Pria itu dan Roy berbicara sebentar diambang pintu,lalu Roy menoleh kearah Sheila dengan waspada.

"Aku akan kembali kekantor. Setelah semua tenang,aku akan menghubungimu lewat pengacaraku. Masalah ini belum selesai. Aku ingin kejelasan akan semua ini." Kata roy lalu pergi dengan pria yang baru saja datang tadi,meninggalkan Sheila yang masih terguncang dikamar hotel sendirian.

Ingin rasanya ia berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Ingin ia menyalahkan apa yang terjadi padanya hari ini, tapi kepada siapa?
-------------------------------------------------------------------

Sheila menunggu Teddy dikamar hotel sampai hari menjadi gelap. Ia tidak bergerak sama sekali dari tempatnya duduk sedari tadi. Yang ia lakukan hanya terdiam disana. Teddy akhirnya muncul dengan wajah cemas.

"Ciya. Maaf aku baru bisa datang. Aku dengar dari staff hotel tadi..." Kata-kata Teddy terputus saat melihat wajah Sheila yang pucat diiringi airmatanya yang mengalir dengan tiba-tiba.

"Aku ingin pulang. Bawa aku pulang." Kata Sheila hampir tidak terdengar karena begitu parau suara yang ia keluarkan.

Teddy tidak mengatakan ataupun bertanya apapun dan hanya menuruti keinginan Sheila. Teddy membantu Sheila untuk berdiri dan membawa Sheila ke tempat parkir hotel lewat lift staff hotel.

Tidak ada kata-kata ataupun candaan sepanjang perjalanan pulang kembali kerumah kost Sheila. Sheila tidak pernah sediam ini sebelumnya, namun Teddy juga tidak berani membuka pembicaraan mengingat ekspresi yang Sheila perlihatkan tadi padanya.

Setibanya dirumah kost, Sheila langsung turun dari mobil Teddy dan langsung masuk kedalam rumah kostnya yang saat itu sudah terbuka pagarnya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Teddy. Teddy tidak bisa mengejar Sheila untuk menjelaskan mengapa dirinya terlambat menjemput Sheila hari ini ke hotel. Ia ada jadwal syuting mendadak di pagi hari. Dan saat itu juga Teddy mengetahui jika terjadi suatu masalah yang terjadi dikamar hotel yang Sheila tempati. Teddy tidak bisa datang karena managernya sudah melarangnya datang kesana karena rumor menyebutkan jika dirinyalah yang sedang terlibat skandal dengan Roy,sampai-sampai ponselnyapun disita oleh sang manager. Dilokasi syutingpun Teddy harus bersembunyi karena banyaknya wartawan yang datang ingin mewawancarai dirinya. Teddy sampai harus mencuri waktu dan kesempatan untuk bisa menjemput Sheila dihotel. Ingin rasanya Teddy bertanya apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua didalam kamar. Namun Teddy percaya jika Sheila tidak akan seperti wanita-wanita lain yang akan semurah itu bersikap romantis ataupun menyerahkan dirinya pada Roy. Namun Teddy masih merasa tidak bisa meninggalkan Sheila begitu saja, sepertinya ada hal yang terjadi diantara Sheila dan Roy yang tidak diketahui oleh Teddy. Sheila tidak mungkin berekpresi seperti itu jika tidak terjadi apapun. Wajahnya sudah seperti orang yang putus asa dan tak bernyawa. Teddy tidak memindahkan mobilnya dan hanya berdiam didalam mobil sambil menunggu Sheila membaik kondisinya.
--------------------------------------------------------------------------------

"Bagaimana mungkin didalam kamar itu bukan Teddy, tapi malah seorang gadis?" Tanya Katarina sambil membanting kamera yang dibawa oleh managernya.

"Kami kan hanya mengikuti intruksimu. Katamu akan ada berita yang menghebohkan dunia hiburan. Sampai aku harus memanggil wartawan yang biasa meliput beritamu untuk datang ke hotel, aku juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar pihak hotel agar bisa mengijinkan para wartawan masuk dan berdiri didepan pintu kamar.

"Jelas-jelas yang menginap disana adalah Teddy. Dan aku juga yakin kalau Roy itu homo." Lanjut Katarina masih tidak percaya rencana yang ia susun sedemikian rapi bisa hancur berantakan. Ia sudah merencakan untuk mengundang Roy datang kekamarnya.

Susah payah ia akhirnya bisa membuat Roy bisa meminum obat perangsang yang sudah ia siapkan, Katarina juga memberikan obat perangsang kepada minuman yang ia kirimkan untuk Teddy. Sampai ia harus bersusah payah untuk membopong tubuh Roy yang besar kedepan kamar Teddy dan meminjam kunci kamar hotel Teddy dari seorang pelayan yang sudah ia suap. Ia sangat berharap keesokan paginya saat para wartawan sudah berkumpul disana, ia akan mendapatkan hadia besar dengan terpampangnya wajah Roy dan Teddy sebagai pasangan sesama jenis yang tertangkap telah bermalam bersama. Namun apa yang ia peroleh malah Roy sedang bersama dengan seorang wanita tidak dikenal yang jauh dibawahnya.

"Kalau aku tahu akan jadi seperti ini, seharusnya aku saja yang jadi santapan Roy tadi malam. Kenapa malah wanita itu." Kata Katarina dengan sakartis dan melirik kearah managernya.

"Jangan protes kepadaku. Ini semua juga karena kebodohanmu. Kalau sampai Roy tahu ini semua rencanamu. Tamat sudah karirmu dan juga kelangsungan hidupku." Balas manager Katarina tidak kalah ketus dengan Katarina. Katarina mulai memikirkan akan hal yang pasti dilakukan oleh Roy, mencari sumber masalah dan menyelesaikannya. Sebagai senjata, Katarina tidak ingin karirnya hancur begitu saja.

"Simpan semua file-file yang ada disana. Aku pasti akan membutuhkannya jika saja Roy sampai berani menyentuh karirku." Kata Katarina sambil menunjuk kearah kamera yang ia lemparkan tadi.

Dengan kesal manager Katarina mengambil kamera yang tergeletak tidak berdaya itu dilantai dan mengeluarkan kartu memori yang ada didalamnya. Lalu menyimpan kartu memori itu didalam saku celananya.

"Kita harus berpikir bagaimana langkah kita selanjutnya. Roy jelas mencurigaimu. Kamu adalah orang terakhir yang bersamanya ketika hal ini akhirnya terjadi. Sudah pasti dia akan menargetkanmu. Kita semua tahu Roy orang yang sangat tegas dan kritis." Ujar manager Katarina sambil meletakkan kamera itu diatas meja depan Katarina.

Mendengar hal itu Katarina langsung merasakan hawa dingin menjalar keseluruh tubuhnya. Wajahnya menjadi pucat pasi. Semua orang mengenal Roy, dia pria tanpa ampun dan dingin jika sudah tidak bisa meredam kemarahannya.

"Aku akan memikirkan cara bernegosiasi dengannya. Setidaknya kita punya satu senjata." Kata Katarina sambil memutar bola matanya.
---------------------------------------------

Roy merasa sangat bodoh bisa terjebak dalam kelicikan Katarina. Dia harus mempunyai bukti untuk membuat Katarina membayar apa yang telah ia alami. Ia seharusnya lebih waspada ketika Katarina mengajaknya untuk bertemu malam itu. Seumur hidup baru kali ini dia dibodohi oleh orang yang tidak memiliki interegitas yang jauh dibawahnya. Ia seharusnya bisa menyadari ada yang janggal ketika Katarina menghubunginya dan mengajak bertemu.

Roy ingat bagaimana ia mulai kehilangan setengah kesadarannya dan Katarina membawanya kekamar tempat Sheila menginap. Ia merasa tubuhnya terasa semakin panas dan tidak nyaman. Ia mencari tempat tidur untuk merebahkan diri, rasa panas yang berlebih membuatnya melepaskan seluruh yang ia kenakan. Lalu wanita itu keluar dari dalam kamar mandi hanya mengenakan jubah mandi dari hotel yang berwarna putih polos,wajahnya memerah dengan rambut ikal panjang. Entah apa yang ada dalam benaknya kala itu, yang ia ingin lakukan adalah menarik wanita itu dalam pelukannya. Awalnya ia hanya ingin mencium wanita itu saja, berharap wanita itu menamparnya ataupun melakukan hal yang membuatnya tersadar dari pengaruh obat yang diberikan Katarina. Tapi wanita itu malah membalas ciumannya dengan sama panasnya,tangan wanita itu meraba tengkuknya membuat dirinya semakin terasa panas dan bergairah. Hal yang dilakukan wanita itu hanya semakin menyulutkan api yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Roy masih ingat walaupun ia berada dibawah pengaruh obat yang diberikan Katarina, bagaimana wanita mendesah dan merintih ketika ia memasuki tubuh wanita itu.

Ini pertamakali untuknya dan wanita itu. Ada rasa senang,marah dan ambisi yang bercampur dihati Roy ketika itu. Roy juga sudah bangun terlebih dahulu ketika pagi sudah menjelang, wanita itu masih tertidur memunggungi dirinya. Kulit punggungnya terlihat sangat jelas tanpa sehelai kainpun menutupinya membuat Roy ingin memeluknya.

Ketika wanita itu mulai terbangun, Roy sengaja memejamkan matanya. Ia hanya ingin tahu reaksi apa yang akan terjadi pada wanita itu. Wanita itu terdengar panik dan bingung dengan kondisinya. Terlebih lagi ia seperti menyesal telah melakukan hal ini dengannya. Hal itu membuat ego Roy naik dengan tajam.

Awalnya Roy ingin memahami wanita itu dan membiarkan ia menjelaskannya,namun kedatangan para wartawan dan juga kameramen yang langsung menyerbunya membuatnya berpikiran lain. Tidak menutup kemungkinan wanita itu juga bekerjasama dengan Katarina, tapi dari kalimat para wartawan yang datang tadi,jelas sepertinya Katarina ingin para wartawan itu meliputnya ketika ia ketahuan bersama dengan Teddy. Katarina sepertinya sudah mulai mengetahui tentang jati dirinya selama ini. Ia harus lebih berhati-hati mulai saat ini,hal ini akan menjadi bumerang baginya dalam keluarganya yang begitu otoriter dan kejam.

Roy tidak ingin bertemu lagi dengan wanita itu ataupun berurusan lagi dengannya,tapi sisi dalam hatinya ia ingin menemuinya lagi.
---------------------------------------------------------

Menutup pintu kamarnya, menguncinya, menutup korden kamarnya. Tidak membuat Sheila menjadi lebih baik. Sheila berusaha membangun sikap optimisnya. Yang sudah terjadi biarlah terjadi. Toh semua karena kesalahannya sendiri. Dia juga dengan sukarela menyerahkan dirinya pada Roy waktu itu.

Segala hal yang sudah terjadi biarlah terjadi, Sheila harus menghadapi apa yang harus ia jalani selanjutnya. Iapun tidak bisa menyalahkann Teddy akan apa yang ia alami saat ini. Walaupun awalnya sempat terbesit dibenak Sheila jika Teddy yang menjebaknya dalam situasi ini,namun pada kenyataannya, Teddy tetap datang untuk menjemputnya tadi di hotel.

Sheila tidak sanggup untuk menceritakannya pada Teddy ataupun mendengarkan Teddy memberikan penjelasan padanya. Sheila bangkit dari posisi tidurnya.

"Sheila. Kamu harus semangat. " Kata Sheila menyemangati dirinya sendiri sambil mengangkat kedua tangannya keatas setinggi-tingginya.

Sheila berjalan kearah jendela kamarnya,membuka tirai jendela kamarnya. Matahari yang menyingsing menyilaukan matanya. Lalu ia berjalan membuka pintu kamarnya dan terkejut mendapati Teddy yang duduk bersandar di tembok sebelah daun pintu kamar Sheila.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Sheila terkejut melihat keberadaan Teddy disana. Teddy langsung berdiri dan menepuk menghilangkan debu dari celana belakangnya.

"Oh kamu sudah bangun." Kata Teddy dengan mata lelah.

"Kamu disini semalaman?" Tanya Sheila setelah melihat lingkaran hitam di bawah mata Teddy yang terlihat dengan jelas. Teddy menggaruk belakang kepalanya dengan canggung.

"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" Teddy berbalik tanya. Sheila hanya mengangguk kecil, ia tidak ingin membahas hal ini lebih jauh lagi.

"Oh iya. Apa aku masih bisa bekerja di toko pakaian teman Tony?" Sheila membelokkan pembicaraan kearah pekerjaannya.

"Tony sudah memberitahu temannya jika kamu ijin sakit kemarin. Hari ini kamu bisa bekerja lagi mulai nanti siang." Jawab Teddy sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. Sheila mengangguk menanggapi jawaban dari Teddy.

"Masuklah. Duduk saja didalam. Aku akan mandi dulu lalu bersiap untuk berangkat ke butik." Kata Sheila mempersilahkan Teddy untuk masuk kedalam kamarnya.

Teddy menuruti kata-kata Sheila dan menunggu didalam kamar sembari menunggu Sheila mandi. Seperti biasa, Teddy selalu merapikan kamar Sheila yang berantakan. Sepertinya memang tidak terjadi hal-hal yang mencurigakan diantara Sheila dan juga Roy. Hal ini membuat Teddy merasa lega dan juga senang tanpa sebab. Setelah Sheila datang kembali kekamarnya, hidung Sheila tergoda oleh aroma makanan yang tiba-tiba saja sudah ada dikamarnya bersama dengan Teddy.

"Kapan kamu membeli ini?" Tanya Sheila pada Teddy yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua di meja yang biasa Sheila gunakan untuk bekerja.

"Aku memesannya tadi sewaktu kamu mandi. Kebetulan restonya tidak jauh dari sini. Tepat waktu kan?" Balas Teddy sambil tersenyum lebar pada Sheila. Sheila langsung duduk didepan meja itu sambil bersila dan mulai menggosokkan telapak tangannya pada samping celana yang ia kenakan. Ia benar-benar merasa lapar kali ini. Ia ingat sejak kejadian itu, ia samasekali tidak makan ataupun minum. Kali ini Sheila akan balas dendam oleh makanan yang diberikan oleh Teddy. Rasanya seperti berpuasa tanpa berbuka setelah sekian lama.

"Makanlah dengan perlahan. Nanti perutmu bisa sakit." Kata Teddy sambil memberikan sendok pada Sheila yang langsung disambar secepat kilat oleh Sheila.

Teddy tersenyum melihat Sheila yang makan dengan begitu lahapnya, ia pun mulai menyantap sarapannya yang sama dengan Sheila. Dengan hati-hati, Teddy mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya dan meletakkannya diatas meja dekat dengan tangan Sheila.

"Ini ponsel yang lama tidak aku pakai. Hanya bisa untuk menelpon dan mengirim pesan saja. Setidaknya kan bisa kamu gunakan dulu. Modelnya sudah lama." Kata Teddy sebelum Sheila menanyakannya.

Sheila menatap kearah ponsel model lama yang Teddy berikan untuknya. Sepertinya Teddy berkata jujur,ponsel itu memang model yang lama sekali. Kameranyapun tidak ada. Sheila mengangguk sambil menelan makanan yang bersemayam didalam mulutnya.

"Aku pinjam yah?" Balas Sheila lalu menerima ponsel itu.

"Disitu juga sudah ada simcard yang baru. Nomor belakangnya sama dengan nomorku. Jadi kamu bisa mudah mengingatnya." Lanjut Teddy sambil melanjutkan sarapannya.

Sheila ingat ia sudah menceritakan soal simcardnya yang hilang ketika ponselnya terjatuh waktu itu. Sheila juga jadi ingat jika dirinya harus segera menghubungi pihak panti jompo jika nomer ponselnya sudah ganti sekarang. Saat Sheila sibuk menghubungi pihak panti jompo untuk memberitahukan nomor ponselnya yang baru sambil keluar dari kamarnya, Teddy membereskan sisa-sisa sarapan mereka. Tak lama Sheila kembali dengan wajah panik dan pucat.

"Ted. Nenekku...... Dia... Kata perawat... " Sheila seolah sudah tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya. Teddy beranjak dari tempatnya dan langsung menarik tangan Sheila.

Teddy membawa Sheila naik kemobil yang sudah terparkir didepan rumah kost Sheila. Wajah Sheila terlihat kosong dan pucat. Teddy menepuk tangan Sheila dengan lembut.

"Kita akan ketempat nenekmu. Dia akan baik-baik saja." Kata Teddy memberi semangat untuk Sheila, Sheila hanya mengangguk tanpa berkata apapun.

Kemudian Teddy menutup pintu mobil disamping Sheila lalu berjalan memutar untuk duduk dikursi kemudi. Kemudian dengan segera Teddy mengemudikan mobilnya menuju panti jompo tempat nenek Sheila dirawat.
---------------------------------------------------------------

Suasana lokasi syuting kacau karena kemarahan Roy. Pemeran utama wanita diganti secara sepihak oleh Roy, manager dan asisten Teddy juga tidak bisa menghubungi Teddy sejak semalam.

"Apa kau sudah bisa menghubungi Teddy?" Tanya manager Teddy kepada Tony. Tony menggelangkan kepalanya sambil berusaha menghubungi Teddy.

"Ponselya tidak aktif." Jawab Tony dengan risau. Manager Teddy menyisirkan rambutnya kebelakang dengan perasaan frustasi.

"Apa tidak ada yang bisa kita hubungi lagi? Orangtuanya juga tidak tahu dia ada dimana." Kata manager Teddy dengan emosi.
"Bukankah dia punya seorang teman yang biasanya ia kunjungi. Siapa itu namanya...."

"Sheila. Dia juga tidak bisa dihubungi." Balas Tony sambil mellihat kearah layar ponselnya lagi untuk menghubungi Teddy yang kesekian kalinya.

"Kau tahu rumah Sheila itu? " Tanya manager Teddy lagi.

"Iya." Jawab Tony sambil mengangguk lagi.

"Kenapa tidak sedari tadi kamu bilang? Coba kamu cari Teddy disana." Kata manager Teddy dengan emosi. Dengan cepat Tony berlari kearah parkiran lokasi syuting dan langsung mengendarai motornya.

Jelas pada jam ini akan ada kemacetan rutin yang terjadi di sepanjang jalan menuju ke rumah kost Sheila.
Setelah Tony pergi, manager Teddy berjalan kearah sutradara yang sudah dalam kondisi hati yang tidak bagus karena insiden hari ini . Hal itu terlihat jelas dari emosi sang sutradara yang meluap-luap ketika berbicara dengan sekertaris Roy yang baru saja mengatakan jika pemeran utama akan diganti dengan segera tanpa memberikan mereka waktu untuk mencari pengganti pemeran utama. dan sudah jelas naskah harus dirubah secara total. Sementara syuting harus tetap berlanjut.

"Maaf mengganggu. teddy sedang dalam perjalanan kemari." Kata manager Teddy berdusta agar amarah sutradara sedikit mereda. Sang sutradara melihat kearah manager Teddy dengan mata yang tajam dan massih dipenuhi dengan emosi.

"Yang ini juga. hanya pemeran pembantu saja sudah berulah. Kalau begini caranya syuting tidak akan bisa dilakukan. Yang satu memiliki masalah pribadi, yang satu lagi hilang entah kemana. Memangnya kalian kira aku pengangguran disini?" Bentak sutradara itu sambil melemparkan kertas naskah ke tanah tepat didepan kakinya.
"Persetan dengan si gila Roy itu. Dia yang berulah kenapa harus aku yang mengalami kesulitan ini." Lanjut sutradara itu sambil melihat kearah sekertaris Roy yang hanya bisa terdiam dan mengatupkan bibirnya dengan erat.
Mencoba menahan emosi dan juga rasa enggan menghadapi kemarahan sutradara hari ini. Untuk sejenak manager Teddy merasa kasihan kepada sekertaris Roy itu,namun ia lebih mengasihani dirinya sendiri ,posisinya juga tidak lebih baik daripada sekertaris Roy. Malah bisa lebih buruk lagi.

"Aku hanya melakukan tugasku,Pak. Semua adalah intruksi dari Pak Roy.Katarina memiliki kasus yang harus diselesaikan dan tidak bisa lagi terlibat dalam pembuatan film lagi. " Kata sekertaris Roy dengan wajah tegas dan datar.
"Jika diteruskan maka akan berdampak pada citra perusahaan dan juga film yang sedang berlangsung." Lanjutnya sambil memberikan isyarat untuk undur diri dari sana.

Sutradara hanya menghela nafas panjang sambil memejamkan matanyadnegan sangat putus asa dan frustasi.
"Lalu kita tetap akan melanjutkan syuting hari ini?" Tanya sutradara dengan nada yang lebih rendah sambi menahan emosinya.

"Tentu saja. Karena ini adalah sinetron striping. Kita juga tidak bisa menunda tayangannya. Tim produksi juga tidak mungkin harus menganggur hari ini." Balas sekertaris Roy dsengan nada datar dan senyum yang sangat dipaksakan.

"Kenapa bukan dia saja yang mencari aktris pengganti?" Tanya sutradara lagi sambil menunjukkan tangannya ke udara yang terasa begitu panas ditambah dengan hawa panas yang keluar karena emosinya hari ini.
"Kenapa dia tidak memberikan waktu untuk kita mencari pengganti dan langsung memberhentikan Katarina dengan tiba-tiba seperti ini? Bukankah seharusnya itu menjadi tanggungjawab Roy untuk mencarikan penggantinya. Lalu jelas juga kita harus mengganti naskahnya. Memangnya dia kira kita ini robot yang harus sesuai dengan keinginannya yang tidak pernah masuk akal ini?" Protes sutradara itu lagi. Roy memang tidak bisa dibantah ataupun di negosiasi jika sudah memiliki suatu keinginan. Hal itu sudah menjadai rahasia umum.

"Pak Roy menyarankan untuk menggunakan aktris pengganti dengan postur yang sama dengan Katarina." Kata sekertaris Roy sambil memberikan lembaran kertas yang berisikan daftar aktris yang posturnya mirip dengan Katarina kepada sutradara yang sedang emosi itu. dengan kasar sutradara itu meraih kertas yang diberikan oleh sekertaris Roy.

"Harjo!" Teriak sutradara itu kepada salah seorang staffnya. Staff itu berlari dengan cepat kearah sutradara.

"Ya,Pak?" Kata Harjo dengan terengah-engah. Sutradara itu memberikan selebaran kertas itu pada Harjo dengan kesal.

"Kau hubungi semua aktris ini. Siapa yang bisa datang dengan cepat kemari,itu yang akan menjalani take hari ini.Dan juga hubungi Siska untuk meralat naskah. Buat pemeran utama mengalami kecelakaan dan operasi plastik total." Jawab sutradara itu menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Harjo.

Harjo mengangguk dan langsung bergegas melakukan apa yang diperintahkan oleh sutradara.

"Teddy bagaimana?" Tanya sutradara kembali melihat kearah manager Teddy. Manager Teddy terhenyak sejenak.

"Sedang dalam perjalanan,Pak. Mungkin sedang macet." Jawab manager Teddy. Sutradara mengangguk.

"Oke. Kita masih ada waktu untuk mengatur ulang semuanya." Kata Sutradara itu sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini.
"Katakan pada Roy , aku akan berkunjung kekantornya nanti. Dan jelas nanti akan ada keributan wartawan lagi disini." Lanjut sutradara itu lalu meninggalkan manager Teddy dan juga sekertaris Roy.

Manager Teddy menghela nafas panjang dan berat. Setidaknya ia akan selamat hari ini dari resiko pekerjaannya. Dan ia harap Teddy segera datang jika tidak ingin mendapatkan masalah yang lebih besar.
------------------------------------------------------------------

Pintu kantor Roy terbuka dengan kasar dan terhempas dengan kencang. Katarina melangkah masuk kedalam kantor dengan emosinya yang membara. Sementara Roy hanya melihatnya dengan santai lalu kembali fokus dengan lembaran kertas kerja yang ada dihadapannya.

"Dimana sopan santunmu? Tidak mengetuk pintu dahulu." Kata Roy dengan santai.

"Untuk apa aku mengetuk pintu dahulu. Kamu sudah tahu akan kedatanganku kemari. Untuk apa aku harus repot-repot bersopan santun denganmu." Balas Katarina dengan nada tinggi. Roy berdiri dari duduknya dan berjalan kearah pitntu kantornya dan menutup pintu itu dengan perlahan.

"Memangnya kamu tidak bersalah? Dari siapa semua masalah ini berasal?" Roy berbalik bertanya sambil berjalan kembali ke meja kerjanya.

Roy melihat dengan tajam kearah luar jendela kantornya ,para staff yang tadinya penasaran dengan situasi saat ini langsung kembali beraktivitas di meja masing-masing.

"Memangnya apa yang aku lakukan? Kita hanya makan malam bersama. Akuu hanya ingin hubungan kita berakhir dengan baik-baik." Katarina mencoba untuk berkilah dan tidak ingin mengakui apa yang sudah ia perbuat.

Roy tertawa sinis dan melihat kearah Katarina.
"Ya sudah jika bukan kamu yang melakukan. Semua rekaman medisku,rekaman cctv, dan juga para saksi akan menjumpaimu di persidangan. Aku sudah membawa semua itu kepada polisi tadi pagi dan membuat laporan tentang apa yang kau perbuat hari itu." Kata Roy dengan santai sambil sedikit memutar kursi kerja dengan tubuhnya.

Wajah Katarina terlihat pucat mendengar ucapan Roy. Roy tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.

"Kau... tempat syuting pasti akan rusuh dengan apa yang sudah kamu lakukan padaku hari ini."

"Aku sudah mengganti aktrisnya dan jelas naskah akan dirubah. Tidak akan ada yang memberatkan kepergianmu dari film ini." Balas Roy dengan dingin.

"Kau tidak bisa berbuat begini padaku. Semua adalah urusan pribadi. Kenapa kau membawanya kepada pekerjaanku?" Tanya Katarina berusaha memperoleh keadilan untuk dirinya.

"Urusan pribadi? Para wartawan datang kedepan kamar hotel dengan banyak pertanyaan yang tidak masuk akal yang jelas-jelas akan merugikanku secara pribadi dan juga perusahaanku. Kamu masih bilang ini urusan pribadi? Jangan membuatku tertawa." Kata Roy sambil melemparkan amplop kertas berwarna coklat dihadapan Katarina.

Wajah Katarina pucat pasi sebelum membuka amplop itu. Itu jelas berisi bukti apa yang ia lakukan malam itu pada Roy. Namun Katarina tidak mau menyerah akan ketidakberadayaannya saat ini.

"Apa kau tahu? Kau benar-benar sesuatu. Aku yakin hal itu,kau pecinta sesama jenis,Roy." Kata Katarina sambil mempererat genggaman tangannya yang sedari tadi menggenggam disamping tubuhnya. Roy tidak bereaksi apapun.

"Apa kau punya buktinya? Lagipula ketika para wartawan sewaanmu datang. Aku sedang bersama seorang wanita , bukan pria. Mananya yang mau kau buktikan?" Balas Roy dengan santai dan terkendali.Katarina tertawa sinis kali ini.

"Ada. Aku punya buktinya. Kau tunggu saja. Kau akan menyesali semua yang kau lakukan ini padaku." Kata Katarina lalu meninggalkan ruangan Roy. Ekspresi Roy berubah seketika ketika Katarina meninggalkan ruang kerjanya.

Lalu Roy mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya.

"Buntuti Katarina. Geledah disetiap sudut rumahnya. Hancurkan semua gambar tentang aku." Kata Roy kepada seseorang yang ia hubungi itu.

Roy menopang dagunya dan mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan Katarina coba ungkapkan. Roy tidak ingin mengambil kemungkinan untuk kehilangan citra yang selama ini ia jaga juga perusahaannya. Jika ia mendapatkan massalah akan apa yang akan diungkapkan oleh Katarina,jelas hal itu akan berpengaruh pada perusahaannya. Sebuah rahasia yang selama ini ia simpan dengan sanga hati-hati tidak boleh sampai diketahui oleh oranglain, apalagi terekspos secara umum.
-------------------------------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience