Chapter 13

Romance Completed 3114

Ibu Teddy sudah menyiapkan apa saja yang ia perlukan untuk menyambut Teddy sepulang dari syuting. Hari ini ibu Teddy ingin memperkenalkan Teddy dengan seorang wanita yang ia sukai sejak lama, kebetulan wanita itu juga seorang artis, ibu Teddy sudah lama mengenal wanita yang akan ia jodohkan dengan Teddy , karena wanita ini adalah putri dari sahabat karibnya.

"Ted, sudah pulang?" Tanya ibu Teddy sambil menyambut Teddy yang baru saja memasuki ruang tamu dan melewati ruang makan keluarganya.

"Apa mau ada tamu yang akan datang malam ini?" Tanya Teddy kepada ibunya yang juga sudah berdandan rapi.

"Kebetulan malam ini teman baik ibu mau datang dengan putrinya. Ayahmu juga sebentar lagi akan datang dan ikut makan malam. Kamu mandi dulu, setelah itu ikutlah bergabung." Kata ibu Teddy dengan nada membujuk kepada Teddy. Teddy hanya mengangguk lalu menaiki tangga menuju kamar tidurnya.

Setelah Teddy mandi dan berbenah,Teddy menuruti keinginan ibunya untuk ikut dalam acara makan malam bersama dengan teman lama ibunya itu.

"Liz, ini putraku. Namanya Teddy." Kata ibu Teddy ketika Teddy memasuki ruang makan .

"Ted, ini tante Liza, teman baik mama sewaktu kuliah dulu." Ibu Teddy memperkenalkan temannya kepada Teddy.

Teddy menjabat tangan teman ibunya dengan sopan dan senyum yang ia paksakan. Mood Teddy benar-benar belum membaik semenjak terakhir kali ia bertemu Sheila beberapa hari yang lalu.

"Dia tampan sekali. Aku dengar kau juga bekerja didunia entertain? Maafkan jika aku tidak mengenalimu, aku baru saja tinggal di indonesia. Tadinya aku berada di luar negri mengikuti suamiku.Tapi karena putriku bersi keras ingin tinggal saja disini, jadi aku ingin mengunjunginya kali ini."Kata tante Liza dengan ramah kepada Teddy.

"Iya." Jawab Teddy singkat .

"Silahkan duduk ,Tante." Lanjut Teddy untuk menjaga sopan santunnya.

"Bersikaplah yang baik, dia teman baik mama juga yang selama ini membantu bisnis ayahmu. Ayahmu sedang dalam kondisi tidak baik juga saat ini." Bisik ibu Teddy sambil mencubit lengan Teddy ketika Teddy hendak duduk di kursi makannya sendiri.

"Hmm." Jawab Teddy dengan acuh.

Sebelum mereka mulai makan malam, seseorang datang di ruang makan mereka , betapa terkejut Teddy saat mengetahui jika itu adalah Katarina.

"Selamat malam semuanya." Sapa Katarina dengan lembut dan penuh sopan santun kepada semua yang ada diruang makan itu.

"Itu anak tante, namanya Katarina. Kami biasanya memanggilnya Katti." Kata tante Liza kepada Teddy.

"Hai." Sapa Teddy berusaha untuk terlihat sopan didepan kedua orangtuanya dan juga orangtua Katarina.

"Teddy? Jadi ini rumahmu?" Tanya Katarina dengan ramah kepada Teddy dan juga senyum yang mengembang di bibirnya.

"Kalian sudah saling kenal? " Tanya ibu Teddy dengan wajah yang berseri-seri.

"Kami pernah berada satu rumah produksi dan juga satu sinetron striping." Jawab Katarina lalu menghampiri Teddy untuk menjabat tangan Teddy.

Teddy dengan enggan menerima jabatan tangan Katarina. Katarina tahu jika Teddy sedang enggan bertemu dengannya, namun karena malam ini dia khusus diundang oleh ibu Teddy sendiri , Katarina merasa memiliki lebih banyak kuasa di rumah ini dari pada Teddy sendiri. Katarina memilih duduk di dekat Teddy. Berhadapan dengan ibunya sendiri.

"Apa kau sudah lapar?" Tanya ibu Teddy dengan lembut kepada Katarina.

"Kebetulan saya belum makan, tadi juga ada beberapa urusan setelah syuting, jadi saya belum sempat makan." Jawab Katarina dengan suara yang ia buat-buat.
Membuat Teddy bergidik mendengarkannya. Teddy juga bisa menangkap dari maksud ibunya mengundang teman baiknya dan juga Katarina untuk makan malam bersama, tidak lain adalah untuk menjodohkan dirinya dan Katarina.

"Katarina ini gadis yang baik,Ted. Dia juga seorang wanita yang mandiri. Sama sepertimu. Ibu kira kalian akan baik jika bersama." Kata ibu Teddy mulai melancarkan aksinya dalam menjodohkan Teddy dan juga Katarina.

"Aku sudah memiliki kekasih." Jawab Teddy dengan singkat, langsung menolak perjodohan yang dilakukan oleh ibunya.

"Bukannya kalian sudah putus? Kata Billy juga dia sudah menikah dengan oranglain." Jawab ibu Teddy seketika.

"Katarina juga sedang tidak menjalin hubungan dengan siapapun saat ini. Kabarnya dia hanya sibuk syuting saja belakangan ini. Bukankah begitu, Sayang?" Ibu Teddy melihat dengan penuh sayang kepada Katarina.

"Syuting? Sudah menemukan kerjasama dengan rumah produksi baru?" Sindir Teddy dengan halus kepada Katarina, karena Teddy tahu jika Katarina sudah didepak oleh Roy karena telah menyebarkan berita bohong tentang Roy dan Teddy.

Tangan Katarina yang hendak mengambil makanan yang ada didepannya sempat terhenti. Katarina tersenyum dengan sedikit dipaksakan.

"Tentu saja sudah. Malah Roy yang merekomendasikan rumah produksi itu kepadaku." Jawab Katarina membalas sindiran Teddy.

"Roy? Bukannya dia mantan pacarmu?" Tanya tante Liza kepada Katarina. Katarina mengangguk.

"Iya ,ma. Kontrak kerjaku dan dia sudah berakhir memang, lalu dia merekomendasikan rumah produksi lain untukku. Dan kontrak yang aku terima juga lebih besar keuntungannya buatku." Jawab Katarina sambil tersenyum lebar kepada ibunya.

"Bagaimana kabarnya sekarang?" Tanya tante Liza ingin tahu tentang mantan kekasih putrinya.

"Dia sekarang sudah menikah, sepertinya juga sudah bahagia dengan istrinya." Jawab Katarina sambil melirik kearah Teddy.

Teddy yang mendengarkan jawaban itu langsung terdiam dan meletakkan gelas minumannya dengan begitu kencang.

"Ada apa,Ted?" Tanya ayah Teddy yang terkejut mendengarkan suara gelas yang Teddy letakkan dengan sangat keras itu.

"Kamu kenapa? Ayahmu bisa kambuh lagi nanti kalau kamu mengagetkan kami seperti itu." Tambah ibu Teddy yang langsung menyentuh tangan ayah Teddy yang terkejut itu.

"Maaf, aku ada urusan sebentar. Kalian lanjutkan saja makan malamnya." Kata Teddy lalu berdiri dari duduknya dan kembali ke kamar tidurnya.

"Maaf yah , beberapa hari terakhir ini dia sedang ada masalah di lokasi syutingnya. Dan juga dia barusaja dikhianati oleh mantan pacarnya." Kata ibu Teddy kepada kawan baiknya itu.

"Pantas saja, sepertinya suasana hatinya kurang bagus sedari tadi." Balas tante Liza dengan penuh pengertian.

"Tante, apa boleh aku kekamar Teddy? Mungkin aku bisa sedikit menghibur atau memberikan sedikit pengalamanku dilokasi syuting, aku juga sering seperti dia dulu." Kata Katarina dengan sangat manis kepada ibu Teddy.

"Oh, tentu saja. Kamar Teddy ada di lantai dua. Kamu hiburlah dia, itu juga bisa menjadi hal yang bagus untuk hubungan kalian nantinya." Jawab ibu Teddy dengan senang hati.

Setelah Katarina pergi menyusul Teddy. Tante Liza langsung melihat kearah ibu Teddy.

"Apa kau yakin ingin menjodohkan putramu dengan Katti? Aku tidak mau Katti ku terluka. Sepertinya putramu masih menyukai mantan kekasihnya." Kata tante Liza penuh kekhawatiran. Ibu Teddy menyentuh tangan tante Liza dengan hangat.

"Namanya juga anak muda. Dia baru saja patah hati. Bagus juga Katti bisa datang dan menghibur Teddy. Ketika mereka merasa tersakiti kemudian ada yang menghibur, sudah pasti nantinya akan ada rasa suka diantara mereka. Aku juga lihat sepertinya Katti menyukai Teddy. Teddy juga pribadi yang penyayang. Kau tenang saja." Ibu Teddy berusaha meyakinkan teman baiknya itu untuk tetap menjodohkan Teddy dengan Katarina.

"Kita lihat saja bagaimana mereka berdua." Jawab tante Liza pada akhirnya.

Katarina mengetuk pintu kamar Teddy dan langsung masuk kedalam kamar Teddy.

"Kamarmu lumayan nyaman." Kata Katarina ketika sudah masuk kedalam kamar Teddy.

Teddy yang tadinya duduk dimeja bacanya langsung berdiri begitu tahu yang masuk kedalam kamarnya adalah Katarina bukan ibunya.

"Siapa yang mengijinkan kamu masuk kedalam kamarku?" Tanya Teddy dengan nada dingin kepada Katarina.

"Ibumu." Jawab Katarina dengan santai lalu duduk di tepi tempat tidur Teddy.

Katarina menyapukan pandangannya keseluruh sudut kamar Teddy dan pandangannya terhenti disebuah foto yang ada disamping tempat tidur Teddy. Dengan cepat Katarina berdiri dan meraih foto itu. Dengan cepat pula Teddy meraih foto itu dari tangan Katarina.

"Keluar!" Bentak Teddy kepada Katarina.

"Dia... Istri Roy. Benarkan?" Tanya Katarina tidak memperdulikan Teddy yang mengusirnya dari kamar tidurnya.

"Keluar." Kata Teddy lagi kali ini dengan mulut terkatup menandakan ia menahan emosinya kepada Katarina.

Namun Katarina tak bergeming, Katarina melipat tangannya didepan dadanya.

"Apa dia kekasihmu yang kau ceritakan dulu ketika kau menolak ajakanku? Dan dia meninggalkanmu untuk menikah dengan Roy?" Tanya Katarina merasa ingin tahu tentang Sheila.

Teddy menarik tangan Katarina , menyeret Katarina untuk keluar dari kamar tidurnya.

"Tunggu dulu." Kata Katarina sambil melepaskan tangan Teddy dari tangannya.

"Apa kau tidak mau tahu kenapa kekasihmu mau menikah dengan Roy?" Tanya Katarina dengan sengaja kepada
Teddy sehingga membuat Teddy terdiam dengan kata-kata Katarina.

"Seorang pengusaha sukses , menikahi seorang gadis biasa secara tiba-tiba. Bahkan acara yang digelar juga tertutup untuk umum juga media. Apa kau tidak ingin tahu akan hal itu? Apa mereka benar-benar saling mencintai? Apa kau tidak tahu apa yang berusaha mereka rahasiakan?"

"Apa kau tahu tentang semua ini?" Teddy berbalik tanya dan langsung mendekati Katarina.

"Tentu saja aku tahu. Kalau tidak , Roy tidak mungkin akan mendepakku dari rumah produksinya dan melemparkan aku kepada rumah produksi lain." Kata Katarina dengan senyuman kebenciannya.

"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi antara Roy dan Sheila. Apa yang mereka rahasiakan?" Tanya Teddy dengan putus asa. Memang benar dugaannya kalau memang ada sesuatu hal yang melatar belakangi pernikahan Sheila dan Roy.

"Jika memang kamu ingin tahu , maka bekerjasamalah denganku. Aku akan mengatakan semuanya kepadamu." Jawab Katarina.

"Apa yang kamu inginkan? Apa jaminannya aku harus mempercayai semua yang kamu katakan itu adalah benar?" Tanya Teddy yang juga menaruh curiga kepada Katarina.

"Aku juga punya dendam yang belum terselesaikan dengan Roy juga keluarganya. Terserah padamu kau mau percaya atau tidak. Tadinya juga aku tidak tahu jika istri Roy adalah mantan pacarmu." Kata Katarina dengan sinis lalu berjalan melewati Teddy. Teddy menahan tangan Katarina.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Teddy sambil menatap tajam kearah Katarina. Suasana yang bisa dikatakan negosiasi daripada sekadar pembicaraan formal bisa dirasakan diantara Katarina dan juga Teddy.

"Bersedialah untuk dijodohkan denganku. Setujui perjodohan ini, maka aku akan beritahu apa rahasia yang mereka miliki dan juga cara menghancurkan hubungan mereka. Bagaimana?" Tanya Katarina sambil menaikkan sebelah alisnya.Teddy melepaskan tangan Katarina dengan kasar.

"Kenapa kau begitu ingin perjodohan ini benar-benar terlaksana?" Tanya Teddy tanpa melihat kearah Katarina.

"Mudah saja jawabannya. Yang pertama memang aku tertarik padamu sejak lama. Yang kedua adalah untuk menaikkan kembali popularitasku di dunia hiburan ini. Berita tentang kita bersama tentunya akan menjadi santapan yang lezat untuk publik. Aku membutuhkannya untuk menunjang popularitasku. Dan kau membutuhkanku untuk bisa mengetahui rahasia diantara mantanmu dengan Roy juga untuk memisahkan mereka. Bagaimana?" Tawar Katarina kepada Teddy.

"Bukankah kita akan saling menguntungkan?" Katarina memberikan tangannya untuk menjabat tangan Teddy. Teddy terdiam sejenak untuk berpikir. Tidak ada ruginya juga jika harus menyetujui perjodohan ini, mereka juga bukannya akan menikah. Setelah Teddy mengetahui apa yang disembunyikan oleh Sheila dan Roy, Teddy akan bisa membawa Sheila kembali kesisinya lagi.
Teddy menjabat tangan Katarina dengan erat.

"Aku setuju." Jawab Teddy tanpa senyuman yang dibalas Katarina dengan senyuman penuh kemenangan.

"Kalau begitu kita akan turun sebentar lagi. Orangtua kita akan selesai makan malam, mereka pasti akan berbincang-bincang santai nantinya. Kita akan turun dan pasanglah wajah yang lebih menyenangkan daripada tadi." Kata Katarina mulai memberikan intruksinya untuk Teddy.
---------------------------------------------------------------------------

Sheila tidak bertemu dengan Roy sudah tiga hari ini. Roy tidak pernah terdengar pulang kerumah ataupun berada di area pribadinya. Sheila berusaha menghubungi Roy namun tidak pernah dijawab oleh Roy. Roy hanya mengirimkan pesan kepada Sheila jika ia berada diluar kota untuk pekerjaannya. Seharusnya Sheila merasa senang dirinya tidak perlu berhadapan dengan Roy, namun Sheila benar-benar merasa kesepian. Terlebih lagi Sheila hanya tinggal seorang diri di rumah pribadi Roy yang sebegitu besar bagi Sheila. Ketika ada Roy , setidaknya Sheila merasa tidak sendirian. Namun kali ini Sheila benar-benar merasa sendirian. Rumah Roy terasa sangat menakutkan. Walaupun Sheila menyalakan televisi untuk membuat suara agar dirinya tidak kesepian tetapi rasanya tetap menyeramkan. Terutama bila malam sudah menjelang. Dirumah Roy hanya ada para penjaga yang berjaga didepan gerbang saja. itupun jauh dengan kediaman Roy. Sheila sudah berkali-kali ingin keluar dari rumah untuk berjalan-jalan namun tidak pernah diijinkan oleh para penjaga rumah Roy karena perintah dari Roy agar tidak membiarkan istrinya pergi kemanapun.

"Kenapa dia harus punya rumah yang begini besar dan menakutkan."Keluh Sheila sambil melihat sekeliling area pribadinya.

Sebagian besar desain rumah Roy adalah kaca. Dan hal itu malah membuat Sheila merasa tidak aman berada didalam rumah Roy.

"Setidaknya jika dia berada diluar kota, dia seharusnya memperbolehkan aku untuk keluar sendiri. Kenapa malah mengurungku begini didalam rumahnya?" Gerutu Sheila ketika dirinya benar-benar merasa ketakutan karena hujan badai yang terjadi diluar sana. Air hujan yang menerpa kaca di setiap sudut rumah Roy seakan-akan memberikan suara yang menyeramkan untuk Sheila.

Sheila mematikan televisi yang ia nyalakan sedari tadi, kemudian menyalakannya kembali untuk menemaninya . Sheila menambahkan volume pada televisinya untuk mengurangi rasa takutnya.Sheila sudah biasa sendiri, namun jika di rumah kostnya, Sheila bisa tahu jika masih ada teman-teman kost nya yang lain berada dikamarnya masing-masing.

Tapi kini ia berada sendiri di dalam rumah yang besar dan sunyi. Sheila ingin tidurpun rasanya sangat sulit, karena ketakutan yang ia rasakan. Beberapa hari ini Sheila harus tidur dengan bantuan obat tidur yang ia miliki. Dulu jika dia sendirian dan merasa ketakutan , selalu ada Teddy yang tiba-tiba datang dan menemaninya di kamar kostnya. Teddy akan datang dan menemaninya sampai ia tertidur pulas. Sheila merindukan masa-masa itu. Dan itu hal yang tidak akan pernah terjadi lagi kepadanya. Sheila sudah memilih untuk menikah dengan Roy. Pria yang bahkan tidak mencintainya, tidak memperdulikannya. Seperti saat ini, Sheila hanya bisa menahan ketakutannya dan bertahan sampai esok hari. Sheila juga tidak akan menghubungi Roy. Roy jelas tidak akan perduli akan ketakutan Sheila saat ini.

Sheila mengambil obat tidurnya yang ia letakkan dilaci sebelah tempat tidurnya dan meminumnya . Berharap obat itu akan cepat bekerja dan dirinya bisa tertidur lelap dan terbangun keesokkan paginya. Sebelum meminum obat tidurnya, Sheila melihat gelas minuman yang ada disamping tempat tidurnya ternyata kosong. Dengan memberanikan diri Sheila berjalan ke dapur kecil di area pribadinya. Suara ranting yang tertiup angin juga air hujan yang menerpa kaca benar-benar membuat Sheila takut kali ini. Tepat ketika Sheila membuka pintu lemari es nya untuk mengambil air minum, listrik dirumah Roy padam setelah ada sebuah kilat besar menggelegar. Secara spontan Sheila berteriak sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya dan memejamkan matanya rapat-rapat. Gelas yang ia bawa juga terjatuh kelantai dan pecah tepat disampingnya. Sheila duduk berjongkok dilantai dapur dengan gemetar ketakutan.

Suara langkah kaki mendekati Sheila, Sheila ragu itu suara langkah kaki atau debaran jantungnya yang begitu kencang sampai ia bisa mendengarkan detak jantungnya dengan keras.

"Ella?" Suara Roy terdengar begitu jelas memanggil namanya, seketika Sheila membuka matanya dan ia bisa melihat tubuh Roy yang sedang berdiri di ruang tamu area pribadinya dibantu oleh cahaya kilat yang menembus kaca area pribadi Sheila. Sheila berlari kearah Roy.

Entah itu karena perasaan takut atau karena dirinya merasa lega ada oranglain saat ini selain dirinya disini. Sheila langsung memeluk tubuh Roy sebelum cahaya kilat itu hilang. Sheila takut tidak akan bisa melihat Roy kalau cahaya itu hilang.

"Kenapa kau?" Tanya Roy yang terkejut Sheila langsung memeluknya sambil gemetaran ketakutan.

"Kenapa listriknya mati? Kau itu kaya masa iya listrik rumah besarmu ini padam? Memangnya kamu lupa bayar tagihan listrikmu?" Protes Sheila masih memeluk Roy dengan erat.

"Aku takut." Kata Sheila lagi sambil terisak isak didada Roy.

"Ada hujan badai disekitar sini. Mungkin ada pemadaman listrik merata. Sebentar lagi juga listriknya akan menyala. Para penjaga dibawah akan menyalakan genset digudang." Balas Roy dengan tenang sambil melepaskan tangan Sheila dari tubuhnya, namun Sheila makin erat memeluk Roy.

"Listriknya akan menyala ..." Kata Roy kemudian lampu di area pribadi Sheila menyala.

"Sudah menyala. Kau bisa melepaskan pelukanmu sekarang." Lanjut Roy sambil berusaha melepaskan tangan Sheila dari tubuhnya. Sheila menggelengkan kepalanya.

"Apa masih takut?" Tanya Roy.

"Aku.. malu." Jawab Sheila dengan polos. Mendengarkan jawaban Sheila, Roy pun langsung tertawa.

"Kau sendiri yang tiba-tiba memelukku katanya kau takut. Sekarang tidak mau melepaskan pelukanmu sendiri dan mengatakan kau malu. Apa kau sebegitunya merindukanku?" Tanya Roy.

"Aku benar-benar ketakutan karena berada didalam rumah hantumu ini. Aku tidak terbiasa sendirian seperti ini tanpa ada manusia satupun didekatku. Bagaimana kamu bisa hidup selama ini dengan kondisi seperti ini?" Tanya Sheila lalu melepaskan pelukannya dari Roy.

Wajah Sheila terlihat merah karena malu sudah begitu saja menghamburkan dirinya ketubuh Roy.

"Aku lebih suka dengan kondisi rumahku yang seperti ini. Kamu .. Beradaptasilah dengan ketenangan yang seperti ini. Aku menyukai ketenangan dan juga kebersihan seperti ini dalam kehidupanku." Jawab Roy masih dengan sikapnya yang acuh kepada Sheila.

"Aku bisa gila jika harus berada lama disini." Komentar Sheila yang ia ucapkan dengan spontan dan cepat.

"Kau dan aku sungguh berbeda jauh sekali. Aku tidak akan bisa beradaptasi dengan kehidupanmu dan juga kebiasaanmu.Aku tidak sanggup,Roy." Kata Sheila sambil melihat kearah Roy.

"Kenapa kamu tidak pergi dari sini?" Tanya Roy sambil memandang kearah Sheila dengan tatapan ingin tahu apa yang akan di jawab oleh Sheila.

"Mauku begitu. Tapi bagaimana aku bisa keluar dari sini? Para penjagamu sudah pasti tidak memperbolehkan aku untuk keluar. Aku juga tidak memiliki uang untuk pergi kemanapun aku ingin. Nenekku juga aku tidak tahu dimana keberadaannya. Apa yang bisa aku lakukan selain harus berada disini dengan terpaksa." Jawab Sheila dengan jujur.

"Soal kompensasi yang kamu pernah katakan dulu. Kamu belum menyebutkan jumlahnya. Berapa yang kamu inginkan?" Tanya Roy sambil memasukkan tangannya kedalam saku celananya.

"Oh iya. Soal itu, aku belum memberikan nominalnya ya?" Sheila berbalik tanya kepada Roy.

Seharusnya Sheila ingat akan hal ini , ini seperti dirinya memiliki tabungan jangka panjang. Sheila berpikir sejenak tentang nominal yang akan ia sebutkan. Jika dalam waktu tiga hari sekali ia menyebutkan nominal yang harus Roy keluarkan untuk kompensasinya, Sheila memiliki kesempatan untuk menabung bagi dirinya sendiri jika ia meninggalkan rumah Roy.

"Aku ingin kau memberikan dua juta saja dalam waktu tiga hari sekali." Jawab Sheila dengan ragu-ragu.

"Itu bukan jumlah yang besar kan untuk sekelas dirimu?"

Roy mengangguk dan mengeluarkan dompet dari saku dalam jasnya.

"Setiap tiga hari tariklah uang dari kartu ini." Kata Roy sambil mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari dompetnya kemudian memberikannya kepada Sheila.

Sheila menerima kartu itu dan melihat kartu itu dengan seksama.

"Aku bisa menariknya dimana?" Tanya Sheila yang tidak bisa melihat nama bank di kartu yang diberikan oleh Roy itu.

"Dimana saja." Jawab Roy sambil memasukkan kembali dompetnya ke saku bagian dalam jasnya.

"Pinnya?" Tanya Sheila lagi.

"Tidak perlu memakai pin. Cukup kau katakan saja kapan kau akan menggunakannya. Aku akan mengatifkannya secara langsung." Jawab Roy.

"Kapan aku bisa mengambilnya jika aku tidak bisa keluar sama sekali?" Tanya Sheila kembali kehilangan semangatnya.

"Kau bisa keluar rumah tapi hanya selama dua jam saja. Tidak boleh lebih." Kata Roy sambil memandang kearah lain selain Sheila.

"Kemanapun?" Tanya Sheila sambil tersenyum lebar.

"Terserah padamu."

"Sendirian?"

"Yang terpenting jangan sampai kau membuat namaku dan juga keluargaku menjadi jelek. Dan hanya dua jam saja." Kata Roy memperingatkan Sheila.

"Yess." Teriak Sheila sambil tertawa senang dan mengangkat tinggi tangannya keudara.

"Terimakasih." Kata Sheila sambil mencium kartu yang diberikan oleh Roy kepadanya.

"Kau bahagia?" Tanya Roy dengan heran kepada Sheila.

"Tentu saja." Jawab Sheila dengan polosnya.

"Aku mendapatkan uang dan aku bisa pergi keluar untuk menghirup udara segar."

"Hanya karena itu?" Tanya Roy lagi. Sheila mengangguk,lalu teringat akan sesuatu.

"Nenekku? Apa kau sudah menemukan keberadaan nenekku?" Tanya Sheila teringat akan ada hal yang kurang dalam kebahagiaannya ini.

"Aku sudah mencarinya di seluruh panti jompo yang ada dikota ini dan juga di beberapa kota, tapi tidak menemukan keberadaan nenekmu. Kau bersabarlah dulu, aku juga sedang berusaha untuk menemukan nenekmu." Jawab Roy dengan ekspresi datar. Sheila menghela nafas pendek lalu tersenyum simpul.

"Nanti pasti akan ditemukan." Kata Sheila entah untuk dirinya sendiri atau untuk Roy.

"Kau juga baru datangkan? Istirahatlah dengan baik. Masih ada hari esok." Lanjut Sheila sambil menepuk pundak Roy. Kemudian Sheila berjalan kearah kamar tidurnya , ia merasa mengantuk sekarang. Mungkin karena dia merasa tidak sendirian lagi sekarang didalam rumah ini.

"Kamu tidak merasa marah atau kecewa nenekmu belum berhasil aku temukan?" Tanya Roy sehingga membuat Sheila berbalik menatapnya lagi.

"Kecewa tentu saja. Tapi mau bagaimana? Kamu juga sudah berusaha. Besok juga masih ada waktu kan?" Balas Sheila yang berusaha untuk optimis.

"Kamu tidak menyalahkanku?"

"Untuk apa? Karena tidak bisa menemukan nenekku?" Sheila berbalik tanya kepada Roy.

"Tidak. Kamu mau mencari keberadaan nenekku juga aku sudah berterimakasih. Masalah nenekku yang disembunyikan oleh ayahmu juga bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga ikut bertanggung jawab untuk itu.
Kamu memiliki banyak hal untuk di selesaikan, tidak seharusnya juga aku menyalahkanmu." Kata Sheila sambil tersenyum menenangkan atas pertanyaan Roy.

"Kamu percaya kepadaku?" Tanya Roy dengan sedikit rasa ragu.

"Tentu saja. Adakalanya aku tidak bisa mempercayaimu. Tapi aku bisa mempercayaimu. Karena hanya kamu keluarga yang berada disampingku saat ini." Jawab Sheila dengan jujur kepada Roy.

"Tidurlah,Roy. Wajahmu terlihat lelah." Lanjut Sheila sambil masuk kedalam kamar tidurnya.

Roy hanya terdiam ditempatnya setelah mendengarkan jawaban Sheila.
------------------------------------------------------------

"Kita tidak bisa hanya berdiam diri saja, Rey. Ayahmu sepertinya sangat menyukai istri Roy ini. Padahal juga dia hanya gadis yang biasa saja. Kau ini juga katanya sumber informasimu bisa dipercaya tentang kondisi Roy yang mengalami penyimpangan? Kenapa ternyata tidak benar?" Tanya ibu tiri Roy kepada putranya itu.

"Informasiku tidak mungkin salah,Ma. Hanya saja Roy bisa memberikan pembelaannya disaat yang tepat. Dan juga buktinya terpampang nyata. Video-video itu juga tersebar dan kita juga sudah melihatnya." Jawab Rey , saudara tiri Roy.

"Tapi apakah istri Roy tahu fakta tentang Roy adalah seorang gay?" Tanya Rey kali ini kepada ibunya.

"Mungkin kesempatan kita menjatuhkan Roy adalah lewat istrinya. Bagaimana jika kita mengatur sebuah acara dan buatlah istrinya Roy untuk mengerti tentang kondisi Roy yang sebenarnya. Kalaupun ia sudah tahu tentang kondisi Roy, kita harus buat dia yang mengakuinya didepan banyak orang tentang hal ini. Bagaimana?" Ibu tiri Roy sudah mulai mengatur siasat tentang menjatuhkan Roy untuk kesekian kalinya dengan Rey.

"Kita tidak bisa membiarkan ayahmu memberikan segala yang ia miliki kepada Roy. Harus kamu yang mewarisi semua milik ayahmu. Jangan biarkan pengorbanan yang sudah mama lakukan ini semuanya sia-sia." Lanjut ibu tiri Roy.

"Iya,Ma. Pasti aku yang akan mendapatkan segalanya untuk mama. Nanti Nancy juga akan ikut dalam rencana kita." Balas Rey kepada ibunya. Nancy adalah istri Rey yang juga adalah sepupu Roy dari pihak ibu kandung Roy.
--------------------------------------------------

Hari ini pertamakalinya Sheila bisa berjalan-jalan keluar sendirian. Sheila merasa begitu bebas dan juga bahagia. Hari ini Sheila ingin mengunjungi taman tempat ia biasanya melakukan joging ataupun hanya sekadar berjalan-jalan untuk melepaskan penatnya selama menjadi asisten penulis naskah dulu.
Karena ini adalah hari biasa, tidak banyak orang yang berlalu lalang disana . Sheila bisa sepuasnya berjalan-jalan tanpa perlu cemas orang-orang akan mengenali dirinya.
Sheila bebas bermain-bermain di taman itu , membeli minuman dingin kesukaannya dan juga makanan yang ia sukai.

"Benar-benar menyenangkan bisa memiliki uang itu." Kata Sheila kepada dirinya sendiri sambil memasukkan makanan yang ia beli kedalam mulutnya.

"Diluar sini juga menyenangkan."

Sheila menghadapkan wajahnya kearah langit yang masih terang siang itu. Rasanya begitu menyenangkan dan juga nyaman bagi Sheila.
Sheila menikmati hempasan angin di wajahnya sambil bermain ayunan di taman itu.Sheila sangat menikmati kebebasan yang diberikan Roy walaupun hanya dua jam setiap harinya. Setidaknya dia bisa menikmati udara bebas diluar. Walaupun ia harus tetap menjaga penampilannya sesuai dengan standart Roy untuk menjaga jika ada yang menemukan dia sedang berada diluar .

Kali ini Sheila mengenakan celana jeans santai dengan atasan ceruty berkerut berwarna kuning yang segar sesuai dengan warna kulit Sheila. Dan juga sepatu sporty berwarna putih. Sheila mengikat rambutnya yang ikal membentuk ekor kuda .
Ponsel Sheila bergetar , Sheila segera merogoh tas kecilnya untuk melihat siapa yang menelponnya kali ini. Tulisan -Si Sinting- muncul di layar ponsel Sheila.

"Ada apa? Aku keluar juga belum ada dua jam." Keluh Sheila ketika Roy menghubunginya.

"Fotomu sudah terpajang dimedia sosial. Memangnya kamu tidak melihat?" Tanya Roy kepada Sheila.

"Fotoku? Kapan? Apa yang aku lakukan?" Tanya Sheila dengan panik. Takut jikalau ada yang salah dengan apa yang ia lakukan hari ini.

"Kamu hanya berada di taman saja tapi sudah heboh sekali beritanya.Lebih baik sekarang kamu pulang dulu. Kita bahas dirumah saja." Jawab Roy dengan tenang.

"Oke. Kita bertemu dirumah nanti. Aku akan pulang dulu." Balas Sheila kemudian menutup pembicaraan mereka dan kemudian dengan segera Sheila memesan taxi online untuk pulang kerumah Roy.

Sheila melihat sosial medianya dan menemukan fotonya disebuah akun gosip yang sedang trend saat ini. Benar apa kata Roy, fotonya selama ditaman tadi sudah diunggah di akun sosial media itu. Dengan judul yang sama sekali tidak sedap dibaca oleh Sheila.

- Istri yang kesepian, Pengantin baru tapi rasa jomblo-

Disana juga sudah banyak komentar dari para netizen yang memberikan komentar tentang dirinya. Secara tidak sengaja Sheila membaca salah satu komentar yang mengatakan jika dirinya hanyalah mencari simpati untuk menjadi terkenal.

Sheila sendiri sampai heran, dirinya bukan seorang artis. Kenapa harus mendapatkan begitu banyak sorotan di setiap apa yang ia lakukan. Sheila bahkan tidak memiliki cita-cita untuk menjadi seorang artis, dia tidak suka akan keramaian dan juga hal-hal yang membuatnya harus berbaur dengan banyak orang. Sekarang Sheilla baru mengerti mengapa Roy selalu memintanya untuk tetap berada didalam rumah saja. Tapi Sheila juga butuh kebebasan dalam hidupnya.

Roy pulang kerumah pribadinya lebih cepat, kali ini ia pulang bahkan sebelum jam 6 sore. Sheila sudah menunggu Roy di area pribadi Roy.

"Kenapa orang-orang harus mengunggah fotoku di sebuah akun gosip? Memangnya aku seorang artis? Dan yang aku lakukan hanyalah berjalan-jalan ditaman saja. Kenapa malah aku dihujat?" Tanya Sheila kepada Roy yang baru saja datang itu.

"Karena kamu adalah istriku." Jawab Roy singkat sambil meletakkan tas kerjanya diatas meja disamping pintu
kamar tidurnya.

"Kenapa sampai seperti ini mereka memberikan sorotan? Pernikahan kita juga tidak sampai seperti pernikahan artis-artis yang aku sering lihat. Memangnya mereka tidak punya berita lain?" Protes Sheila.

"Banyak yang tidak menyukaiku. Tentu saja mereka harus menemukan kelemahanku. Salah satunya adalah mengincarmu, sebagai istriku, kamu juga adalah kelemahanku. Mereka akan mengulik sekecil apapun kesalahan yang kamu lakukan untuk menjatuhkanku." Jawab Roy lagi lalu duduk di sofanya dengan wajah yang begitu lelah.

"Apa sekarang kamu baru tahu bagaimana kehidupanku berjalan walaupun aku bukan seorang artis?"

"Aku baru tahu. Dan kehidupan yang kamu jalani sungguh menakutkan."Kata Sheila sambil bergidik membayangkan seperrti apa hidup Roy selama ini.

"Lain waktu, jika kamu ingin mengunjungi suatu tempat, usahakan kamu memberitahukan tempat itu padaku. Kita mungkin bisa pergi bersama. Untuk tidak memancing pemberitaan miring lainnya.Terlalu banyak yang harus aku urus akhir-akhir ini. Aku tidak mau kalau harus mengurus hal-hal sepele seperti ini tadi yang nantinya bisa menjadi hal yang lebih besar karena pembicaraan orang-orang." Kata Roy kepada Sheila.

Sheila mencoba meresapi apa yang Roy katakan. Wajah Roy memang terlihat lelah, sepertinya urusan pekerjaannya kali ini tidak berjalan lancar, dan Sheila malah menambahkan beban Roy.

Ketika roy merentangkan kedua tangannya di punggung sofa sambil menengadahkan kepalanya, Sheila mengambil foto Roy dengan ponselnya. Suara dari ponsel Sheila ketika mengambil gambar Roy membuat Roy langsung melihat kearah Sheila.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Roy kepada Sheila.

"Meniru gayamu, untuk membuat klarifikasiku sendiri." Jawab Sheila sambil fokus pada ponselnya.

Roy yang ingin tahu apa yang di posting oleh Sheila mendekati Sheila dan duduk disamping Sheila.

"Bukankah ini bagus?" Tanya Sheila kepada Roy ketika ia sudah memposting foto Roy di media sosialnya dengan caption.

- Ikut lelah melihat lelahnya priaku yang harus bekerja setiap hari untukku. Sampai tidak punya waktu untuk menemaniku. Semangat ,Priaku-

Roy mengernyitkan keningnya melihat postingan Sheila kali ini.

"Belajar dari mana kamu membuat kalimat seperti ini?" Tanya Roy kepada Sheila.

"Darimu. Bukankah waktu itu kamu juga membuat klaifikasi untuk Teddy juga menggunakan cara ini?" Sheila berbalik mengingatkan Roy akan apa yang pernah Roy lakukan untuk mengklarifikasi tentang sesuatu.

"Kita tidak perlu harus membantah berita itu, hanya cukup memposting apa yang menjadi lawan berita itu saja." Lanjut Sheila dengan menghadapkan dirinya kearah Roy. Roy tersenyum mendengarkan penjelasan dari Sheila.

"Pintar." Kata Roy lalu mengusap puncak kepala Sheila, lalu ia berdiri dari duduknya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Sheila kepada Roy.

"Mandi." Jawab Roy lalu melihat kearah Sheila.

"Apa kau mau ikut? Kau kan juga merasakan lelahku." Lanjut Roy mulai menggoda Sheila.

"Otakmu lelah. Sudah, aku mau ke areaku."Balas Sheila lalu berdiri dari duduknya dan hendak meninggalkan area pribadi Roy.

"Tadi aku lihat kau menarik uang dua juta hari ini. Apa saja yang sudah kau beli dengan uang itu?" Tanya Roy kepada Sheila yang sudah berada di depan pintu kaca.

Sheila berbalik menatap Roy sambil mengingat apa saja yang sudah ia beli dari uang kompensasinya itu.

"Aku mengambilnya agar aku memiliki uang tunaiku sendiri. Dan memang kan itu perjanjian yang sudah kita sepakati kalau aku akan meminta uang kompensasiku selama tiga hari sekali. Aku sudah menghabiskan sekitar seratus ribu." Jawab Sheila dengan polos.

"Seratus ribu?" Roy mencoba mengulangi kata-kata Sheila tentang nominal yang sudah Sheila habiskan hari ini. Sheila mengangguk.

"Iya, seratus ribu. Untuk biaya taxi online dan juga makanan minuman yang aku beli hari ini." Jawab Sheila sambil menghitung dengan jari-jari tangannya.

"Tapi sepertinya masih ada sisa beberapa puluh ribu tadi. Kenapa?" Sheila berbalik tanya merasa heran mengapa Roy harus menanyakan hal itu juga kepada dirinya.

"Kau tidak membeli tas, sepatu ataupun baju?" Tanya Roy lagi.

"Aku sudah punya semua itu darimu. Aku membelinya lagi juga untuk apa? Pemborosan. Mandilah lalu tidurlah. Sepertinya otakmu juga lelah." Kata Sheila sambil menggelengkan kepalanya dan meninggalkan area pribadi Roy.

Roy tersenyum setelah Sheila meninggalkan area pribadi miliknya itu.

"Menarik." Kata Roy lalu tertawa mengingat apa yang dikatakan oleh Sheila tadi.

Semua wanita yang Roy kenal pasti akan membelanjakan seluruh uang Roy. Apalagi Roy memberikan kartu kredit hitamnya kepada Sheila. Sheila hanya mengambil sesuai dengan nominal yang Sheila sebutkan saja. Dan Sheila hanya menggunakan seratus ribu untuk membeli makanan minuman saja.

Sheila sedang mengetik sebuah naskah di laptopnya ketika Roy masuk kedalam kamar tidurnya. Sheila sudah terbiasa dengan Roy yang selalu tiba-tiba masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk pintu.

"Ada apa?" Tanya Sheila sambil meletakkan kacamata bacanya ketika melihat Roy masuk kekamarnya.

"Aku lupa memberitahukan kalau besok akan ada acara ulang tahun dirumah Rey. Mungkin ada yang ingin kau tanyakan sebelum kita menghadiri acara itu? Aku biasanya tidak datang. Tapi kali ini jika kita tidak datang aku takut akan ada pemberitaan miring lagi." Jawab Roy sambil duduk di tepi tempat tidur Sheila.

Sheila memikirkan apa saja yang ingin ia tanyakan tentang aturan yang ada dalam keluarga Roy.

"Rey itu siapa?" Tanya Sheila yang belum mengetahui siapa-siapa yang ada dalam keluarga Roy selain ayah Roy dan juga wanita cantik yang mungkin ibu tiri Roy juga lelaki tampan yang selalu bersama ibu tiri Roy itu.

"Wanita yang selalu bersama tua bangka itu adalah ibu tiriku, namanya Zavina, dan Rey adalah anaknya. Dia anak dari mantan suaminya dulu." Jawab Roy.

"Oh ... Jadi Oppha K-Pop itu namanya Rey." Kata Sheila sambil tersenyum mengetahui nama saudara tiri Roy yang tampan seperti anggota boyband itu. Roy menyipitkan matanya melihat ekpresi Sheila.

"Kau suka model seperti itu?" Tanya Roy dengan nada sinis. Sheila tertawa mendengar pertanyaan Roy.

"Tentu saja. Wajahnya sedap dipandang mata. Sudahlah, lalu apa lagi?"

"Dia sudah menikah, istrinya bernama Nancy. Dia adalah sepupuku dari keluarga ibu kandungku." Kata Roy menjelaskan status Rey yang sudah menikah kepada Sheila.

"Dan besok adalah ulang tahun Nancy. Nancy suka sekali mengundang para artis di acara ulangtahunnya dan juga mengundang banyak sekali orang dalam acaranya. Apa kau bisa?" Tanya Roy sambil mengangkat kedua alisnya.

"Apa Teddy juga akan datang?" Tanya Sheila dengan ragu.

"Mungkin. Kita tidak akan tahu hal itu. Nancy dan Zavina itu seperti ular berbisa. Mereka mengundangku dan juga kamu pasti ada rencana dibalik semua ini. Zavina selalu berusaha untuk menjatuhkan aku selama ini bersama Rey. Mereka selalu memiliki banyak cara untuk membuat tua bangka itu hanya melihat Rey sebagai anaknya walaupun aku sudah melepaskan diriku dari bisnis tua bangka itu. Mungkin juga tentang foto-fotomu hari ini adalah rencana mereka. Kalaupun mereka mengundang Teddybearmu juga mereka akan menggunakan hal ini untuk memancing reaksimu. "Jawab Roy yang sudah memprediksikan drama yang akan dibuat oleh ibu tirinya dan juga saudara tirinya itu.

"Apa resiko jika kita tidak menghadirinya?" Tanya Sheila, sepertinya ia tidak ingin menghadiri acara itu. Terutama jika Teddy juga ikut diundang dalam acara itu. Sheila tidak ingin hatinya menjadi goyah jika harus bertemu kembali dengan Teddy.

"Entahlah. Mungkin hanya akan ada perbincangan miring tentang hubunganku dan keluargaku. Atau mungkin nanti akan ada kejutan dari tua bangka itu. Mungkin juga akan semakin banyak sorotan untuk kita dikemudian hari. Itu yang aku alami selama aku tidak menghadiri acara yang mereka adakan." Kata Roy sambil mengingat apa yang ia alami ketika ibu tirinya mengundang dirinya lalu ia tidak menghadiri acara itu.

Sheila berpikir sejenak , jika ia menuruti apa yang ingin ia lakukan, Roy mungkin akan mendapatkan lebih banyak kesulitan dan juga dirinya tidak akan bebas melakukan hal-hal yang ingin ia lakukan. Tapi jika ia ikut datang dan ada kemungkinan Teddy juga datang. Maka Sheila tidak tahu apa yang akan ia lakukan didepan banyak orang nantinya.

"Bisakah kita tidak perlu datang?" Tanya Sheila dengan ragu kepada Roy.

"Apa kau takut bertemu Teddybearmu?" Roy berbalik tanya.

"Selain itu , aku takut nantinya aku malah membuatmu malu dan juga menambah bebanmu karena kekuranganku. Sudah pasti ibu tirimu akan merencanakan hal yang akan menjatuhkanmu melalui aku." Jawab Sheila dengan jujur.

"Yang perlu kau lakukan hanyalah berdiri disampingku saja, tersenyumlah lalu kita akan pulang setelah itu." Kata Roy sambil mengusap puncak kepala Sheila. Sheila menggigit kuku ibu jarinya.

"Besok aku akan memanggil perias wajah dan juga busana untuk membantumu. Kau tidak perlu khawatir. Cukup berdirilah disampingku selama acara itu berlangsung." Lanjut Roy melihat kegelisahan Sheila.
-----------------------------------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience