Chapter 22

Romance Completed 3114

Yang Roy berikan pada Sheila bukanlah sebuah pilihan, Sheila pada akhirnya harus ikut Roy untuk kembali kerumah Roy.
Sheila bahkan tidak sempat mengemasi barang-barangnya yang masih berada di hotel tempat dirinya menginap.

"Apa yang ingin kau ingat? Tidak ada yang perlu kau ingat." Kata Sheila yang duduk disamping Roy di kursi penumpang belakang mobil Roy.

"Aku harus mengingat dengan benar bagaimana kita menikah dan seperti apa pernikahan kita. Yang aku tahu hanyalah kita menikah sudah hampir satu tahun. Aku yang akan memutuskan akan menceraikanmu atau tidak setelah aku mengingatnya. Aku juga tidak mau mengambli resiko menjadi gunjingan oranglain ketika pernikahanku harus kandas dalam waktu kurang dari satu tahun." Jawab Roy dengan santai .

"Kau ingin mengingatnya. Kenapa aku harus ikut pulang bersamamu?" Tanya Sheila yang sudah mulai takut jika dirinya akan semakin tidak bisa melepaskan Roy.

"Kau bilang terserah padaku jika aku ingin mengingat kembali tentang pernikahan kita atau tidak. Dan ini caraku untuk kembali mengingatnya. Semenjak kita menikah bukankah kita berada di satu rumah yang sama?" Balas Roy sambil menyeringai kearah Sheila.

"Aku bahkan belum mengemasi barang-barangku dan kau sudah menyeretku untuk ikut denganmu. Aku bisa melaporkan hal ini kepada polisi." Protes Sheila yang merasa kesal karena Roy dengan paksa menggendong dirinya dari kamar hotel hingga kedalam mobilnya.

"Nadia yang akan mengurus barang-barangmu. Kau akan melaporkan apa? Aku juga akan mengatakan jika aku menjemput istriku yang kabur dari rumah. Apa yang akan dikatakan polisi nantinya?" Balas Roy sambil tersenyum puas .

Sheila membuang wajahnya melihat kearah luar kaca mobil yang berada disampingnya , dia benar-benar tidak pernah bisa menyangkal perkataan Roy yang selalu rasional.

"Lagipula selama proses ini , apa kau akan terus tinggal di hotel? Ini pemborosan namanya. Orang juga akan membicarakan tentang bagaimana buruknya pernikahanku. Aku tidak mau hal itu terjadi, bisa merusak citra bisnisku." Lanjut Roy.

"Mengapa aku seperti pernah mendengarkannya mengatakan hal yang sama seperti ini?" Tanya Sheila dalam hati.

Sesampainya dirumah Roy. Sheila langsung berjalan mendahului Roy dan langsung menaiki anak tangga dengan kesal. Roy tersenyum melihat Sheila yang seperti sudah lama menempati rumahnya ini.

"Sudah kuduga dia juga tinggal bersamaku selama kami menikah. Dia bahkan sudah tahu dimana dia akan tidur." Batin Roy yang mengawasi Sheila berjalan sampai kelantai dua , kemudian melanjutkan menaiki tangga lagi.

"Kau mau kemana?" Tanya Roy. Suara Roy menggema diseluruh rumah itu. Sheila tetap menaiki tangga tanpa menoleh kearah Roy.

"Ke areaku sendiri." Jawab Sheila yang terdengar kesal dengan Roy. Roy masih melihat Sheila hingga Sheila masuk kedalam area di lantai tiga.

"Jadi dia tinggal disana selama ini? Pantas saja aku selalu melihat kearah lantai tiga ketika aku keluar dari areaku." Kata Roy dalam hati.

Roy tidak mengerti mengapa dirinya merasa begitu lega Sheila kembali kerumahnya. Ia tidak pernah mengijinkan siapapun untuk tinggal satu atap dengannya.
Kali ini Roy yakin jika memang Sheila memiliki tempat istimewa dalam hidupnya, namun alasan ia melupakan Sheila juga ia harus segera mencari tahunya.
--------------------------------------------

Katarina melepaskan kacamata hitamnya dan melihat kearah Teddy yang sibuk melihat ponselnya.

"Kenapa kau tidak mendatangi mantan kekasihmu ketika ia masih berada di hotel seperti yang sudah aku infokan?" Tanya Katarina dengan kesal karena ia harus melaporkan segalanya kepada Teddy terlebih dahulu sebelum memberikannya kepada Rey.

"Ciya tidak menghubungiku. Aku tidak akan memberinya kesulitan ketika dia sedang berjuang sendirian." Jawab Teddy dengan ringan.

"Dia akan bercerai dari Roy. Ini adalah berita yang akan mengguncang media. Dan aku juga akan mendapatkan banyak uang dengan memberikannya kepada Rey. Bukankah seharusnya kau memanfaatkan kesempatan ini?" Tanya Katarina lagi sambil menunjuk kearah Teddy.

"Roy saat ini bahkan tidak bisa mengingat istrinya sendiri. Tentu saja Sheila sedang terluka saat ini, kau pernah mengatakan untuk melindungi Sheila dari jauh , tapi apa yang kau lakukan? Kau hanya berdiam diri saja disini dan sama sekali tidak membantunya. Tahu begini lebih baik jika aku melaporkannya saja kepada Rey."

Teddy meletakkan ponsel yang ia bawa dan melihat kearah Katarina.

"Jika aku datang kepadanya disaat seperti ini , maka Ciya akan mendapatkan cap sebagai wanita yang berselingkuh. Aku tidak ingin hubunganku semakin memburuk dengan Ciya hanya karena perasaan khawatirku padanya saat ini. Aku hanya menunggu Ciya yang menghubungiku dan meminta bantuan sendiri kepadaku." Kata Teddy kepada Katarina.

"Aku juga juga tidak tahu apa yang kau rencanakan dibalik kau memberiku semua informasi ini. Kau membantuku atau malah menjadikan aku pion pada permainan yang diciptakan keluarga Roy untuk menghancurkan Roy lewat Ciya." Kata Teddy dalam hati.

Sejujurnya ketika Teddy mengetahui Roy tidak bisa mengingat Sheila dan Sheila yang menggugat cerai Roy. Teddy merasa ia memiliki kesempatan yang terbuka begitu lebar untuk mendapatkan hati Sheila lagi. Namun ia juga tahu jika dirinya langsung mendatangi Sheila yang saat itu sedang berada di hotel dan tidak bersama dengan Roy , Sheila jelas akan mendapatkan masalah jika Sheila bertemu dengannya disaat Sheila menggugat cerai Roy.
Sheila mengingat nomor ponsel milik Teddy. Sudah pasti Sheila akan menghubunginya jika memang membutuhkan bantuan Teddy. Teddy sudah menunggu Sheila menghubunginya namun hal itu tidak terjadi.

"Sekarang Sheila sudah kembali kerumah Roy, kemungkinan untuk mereka bercerai mungkin sangat kecil. Roy orang yang keras dan sangat menjaga apapun miliknya. Bahkan ketika ia tidak mengingat istrinya , ia masih tetap menjaga istrinya untuk tetap berada disampingnya." Kata Katarina sambil menikmati minuman dingin yang ia pesan.

"Apa kau tidak berpikir jika mungkin saja Sheila saat ini merasa tidak nyaman?"

"Ciya akan benar-benar meninggalkan Roy jika dia ingin. Jika ia masih berada disamping Roy berarti dia memang ingin tetap berada disana." Jawab Teddy dengan enggan.

"Aku benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikirmu. Kau mencintai mantanmu , tapi kau seperti tidak memperjuangkannya sama sekali." Komentar Katarina sambil menggelengkan kepalanya.

Katarina hanya tidak mengetahui jika Teddy sedang berjuang dengan keras agar dirinya tidak menarik Sheila kembali padanya lagi. Teddy juga tidak bisa menjamin kebahagiaan Sheila dengan keadaan keluarganya yang sama sekali tidak menyetujui hubungan mereka.
---------------------------------------

Roy baru saja menyelesaikan rapat dengan pemegang saham rumah produksi milliknya.Rapat itu berjalan lancar namun tidak dengan suasana hatinya.
Pagi ini ia tidak melihat Sheila sebelum berangkat bekerja dan Sheila sama sekali tidak bisa dihubungi semenjak dirinya datang kekantornya hari ini.

"Apa dia selalu seperti ini denganku? Kenapa tidak pernah menjawab panggilan dariku?" Tanya Roy dengan emosi kepada Nadia ketika mereka memasuki ruang kerja Roy.

"Tidak. Biasanya istri anda selalu menjawab panggilan dari anda. Bahkan anda biasanya bisa menghubungi istri anda berkali-kali dalam satu hari ketika anda bekerja." Jawab Nadia sambil meletakkan lembaran laporan hasil rapat tadi.

"Aku menghubunginya berkali-kali? Apa aku bisa seperti itu? Untuk apa aku menghubunginya setiap saat?" Tanya Roy yang tidak percaya jika dirinya akan melakukan hal seperti itu.

"Hari ini anda sudah melakukan setidaknya sepuluh kali panggilan kepada istri anda,Pak." Jawab Nadia dengan datar.

"Terkadang kau tidak terlalu menyenangkan jika seperti ini." Gumam Roy yang merasa tidak nyaman
dengan perkataan Nadia.

"Saya hanya bekerja dengan profesional ,Pak. Bukan untuk menjadi menyenangkan." Jawab Nadia masih dengan ekspresinya yang begitu datar kemudian meninggalkan ruang kerja Roy.

"Aku bahkan lupa jika aku mempekerjakan dirinya karena dia itu sudah seperti robot yang hanya profesional
dalam pekerjaannya." Komentar Roy kepada dirinya sendiri.

Roy bersandar di meja kerjanya sambil melihat kearah luar jendela kantornya.
Dia tidak tahu jika dirinya begitu berambisi dengan istrinya sendiri. Jika dia begitu memperhatikan istrinya itu artinya dirinya yang ia tidak ingat , sangat mencintai istrinya. Bahkan ketika ia tidak bisa mengingat tentang istrinya , ia merasa tenang bila Sheila berada didekatnya.
Roy benar-benar ingin mengingat kembali kenangan tentang pernikahannya. Ia sudah menghubungi psikiater yang sudah merawatnya selama ini, namun ia seperti menghilang ditelan bumi. Keberadaannya juga tidak diketahui hingga saat ini.

Mengapa ia bisa melupakan istrinya jika ia mencintainya. Apa yang terjadi padanya ketika ia dilarikan kerumah sakit malam itu.
Seluruh pertanyaan itu Roy masih tidak bisa menemukan jawabannya. Tidak ada seorangpun mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
--------------------------------

Sheila tidak bisa berbuat banyak ketika dirinya sudah kembali lagi kerumah Roy. Namun ia lebih leluasa kali ini dibandingkan ketika sebelum Roy melupakan tentang dirinya. Sheila masih bisa pergi keluar kemanapun ia mau. Kali ini Sheila meminta pertolongan kepada ayah Roy untuk memberinya pekerjaan. Dengan begitu ia akan memiliki kesibukan dan ia akan jarang bertemu dengan Roy.
Ayah Roy memberikan pekerjaan sebagai penanggungjawab lapangan di lokasi syuting perusahaan milik ayah Roy.

Kali ini Sheila pulang agak terlambat karena beberapa kejadian dilokasi syuting hari ini. Sheila terkejut ketika masuk kedalam kamarnya dan Roy sudah berada didalam kamarnya duduk di kursi meja rias milik Sheila dengan wajah yang dingin dan menyeramkan.

"Kau... Kau mengagetkanku." Kata Sheila sambil memegang dadanya karena rasa terkejutnya.

"Kenapa kau baru pulang ? Apa yang kau lakukan? Apa kau diam-diam bertemu dengan selingkuhanmu?" Tanya Roy penuh curiga.

Sheila menghela nafas panjang dan meletakkan tas kecil yang ia bawa .

"Terserah kau ingin mengatakan apa aku ingin beristirahat hari ini. Aku lelah." Jawab Sheila tanpa memperdulikan perkataan Roy.

"Kau menemuinya atau tidak?" Tanya Roy lagi kali ini Roy berdiri dari duduknya.

"Kalau aku menemuinya apa kau akan menceraikanku?" Sheila berbalik bertanya pada Roy.

"Aku akan membunuhnya." Jawab Roy dengan mata yang gelap dan dingin.
"Aku bekerja. Aku sibuk seharian ini.Apa kau puas?" Balas Sheila dengan sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Apa kau sedang mencoba untuk melindunginya?" Tanya Roy sambil mendekati Sheila.

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Kau bisa mengecek dimana aku berada seharian ini." Jawab Sheila sambil melipat tangan didepan dadanya.

"Aku bahkan tidak bisa menghubungimu selama satu hari ini." Balas Roy dengan raut wajah yang tidak menyenangkan.

"Ah. Aku lupa. Tadi aku menyalakan mode getar." Kata Sheila sambil mengambil ponsel dari dalam tasnya.

"Kenapa kau harus bekerja dengan begitu keras? Apa aku tidak memberimu nafkah sebagai seorang suami? Dan dimana kau bekerja? Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau akan pergi bekerja?" Tanya Roy yang saat ini berdiri didepan Sheila.

"Aku harus bisa menghidupi diriku sendiri untuk kedepannya jika kita nanti sudah bercerai." Jawab Sheila dengan sedikit salah tingkah.

"Bukankah katanya kau mendapatkan kompensasi yang tinggi jika kita nantinya akan bercerai?" Senuyuman yang terccipta di bibir Roy seperti sedang menguji Sheila akan kejujurannya.

"Ten.. Tentu saja." Jawab Sheila dengan gugup.
"Hanya saja aku sudah terbiasa bekerja sebelum kita menikah. Aku hanya..."

"Jadi selama kita menikah kau tidak bekerja dan sekarang kau tiba-tiba bekerja. Apa hanya aku yang merasa aneh disini?" Sindir Roy ynag memang merasa ada hal yang ganjil dengan semua pernyataan yang ia terima tentang istrinya selama ini.

Sheila menyisirkan rambut ikalnya kebelakang. dengan gugup.

"Aku sudah bilang , aku harus mempersiapkan diriku sendiri jika nanti kita sudah..."

"Aku sudah muak dengan kata 'cerai' ini. Aku yang memutuskan akan menceraikanmu atau tidak. Kenapa kau begitu ingin bercerai dariku? " Tanya Roy sambil melangkah semakin maju kearah Sheila dan Sheila mengambil langkah mundur kebelakang.Hingga Sheila tidak bisa mundur lagi karena dinding kamar sudah menempel di punggungnya.

"Kenapa kau tidak ingin menceraikanku?" Sheila bertanya balik kepada Roy dengan pandangan yang sangat ingin tahu apa yang akan Roy katakan sebagai jawabannya.

"Karena hatiku tidak merelakanmu." Jawab Roy setelah terdiam selama beberapa detik memikirkan pertanyaan Sheila.
"Aku juga bahkan tidak tahu kenapa begitu berat untuk melepaskanmu. Maka dari itu aku ingin ingatanku tentangmu kembali."

"Apa kau tahu kenapa kau tidak mengingatku? Hanya ingatan tentangku dan pernikahan kita yang tidak kau ingat." Kata Sheila sambil menatap mata Roy.

"Karena kau sendiri yang ingin melupakannya." Jawab Sheila atas pertanyaan yang ia berikan kepada Roy.

Roy mengernyitkan keningnya seakan -akan perkataan Sheila tidak masuk akal untuknya.

"Kenapa aku ingin melupakannya?" Tanya Roy dengan tatapan yang tidak mengerti apa sebenarnya yang ia ingin lupakan.

"Karena pernikahan kita adalah hal yang menyakitkan untukmu." Kata Sheila dengan nada suara yang lebih pelan.

"Sekarang yang kau inginkan selama ini sudah terjadi. Kau tidak akan mengingat hal yang menyakitkan bagimu lagi. Kenapa kau ingin mengingatnya kembali?" Tanya Sheila kepada Roy yang nampak bingung saat ini.

"Perpisahan kita adalah hal terbaik untukmu. Lepaskan saja aku." Pinta Sheila kepada Roy.

Kalimat yang Sheila ucapkan terasa begitu familiar diotak Roy. Sekilas muncul dalam ingatan Roy ketika Sheila mengucapkan hal yang hampir sama seperti yang Sheila ucapkan saat ini.
Ingatan itu seperti sekelebat adegan yang kabur diselimuti kabut.
Secara spontan Roy mundur dua langkah dari Sheila, wajahnya terlihat bingung dan pucat.

"Roy , kau tidak apa-apa?'' Sheila menghampiri Roy dan memegang siku Roy ketika Roy mulai tidak stabil untuk berdiri. Pandangan Roy yang tadinya tidak fokus langsung memandang kearah Sheila ketika Sheila menyentuh dirinya.

Dengan seketika Roy menarik tubuh Sheila dan memeluknya dengan erat. Pelukan itu adalah ketakutan Roy yang coba ia tunjukkan kepada Sheila. Sheila bahkan bisa merasakan tubuh Roy yang gemetaran.

"Jangan katakan hal itu lagi. Jangan katakan." Kata Roy sambil memeluk Sheila dengan erat. Sheila membelai punggung Roy dengan lembut.

"Baiklah. Apa kau mengingat sesuatu?" Tanya Sheila dengan lembut dan Roy menggeleng dan menenggelamkan kepalanya dipundak Sheila.

"Jangan diingat. Sekarang tenanglah , aku disini." Kata Sheila sambil tetap membelai punggung Roy untuk menenangkannya.

Sheila melakukan semua itu dengan spontan ketika melihat Roy terlihat seperti membutuhkannya. Sama seperti biasanya, ketika Roy belum melupakan tentang dirinya. Meskipun Sheila ingin Roy mengingat tentang dirinya namun Sheila tidak ingin Roy terluka lagi. Bagi Sheila sudah cukup melihat Roy begitu terluka selama ini.

"Kenapa aku tidak ingin mengingat tentang dirimu atau pernikahan kita selama ini?" Tanya Roy setelah dirinya bisa menenangkan dirinya sendiri.

"Yang bisa mengetahuinya adalah dirimu sendiri. Mungkin karena memang keberadaanku yang memberimu luka sampai seperti ini. Kau sendiri yang menutup ingatanmu untuk melindungi dirimu sendiri." Jawab Sheila yang duduk disamping Roy.

"Apa yang aku takutkan darimu sampai aku ingin melupakannya?" Tanya Roy yan masih tidak bisa menemukan jawaban atas apa yang ia pertanyakan selama ini.

"Kau takut aku meninggalkanmu." Jawab Sheila tanpa memandang kearah Roy yang berada disampingnya. Roy tertawa singkat mendengar ucapan Sheila.

"Kenapa aku takut kau meninggalkanku?"

"Karena ibumu selalu mengatakan hal itu kepadamu. Bahkan dalam mimpimu kau selalu merasa apa yang kau miliki akan meninggalkanmu ataupun akan menghilang darimu." Kata Sheila sambil menggenggam tangannya sendiri.

"Apa kau sedang berusaha menipuku? Aku bahkan menceritakan tentang masalaluku padamu?"

"Aku berharap bisa berbohong seperti kebanyakan orang." Balas Sheila seketika. Roy menoleh kearah Sheila dan tertawa sinis.

"Siapa yang tidak akan berbohong dijaman seperti ini? Semua orang akan berbohong untuk kepentingannya sendiri." Kata Roy dengan dingin. Sheila menghela napas dan menghembuskannya dengan perlahan.

"Baiklah. Percayailah apa yang ingin kau percayai.Aku adalah seorang pembohong, aku juga seorang yang berselingkuh , aku bukan siapa-siapa , aku juga memiliki ambisi untuk memiliki kekayaanmu. Mengapa kau masih mempertahankanku? Bukankan bagus jika kau menceraikan seseorang dengan sifat seperti itu." Kata Sheila yang mulai kesal dengan Roy dan juga sikap Roy yang membingungkan .

"Aku juga tidak tahu. Karena itu aku ingin mengingat semuanya kembali." Jawab Roy.

"Kau orang yang rasional , kenapa memilih jalan yang begitu rumit untuk dirimu sendiri." Komentar Sheila sambil memandang heran kepada Roy.

"Apa kau juga tidak bahagia selama pernikahan kita sampai kau begitu merasa lelah dan ingin segera berpisah dariku?" Tanya Roy yang ingin mengetahui dari sudut pandang Sheila. Sheila terdiam sejenak , dia bukannya tidak bahagia bersama Roy , hanya saja dirinya merasa begitu terbatasi dengan sikap Roy yang overprotective padanya.

"Apa kau begitu tersiksa ketika bersamaku?" Tanya Roy lagi kali ini ia mengarahkan tubuhnya menghadap Sheila.

"Kau begitu baik padaku." Jawab Sheila dengan singkat.
"Hanya saja terkadang kau membuatku takut dengan kebaikanmu."

"Sebuah kebaikan yang membuatmu takut? Apa hanya aku yang merasa ada yang aneh dengan perkataanmu?"

"Jangan kau ingat lagi apa yang sudah terjadi. Cukup kau jalani saja hari-harimu nanti. Anggaplah saja kau seperti apa yang kau pikirkan. Hal itu akan lebih membuatmu berpikri dengan lebih rasional." Balas Sheila tanpa menjawab pertanyaan dari Roy.

"Mungkin yang kau katakan benar." Jawab Roy sambil melihat kearah Sheila.
"Aku juga berpikir rasional , jika aku menceraikanmu , aku juga akan mendapatkan citra yang buruk dimata masyarakat. Bahkan jika memang kau hanya ingin memanfaatkan aku dan kekayaanku , mungkin pilihan terbaiknya adalah kau tetap disisiku sebagai istriku. Entah kau menyukainya atau tidak." Kata Roy sambil memandang lurus kearah Sheila.

Sheila sudah terbiasa dengan apa yang dikatakan oleh Roy.

"Apa kau menyukaiku?" Tanya Sheila tiba-tiba jauh dari konteks yang sedang mereka bicarakan.

"Aku tidak memahaminya. Yang kurasakan adalah aku merasa nyaman berada didekatmu. Dan..." Kata Roy kemudian ia ragu untuk sejenak.

"Dan ?" Tanya Sheila

"Sudahlah. Istirahatlah. Aku tidak akan menganggumu." Ucap Roy lalu berdiri dari duduknya dengan cepat dan langsung meninggalkan Sheila yang sedang bertanya-tanya apa yang ingin Roy ucapkan tadi kepadanya.

---------------------------------------------

Ayah Roy sengaja meminta psikiater yang biasa menangani Roy untuk bersembunyi sementara waktu. Ayah Roy juga memberikan Sheila pekerjaan agar Sheila bisa menjaga jarak dengan Roy walaupun ia kini tinggal di rumah Roy lagi. Sekarang dirinya harus bisa mengontrol istrinya dan juga anak tirinya untuk tidak mengusik Roy dan kehidupan pribadinya.
Ia tahu jika istri dan anak tirinya sangat menginginkan menjatuhkan Roy dan mengincar kekayaannya. Namun ayah Roy tidak bisa memungkiri jasa yang telah istrinya lakukan untuknya selama ini kepadanya.
Ayah Roy tidak bisa dengan seenaknya untuk mengusir istri dan anak tirinya dari kehidupannya.
Kini dia berada diantara dua pihak yang juga sama-sama membencinya karena sikapnya yang terkesan tidak memihak kepada siapapun. Dan menghadapi Roy yang kini menjadi semakin sulit membuat ayah Roy benar-benar harus memikirkan dengan benar bagaimana cara agar Roy menyetujui untuk bercerai dengan Sheila.

Ayah Roy terkejut akan kedatangan Roy yang begitu tiba-tiba di ruang kerjanya.

"Ada apa kemari?" Tanya ayah Roy yang hanya melihat Roy sekilas dan melanjutkan membaca berkas yang ada di hadapannya.

"Kau menyewa pengacara yang mendampingi istriku untuk menggugat cerai?" Tanya Roy sambil melemparkan selembar kertas di meja kerja ayahnya. Dengan santai ayah Roy mengambil kertas itu dan membacanya.

"Ini memang pengacara yang biasa bekerja untukku. Memangnya kenapa?" Ayah Roy bertanya balik dengan nada yang masih datar dan terkesan tidak peduli akan protes yang coba Roy lemparkan kepadanya.

"Bagaimana bisa istriku menyewa seorang pengacara mahal seperti dia ? Jelas kau yang melakukan semua ini. Apa kau selama ini bekerjasama dengan istriku ? Apa kalian memiliki permainan lain dibelakangku?" Tanya Roy sambil meletakkan kedua tangannya ditepian meja kerja ayahnya tanpa duduk di kursi yang ada disampingnya.

"Wanita itu tidak baik untukmu. Ketika ia minta bercerai denganmu ,aku hanya pikir ini adalah sedikit bantuan yang sangat bagus untuk kalian dalam menyelesaikannya. Bukankah bagus jika kalian segera menyelesaikan urusan diantara kalian?" Ayah Roy memandang Roy dengan tulus.

"Urusan rumah tanggaku adalah urusanku sendiri. Kenapa kau harus ikut campur didalamnya?" Balas Roy dengan sinis.

"Dia sudah memerasmu , menjebakmu dalam ikatan kontrak yang tidak sah , dia juga memiliki lelaki lain dalam hidupnya. Sebagai ayahmu , aku tidka akan tinggal diam begitu saja ." Kata ayah Roy sambil meletakkan kacamatanya di atas meja kerja.
"Setelah bercerai aku akan mengenalkanmu dengan putri teman baikku. Dia lebih cantik, berpendidikan dan juga memiliki pengaruh yang kuat untuk perusahaanmu." Lanjut ayah Roy sambil memandang Roy dengan serius.

"Kata siapa aku akan menceraikannya? Sekalipun dia menggungat cerai kepadaku aku tidak akan menceraikannya. Dan kau ingin mengatur pernikahanku? Bermimpilah terlebih dahulu." Balas Roy sambil merobek lembaran yang ia berikan kepada ayahnya itu kemudian membuang robekan kertas itu disampingnya.

"Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri jika tetap bersikeras seperti ini. Kau bahkan tidak mengingat istrimu sendiri. Apa yang coba kau pertahankan saat ini? Apa hanya karena rasa memiliki sesuatu?" Tanya ayah Roy masih dengan santai kepada Roy.
"Apa kau tidak tahu jika dia sudah membuat perjanjian denganku , jika ia bisa memenuhi permintaanku dia akan mendapatkan kebebasannya darimu dan juga mendapatkan kompensasi yang besar untuk tunjangan biaya hidupnya. Jika dia mencintaimu dengan tulus , dia tidak akan membuat perjanjian denganku seperti ini."

"Perjanjian apa yang kalian buat dibelakangku?" Tanya Roy yang baru saja mengetahui hal ini.

"Dia akan menyembuhkan penyakit busukmu itu. Dan dia menerima tawaranku agar bisa terbebas darimu kemudian menikahi lelaki yang ia cintai." Jawab ayah Roy mencoba memanipulasi pikiran Roy. Napas Roy mulai tidak teratur karena detak jantungnnya yang menggila memikirkan istrinya yang menyetujui untuk meninggalkan dirinya karena harta dan lelaki lain.
Roy bahkan tidak tahu apakah hal itu benar atau hanya rekayasa dari ayahnya saja.

"Jangan mencoba mempengaruhiku." Kata Roy lalu berjalan meninggalkan ruang kerja ayahnya.

"Apa kau tahu yang terjadi ketika malam itu kau dilarikan kerumah sakit dan akhirnya kau melupakan istrimu sendiri?" Tanya ayah Roy sebelum Roy membuka pintu ruang kerja miliknya. Langkah Roy terhenti seketika.
"Kalian bertengkar hebat karena istrimu menggugurkan anak kalian." Kata ayah Roy membuat Roy terpaku sambil menggenggam erat pegangan pintu tuang kerja ayahnya. Roy berbalik dan memandang ayahnya dengan pandangan tidak percaya.

"Kau bisa menyelidikinya sendiri jika kau tidak percaya padaku. Bahkan kau sendiri yang memblokir media untuk menerbitkan berita ini." Lanjut ayah Roy lalu kembali membaca berkas yang ada dihadapannya.
Roy pergi dari ruangan kerja ayahnya sambil membanting daun ruang kerja itu dengan sangat kencang.

Ayah Roy melihat kearah daun pintu ruang kerjanya dan menghela napas panjang. Ia hanya melakukan apa yang Sheila minta dan semua juga untuk kebaikan Roy sendiri.
----------------------------

Roy tidak percaya begitu saja akan apa yang dikatakan oleh ayahnya. Roy mulai mencari tahu sendiri benarkah yang dikatakan oleh ayahnya itu.
Ia selalu menyimpan apapun yang ia kerjakan dalam folder tersembunyi di laptop miliknya. Dan benar saja Roy menemukan beberapa berita tentang Sheila yang kehilangan bayinya. Tanpa pikir panjang Roy langsung menghubungi menghubungi Nadia.

"Minta supirku untuk menyiapkan mobilku dan cari tahu dimana istriku saat ini berada." Perintah Roy dengan emosi yang ia pendam.

"Baik,Pak." Jawab Nadia dengan patuh.

Roy memikirkan banyak hal ketika mengendarai mobilnya sendiri menuju ketempat Sheila berada saat ini. Benarkah wanita yang ia nikahi begitu kejam padanya? Namun mengapa hatinya begitu berat untuk melepaskan wanita itu dari sisinya? Karena itukah ia melupakan segala sesuatu tentang istrinya untuk melindungi dirinya sendiri?

Roy sampai ditempat Sheila sedang bekerja saat ini. Sebuah lokasi syuting yang berada didalam studio. Kebetulan disana juga sepertinya baru saja menyelasaikan proses syuting. Roy bisa melihat Sheila sedang berbicara dengan sutradara yang ada disana. Sheila tersenyum . Dan hal itu membuat hati Roy sakit mengingat ia kehilangan bayinya namun saat ini Sheila bahkan masih bisa tersenyum dengan oranglain.
Roy melangkah dengan cepat kearah Sheila. Sheila bahkan juga terkejut akan kehadiran Roy disana.

"Roy?" Sheila tidak sempat menanyakan apa yang sedang Roy lakukan ditempatnya bekerja, Roy sudah menarik Sheila untuk ikut bersamanya. Genggaman tangan Roy begitu erat sampai terasa menyakitkan di pergelangan tangan Sheila.
Sheila juga kewalahan mengikuti langkah kaki Roy yang begitu cepat.

"Roy, berjalanlah lebih perlahan. Dan apa yang kau lakukan, tanganku sakit." Kata Sheila sambil berusaha menarik tangannya dari Roy . Roy tidak mendengarkan apa yang Sheila katakan dan tetap melangkahkan kakinya menuju keluar studio.
Teddy yang kebetulan juga berada disana langsung menyusul kearah Roy dan juga Sheila. Dengan cepat Teddy melepaskan tangan Roy dari Sheila.

"Apa kau tuli? Kau sudah menyakitinya." Kata Teddy sambil berdiri diantara Sheila dan Roy. Roy langsung melihat kearah Teddy dan beralih kepada Sheila.

"Jadi inikah alasanmu bekerja?" Tanya Roy dengan sarkatis kepada Sheila.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian. Aku hanya kebetulan berada disini untuk kontrak iklan yang sudah aku sepakati dengan perusahaan ayahmu. Tapi yang kau lakukan pada istrimu sungguh tidak pantas. Disini banyak orang yang melihatnya." Kata Teddy masih dalam posisinya diantara Roy dan Sheila.

"Karena inikah kau minta bercerai denganku dan menggugurkan kandunganmu karena itu adalah anakku?" Tanya Roy tanpa memperdulikan penjelasan Teddy dengan suara yang lantang hingga semua mata yang berada di studio itu tertuju pada mereka bertiga.

"Karena kau ingin bersama dengan dia?" Roy menunjukkan jarinya kearah Teddy namun matanya menatap Sheila dengan tajam. Sheila yang sedang memegangi pergelangan tangannya yang memerah dan terasa sakit itu membalas pandangan Roy dengan rasa terkejut yang amat terlihat.

"Apa kau sudah mengingat sesuatu?" Tanya Sheila dengan ragu-ragu. Roy tertawa dramatik.

"Kau mengharapkan aku mengingat apa? Mengingat apa yang sudah kau lakukan padaku karena kau ingin bersama dengan lelaki lain? Katakan padaku , apa ini alasanmu untuk bercerai denganku? Apa benar kau sudah membunuh anakku?" Teriak Roy pada akhirnya.

Teddy yang berada di tengah Sheila dan juga Roy sampai tidak tahu harus berbuat apa disaat seperti ini. Menjelaskan kepada Roy pun akan percuma karena Roy tidak akan mendengarkan penjelasan dari dirinya. Teddy hanya takut jika Roy akan melukai Sheila. Dan berharap Sheila memberikan penjelasannya kepada Roy tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Percayailah apa yang ingin kau percayai." Jawab Sheila dengan mata yang mulai basah oleh genangan airmatanya sendiri.

Roy yang tidak bisa mengendalikan emosinya menyisirkan rambutnya kebelakang dengan frustasi. Berusaha untuk tidak menghajar Teddy yang masih berdiri diantara mereka.

"Kau mengakuinya?" Tanya Roy lagi dengan nada yang lebih pelan.
Sheila berusaha menahan airmatanya jatuh dengan menggigit bibir bawahnya.

"Kalau itu yang kau percayai , aku mengakuinya." Kata Sheila sambil memandang Roy dengan segenap kekuatan yang ia miliki.

"Ciya, kenapa kau tidak..." Kata Teddy sambil berpaling kepada Sheila , Teddy tidak melanjutkan apa yang hendak ia katakan karena Sheila menggeleng kepadanya dan mengisyaratkan untuk Teddy tidak mengatakan apapun saat ini.

"Bagaimana aku bisa menikahi wanita berhati iblis sepertimu?" Kata Roy dengan kekecewaan yang mendalam.
"Kau menginginkan perceraian. Aku akan mengabulkannya. Barang-barangmu akan aku kirimkan kepadamu. Jangan pernah menginjakkan kakimu dirumahku lagi dan aku tidak ingin melihatmu sampai kapanpun. Kalaupun kita bertemu suatu saat nanti , aku harap kita tidak akan saling mengenal." Lanjut Roy lalu meninggalkan studio itu.

Setelah Roy pergi , Sheila terduduk lemas dilantai studio. airmata yang sudah ia tahan akhirnya juga jatuh dari matanya dan membasahi pipinya.

"Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya pada Roy?" Tanya Teddy sambil berjongkok didepan Sheila.

"Lebih baik seperti ini. Setidaknya dia akan bisa melanjutkan hidupnya lagi." Jawab Sheila dengan tatapan kosong. Kemudian Sheila melihat kearah Teddy.

"Apa kau masih temanku,Ted?" Tanya Sheila dengan suara yang lemah. Teddy mengangguk.

"Tentu saja." Jawab Teddy sambil menahan dirinya untuk tidak memeluk Sheila yang terlihat seperti akan hancur jika ia menyentuhnya.

"Kali ini aku minta bantuanmu. Bantulah aku." Pinta Sheila kemudian menangis dengan terisak-isak sambil menutupi wajahnya dengan tangannya dihadapan Teddy dan beberapa orang yang ada disana.
---------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience