Chapter 27

Romance Completed 3114

Roy terbangun ketika alarmnya berbunyi. Matanya terbuka seketika melihat kearah jendela kamarnya yang sudah diterobos oleh sinar matahari dan dirinya bernapas lega ketika melihat Sheila berada di pelukannya , tertidur pulas. Roy tidak sedang bermimpi , Sheila benar-benar kembali kepadanya tanpa dirinya memaksa. Sheila benar-benar mencintainya masih sama seperti dulu.

Roy mengecup kening Sheila dan memeluk tubuh Sheila dengan kedua tangannya , menempelkan kepala Sheila didadanya.

"Aku sudah ada disini, apa yang kau takutkan?" Gumam Sheila dengan mengantuk sambil memeluk pinggang Roy.

"Aku takut semuanya hanya mimpi." Roy menempelkan dagunya di puncak kepala Sheila.

"Apa kau masih bermimpi?" Goda Sheila .

"Kalau ini mimpi , aku bahkan tidak ingin terbangun dari tidurku." Balas Roy sambil menghela napas panjang.

"Kau tidak sedang bermimpi , aku sudah pulang. Maaf sudah meninggalkanmu dan membuatmu begitu sedih." Kata Sheila sambil membelai punggung Roy.

"Jangan melakukan hal ini kepadaku lagi. Aku akan berusaha lebih keras lagi untuk menjadi lebih baik dan membuatmu bahagia. Aku tidak akan mengecawakanmu." Janji Roy dengan sungguh-sungguh pada Sheila.

Tidak pernah Roy bayangkan kerinduan dan rasa kehilangan yang selama ini ia hadapi terbayarkan dengan merasakan hangat tubuh Sheila dan napas Sheila yang terasa begitu berharga di tubuhnya.

"Setelah kau menemuiku pagi itu , aku memikirkan banyak hal. Aku merasa terbebani dan juga merasa tersakiti ketika bersamamu tapi aku juga bahagia . Aku juga bukan seseorang yang sempurna , aku juga memiliki kekuranganku sendiri. Melihatmu berusaha begitu keras untuk bisa menerima luka masalalumu lagi itu bukan hal yang mudah , tapi kau melakukannya. Kau juga masih mempertahankan pernikahan kita dan mau mencariku lagi , bahkan saat itu kau bisa memaksaku untuk pergi bersamamu , tapi tidak kau lakukan . Hal itu juga butuh usaha yang begitu besar untukmu. Aku juga sampai kagum kau tidak menghajar Teddy juga Zack." Sheila tertawa melihat kesabaran yang dimiliki oleh Roy waktu itu.

"Jangan kau ingatkan. Aku sudah susah payah menahan emosiku saat itu." Balas Roy sambil mendengus kesal.

Sheila menjauhkan tubuhnya dari Roy dan memicingkan matanya kearah Roy. Roy mendekap Sheila lagi.

"Iya , iya . Aku akan berusaha . Aku tidak akan mengedepankan emosiku. Aku juga sudah menahannya waktu itu. Wajarkan jika aku merasa tidak nyaman ketika istriku bersama dengan lelaki lain, jika aku tidak marah bukannya itu berarti aku tidak benar-benar mencintaimu?" Roy berusaha membela dirinya.

Sheila mengangguk dan membelai punggung Roy yang telanjang.

"Suamiku sungguh hebat. Sangat hebat. Aku mencintaimu , Roy." Bisik Sheila dengan lembut.

"Seburuk apapun masalalu yang pernah kujalani . Separah apapun luka yang kuterima . Jika kau ada disampingku , menemaniku dan mencintaiku itu lebih dari cukup. Jika kau meninggalkanku dalam kegelapan ini , duniaku seakan runtuh tak tersisa." Kata Roy sambil mengecup kening Sheila.
"Tetaplah bersamaku dan jangan pergi lagi."

----------------------------

Katarina harus menerima kenyataan jika dirinya tetap tidak bisa menikah dengan Rey.

"Kau bilang kau akan menceraikannya? Kau bilang akan segera menikahiku?" Teriak Katarina kepada Rey yang tidak berdaya di hadapannya.

"Aku akan menceraikannya. Aku hanya mencari cara dan waktu yang tepat , Kattie." Balas Rey dengan putus asa mencoba menenangkan Katarina.

"Mencari waktu yang tepat? Kapan itu , Rey?" Katarina benar-benar tidak bisa bersabar kali ini.
"Aku sudah menunggumu selama tiga tahun . Tiga tahun ,Rey. Aku selalu menuruti apapun yang kau inginkan. Aku bahkan tidak bisa menunjukkan kepada dunia lelaki yang aku cintai. Aku juga harus melihat kebersamaan lelaki yang aku cintai bersama dengan oranglain. Kau pikir aku tidak sakit hati?"

"Aku tahu apa yang kau rasakan. Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Aku juga ingin menikahi wanita yang aku cintai. Aku juga ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kau hanya milikku. Kenapa kau meragukanku saat ini setelah lama kita bersama? Kau tahu aku tidak mencintainya dan yang kucintai hanyalah dirimu. Kita sudah melangkah sejauh ini , bersabarlah sebentar lagi." Kata Rey sambil membelai wajah Katarina dengan lembut. Dengan kasar Katarina menampik tangan Rey dari wajahnya.

"Aku sudah sangat bersabar , Rey. Atau kau memang tidak ingin menceraikan istrimu? Apa kau juga mencintainya? " Tanya Katarina dengan penuh curiga.

"Memangnya aku sudah tidak waras harus mencintai wanita seperti dia ? Tentu tidak. Aku juga sudah mengatakan kepadamu berkali-kali , aku hanya mencintaimu." Jawab Rey dengan nada sedikit meninggi.

"Maka ceraikanlah dia saat ini juga." Teriak Katarina.

"Aku .. Kau tidak memahami situasi yang sedang aku hadapi saat ini." Rey mencoba menjelaskan betapa menakutkan Nancy yang sebenarnya.

"Apa lagi yang perlu aku pahami? Ibumu bahkan sudah dengan terang-terangan menyatakan perang denganku. Dia dengan tegas tidak ingin aku menikah denganmu. Aku sudah banyak berkorban untukmu demi ambisimu dan juga ibumu. Aku bahkan harus membuang harga diriku dengan berpura-pura mencintai oranglain hanya demi dirimu. Pernahkah kau merasakan berada diposisiku saat ini. Bahkan jika oranglain mengetahui hubungan kita , aku hanya akan mendapatkan cap sebagai wanita simpananmu saja. Kau ingin aku hidup seperti ini seumur hidupku?" Dengan emosi Katarina memukul dadanya sendiri dengan kencang didepan Rey.

"Aku juga tidak menginginkan hal ini terjadi kepada kita. Aku tidak mau kau menjadi wanita simpananku." Bantah Rey tidak kalah emosinya sengan Katarina.

"Kau seorang pria dewasa , Rey. Kau seharusnya bisa mengambil keputusan untuk hidupmu sendiri bukan berada dalam kendali ibumu." Katarina menggelengkan kepalanya lalu menghela napas panjang dan berat.
"Aku tidak ingin bersabar lagi. Kau yang memilih. Kau pilih menceraikan istrimu dan menikahiku atau ... Kita berhenti sampai disini saja?" Tanya Katarina dengan tegas.

"Beri aku waktu , Kattie. Kau tahu aku bukannya tidak mau memilih jalan hidupku sendiri. Aku hanya tidak ingin mengecewakan orangtua yang aku sayangi." Jelas Rey sambil meraih tangan Katarina. Katarina memandang tajam kearah Rey.

"Aku .. sedang tidak ingin bernegosiasi jangka panjang lagi denganmu. Pilihlah. Aku atau istrimu? Aku ingin jawabanmu saat ini juga." Kata Katarina dengan tegas.

"Kattie, saat ini kau hanya merasa emosi saja. Kau redamlah dulu emosimu , kita akan pikirkan jalan keluar ini bersama-sama." Rey berusaha meyakinkan Katarina dan membuat Katarina luluh dengan janjinya.

"Dia atau aku?" Ulang Katarina tidak memperdulikan janji yang diucapkan oleh Rey.

"Mungkin kau butuh berjalan-jalan untuk menenangkan pikiranmu saat ini. Aku akan memberikan limit baru untuk kartu kreditmu , kau bisa menggunakannya untuk jalan-jalan atau berbelanja." Kata Rey tanpa menjawab pertanyaan Katarina.

Katarina menatap kedua mata Rey kemudian menghela napas panjang dan melepaskan tangannya dari Rey.

"Baiklah. Kau sudah memberikan jawabanmu." Kata Katarina sambil mengambil tas miliknya dan berjalan melewati Rey. Rey berusaha menahan Katarina dengan menghalangi pintu villa tempat mereka biasanya bertemu dan memadu kasih.

"Aku tidak mau kehilanganmu." Kata Rey dengan mata memohon kepada Katarina.

"Aku sudah lelah ,Rey. Lebih baik aku terluka karena merelakanmu daripada aku harus hidup dan terus terluka bersamamu. Aku memiliki hatimu tapi tidak pernah memilikimu sepenuhnya. Aku tidak mau hanya menjadi bayang-bayang dalam pernikahanmu dengan wanita lain. Aku yang bodoh karena sudah dengan sukarela mencintai lelaki sepertimu , seharusnya sudah dari dulu aku merelakanmu." Balas Katarina sambil menatap Rey dengan lelah.
"Jadilah anak yang berbakti dan juga suami yang baik untuk istrimu." Katarina menepuk pundak Rey dengan lembut dan mendorong tubuh Rey kesamping untuk memberinya jalan keluar dari Villa itu.

Rey ingin menghentikan Katarina tapi tubuhnya seakan terpaku dan tidak bisa bergerak ketika ia benar-benar harus memilih diantara mematuhi perintah ibunya atau cintanya.
------------------------------

Ayah Roy datang mengunjungi Roy ketika Sheila sedang pergi menjemput neneknya dipanti jompo. Roy mengijinkan nenek Sheila dirawat dirumah mereka dan memutuskan untuk tinggal bersama mereka dirumah itu.

"Kemana Ella? Aku dengar Ella sudah pulang beberapa hari yang lalu." Tanya ayah Roy ketika Roy menemuinya di ruang tamu utama.

"Dia sedang menjemput neneknya. Nenek Ella akan tinggal bersama kami mulai hari ini. Ada apa ayah kemari?" Roy duduk di sofa ruang tamu dan langsung menanyakan kedatangan ayahnya yang tidak pernah ia duga.
"Apa kau ingin menawarkan sesuatu kepadanya lagi?"

"Kau benar-benar berubah." Kata ayah Roy sambil tersenyum.
"Aku tidak akan mengganggu kehidupanmu. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Kejadian tentang ibumu."

Roy mendengarkan namun tidak mengatakan apapun.

"Walaupun dia menyakitimu , hal itu bukan sepenuhnya kesalahan darinya. Aku juga bersalah dalam hal ini. Tapi dia membencimu dan memperlakukanmu seperti dulu aku tidak bisa menerimanya. Aku menuduhnya berselingkuh karena bukti-bukti yang diberikan kepadaku , aku tidak melihatnya sendiri dan percaya begitu saja pada hal itu. Aku juga mengutuknya juga dirimu yang masih berada dalam kandungan , aku benar-benar menyiksanya secara batin , aku pergi ketempat-tempat hiburan , bersenang-senang semauku , aku bahkan tidak pernah pulang kerumah. Aku bahkan meminta ibumu untuk menggugurkanmu karena aku tidak yakin kau adalah anakku. Setelah itu ibumu pergi dan aku makin terpuruk. Aku sangat meyakini ia memiliki lelaki lain dalam hidupnya dan ingin tetap bersama dengan anak dari lelaki itu. Perusahaanku jatuh bangkrut , namun Zavina menyelamatkanku dengan syarat aku menikahinya. Aku menerimanya juga Rey. Kehidupanku berangsur membaik lalu kau datang kepadaku. Saat itu aku baru menyadari jika kau memang anakku, kau mirip sekali denganku."Kata ayah Roy sambil melihat kearah Roy.

"Kau masih meragukanku. Kau bahkan meminta test DNA untuk mengakuiku." Balas Roy singkat.

"Aku melakukan itu agar Zavina juga bisa menerimamu. Aku ... Takut padamu ketika kau datang kepadaku tapi juga bersyukur. Aku memiliki darah dagingku sendiri dalam asuhanku. Aku hanya ingin kau menjadi seseorang yang sempurna hingga oranglain tidak memiliki celah untuk menjatuhkanmu, tapi aku baru menyadari jika caraku sudah salah. Aku juga tidak berbeda dari ibumu. Ella mengatakan terimakasih kepadaku, dia bahkan mengetahui maksud perlakuanku padamu padahal kau saja tidak mengerti. Dan mengatakan akan menemanimu meskipun mengetahui apa yang kau derita selama ini , aku benar-benar terkejut. Dia bahkan tidak meminta imbalan apapun untuk hal itu. Dan aku iri kepadamu. Kau memiliki orang yang tulus mencintaimu dan memahami luka jiwamu sekalipun ia juga terluka." Ayah Roy memandang hangat kearah Roy.

"Karena rasa iri itukah kau membantunya untuk bercerai denganku dan memberinya fasilitas kepadanya selama ia bersembunyi?" Tanya Roy bukan karena rasa benci namun rasa ingin tahunya yang masih menjadi teka teki sampai detik ini dalam otaknya.

"Ella yang memohon kepadaku untuk bercerai darimu , ia merasa bersalah karena membuatmu makin tersiksa dengan luka jiwamu dan masalalumu. Aku memberinya fasilitas dan memenuhi keinginannya karena aku yakin ketika kau tidak menyetujui untuk bercerai dengannya , dia pasti akan kembali padamu. Ella pernah mengatakan kepadaku jika ia tidak akan pernah meninggalkanmu kecuali kau yang meninggalkannya." Jawab ayah Roy dengan tulus.

"Jika kau mengetahui hal itu kenapa kau tidak memberitahuku kemana Ella pergi selama ini? Aku harus mencarinya sampai aku putus asa." Protes Roy.

"Kau tidak bertanya kepadaku." Ayah Roy mengangkat kedua bahunya dengan acuh.

"Ayah bahkan memprovokasiku untuk menceraikan Ella. Aku bisa saja menyerah untuk mencarinya dan melepaskannya." Roy merasa dirinya telah dibodohi oleh ayahnya sendiri.

"Itu permintaan Ella . Meskipun Ella menghilang kau tidak menyerah dan kau menemukannya sendiri." Jawab ayah Roy dengan singkat.

"Jika aku terlambat menemukannya , aku akan kehilangan dirinya untuk selamanya."

"Ella tidak akan meninggalkanmu. Ella memegang kata-katanya dan kembali kepadamu." Balas ayah Roy dengan tenang.

Roy menghela napasnya , enggan memberikan tanggapan akan ucapan ayahnya yang benar adanya. Namun ketakutan yang ia hadapi setiap detik ketika Sheila tidak bersamanya benar-benar menyiksa.

"Kenapa ayah mengatakan tentang ibuku kepadaku? Lagipula aku tidak akan menemuinya lagi." Komentar Roy akan cerita ayahnya mengenai ibunya.

"Setidaknya kau bisa memaafkan ibumu atas apa yang ia lakukan kepadamu. Dia hanya melampiaskan kemarahannya padamu. Tapi jauh dilubuk hatinya ia ingin menyayangimu. Untuk hidupmu dan Ella, aku harap hal ini tidak terjadi pada kalian. Terutama dirimu , kau yang paling tidak masuk akal dan mudah terpancing emosimu. Jangan sampai kau merasakan penyesalan sepertiku." Jawab ayah Roy kemudian berdiri dari duduknya .
"Aku pamit dulu. Mampirlah kerumah kalau kau dan Ella ada waktu walaupun kau tidak menyukainya , aku selalu menerima kedatanganmu dirumahku."

Roy bahkan tidak bangkit untuk mengantarkan kepergian ayahnya. Egonya terlalu tinggi untuk itu. Tapi entah mengapa mendengarkan kenyataan tentang perasaan ayah dan ibunya langsung dari ayah yang ia pikir membencinya , membuat Roy merasa beban dihatinya selama ini menjadi hilang begitu saja. Hidupnya tidaklah sesuram dan segelap yang ia bayangkan selama ini. Terutama saat ini ia juga memiliki wanita yang ia cintai disisinya , Roy merasa jika dirinya siap untuk menghadapi semua yang ada dalam hidupnya kelak.
------------------------------------
"Ada yang ingin aku bicarakan disini." Kata Rey ketika ia sedang makan malam dirumah ayah Roy bersama dengan Nancy.

Nada bicara Rey yang terdengar begitu serius membuat semua yang ada disana melihat kearahnya. Ibu Rey melirik tajam kepada Rey.

"Aku ingin menceraikan Nancy." Kata Rey tanpa memperdulikan tatapan ibunya yang menembus seperti laser.

"Aku menolak." Balas Nancy santai sambil menyantap makanannya.

Ayah Roy meletakkan alat makannya dan melihat kearah Rey dan juga Nancy kemudian beralih ke istrinya.

"Ada apa ini? Apa ada yang aku lewatkan?" Tanya ayah Roy dengan tegas.

"Tidak ada apa-apa. Mereka hanya sedang bertengkar , mereka masih muda dan labil. Jangan terlalu kau pikirkan." Jawab Ibu Rey dengan cepat. Dan memicingkan matanya kepada Rey.

"Aku tidak mencintainya." Kata Rey seketika kepada ayah Roy.
"Aku mencintai oranglain." Lanjut Rey sambil melihat kearah ibunya dengan tajam.

"Kau mencintai oranglain?" Tanya ayah Roy dengan alis terangkat kepada Rey.
"Tapi kau menikahi dia?" Lanjut ayah Rey sambil menunjuk kearah Nancy yang saat ini masih bisa menikmati makanannya.

"Aku hanya.... " Rey merasa bingung akan menjelaskan seperti apa kepada ayah tirinya.

"Dia menikahiku karena kekayaan dan kekuasaan ayahku. Dia dan mama juga memiliki bisnis sendiri yang ayah tidak ketahui. Sekarang karena dia sudah sukses dengan bisnis barunya , ia berencana menceraikan aku dan menikahi wanita simpanannya." Jawab Nancy sambil menikmati minumannya.

"Kau... " Teriak ibu Rey seakan tidak percaya jika menantunya yang membuka kartu didepan suaminya sendiri.

Ayah Roy menghirup napas panjang, mengatur emosinya.
"Apa benar yang istrimu katakan?" Tanya ayah Roy masih mengontrol emosinya.

"Aku.. Aku hanya menuruti apa keinginan mama saja. Aku tidak pernah mencintai Nancy. Aku ingin menikahi wanita yang aku cintai." Kata-kata itu seakan lolos begitu saja dari mulut Rey tanpa Rey sadari.

"Rey!" Teriak ibunya dan seketika itu pula ibu Rey menurunkan nada bicaranya.
"Apa kau habis minum minuman keras?"

"Biarkan dia menjelaskan. Kau tidak punya hak untuk mengatakan apapun saat ini." Kata ayah Roy dengan tegas dan melihat kearah Rey lagi.
"Ceritakan apa yang sudah kau lakukan selama ini. Dan apa yang kau inginkan sekarang?"

"Aku ingin bercerai dari dia." Jawab Rey sambil menoleh kearah Nancy yang sudah menghentikan kegiatan makan malamnya.

"Dan kau?" Tanya ayah Roy kepada Nancy.

"Aku tidak mau." Jawab Nancy dengan santai.

"Apa kau menginginkan pembagian harta? Aku akan memberikan semuanya kepadamu." Kata Rey dengan tidak sabar kepada Nancy. Rey bahkan tidak tahu mengapa Nancy mempertahankan pernikahan mereka.

"Harta?" Nancy menghela napasnya dan melihat kearah langit-langit ruangan kemudian kembali melihat Rey dan menggeleng.
"Aku tidak menginginkannya. Harta dan aset yang kau miliki bahkan tidak apa-apanya dengan yang aku miliki. Aku hanya ingin kau mengembalikan hatiku." Jawab Nancy sambil memandang kearah Rey yang bingung akan jawaban darinya.

"Kau .. Gila. Kenapa aku harus mengembalikan hatimu? Kau bahkan tidak pernah mencintaiku." Bantah Rey sambil tertawa sinis.

"Aku tidak mencintai lelaki yang mencintai wanita lain , tapi aku mencintai lelaki yang menikahiku." Kali ini tatapan mata Nancy begitu tajam dan gelap kepada Rey.

Rey bahkan tidak bisa merangkai kata dalam otaknya untuk membalas Nancy. Rey bertepuk tangan atas apa yang sudah Nancy katakan dihadapan ibu dan ayahnya saat ini.

"Kau benar-benar hebat dalam bersandiwara. Sejak kapan kau mencintaiku? Kau bahkan tidak pernah memperdulikan aku. Sekarang ketika aku meminta kita untuk berpisah , kau malah mengatakan tidak ingin berpisah dan malah mengatakan aku sudah mengambil hatimu? Aku juga kagum akan kepolosan yang kau tampakkan selama ini seakan kau pura-pura tidak mengetahui apapun yang aku lakukan. Tapi ternyata kau mengetahui semuanya dan menguungkapkannya sekarang. Apa sebenarnya tujuanmu?" Rey tidak percaya apa yang dikatakan oleh Nancy.

"Sejak kau menikahiku. Sejak saat itu aku mencintaimu , tapi kau tidak pernah memandangku. Bahkan aku juga mengetahui ketika dirimu bersama wanita itu. Aku juga tidak berniat memisahkan kalian selama kamu juga bertahan dengan posisimu sebagai suamiku , aku juga sudah berusaha semampuku untuk membantumu dengan investasi di bisnis barumu melewati ayahku. Aku hanya berharap kau bisa menerima posisimu walaupun cintamu untuk wanita lain. Aku menerima tidak ada ruang lain di hatimu untukku , aku bersyukur kau masih mempertahankan posisimu disampingku. Tapi setelah kau mencapai apa yang kau inginkan , kau ingin meninggalkan posisimu? Aku tidak rela." Jawab Nancy tanpa berkedip kepada Rey.

Rey tidak bisa menemukan kebohongan dimata Nancy. Selama mereka bersama , Nancy ternyata mencintainya dan dia tidak memperdulikan hal itu. Yang dia lihat hanyalah Katarina. Rey tidak ingin mengetahui apa yang dirasakan oleh Nancy tapi hati kecilnya merasa begitu kasihan akan apa yang sudah Nancy alami selama ini. Selama pernikahan mereka , Rey hanya melihat Nancy sebagai wanita yang polos dan naif. Tidak pernah Rey sangka jika Nancy ternyata memiliki wajah asli yang berlawanan dengan apa yang Rey ingat. Wanita yang sekarang berada disampingnya memiliki aura yang begitu kuat dan juga cerdas. Rey bahkan merasa terintimidasi akan hal itu.

"Aku tidak akan menyetujui perceraian yang kau inginkan. Walaupun kau menginginkannya. Ambilah tanggung jawabmu sendiri. Kau yang memilih untuk menikah dengan Nancy , jangan menyalahkan siapapun untuk kondisimu saat ini. Semua adalah keputusanmu sendiri meskipun ibumu memintamu untuk menikahinya jika kau bisa tegas akan pemikiranmu sendiri , kau tidak akan menderita oleh keputusanmu sendiri." Kata ayah Roy sambil menatap Rey dan juga Nancy.
"Aku mengatakan hal ini bukan karena aku melihat kekuasaan ayahmu, aku mengatakan ini sebagai ayah Rey. Aku tidak mau anak lelakiku menjadi seorang pengecut hanya karena tidak ingin menghadapi konsekuensi dari jalan yang sudah ia pilih sendiri." Lanjut ayah Roy sambil melihat kearah Nancy.

Nancy tersenyum tipis oleh perkataan ayah Roy sementara Rey wajahnya memerah karena amarah yang ia tahan. Rey tidak pernah menentang ayahnya ketika ayahnya sudah mengeluarkan sebuah keputusan .

"Jalani saja pernikahanmu dengan Nancy seperti sewajarnya sebuah pasangan yang sudah menikah. Kau boleh memiliki kecacatan mental sebagai seorang pria , tapi jangan sampai kau memiliki kecacatan moral dalam dirimu. Kau seorang lelaki. Selama ini hanya istrimu yang mengerti akan dirimu sekarang sudah waktunya kau yang harus mengenal dan memahami istrimu. Apapun alasan yang kau miliki ketika kau menikahinya , kau sudah mengambil tanggungjawab kedua orangtuanya atas dirinya. Dan orangtua Nancy tidak pernah menginginkan anaknya tidak bahagia setelah menikah. Kau sudah berjanji dihadapan Tuhan , dihadapan kedua orangtuanya ketika kalian menikah. Pertanggung jawabkanlah hal itu." Ayah Roy berdiri dari duduknya .

"Soal bisnis baru yang kalian jalankan, aku juga sudah mengetahuinya. Aku juga ikut berinvestasi disana. Jalankan dengan baik dan jangan sampai bisnis itu menjadi bangkrut." Lanjut ayah Roy kemudian meninggalkan ruang makan.
---------------------------------

Hari ini dikantor Roy , seorang karyawan mendapatkan teguran dari Roy atas laporan yang ia berikan kepada Roy. Tepat ketika Sheila baru saja memasuki ruang kerja Roy. Seketika raut wajah Roy berubah .

"Kau keluar . Perbaiki kesalahanmu dan berikan dengan segera laporannya kepadaku." Kata Roy dengan sedikit gugup. Sheila melihat dirinya sedang mengeluarkan emosinya disaat ia mengatakan jika dirinya sudah bisa mengontrol emosi pada dirinya sendiri.

Setelah karyawan Roy pergi dari ruang kerja Roy, Roy mengitari meja kerjanya dan berhadapan dengan Sheila yang sedang melipat tangan didepan dadanya. Mata Sheila seolah ingin mendengar penjelasan Roy.

"Ella, dia .. Tadi dia ..." Roy bingung harus mengatakan apa kepada Sheila.

"Kesalahan apa yang dia lakukan?" Tanya Sheila dengan santai dan mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap mata Roy.

"Dia membawakan aku laporan tentang proyek film dan laporannya sangat kacau , aku tidak sedang kehilangan kendaliku akan emosiku .. Aku.." Roy takut jika Sheila salah mengartikan apa yang baru saja ia lakukan kepada karyawannya tadi.

"Seharusnya kau lebih galak kepada mereka." Kata Sheila sambil tersenyum kepada Roy.

"Iya aku tahu , seharusnya aku lebih ... Apa?" Roy merasa bingung dengan ucapan Sheila yang tidak menyalahkan dirinya akan apa yang sudah ia lakukan.

Sheila maju mendekati Roy dan merapikan dasi yang Roy kenakan .

"Mereka adalah karyawanmu dan mereka sudah melakukan kesalahan dalam bekerja , bukankah sudah seharusnya kau memarahi mereka. Kenapa kau begitu baik untuk ukuran seorang pimpinan yang sedang marah?" Tanya Sheila lagi sambil mengalungkan lengan nya dileher Roy.

Roy tersenyum lebar mendapati Sheila bisa memahami apa yang sedang ia lakukan tadi dan tidak salah paham. Roy juga menertawakan kekonyolannya sendiri yang langsung menjelaskan segalanya kepada Sheila.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Sheila sambil ikut tersenyum melihat Roy tertawa sendiri.

"Aku merasa menjadi bodoh ketika bersamamu. Aku pikir kau akan salah paham dan mengira aku tidak bersungguh-sungguh ketika aku mengatakan aku sudah menjalani pengobatan." Jawab Roy sambil menempelkan dahinya di dahi Sheila.

"Pengobatanmu dan watakmu itu hal yang berbeda ,Sayang. Aku memahami itu." Balas Sheila dengan suara berbisik.

"Pemarah , egois , arogan , diktaktor , bossy , moody ." Kata Sheila sambil memberikan penilaiannya terhadap Roy , melihat Roy yang megerutkan keningnya , Sheila tersenyum simpul .
"Tapi kau juga penyayang , kau sungguh memiliki hati yang hangat , perhatian, penakut ."

"Apa aku seperti itu dimatamu?" Tanya Roy sambil mengecup ringan bibir Sheila.

"Ya , kau seperti itu dimataku. Kau memiliki kekurangan kau juga memiliki kelebihan , kau juga manusia , Roy. Kau boleh berubah menjadi lebih baik tapi jangan merubah jati dirimu hanya untuk membuatku tetap disisimu. Jadilah dirimu sendiri , dirimu yang selalu aku cintai." Jawab Sheila sambil mengecup balas bibir Roy.

Roy memandang kedua mata Sheila lalu menghela napas panjang.

"Ella ,bisakah kau tidak membuat aku semakin jatuh cinta padamu?" Tanya Roy dengan putus asa.

Mendengar pertanyaan Roy , Sheila tertawa .

"Tidak. Kau akan makin jatuh cinta seumur hidupmu kepadaku." Balas Sheila sambil memeluk Roy.

Kemudian terbesit pertanyaan yang selama ini ingin ia tanyakan kepada Roy. Sheila sungguh penasaran dengan kabar dari Tonny. Sheila juga mengetahui jika Tonny tidak lagi bekerja dengan Teddy.
Sheila melepaskan pelukannya dari Roy.

"Bagaimana kabar Tonny? Aku tidak melihatnya sama sekali semenjak aku pulang kembali." Sheila benar-benar penasaran akan Tonny , bagaimanapun Tonny adalah seorang teman yang sering juga membantu Sheila selama ini.

"Tonny , kondisinya kurang baik. Aku mengirimnya ke pusat rehabilitasi. Kita akan segera mendengarkan kabar baik darinya setelah ia di rehabilitasi." Jawab Roy dengan ragu.

Sheila mengangguk mengerti apa yang Roy rasakan , Sheila menangkup wajah Roy dengan kedua telapak tangannya.

"Aku akan pergi kelokasi syuting, Apa kau akan ikut denganku?" Tanya Sheila sambil menggoda Roy.

"Tentu saja aku akan ikut. Aku tidak mau ada celah kesempatan untuk siapapun." Jawab Roy dengan wajah yang serius.

Terkadang ketika Roy marah atau cemburu , Sheila tidak menyukainya namun tak jarang Sheila juga merindukan ekspresi itu dari Roy.
------------------------

Dilokasi syuting Sheila bertemu dengan Teddy dan asisten barunya. Sheila tersenyum melihat ekspresi Teddy ketika bersama dengan asisten barunya yang bernama Yuan.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu pada Teddybear?" Tanya Roy dengan nada tidak suka. Sheila memukul ringan dada Roy.

"Jangan berpikir yang bukan-bukan." Balas Sheila dengan kesal.
"Sepertinya Teddy sudah menemukan tambatan hatinya." Kata Sheila sambil melihat kearah Teddy yang sedang bercanda dengan asistennya.

"Darimana kau tahu?" Tanya Roy dengan kesal.

"Roy." Panggil Sheila berharap Roy menghentikan kecemburuannya.
"Teddy tidak akan memperlakukan wanita lain seperti itu. Jika dia sudah mau bercanda dengan seorang wanita ,itu tandanya dia menyukainya." Jawab Sheila sambil tersenyum melihat kearah Teddy.

"Apa yang terjadi pada Katarina? Aku dengar Teddy mengajukan guagatan pada dirinya?" Tanya Sheila kepada Roy.

"Katarina tidak akan semudah itu jatuh kedalam penjara , ada Rey yang selalu melindunginya." Jawab Roy dengan malas.

"Rey? Adikmu?" Sheila nampak terkejut dengan apa yang ia dengar dari Roy.

"Mereka berpacaran sudah lama sekali sebelum Rey menikah , aku mengenalnya. Ketika Rey menikah , perlahan-lahan ia mendekatiku dan menjadi kekasihku.." Kata Roy lalu melihat kearah Sheila yang menyipitkan matanya.
"Mantan kekasihku." Ralat Roy seketika.
"Awalnya aku juga berpikir jika katarina mendekatiku karena harta saja. Tapi ternyata dia adalah suruhan Rey. Insiden yang terjadi pada kita pertama kali dikamar hotel tempatmu menginap , itu tidak termasuk ide Rey , dia hanya ingin membalas sakit hatinya sendiri . Tapi aku bersyukur dia memiliki pemikiran seperti itu, jika tidak aku tidak akan memaksamu untuk menikah denganku." Roy menyentuh wajah Sheila yang ada disampingnya.

"Lalu , apa mereka masih bersama? Rey dan Katarina?" Sheila masih penasaran dengan apa yang terjadi diantara keduanya.

"Istriku mulai suka bergosip ternyata." Goda Roy yang langsung mendapatkan pandangan mengancam dari Sheila.
"Ehem. .. Aku hanya mendengarnya dari oranglain , kalau Rey ingin bercerai dengan Nancy , tapi Nancy menolaknya . Kemudian Katarina meninggalkan Rey. Entah apa yang akan terjadi pada mereka. Mereka hanya merasakan konsekuensi dari apa yang sudah mereka pilih." Lanjut Roy .

Roy menarik tangan Sheila dan mendekapnya tanpa peduli disana banyak orang yang melihat mereka.
"Cukup kita membahas masalah mereka semua. Aku hanya ingin membahas masalah kita. Aku ingin kita membuat impian kita bersama , saling mendukung dan mengingatkan . Dan jangan saling meninggalkan apapun yang terjadi dikemudian hari. Kedepannya nanti pasti akan ada masalah yang terjadi ,jangan lepaskan tanganku. Mungkin aku juga akan kembali menjadi begitu protektif kepadamu , mungkin juga aku tidak begitu . Aku hanya berharap kau tetap berada disisiku , menemaniku sampai kapanpun juga." Kata Roy sambil menempelkan dagunya di puncak kepala Sheila.

"Aku juga akan selalu berharap kau akan menjadi lebih baik , aku akan menjadi semakin cerewet , aku akan semakin tua. Tapi aku tidak akan meninggalkanmu." Balas Sheila sambil memeluk Roy dan menghela napas yang terasa begitu lega.

"Aku bersyukur kau sudah mengacaukan kehidupanku yang sudah tertata begitu rapi dan sangat menyedihkan. Aku ingin kau tahu bahwa kau yang pertama melakukan segala hal baru denganku. Seumur hidupku hanya kau yang pertama dan terakhir." Roy merenggangkan pelukannya dan menangkup wajah Sheila kemudian mencium bibir Sheila dengan lembut dan hangat. Sheila membalas hal yang sama kepada Roy. Mereka berciuman tanpa memandang siapapun yang ada disana hingga napas mereka mungkin saja akan habis oleh hasrat mereka sendiri.

Roy menjauhkan wajahnya dari Sheila.
"Boleh kita pulang agar aku bisa memakanmu saja?" Tanya Roy dengan mata yang berkilat penuh gairah.

Sheila memicingkan matanya dan menjauhkan dirinya dari Roy. Sheila berbalik dan berjalan kearah tenda sutradara.

"Kau pulanglah saja, aku akan bekerja hari ini." Kata Sheila dengan kekesalan yang tidak sungguh-sungguh.

"Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi." Balas Roy sambil menyusul Sheila dan memeluk pundak Sheila.
"Kau tidak boleh lepas dari pandanganku."

"Kau benar-benar gila ,tapi aku mencintaimu ,Roy." Kata Sheila sambil tersenyum dan memeluk pinggang Roy sambil berjalan

"Kau harus mencintaiku , tidak boleh terlupa, setiap hari , setiap jam, setiap detik." Kata Roy mengingatkan Sheila. Sheila hanya mengangguk dan menyiyakan kata-kata Roy sambil tertawa bahagia.

"Kau tahu ,Roy. Kau juga adalah hal yang aku syukuri yang hadir dalam hidupku. Suatu keajaiban yang hanya terjadi sekali dalam hidupku. Sekali untuk seumur hidupku." Batin Sheila dalam hati sambil menyandarkan kepalanya di dada Roy yang tengah berjalan disampingnya.
-------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience