Teddy tetap bersikeras untuk menerobos masuk kedalam Hallroom, hingga akhirnya ia harus berurusan dengan petugas keamanan yang ada disana. Tonny juga tidak mampu berbuat banyak kepada Teddy. Sampai akhirnya Teddy harus diamankan kedalam kantor utama hotel untuk menjaga keamanan acara yang sedang berlangsung. Tonny juga harus sampai memanggil Billy untuk membantunya menolong Teddy. Billy yang datang menemui Teddy juga Tonny langsung menemui kepala keamanan hotel dan juga mengatasi situasi yang tengah dihadapi oleh Teddy.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Billy ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah Teddy setelah keamanan dari hotel memperbolehkan Teddy untuk pulang.
"Aku terus menanyakan hal itu dalam kepalaku. Dan aku tidak menemukan jawabannya." Jawab Teddy dengan pandangan yang kosong melihat keluar jendela mobilnya.
"Maksudku adalah insiden seperti ini. Apa kau tidak memperkirakan apa dampaknya bagi film yang kau bintangi nanti ini? Ini layar lebar perdanamu." Protes Billy yang memikirkan bagaimana karir Teddy nantinya.
"Apa Ciya mendapat ancaman dari iblis itu?" Tanya Teddy kepada Tonny tanpa menghiraukan Billy dan sejuta kekhawatiran Billy akan karirnya kelak.
"Ted, tidak bisakah kau merelakan Sheila? Kau tadi juga mendengarnya sendiri. Dia sudah bahagia sekarang, dan dia juga memiliki suami dan itu Roy. Kau harus menerima kenyataan ini,Ted. Jangan menghancurkan dirimu sendiri oleh hal yang sudah pasti meninggalkanmu." Balas Tonny mencoba meyakinkan Teddy untuk melupakan Sheila.
"Tidak. Bagaimana bisa aku merelakannya? Aku tidak rela. Ciya juga tidak bahagia. Pasti ada sesuatu yang terjadi padanya lebih daripada masalah yang ia ceritakan padaku waktu itu." Kata Teddy dengan yakin kepada Tonny.
Tonny mengetahui apa yang dimaksud oleh Teddy , hal itu adalah tentang Sheila yang mengandung anak Roy, tapi Teddy belum mengetahui jika semua itu hanyalah tipu daya dari Roy agar Sheila mau menikah dengan Roy.
"Ted, fokuslah. Dia sudah meninggalkanmu. Apa lagi yang kau harapkan? Kali ini kita fokus pada karirmu. Belum ada 12 jam semenjak kau membuat keributan disana. Sekarang kamu sudah menjadi trending di media sosial. Kita harus pikirkan apa yang akan kamu lakukan untuk menyikapi pertanyaan para wartawan nantinya. Sekarang masalah akan bertambah berat , besok pagi asiten sutradara cerewet itu pasti akan menghubungiku dengan suaranya yang tidak menyenangkan itu." Kata Billy mencoba untuk rasional akan masalah yang ditimbulkan oleh Teddy.
Tonny langsung membuka ponselnya dan mencari berita tentang Teddy di media sosial. Disana Teddy sudah menjadi perbincangan utama. Beberapa tajuk berita mencanangkan judul yang tidak menyenangkan tentang Teddy. Mulai dari
- Wajah asli aktor yang arogan-
- Pembuat onar dipernikahan seorang pengusaha rumah produksi film-
Dan masih banyak lagi judul-judul yang memojokkan Teddy.
"Itu belum 12 jam. Kamu lihat saja setelah 12 jam , beritanya akan lebih menghebohkan lagi. Jika kita tidak langsung klarifikasi, hal ini jelas akan merugikan film yang sedang kita kerjakan saat ini." Kata Billy sambil melihat Teddy dari kaca spion yang ada di tengah dan ia melihat tatapan tajam Teddy kepadanya.
"Aku bisa memahami perasaanmu saat ini,Ted. Tapi aku juga minta kau untuk memikirkan semua yang terlibat dari film yang sedang kau kerjakan. Kau harus memikirkan aktor dan aktris yang lainnya. Juga para kru yang sudah bekerja keras untuk film-film ini. Maaf aku harus mengatakan ini, tapi sebagai publik figur terkadang memang harus mengesampingkan perasaanmu untuk menjaga citra banyak orang." Lanjut Billy mencoba meredakan emosinya sendiri.
"Aku ingin menemui Ciya secara langsung. Aku ingin dia menjelaskan hal ini secara langsung denganku. Baru setelah itu aku akan melakukan klarifikasi." Balas Teddy yang bersikeras dengan keyakinannya. Billy menarik nafas panjang dan membuangnya setelah beberapa detik kemudian mengulanginya lagi.
"Bagaimana caramu menemui 'istri' Roy?" Tanya Billy masih mencoba untuk rasional dalam menghadapi Teddy. Tatapan mata Teddy seolah bisa mencekik Billy walaupun Billy melihatnya dari kaca spion tengah.
"Tonny, kapan kamu menemui Ciya?" Tanya Teddy kepada Tonny.
"Apa?" Tanya Tonny mencoba untuk tidak ketahuan oleh Teddy.
"Katamu tadi kau bertemu dengan Ciya dan Ciya juga menyampaikan sesuatu kepadamu. Dimana kau bertemu dengan Ciya? Dan bagaimana bisa menghubunginya lagi? Atur agar aku bisa bertemu dengan Ciya secara pribadi. Aku ingin memastikannya sendiri jika memang dia dengan sukarela meninggalkanku." Ucap Teddy dengan serius kepada Tonny.
"Aku akan berusaha mencari tahu bagaimana bisa bertemu dengan Sheila lagi." Jawab Tonny dengan ragu.
Tonny tidak mungkin mengatakan kepada Teddy jika ia menemui Sheila secara langsung di kediaman pribadi Roy. Melihat keraguan yang ada pada Tonny, Teddy memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk bertemu dengan Sheila.
"Jika kau tidak bisa mempertemukan aku dengan Ciya. Aku akan datang ke kantor Roy dan membuat keributan disana." Ancam Teddy kepada Billy juga Tonny.
Billy dan Tonny saling bertukar pandangan lewat kaca spion tengah. Mereka berdua seakan tidak akan sanggup menahan emosi Teddy kali ini.
"Aku akan mencoba menghubungi sekertaris Roy itu , kebetulan aku memiliki kontak dari sekertaris itu." Kata Billy berusaha untuk menenangkan hati Teddy sementara waktu. Teddy tidak menjawab dan hanya melihat kearah luar kaca mobillnya sambil mengernyitkan dahinya.
--------------------------------------------
Sheila akhirnya bisa kembali kerumah pribadi Roy dan kembali ke area pribadinya ditemani dengan tim perias dan juga tata busananya. Mereka masih bertugas untuk membantu Sheila menghapus riasan juga untuk melepaskan gaun pengantin Sheila.
Setelah mereka pergi, Sheila sudah memakai piyama tidurnya.
Neneknya sudah kemballi kepanti jompo dengan selamat. Roy yang memberitahukan keadaan tentang neneknya. Sheila melihat berita lewat ponselnya. Disana sudah ada berita tentang bagaimana Teddy sangat disudutkan dalam berita itu. Saat melihat berita itu, seketika itu juga Sheila keluar dari media sosial itu. Ia tidak sanggup untuk melihat berita itu. Sheila masih ingat ekspresi dari wajah Teddy tadi ketika ia tidak meraih tangan Teddy dan memilih menggapai tangan Roy. Dengan lemas Sheila meletakkan ponselnya diatas meja riasnya.
Sheila harus bisa memikirkan cara untuk membuat Teddy tidak mendapatkan kecaman oleh banyak pihak. Dia sudah berjanji pada dirinya jika hanya dirinyalah yang harusnya terluka, bukan Teddy ataupun neneknya. Sheila langsung berdiri dari duduknya dan segera berjalan kearah lantai 2, tempat area pribadi Roy. Bagaimana artikel itu bisa muncul dengan judul yang menyudutkan Teddy , sudah pasti Roy yang mengaturnya.
"Roy?" Panggil Sheila ketika dirinya sudah berada didepan pintu kaca area pribadi Roy, namun tidak ada jawaban. Sheila tahu jika Roy ada didalam karena mereka tadi sudah pulang bersama. Sheila langsung membuka pintu kaca itu dan masuk ke area pribadi Roy.
"Roy?" Panggil sheila lagi, namun tidak ada jawaban. Sheila masuk kekamar Roy. Disana ia mendengar suara air dari shower kamar mandi Roy.
"Roy, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Sheila setelah mengetuk pintu kamar mandi Roy.
"Tunggu sebentar." Balas Roy dari dalam kamar mandi.
"Aku tunggu di ruang tamu." Kata Sheila merasa tidak nyaman berada dikamar Roy.
Nuansa kamar itu sangat dingin dengan dinding berwarna hitam dan garis-garis putih minimalis. Bahkan tempat tidur Roy pun menggunakan selimut berwarna hitam, hanya spreinya saja yang berwarna putih. Tirai jendela kamar roy pun berwarna hitam.
"Kenapa semuanya berwarna hitam? Seperti hatimu saja." Gumam Sheila dalam hati lalu meninggalkan kamar Roy menuju ruang tamu di area pribadi Roy.
Roy akhirnya keluar dari kamarnya dengan menggunakan jubah mandinya. Kemudian ia duduk di sofa kulit berwarna hitam di depan Sheila dengan santai.
"Ada apa?" Tanya Roy kepada Sheila.
"Apa artikel di media sosial itu kau yang memberikan ide untuk mengeluarkannya?" Sheila langsung menuduh Roy tentang artikel yang menyangkut Teddy.
"Bukan gayaku untuk melakukan hal-hal seperti itu." Jawab Roy dengan acuh sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk putih yang ia bawa dari kamar mandi tadi.
"Lalu? Yang mampu membuat hal seperti ini terjadi hanya kau ." Sheila bersih kukuh jika itu semua adalah yang dilakukan oleh Roy. Roy terdiam menatap Sheila dengan sinis.
"Kalau aku ingin menjatuhkan seseorang tidak akan kugunakan cara yang seperti itu. Lagipula kita semenjak tadi juga bersama. Bagaimana aku melakukannya sementara aku tidak menyentuh ponselku sama sekali. Kedatangan Teddybear mu juga diluar prediksiku. Menurut jadwal syutingnya di Vienna. Ia seharusnya kembali disini nanti pagi." Balas Roy sambil menyandarkan punggungnya di sofanya yang nyaman.
"Menurut jadwal? Bagaimana kau bisa tahu tentang jadwal Teddy?" Tanya Sheila dengan curiga.
"Apa itu juga bagian dari rencanamu? Ia melakukan syuting diluar negri?"
"Tentu saja. Aku tidak mau dia mengacaukan rencanaku untuk menikah denganmu." Jawab Roy seketika mendengar pertanyaan Sheila. Membuat Sheila tidak bisa berkata-kata akan kejujuran yang diungkapkan Roy kepadanya.
"Begini." Kata Roy sambil memajukan tubuhnya dan menopangkan sikunya di kedua lututnya.
"Aku akan mengatakan padamu apa saja yang aku lakukan untuk melancarkan rencanaku agar bisa menikah denganmu. Aku yang menyebarkan fotomu dengan Teddy ketika kalian sedang berkencan. Karena aku tahu dengan begitu kalian akan mengalami banyak kendala jika para netizen mengetahui Teddy memiliki seorang kekasih disaat ia menjadi idola para wanita, kau orang yang sangat rendah diri dan pasti akan memicu banyak pertimbanganmu. Yang kedua, aku juga yang sengaja mengatakan jika kamu bisa saja mengandung anakku dan juga menukarkan alat test kehamilan itu, tapi kedatangan Teddybearmu itu diluar kendaliku namun hal itu cukup membantu. Yang ketiga, aku memang sengaja mengatur jadwal syuting untuk Teddybear seketika kau sudah mengambil keputusan untuk menerima tawaranku, aku mengirimnya jauh ke Vienna agar tidak merusak rencanaku. Yang keempat, aku sengaja menyebarkan video yang dibawa oleh kameramen yang datang dengan tiba-tiba kekamar hotel waktu itu kepada para petinggi di seputaran bisnis ayahku, agar ayahku bisa menyetujui pernikahan yang aku atur ini, aku hanya ingin mempersingkat waktunya saja. Sudah, hanya itu saja hal yang aku rencanakan. Selebihnya itu aku tidak melakukannya." Roy mengakui apa saja yang sudah ia perbuat kepada Sheila. Semua penjelasan Roy benar-benar membuat Sheila tidak bisa berkata apa-apa.
"Kau.. membeberkan semua rencanamu kepadaku?" Tanya Sheila seakan tidak percaya akan apa yang ia dengarkan dari Roy. Roy menganggukkan kepalanya dengan santai.
"Oh iya, manager Teddybearmu. Aku hanya memberikan sedikit bumbu untuknya sebelum ia menemuimu di cafe pada malam itu. Jangan terlalu menyalahkan dia. Dia hanya berusaha menyelamatkan Teddybear mu dari masalah yang lebih besar nantinya." Tambah Roy yang hampir melupakan salah satu strategi yang ia atur.
Sheila mengerjapkan matanya seolah informasi yang Roy katakan adalah suatu beban yang begitu berat untuk ia tanggung sendiri.
"Kau benar-benar tidak normal." Gumam Sheila sambil memijat keningnya.
"Untuk selebihnya itu aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak ikut merencanakannya. Tentang nenekmu yang datang ke resepsi pernikahan kita dan juga tentang artikel Teddybearmu. Itu bukan perbuatanku." Kata Roy kepada Sheila.
"Lalu siapa yang melakukannya?"
"Tentu saja si tua bangka itu." Jawab Roy dengan santai mengacu pada ayahnya sendiri.
"Oh iya, apa yang tua bangka itu lakukan atau janjikan padamu? Sampai kau bisa menurut kepadanya?" Kali ini Roy berbalik tanya karena keingin tahuan nya.
Sheila berpikir sejenak. Roy orang gila yang pemikirannya diluar nalar Sheila, tapi Roy masih memiliki sedikit rasa manusiawi, dia akan melindunginya selama dirinya adalah istri Roy. Sedangkan ayah Roy , Sheila tidak bisa menghadapi manusia seperti ayah Roy seorang diri.
"Apa disini aman?" Tanya Sheila sambil melihat ke sekeliling area pribadi Roy dan juga langit-langit diruangan itu. Roy mengernyitkan keningnya akan apa yang dilakukan oleh Sheila.
"Aman. Setiap hari setelah aku memasuki area pribadiku aku selalu mengecek ada atau tidak penyadap disini. Aku sudah terbiasa dengan kelakuan Bajingan Tua itu." Jawab Roy dengan serius kepada Sheila.
"Apa yang kalian sepakati dibelakangku?" Tanya Roy sambil duduk bersila didepan Sheila.
"Kau mengatakannya seolah-olah aku ini mengkhianatimu saja." Kata Sheila tidak menyukai kalimat yang Roy ucapkan. Roy tidak membalas kata-kata Sheila, ia menunggu jawaban dari Sheila,
"Sebelum aku datang ke Hallroom, ayahmu mengetahui aku akan pergi bersama Teddy. Dia muncul begitu saja dihadapanku. Dia membawa nenekku kemari juga bukan karena peduli terhadapku,tapi sebagai senjata agar aku tidak lari dari acara tadi. Dia mengancam akan membunuh nenekku jika aku mencoba untuk lari bersama Teddy. Dia bahkan lebih buruk darimu. " Jawab Sheila sambil memandang Roy dengan tatapan skeptis.
"Aku sudah memperingatkanmu soal itu. Lanjutkan." Kata Roy yang merasa masih ada hal yang kurang dari penjelasan Sheila.
"Ayahmu mengetahui kondisimu yang sebenarnya, sepertinya dia juga tahu tentang Tonny." Lanjut Sheila sambil melihat ekspresi Roy. Roy terlihat mulai gelisah,
"Ia juga mengetahui jika pernikahan kita hanyalah sebuah perjanjian." Tambah Sheila kepada Roy. Roy tersenyum sinis mendengar apa yang dikatakan oleh Sheila.
"Tua bangka itu. Kenapa tidak bisa berubah." Komentar Roy akan apa yang dikatakan oleh Sheila.
"Ayahmu juga tahu jika kita tidak dalam ruangan yang sama walau satu atap. Dan dia memberikanku kesepakatan sepihak untuk membantumu kembali normal. Jika aku bisa membuatmu menjadi laki-laki yang normal. Maka dia yang akan menyetujui perceraian kita nantinya."
Mendengar apa yang dikatakan oleh Sheila yang terakhir kali membuat tawa ironis Roy pecah.
"Hanya aku yang berhak menceraikanmu. Bukan ayahku atau siapapun. Apa haknya untuk mengatur tentang privasiku lagi?"
"Bukankah bagus jika ayahmu menyetujui hal ini? Aku bisa terbebas dari dirimu dan juga drama yang kau ciptakan. Kamupun juga bisa dengan bebas bersama dengan Tonny tanpa mengambil resiko akan nama baikmu tercoreng lagi." Protes Sheila kepada Roy yang tidak terima jika ayahnya yang mengatakan seakan hanya ayahnya yang berhak menceraikan Roy dan Sheila.
"Jika itu bagiku. Akan lebih aman jika kau tetap menjadi istriku sebagai laman utama tentang kehidupan seksualku yang normal dimata publlik. Jika kita bercerai maka aku juga tidak akan bisa bertemu dengan Tonny secara leluasa." Balas Roy .
"Tapi ayahmu mengancam keselamatan nenekku jika aku tidak bisa membuatmu sembuh. Dan dia tahu segala yang kita perbuat selama ini." Kata Sheila dengan putus asa.
"Bukannya kamu juga menjanjikan kepadaku jika kamu tidak akan membiarkan ayahmu menyentuhku atau nenekku selama kami ini milikmu?" Tanya Sheila berusaha memancing apa yang menjadi ego utama Roy.
Roy terdiam sejenak.
"Apa yang membuatmu percaya padaku? Sampai menceritakan hal ini kepadaku? Tua bangka itu juga pasti tidak menginginkan aku mengetahui hal ini pastinya." Roy melihat Sheila dengan pandangan waspada. Sheila menghela nafasnya.
"Karena saat ini hanya kamu yang bisa membantuku. Hanya kamu keluarga yang kini aku miliki selain nenekku. Setidaknya itu yang ada dalam pikiranku." Jawab Sheila dengan polosnya. Jawaban yang Sheila ucapkan pada Roy seakan memberikan Roy beban dihatinya namun membuat Roy merasa senang.
"Aku akan memikirkan caranya itu , jika tua bangka itu mengetahui sampai begitu mendetail. Berarti ia juga memiliki orang yang ia percaya di dalam rumahku. Hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah memindahkan area pribadimu disini. Untuk sementara aku akan mengosongkan lantai 3. Kamu akan tinggal disini. Untuk mengurangi kecurigaan tua bangka itu jika kamu sudah membocorkan rahasianya kepadaku. Tapi kita akan lakukan secara bertahap. Untuk selanjutnya aku akan pikirkan lagi." Kata Roy dengan serius kepada Sheila .
"Ada kemungkinan di area mu sudah dipasang penyadap oleh tua bangka itu atau mungkin ada orang suruhannya yang masuk dalam orang-orang yang bekerja untukku. Aku masih tidak bisa memastikan hal itu. Kamu cukup berhati-hati saja akan apa yang kamu ucapkan dan juga lakukan." Lanjut Roy sambil memutar otaknya untuk menghadapi ayahnya.
Sheila menghela nafas lega. Roy nampaknya akan membantu dirinya dan juga neneknya.
"Kau .. mempercayaiku? Apa kau tidak curiga jika semua yang aku katakan adalah kebohongan ataupun tipu muslihat untukmu?" Tanya Sheila dengan ragu-ragu kepada Roy.
"Tentu saja." Balas Roy tanpa menunjukkan ekspresi apapun yang bisa dilihat oleh Sheila.
"Kenapa?" Sheila masih penasaran mengapa Roy mempercayai apa yang ia katakan.
"Kau tidak bisa berdusta." Jawab Roy dengan singkat sambil tersenyum simpul kepada Sheila.
"Itu juga salah satu yang aku pertimbangkan ketika memilihmu untuk menikah denganku. Kamu tidak pandai berbohong dan kamu tidak akan mengkhianatiku."
Kata-kata Roy bagaikan 2 makna bagi Sheila. Kata itu berupa pujian atau hinaan untuknya. Sampai saat inipun Sheila masih tidak bisa memahami Roy.
"Untuk masalah Teddy. Aku juga minta tolong kepadamu. Tolong aku untuk soal Teddy. Jangan sampai dia juga hancur karena aku." Sheila memohon kepada Roy dengan putus asa.
"Aku tidak bisa membantu banyak. Kamu harus menjelaskan tentang hubungan kalian yang sudah berakhir atau apapun itu , jangan sampai Teddy tetap berhubungan denganmu untuk sementara waktu. Hal itu bisa memicu si tua bangka itu untuk menyakiti nenekmu. Yang penting jangan sampai perjanjian kita kau ungkapkan juga pada Teddy. Aku hanya bisa memberikan bantuan klarifikasi tambahan saja untuk menjelaskan tentang hubunganmu dan juga Teddybearmu adalah hubungan teman sedari kalian kecil saja. Demi keselamatan nenekmu juga. Aku akan atur supaya nenekmu juga tinggal disini dengan bantuan perawat. Itu juga bisa meminimalisir pergerakan tua bangka itu untuk nenekmu. Nanti jika kamu sudah tinggal disini juga, aku akan meminta sekertarisku untuk memindahkan nenekmu kemari." Kata Roy memberikan solusinya untuk Sheila.
"Kali ini tua bangka itu benar-benar menabuhkan genderang perang untukku. Mungkin akan menarik untuk kedepannya." Roy mengatakan hal itu sambil berdiri dari duduknya dan hendak masuk kedalam kamarnya.
"Beristirahatlah dulu. Besok akan ada hal yang lebih besar untuk kau hadapi." Ujar Roy dengan acuh sambil mengusap rambutnya yang masih basah itu dengan handuk lagi.
"Terimakasih,Roy." Kata Sheila dengan tulus kepada Roy. Roy berhenti sejenak lalu tanpa menjawab ucapan terimakasih Sheila, Roy langsung masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya.
--------------------------------------------------
Pagi-pagi Roy masuk kedalam kamar Sheila ketika Sheila belum bangun dari tidurnya.
"Bangun." Kata Roy sambil menarik selimut Sheila. Membuat Sheila terbangun namun menarik selimutnya lagi dan membentuk udang dengan tubuhnya.
"Bangunlah. Apa kau tidak mau membantu Teddybearmu? Dia dalam kondisi yang tidak menguntungkan saat ini terutama oleh komentar para netizen yang mulai membeludak." Kata Roy pada Sheila yang masih membungkus tubuhnya dengan selimut.
Mendengar kata-kata Roy, Sheila langsung bangun dari tidurnya dengan cepat.
"Ada apa dengan Teddy?" Tanya Sheila yang tiba-tiba bangun dan membelalakkan matanya. Roy mundur satu langkah ketika Sheila bangun dengan tiba-tiba.
"Komentar negatif banyak beredar tentangnya. Jika dia tidak segera mengklarifikasi hal ini, jelas akan berdampak makin negatif untuk dirinya juga karirnya."
"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Sheila dengan polos karena dia tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.
"Dia meminta untuk bertemu langsung denganmu. Dia ingin menanyakan langsung kepadamu beberapa hal. Baru dia akan memberikan klarifikasinya kepada publik." Jawab Roy sambil menyilangkan tangan didepan dadanya.
"Dia mau bertemu denganku? Lalu apa yang akan aku katakan? Apa hanya klarifikasi dari dia bisa menahan komentar negatif netizen untuknya?" Tanya Sheila semakin ingin tahu tentang apa yang harus ia lakukan untuk membantu Teddy.
"Apa yang akan kau katakan kepada Teddy jelas akan mempengaruhi tentang klarifikasinya nanti. Dan tentu saja netizen tidak akan tinggal diam saja jika itu hanya klarifikasi hanya dari Teddybearmu. Kita juga akan mengeluarkan klarifikasi nantinya jika ingin menyelamatkan Teddybearmu."
"Apa kau ada ide?" Tanya Sheila sambil duduk diatas tempat tidurnya. Roy duduk ditepi tempat tidur Sheila .
"Kau harus menjelaskan bahwa kau sudah menikah dan tidak ada lagi kesempatan untuk Teddybearmu lagi. Terserah padamu untuk mengatur bagaimana kalimatmu ppada Teddybearmu. Kemudian baru kita akan klarifikasi bersama. Jika hubunganmu juga Teddybear adalah hubungan teman masa kecil saja. Jika sampai ayahku mengetahui hal ini, jelas dia akan mengambil tindakan yang lebih jauh lagi." Kata Roy kepada Sheila.
"Kau harus menemuinya entah mau atau tidak mau. Bukankah bagus juga akhirnya kau bisa bertemu dengan Teddybearmu lagi?"
"Bertemu dengannya juga bukan dengan cara seperti ini." Gerutu Sheila kepada Roy.
"Dimana sebaiknya aku bertemu dengan Teddy?"
"Tempat teraman hanya dirumah ini atau dikantorku. Kau pilih salah satu." Jawab Roy memberikan Sheila pilihan yang sulit.
Jika dirumah ini tentunya akan sangat tidak nyaman untuk Teddy juga untuk Sheila, jika dikantor Roy juga tidak akan nyaman karena pasti akan ada banyak orang yang menyaksikannya. Tapi sepertinya kantor Roy lebih masuk akal untuk ia bertemu dengan Teddy.
"Kantormu saja."
"Good choice. Akan ada banyak yang melihat juga disana dan akan menjadi penguat untuk klarifikasinya nanti." Kata Roy menangapi pilihan Sheila.
"Tapi pertama-tama kau perlu mandi dulu dan benahilah dirimu dengan layak, sesuai dengan standart sebagai istri seorang Roy." Lanjut Roy ketika melihat penampilan Sheila yang acak-acakan ketika bangun tidur.
"Sungguh tidak sedap dipandang mata." Lanjut Roy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdiri dari duduknya lalu meninggalkan kamar Sheila.
"Dia lebih tidak sopan lagi. Masuk kekamar orang tidak pernah mengetuk pintu." Gumam Sheila sambil menendang selimut dengan kakinya.
Roy mengajak Sheila berangkat bersama kekantor Roy. Dalam perjalanan Sheila begitu gelisah dan juga tidak tenang.
"Aku tadi sudah menghubungi Tonny,agar Teddybearmu menemuimu dikantorku siang nanti. Tapi dengan temperamen Teddybearmu jelas dia akan datang lebih awal untuk bisa bertemu denganmu." Kata Roy sambil melihat kearah Sheila.
"Kamu sudah menyusun apa saja yang kira-kira akan kamu katakan kepada Teddybearmu?"
"Belum." Jawab Sheila dengan jujur.
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Seharusnya kamu sudah menyiapkan segala jawaban dan juga apa yang akan kau katakan nanti didepan Teddybearmu." Protes Roy dengan nada yang mulai meninggi.
"Aku juga tidak tahu apa yang akan aku katakan padanya. Memangnya kamu kira aku pernah melakukan hal seperti sebelumnya. Aku tidak bisa jika harus berbohong dan juga berpura-pura sepertimu dan juga keluargamu." Sheila membalas Roy dengan nada yang lebih tinggi lagi.
Reaksi Sheila membuat Roy terkejut sampai dia harus memundurkan tubuhnya beberapa senti kebelakang.
"Kesempatanmu hanya satu kali ini. Jika kamu melewatkannya aku tidak bisa membantu lagi." Kata Roy sambil merapikan jas kerjanya dan kembali keposisinya semula.
"Aku ini sudah begini frustasi masih harus kau marahi juga." Gerutu Sheila sambil kembali melihat kearah luar kaca mobil dan mulai menggigit kuku jempolnya.
Benar seperti kata Roy. Teddy sudah menunggu kedatangannya di ruang kerja Roy. Saat Sheila masuk kedalam ruang kerja Roy, Teddy langsung berdiri dari duduknya dengan wajah yang dipenuhi dengan harapan dan keputusasaan.
"Ciya?" Panggil Teddy kepada Sheila yang baru saja memasuki ruang kerja Roy bersama dengan Roy. Wajah Teddy berubah dingin ketika melihat Roy berada disamping Sheila. Roy juga membalas pandangan Teddy dengan sama dinginnya. Seakan ingin menengahi keduanya, Sheila menyentuh lengan Roy.
"Apa bisa kau pergi dulu? Biar aku yang bicara dengan Teddy." Kata Sheila kepada Roy. Roy memalingkan wajahnya kearah Sheila. Roy tersenyum dan mengangguk lalu membelai puncak kepala Sheila. Kemudian Roy meninggalkan ruang kerjanya dan membiarkan Sheila untuk berbicara dengan Teddy.
Teddy menarik tangan Sheila dan memeluk Sheila melepaskan rasa rindunya pada Sheila. Ingin rasanya Sheila berlama-lama dalam pelukan Teddy namun ia juga menyadari ada banyak pasang mata yang menyaksikan mereka. Karena ruang kerja Roy menggunakan kaca sebagai pembatas antara ruang kerjanya dan juga ruang kerja karyawan-karyawannya. Sheila dengan berat hati mendorong Teddy untuk menjauh darinya. Meskipun Sheila tahu jika pernikahannya hanyalah sebuah sandiwara dan Roy memiliki penyimpangan seksual, namun ia kini telah menjadi istri dari seseorang yang lain. Sheila masih menyadari akan hal itu dan tidak mau merusak apa yang sudah ia jalani saat ini.
"Apa kau tahu aku merindukanmu? Aku seperti orang linglung saat tidak mengetahui kabarmu, terutama sejak kita bertengkar hari itu. Tapi aku lebih seperti orang gila saat mengetahui kamu menikah dengannya." Kata Teddy yang sudah melepaskan pelukannya namun masih tetap menggenggam tangan Sheila.
"Ted.. Aku..."
"Apa dia sudah memaksamu untuk menikah dengannya? Atau dia mengancammu? Katakan sejujurnya padaku. Aku pasti akan mellindungimu dan menyelamatkanmu." Kata Teddy langsung memotong perkataan Sheila. Sheila melepaskan tangan Teddy darinya.
"Apapun itu , aku sudah menikah dengannya Ted. Aku adalah istri sah nya." Jawab Sheila tanpa berbohong kepada Teddy.
"Kita.. Bagaimana jika kita lupakan..."
"Apa yang ia tawarkan kepadamu sehingga kamu mau menikah dengannya? Dia jelas sudah mengancammu. Kalau tidak kau tidak akan mungkin menikah dengannya dan meninggalkanku. Atau karena anak yang kamu kandung?" Teddy tidak ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Sheila kepada dirinya.
Sheila terdiam sejenak. Roy memang sudah menggunakan trik licik untuk menjebaknya. Namun Sheila tidak akan menggunakan hal itu untuk membela dirinya.
"Kamu yang meninggalkanku,Ted. Apa kamu sudah lupa? Hari itu kamu yang memutuskan untuk meninggalkanku. Dan menyerahkan segala keputusan kepadaku." Jawab Sheila dengan segera sebelum Teddy memotong perkataannya lagi.
"Aku tidak meninggalkanmu , aku hanya sedang kalut saat itu. Aku hanya terbawa emosi. Siapa yang tidak akan emosi ketika mengetahui calon istrinya mengandung anak dari pria lain? Seharusnya kamu juga memahami posisiku saat itu."Teddy berusaha untuk membela dirinya. Teddy melihat ekspresi Sheila yang hanya terdiam mendengarkan dirinya menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya sendiri.
"Aku minta maaf soal itu,Ciya. Aku hanya terbawa emosi ketika itu. Pikiranku sungguh tidak bisa memikirkan hal lain selain aku menumpahkan amarahku kepadamu juga laki-laki itu."
"Kalau aku tetap memilihmu , apa yang akan kamu lakukan selanjutnya untuk hubungan kita? Apa kamu akan tetap bersamaku ? Apa kamu bisa mencintaiku dan anakku?" Tanya Sheila dengan suara lirih.Sheila hanya ingin mengetahui apa jawaban Teddy. Teddy terdiam sesaat.
"Aku akan mempertahankanmu." Jawab Teddy dengan serius kepada Sheila.
"Bahkan jika harus menentang kedua orangtuamu?" Tanya Sheila lagi.
"Siapa yang akan kamu pilih? Aku atau keluargamu?"
"Keduanya. Aku akan meninggalkan karirku dan segalanya kecuali kalian." Jawab Teddy.
"Seandainya jawaban itu yang kamu katakan hari itu. Mungkin keadaannya akan berbeda daripada sekarang." Kata Sheila penuh dengan penyesalan kepada Teddy.
"Semuanya sudah terlambat,Ted. Aku hanya ingin kamu menjalani kehidupanmu dengan semestinya.Jangan melihat kepadaku lagi, akan ada wanita yang lebih baik dariku untukmu nantinya. Biarkan aku juga bahagia dengan pilihan yang aku jalani saat ini."
Mendengar apa yang dikatakan Sheila , Teddy lalu mencoba untuk meraih tangan Sheila namun Sheila menghindarinya dengan mundur dua langkah dari Teddy.
"Sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi agar kita tidak saling menyakiti. Jikalau kita bertemu lagi, aku harap kita masih bisa berteman seperti dulu."Kata Sheila tanpa memandang kearah Teddy dan menatap lantai yang ada dibawahnya. Hati Sheila sudah cukup sakit untuk menahan emosinya sendiri.
Teddy tertawa sinis.
"Jika bukan denganmu,aku tidak akan bisa bahagia. Apa yang kamu minta? Jika kita bertemu kembali , aku harus menganggapmu sebagai seorang teman seperti dulu? Kamu pikir semudah itu perasaanku padamu? Kamu yang bisa memahami apa yang aku rasakan. Kamu juga akan mengingkarinya? Apakah kau juga bahagia saat ini? Kalau kau bahagia, aku akan merelakanmu." Tanya Teddy kepada Sheila.
Teddy tahu jika Sheila tidak akan bisa berbohong. Sheila juga tidak pandai berpura-pura.Teddy menatap lekat mata Sheila yang akhirnya menatapnya.
"Ya. Aku bahagia." Jawab Sheila sambil melihat mata Teddy dengan lurus.
"Aku bahagia jika kamu lebih bahagia tanpaku,Ted." Kata Sheila dalam hati. Teddy menarik nafas panjang dan terlihat kecewa oleh Sheila.
"Kamu sudah berubah. Secepat itu kamu berubah. Tidak hanya penampilanmu tapi juga hatimu. Sebegitu mudahnya kamu mengatakan hal yang tidak mungkin bisa aku lakukan." Kata Teddy sambil berbalik membelakangi Sheila. Teddy meluapkan amarahnya dengan memukul meja kerja Roy dengan kencang. Suara pukulan Teddy membuat Sheila berjingkat seketika karena terkejut dan juga takut. Ia tidak pernah melihat Teddy semarah ini kepadanya. Seumur hidup Sheila mengenal Teddy, tidak pernah sekalipun Teddy sebegitu marahnya seperti hari ini.
Karena suara pukulan Teddy membuat Roy masuk kedalam ruang kerjanya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Roy kemudian berdiri didepan Sheila, membuat batas antara Sheila dan Teddy. Teddy berbalik dan melihat kearah Sheila yang ketakutan akan apa yang ia perbuat. Sheila seolah - olah bersembunyi dibalik punggung Roy, hal itu lebih membuat Teddy merasakan ironi yang sangat menyakitkan dalam hidupnya.
"Apa kau mencintainya?" Tanya Teddy kepada Sheila setelah Sheila berani menatap mata Teddy lagi. Sheila masih terdiam sesaat. Untuk beberapa detik itu Teddy menanti jawaban dari Sheila, begitu juga Roy.
"Tidak." Jawab Sheila dengan melihat lurus kearah mata Teddy dan kemudian Sheila melihat kearah Roy.
"Tapi dia suamiku." Lanjut Sheila kemudian.
Teddy mengusap wajahnya dengan frustasi , sementara tanpa disadari Roy menghela nafas lega. Teddy mengangguk lalu meninggalkan ruang kerja Roy tanpa berpamitan dengan Sheila maupun Roy, dengan kasar Teddy membanting pintu kaca ruang kerja Roy hingga pintu kaca itu bergetar.
Sheila langsung duduk dengan lemas di sofa ruang kerja Roy.
"Apa kau mau teh atau kopi?" Tanya Roy menawarkan sesuatu kepada Sheila seperti tuan rumah yang menawarkan minuman kepada tamunya.
Sheila tidak mendengar apa yang ditawarkan oleh Roy. Dia sedang mengatur nafasnya dan juga detak jantungnya yang tidak beraturan.Untuk kesekian kalinya ia menyakiti Teddy. Tapi kali ini benar-benar Sheila lakukan untuk kebaikan Teddy. Jika tidak Teddy akan terus mendapatkan banyak kecaman dari banyak pihak dan karirnya pasti akan hancur begitu juga dengan keluarga Teddy yang selalu membanggakan Teddy. Apa yang Sheila katakan kepada Teddy semuanya adalah sebuah kebenaran, ia tidak bisa berbohong atapun berpura-pura.
"Aku merasa sangat berdosa dan bersalah kepadanya." Kata Sheila dengan tatapan mata yang kosong.
"Kalau kau merasa bersalah kepadanya kau bisa menyusulnya sekarang, selagi dia belum jauh." Balas roy dengan santai. Sheila langsung menoleh kearah Roy dengan kesal.
"Tidak bisakah kau memiliki sedikit empati. Kau benar-benar pandai dalam merusak mood oranglain." Kata Sheila dengan kesal kepada Roy.
"Kau kan sudah bilang ini semua kau lakukan juga untuk melindunginya. Segala sesuatu itu selalu ada bayaran tersendiri. Entah itu dengan uang, dengan perasaan ataupun dengan waktu atau yang lainnya. Tinggal bagaimana kau akan menyikapinya saja. Sekarang yang kau lakukan adalah melindunginya walaupun harus menyakitinya, itu juga pilihanmu sendiri. Aku disini hanya memberikan kesempatan kepadamu untuk melindungi Teddybearmu sebelum tua bangka itu melancarkan aksinya lagi. Setelah ini aku akan memberikan masukan kepada managernya untuk mengatur tentang klarifikasi yang akan diberikan oleh Teddybearmu nanti, agar sesuai dengan klarifikasi kita. Dengan begitu perlahan-lahan akan memperbaiki citra Teddybearmu dalam karirnya." Jawab Roy.
"Mau teh atau kopi?" Tanya Roy lagi.
"Aku mau jalan-jalan sebentar. Aku butuh penyegaran untuk otak dan hatiku." Jawab Sheila sambil memijat mijat keningnya.
"Sayangnya hal itu tidak bisa kau lakukan. Ingat fotomu juga terpampang nyata dalam kolom gosip di media sosial. Banyak yang akan mengenalimu. Sementara ini kamu hanya bisa berdiam diri didalam rumah sampai nanti kita mengeluarkan klarifikasi tentang hubunganmu juga Teddybearmu." Kata Roy sambil duduk di tepi meja kerjanya.
"Aku ini manusia,Roy. Aku bosan jika harus berada didalam rumahmu saja. Aku butuh udara segar untuk menjernihkan pikiranku. Selain rumahmu apa tidak ada tempat lain lagi?" Tanya Sheila dengan frustasi.
"Ada." Jawab Roy singkat.
"Rumah tua bangka itu." Lanjut Roy sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Aku akan pulang saja kalau begitu." Kata Sheila seketika sambil berdiri dari duduknya. Roy menghampiri Sheila lalu memeluk Sheila. Membuat Sheila terkejut akan tindakan Roy.
"Diamlah. Karyawanku sedang melihat kita. Setelah pertemuan kalian berdua tadi, aku tidak mau ada persepsi lain dari mereka yang akan menambah beringasnya tua bangka itu."Kata Roy sebelum Sheila mendorong tubuhnya.
"Aku akan meminta supirku untuk mengantarmu pulang." Kata Roy masih memeluk tubuh Sheila. Sheila membalas pelukan Roy dengan erat sekali, menggunakan kekuatan amarahnya yang sedari tadi ia tahan, sehingga membuat Roy lumayan merasakan tidak nyaman akan pelukan Sheila.
"Lihatlah betapa baiknya dirimu jika harus berpura-pura didepan banyak orang. Kenapa kau tidak jadi aktor saja sekalian?" Tanya Sheila sambil menggertakkan giginya. Roy melepaskan pelukannya dari Sheila lalu mengecup ringan bibir Sheila hanya untuk sebagai syarat didepan karyawannya.
"Aku tidak suka harus bekerja begitu keras dan berakting yang tidak sesuai dengan keinginanku,lagipula aku memiliki lebih banyak uang daripada para aktor itu." Kata Roy sambil tersenyum setelah mengecup bibir Sheila.
"Setidaknya aku tahu bagaimana wajah aslimu."Balas Sheila sambil mencubit pipi Roy dengan kekuatan penuh nya. Hingga membuat Roy kesakitan, namun Roy menahannya dengan tersenyum.
"Jangan keterlaluan." Kata Roy sambil berbisik. Lalu Sheila melepaskan tangannya dari wajah Roy.
"Aku pulang dulu. Dan hari ini aku tidak mau melihat wajahmu dirumah. Melihatmu sangat merusak suasana hatiku juga pencernaanku." Kata Sheila lalu meninggalkan ruang kerja Roy.
--------------------------------------------------
Share this novel