Chapter 9

Romance Completed 3114

Teddy sengaja membiarkan Tonny untuk kembali ke Indonesia untuk melihat keadaan Sheila. Karena Teddy sama sekali tidak bisa menghubungi Sheila. Dan juga ibunya yang tidak bersedia melihat keadaan Sheila dengan alasan ayah Teddy yang sedang sakit.
Teddy hanya bisa mengandalkan Tonny. Tapi hingga saat ini, Teddy tidak menerima berita apapun dari Tonny. Seharusnya Tonny sudah sampai di tanah air.
"Apa Tonny sudah sampai?" Tanya Billy.

"Seharusnya sudah sampai. " Kata Teddy sambil berusaha menghubungi Tonny. Namun tidak ada jawaban.

"Apa kamu sudah lihat beritanya? Kabarnya Bos Iblis sudah mau menikah." Kata seorang kru wanita ketika sedang bersantai di kursi resto yang menjadi lokasi syuting mereka.

Pembicaraan mereka secara tidak sengaja terdengar oleh Teddy dan Billy. Semua orang tahu jika julukan dari Roy adalah Bos Iblis , karena sifatnya yang temperamen dan juga emosi yang selalu membuat suasana hati oranglain tidak nyaman. Perasaan tidak enak langsung terbesit dengan tajam dalam hati Teddy.

"Benarkah? Dengan siapa akhirnya dia menikah? Apa dengan Katarina? Terakhir kali Bos Iblis mengekspos hubungannya kan dengan Katarina." Balas kru satu lagi dengan nada ingin tahu khas seorang wanita.

Teddy dengan sengaja bersandar untuk menguping pembicaraan para kru wanita itu.
"Sebentar.. Undangannya bahkan sudah disebarkan. Ada salah satu atasan dari temanku yang mengupload di media sosial." Balas kru wanita dengan rambut diikat keatas itu sambil mengeluarkan ponselnya dan mulai mengutak atik layar ponsel miliknya itu. Setelah menemukan apa yang ia cari , ia langsung menunjukkan sebuah gambar kepada rekan-rekan yang lainnya.

"Ella." Kata kru wanita itu kepada teman-temannya.

" Tulisan dalam undangan ini ROY dan ELLA." Lanjut wanita itu.

"Ella? Apa dia model, artis, atau designer?" Tanya kawannya yang lain. Untuk sesaat Teddy merasa lega jika nama yang tercantum disana bukan Sheila.

"Apa ada foto mereka berdua?" Tanya kawannya lagi yang masih merasa penasaran dengan siapa yang akan menjadi istri Bos Iblis mereka. Kembali Teddy merasa penasaran dengan siapa Roy akan bersanding.

"Tidak ada. Mungkin sengaja tidak dipublikasikan. Undanganpun hanya para teman bisnis Bos Iblis dan juga ayahnya saja. Acara juga diadakan secara tertutup. Hanya media tertentu yang boleh meliput." Jawab wanita berkuncir ekor kuda itu. Terdengar helaan nafas kecewa dari para kru wanita yang sedang bergosip itu.

Teddy kembali duduk keposisi semula.

"Jika Roy menikah, lalu Ciya?" Tanya Teddy dalam hati. Ada perasaan marah dan lega yang menjadi satu dalam diri Teddy. Teddy merasa marah dengan Roy yang tiba-tiba menikah dengan oranglain disaat Sheila sedang mengandung anak Roy, namun Teddy merasa lega, karena memang ia tidak berencana untuk menyerah akan hubungannya dan Sheila.

Teddy hanya sedang mendinginkan emosinya dan juga memikirkan bagaimana carranya agar mereka tetap bersama nantinya. Memikirkan hal itu dengan segera Teddy menghubungi Tonny. Ia ingin sekali mendengarkan suara Sheila.

"Tonny, apa kau sudah bisa menemui Sheila?" Tanya Teddy seketika ketika panggilannya di jawab oleh Tonny.

"Belum,Ted. Aku baru saja akan pulang kerumahku dulu. Setelah ini aku akan menemui Sheila." Jawab Tonny dengan latar belakang suara kendaraan yang ramai disana.

"Baiklah. Kabari aku jika kau sudah bertemu dengan Sheila, katakan padanya jika aku sedang syuting diluar negri saat ini." Kata Teddy kepada Tonny.

"Oke." Balas Tonny dengan singkat lalu mengakhiiri pembicaraan mereka.

Teddy merasa ada yang janggal dengan Tonny, apakah Tonny sedang dalam suasana hati yang tidak bagus.
Yang terpenting Tonny sudah sampai dan ia juga akan segera menemui Sheila lalu akan mengabarkan padanya bagaimana keadaan Sheila.

"Sudah sampai?" Tanya Billy kepada Teddy. Teddy mengangguk sambil meletakkan ponselnya didalam sakunya.

"Sudah, tapi dia ingin pulang dulu , baru menemui Sheila." Jawab Teddy dengan seribu pertanyaan yang masih bernaung dalam pikirannya. Teddy tidak bisa tenang sepenuhnya jika tidak mengetahui keadaan Sheila dengan pasti.

"Kita kembali ke hotel saja. Syuting juga sudah selesai kan?" Tanya Teddy kepada Billy.

"Sudah. Kita kembali sekarang?" Balas Billy yang langsung berdiri dari duduknya setelah melihat Teddy mengangguk menjawab tawarannya.

"Apa kau ingin membeli sesuatu atau ingin kita memesan kopi untuk di hotel?" Billy menawarkan dengan perasaan bersalah yang amat dalam kepada Teddy.

"Apa kau melakukan hal yang salah dibelakangku?" Teddy berbalik tanya kepada Billy. Karena tidak biasanya Billy begitu baik menawarkan banyak hal kepadanya, terutama beberapa hari ini ketika mereka mulai syuting di Viena.

Billy langsung memperbaiki ekspresinya untuk menutupi hal yang ia rasa akan membuat Teddy marah kepadanya.

"Tidak. Kenapa kamu berpikir seperti itu. Aku hanya kau sedang gelisah dan khawatir beberapa hari ini. Itu bisa mempengaruhi mood mu untuk syuting saja." Billy mencoba berkilah walaupun dalam hatinya ia benar-benar merasa bersalah pada Teddy dengan menemui Sheila secara diam-diam untuk mengundurkan rencana pernikahan Sheila dan Teddy. Bagi Billy ini adalah kesempatan emas bagi Teddy untuk mencapai puncak dalam karirnya.
-----------------------------------------------------

Setelah mengetahui kebenaran tentang siapa sebenarnya Roy dan apa yang sudah Roy lakukan untuk menyeretnya kedalam drama yang ia ciptakan, Sheila semakin tidak memiliki simpati kepada Roy. Terutama Roy menggunakan neneknya sebagai tameng untuk menahan Sheila dalam drama nyata ini.
Sheila memutar otaknya, berusaha berfikir bagaimana caranya agar ia bisa lepas dari belenggu yang Roy ciptakan untuknya. Jika Sheila tidak bisa lepas dari Roy, setidaknya Sheila harus memiliki cara untuk melawan Roy. Roy boleh mengurungnya tapi Roy tidak bisa mengendalikannya. Hanya itu yang ada dalam fikiran Sheila saat ia terbangun di pagi harinya.

Dan Tonny, bagaimana bisa ia mengetahui rencana Roy tanpa memberitahukan hal itu kepadanya ataupun Teddy, padahal Teddy sudah lama bersahabat dengan Tonny.
Sheila terbangun dengan perasaan kesal dan juga frustasi.

"Mereka benar-benar pasangan yang mengerikan." Gerutu Sheila sambil mencengkeram selimut yang membalut tubuhnya .

"Kau kira bisa mengendalikanku semaumu? Jangan harap. Aku juga akan membangkang kepadamu." Lanjut Sheila sambil memikirkan beberapa ide di dalam kepalanya. Kemudian Sheila turun dari tempat tidurnya dan membuka tirai jendela kamarnya.

"Aku tidak mau harus merugi sendiri. Kamu yang memulai perang ini bukan aku." Bisik Sheila saat melihat mobil Roy melintas melewati taman depan rumah pribadi Roy.

Sheila berjalan kearah kamar mandi untuk mandi dan juga memikirkan apa yang akan ia lakukan kepada Roy nantinya. Pernikahannya tidak bisa ia batalkan, karena juga sudah terjadi. Roy juga pasti menyimpan buku nikah mereka di pengacaranya. Roy orang yang sangat memperhitungkan segala hal, apalagi jika itu sangat memiliki resiko yang akan merugikannya. Satu-satunya yang bisa Sheila pikirkan adalah acara resepsi pernikahannya besok. Itu adalah kesempatan yang ia miliki untuk bernegosiasi dengan Roy. Roy memiliki banyak cara licik untuk menyeretnya kedalam drama nyata ini , kini giliran Sheila yang membalikkan keadaan. Sheila sudah terlanjur mengorbankan banyak hal dalam hidupnya, ia tidak mau semuanya sia-sia.

Setelah selesai mandi dan berbenah, Sheila mengambil ponsel yang Roy berikan untuknya. Sheila mengingat nomor ponsel Teddy, namun ia menahan dengan usaha yang begitu berat untuk menghubungi Teddy. Ingin rasanya Sheila memberitahukan kepada Teddy jika dirinya tidak mengandung anak Roy. Sangat ingin juga Sheila untuk menelpon Teddy dan meminta pertolongan kepada Teddy akan dirinya saat ini, namun jika itu yang ia lakukan maka Teddy akan menghadapi hal yang lebih berat nantinya. Sheila tidak mau hal itu terjadi.

Tanpa sadar Sheila mengetik nomer ponsel Teddy, namun segera ia menghapusnya ketika Sheila sadar jika dirinya ingin menghubungi Teddy dan juga konsekuensi yang harus Teddy tanggung jika Teddy menyelamatkannya nanti. Roy orang yang pasti akan melakukan apapun yang ia katakan.

"Apa undangan pernikahanku sudah diketahui oleh Teddy? Apa dia sudah tahu aku akan menikah besok?" Batin Sheila dalam hati.

"Kalaupun ia tahu, biarkan dia membenciku daripada ia menyelamatkanku, Tuhan." Pinta Sheila dalam hati.

Sheila dikejutkan oleh ponselnya yang bergetar, hingga ponsel itu terjatuh. Dan segera Sheila mengambil ponselnya, Sheila melihat dilayar siapa yang menghubunginya. Ingin muntah rasanya di layar itu tertulis kata-kata -My Hubby- .
Sheila lupa jika hanya Roy yang mengetahui nomer ponselnya saat ini. Dengan malas Sheila menjawab panggilan dari Roy.

"Ada apa?" Kata Sheila dengan nada sangat tidak bersahabat.

"Kalau kau ingin menghubungi Teddybear mu, silahkan saja. Asal kamu masih ingat konsekuensinya . Aku juga sudah memberimu kompensasi yang besar. Jika kau berulah ataupun memikirkan hal-hal yang merugikanku, aku bisa membuatmu menderita kerugian lebih daripada perkiraanmu." Kata Roy tiba-tiba kepada Sheila.

Seketika Sheila melihat kesekelilingnya, tidak ada siapapun. Sheila lalu mendongakkan kepalanya melihat kearah setiap sudut kamarnya itu. Apakah ada kamera pengawas yang Roy letakkan dikamarnya. Bagaimana Roy bisa tahu jika dirinya hendak menghubungi Teddy?

"Apa kau sedang mengawasiku?" Tanya Sheila dengan polosnya.

"Berarti benar kau akan menghubunginya." Balas Roy sambil tertawa sinis. "Aku hanya menduganya. Dan kau mengakuinya. Ironi bukan?" Lanjut Roy lagi.

Sheila menggertakkan giginya dengan kesal, kesal pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia masuk kedalam jebakkan Roy lagi.

"Aku tidak menghubunginya." Jawab Sheila dengan ketus kepada Roy.

"Pilihan bagus. Berarti otakmu masih bisa kau gunakan untuk berpikir dengan benar. " Kata Roy lagi. Sheila tidak bisa membedakan itu pujian atau hinaan. Tapi jika itu keluar dari mulut Roy jelas itu adalah penghinaan untuknya.

"Kau menelponku hanya untuk mengatakan hal ini?" Tanya Sheila mulai malas untuk berbicara dengan Roy.
"Aku akan pulang lebih awal nanti. AKu harus mempersiapkan diriku dengan baik untuk acara besok." Kata Roy dengan nada yang cukup manis. Sheila bisa memperkirakan jika saat ini Roy sedang berada diantara banyak orang. Sungguh hal yang membuat Sheila makin enggan dengan Roy.

"Jika oranglain melihatmu bicara seperti itu. Mungkin mereka akan mengira jika dirimu benar-benar menikah karena cinta." Sindir Sheila.

"Tentu saja. Aku cinta bisnisku." Balas Roy dengan singkat , hal itu makin membuat Sheila merasakan berat pada kepalanya.

"Apa sudah cukup sandiwara euforia calon pengantin via teleponmu? Aku sudah merasa mual-mual." Kata Sheila dengan bibir terkatup.

"Tentu saja, sudah. Aku juga akan ada rapat pagi ini. Jangan menungguku kalau kamu merasa lelah. Jangan juga memikirkan hal yang tidak perlu. Hanya akan membuatmu diposisi yang merugi nantinya." Kata Roy masih dengan nada yang sama.

"Sinting." Balas Sheila lalu dengan segera Sheila menutup pembicaraan mereka. Sheila benar-benar merasa di permainkan oleh Roy sampai ia akan membanting ponsel yang ia genggam itu, lalu menurunkannya kembali.

"Jangan. Ini mahal." Kata Sheila lalu dengan kesal meletakkan ponsel itu diatas meja lampu tidurnya.

Kemudian Sheila kembali mengambil ponselnya dan menyalakannya . Dengan segera ia merubah nama yang sudah Roy simpan di ponsel milik Sheila itu. Sheila merubahnya menjadi -Si Sinting- . Dan dengan puas hati Sheila melihat nama itu di layar.

Yang Sheila hadapi bukan orang normal, jadi Sheila harus benar-benar ekstra sabar dan juga harus dingin kepala jika menghadapi Roy.
Kali ini sebuah ide muncul dikepala Sheila. Ketika resepsi nanti ia akan membuat semua orang melihat bagaimana wujud asli dari seorang Roy yang perfectionis dan juga bermartabat itu.
Resiko terbesar Sheila adalah ia akan hidup menggelandang. Sementara neneknya pasti akan tetap aman berada di panti jompo milik dinas sosial.
Berapapun yang Roy berikan untuknya sebagai kompensasi tidak akan cukup untuk mengganti kerugian yang ia derita dalam hidupnya. Sheila juga tidak tahu kapan Roy akan menceraikannya. Sheila tidak mau jika hidupnya harus membusuk dalam sangkar emas Roy.

Malam itu Roy pulang memang lebih awal sesuai dengan yang ia bicarakan di telepon tadi dengan Sheila. Sheila bisa mendengarkan langkah kaki Roy yang melangkah menaiki anak tangga. Rumah Roy terlalu sunyi untuk rumah yang begitu besar. Sampai-sampai jika ada yang berjalan didalam rumahnya , pasti akan terdengar hingga lantai 3 tempat area pribadi Sheila. Namun kali ini Sheila mendengar dengan jelas langkah kaki Roy sedang menuju ke lantai 3. Apa yang akan Roy lakukan di area pribadi Sheila. Sheila dengan waspada bangkit dari tempat tidurnya dan hendak mengunci pintu kamarnya. Namun Roy sudah terlanjur membuka pintu kamar Sheila. Sheila begitu terkejut dengan kedatangan Roy , apalagi Roy yang tiba-tiba membuka pintu kamar Sheila.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Sheila dengan jantung yang berdegup kencang karena terkejut oleh apa yang dilakukan oleh Roy, seperti film horror ketika hantu yang tiba-tiba keluar saat pemeran utama sedang bersiap untuk menutup pintu.

"Melihatmu." Kata Roy dengan pandangan yang tidak fokus. Sheila bisa mencium bau minuman keras pada tubuh Roy.

"Kamu mabuk. Kembalilah ke areamu. Bukankah kau bilang akan menjaga kondisimu untuk acara besok." Kata Sheila sambil mendorong tubuh Roy untuk keluar dari kamarnya. Namun Roy tetap masuk kedalam kamar Sheila sambil menyingkirkan tangan Sheila yang menahannya untuk masuk kedalam kamar. Roy berjalan ke tempat tidur Sheila dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Sheila.

"Kenapa disini terasa hangat?" Gumam Roy sambil tidur terlentang diatas tempat tidur Sheila. Sheila menghela nafas panjang dan menyilangkan tangannya didepan dada sambil bersandar didaun pintu kamarnya.

"Kau nikmati saja tidur disana. Aku akan tidur di sofa. Dasar sinting." Kata Sheila lalu membalikkan tubuhnya hendak menuju ke ruang tamunya.

"Apa yang kamu rencanakan untukku besok?" Tanya Roy sambil memejamkan memandang langit-langit dikamar Sheila.

Seketika itu pula Sheila menghentikan langkahnya dan memalingkan wajahnya kearah Roy.

"Apapun yang kau rencanakan. Sebaiknya jangan kau lakukan. Yang kau hadapi nanti adalah ayahku, bukan aku. Dia lebih menakutkan dari pada aku. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan ia lakukan kepadamu nantinya dan juga semua orang yang kamu sayangi. Dia adalah raja iblis yang pernah ada." Kata Roy masih memandang langit-langit kamar Sheila.

Sheila tidak mengucapkan apapun karena apa yang diucapkan oleh Roy bukan ancaman untuknya, melainkan sebuah saran yang Roy katakan dengan tulus.

"Memangnya...a-apa yang akan aku lakukan?" Sheila mencoba untuk bicara senormal mungkin walaupun dalam pikirannya sudah merencanakan banyak hal untuk membuat resepsi pernikahannya besok sebagai
ajang untuk dirinya agar terlepas dari Roy.

Roy tertawa sinis lalu bangun dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur Sheila.

"Mana aku tahu apa yang ada dalam otak tidak bergunamu itu? Aku tidak mau semuanya jadi hancur. Aku juga sudah berbaik hati memberikan saran kepadamu." Kata Roy sambil memandang kearah Sheila.

"Kamu yang sudah menghancurkanku. Aku sudah merelakan semuanya untuk masuk kedalam perangkap dramamu ini. Siapa juga yang akan rela jika harus hidup seperti ini? Aku juga manusia,Roy. Setidaknya kalau kamu juga manusia, kamu akan berpikiran sama sepertiku." Jawab Sheila dengan putus asa. Mendengar perkataan Sheila, Roy tertawa dengan lantang.

"Aku juga manusia, tadinya. Aku hanya akan memberimu saran sebagai suamimu. Bagaimanapun juga aku bertanggung jawab atas dirimu. Kamu adalah milikku yang tidak boleh disentuh oleh siapapun , termasuk ayahku. Tapi jika kamu juga menghancurkanku, maka aku tidak akan bisa melindungimu dan juga orang yang kau sayangi. Ayahku adalah orang yang suka menghancurkan apapun yang menjadi milikku." Roy menatap dengan dingin kearah Sheila.

Tatapan Roy begitu dingin namun juga terluka. Sheila tidak bisa membaca apa yang ada dalam pikiran Roy, Sheila juga tidak ingin dirinya terjebak lagi dalam alur drama Roy.

"Aku bukan barang yang bisa kau mainkan sesuka hatimu." Balas Sheila dengan wajah serius kearah Roy.

"Milikku. Suka ataupun tidak suka. Selama aku belum menceraikanmu, kamu harus menuruti apapun yang aku katakan." Kata Roy dengan cepat dan bernada tinggi. Suara Roy bahkan menggema di area pribadi Sheila.

"Sampai kapan?" Tanya Sheila yang lalu berbalik sepenuhnya melihat kearah Roy.

"Sampai aku menceraikanmu! Otakmu sudah tidak berfungsi dengan bagus. Masa telingamu juga?" Tanya Roy dengan sarkatis.

"Berapa lama pernikahan ini akan berlangsung. Aku juga butuh kepastian akan hal itu." Kata Sheila berusaha menata emosinya. Sheila benar-benar harus ekstra sabar dalam menghadapi Roy.
Roy berdiri dari duduknya dan mendekati Sheila, hingga Sheila harus mundur untuk menjaga jarak antara dirinya dan Roy.

"Tidurlah. Besok kita akan ada acara besar." Kata Roy sambil menepuk puncak kepala Sheila seperti seorang ayah kepada anaknya.

Lalu Roy berjalan meninggalkan area pribadi Sheila. Meninggalkan Sheila yang bingung akan sikap Roy itu. Setelah Roy pergi, dengan cepat Sheila menutup pintu kamarnya dan menguncinya dengan segera.

"Dia benar-benar tidak normal." Kata Sheila lalu naik keatas tempat tidurnya dan menarik selimutnya. Sheila berusaha menutup matanya untuk tidur, namun perkataan Roy benar-benar mengganggu pikiran Sheila. Apa yang sebenarnya ada dalam otak Roy.
------------------------------------------------------

Syuting untuk film layar lebarnya telah usai. Teddy mendapatkan telepon dari Tonny ketika sedang mengepak barang-barangnya.

"Bagaimana?" Tanya Teddy yang jelas tertuju untuk Sheila.

"Sheila sudah tidak tinggal lagi dirumah kostnya. Kata ibu Rumah kost sepertinya Sheila sudah tinggal dengan seseorang yang akan menikahinya." Kata Tonny kepada Teddy. Mendengar hal itu,Teddy terdiam sejenak karena begitu terkejut dengan kata-kata Tonny.

"Apa?" Teddy seakan tidak percaya akan apa yang ia dengarkan.
"Menikah? Dengan siapa?" Tanya Teddy lagi.

"Hari ini, dengan Roy. Acaranya akan diadakan besok malam. Kapan pesawatmu berangkat?" Tonny seakan-akan memberinya bom yang meledak dengan tiba-tiba.

"Sebentar lagi aku akan ke bandara. Aku minta tolong padamu untuk mengulur waktu acara itu. Aku sungguh minta tolong padamu." Kata Teddy putus asa. Tidak akan mungkin sempat dirinya sampai tepat waktu disana.

"Aku tidak bisa janji,Ted. Aku akan usahakan yang terbaik." Jawab Tonny. Setelah Teddy menutup pembicaraannya dengan Tonny, dengan cepat Teddy mengepak barang-barangnya dan langsung keluar dari kamar hotelnya. Di lobby Teddy bertemu dengan Billy.

"Sudah siap untuk berangkat? Kenapa cepat sekali? Pesawat kita masih kurang tiga jam lagi." Kata Billy yang terkejut melihat Teddy sudah siap untuk pergi lengkap dengan kopernya.

"Tidak ada waktu. Apa bisa kau carikan aku penerbangan yang lebih cepat? Transit juga tidak apa-apa." Kata Teddy kepada Billy dengan wajah yang penuh harap dan juga tegesa-gesa.

"Oke. Aku akan carikan." Balas Billy sambil mengeluarkan ponselnya untuk mengecek penerbangan yang tercepat.
"Sebenarnya ada apa?" Tanya Billy sambil terus menghubungi temannya yang menyediakan tiket pesawat.

"Pengantinku dicuri Bos Iblis." Jawab Teddy kali ini dengan wajah memerah karena amarah.
--------------------------------------------------------------

Pagi itu matahari bersinar terang, cuaca juga sangat menyenangkan. Hanya saja suasana hati Sheila yang kelabu.
Ia tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya melayang kemana-mana. Nanti siang tim perias dan juga tim busana akan datang untuk Sheila. Malam nanti adalah resepsi pernikahannya dengan Roy.
Sheila memandangi gaun pengantinnya yang dipesankan khusus untuknya oleh ayah Roy. Bukannya merasa bahagia, tapi Sheila begitu merasa tersiksa. Awalnya ia mengira jika keputusannya sudah tepat untuk memilih Roy karena ia mengandung anak Roy. Sheila juga merasa tersentuh ketika Roy memberikan neneknya fasilitas yang begitu bagus. Namun ternyata semua hanyalah manipulasi Roy saja untuk mengikatnya dalam drama pernikahan menutupi kelainan yang dimiliki oleh Roy. Memang sudah terlambat bagi Sheila untuk mundur dari pernikahan ini karena dirinya dan Roy sudah sah sebagai suami istri. Mengacaukan resepsi itu juga terasa percuma karena memang benar yang Roy katakan , dirinya hanya akan menambah kerugian atas dirinya sendiri dan juga neneknya. Sekarang Sheila mulai paham mengapa Roy memilihnya untuk menjadi istrinya. Semua yang dikatakan oleh Roy adalah benar. Sheila hanyalah seorang biasa yang tidak memiliki apapun untuk bisa dipercayai oleh siapapun kalaupun mengetahui rahasia Roy. Sheila tidak memiliki siapapun untuk membantunya, ia hanya memiliki neneknya yang akhirnya menjadi tameng bagi Roy untuk berjaga jika Sheila melakukan hal yang tidak diinginkan oleh Roy. Dirinya saja yang begitu bodoh bisa terjerumus dalam permainan Roy.

Ditengah lamunannya, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Sheila melihat kearah jam dindingnya. Masih pukul 9 pagi. Kalau itu tim perias dan juga busana, mereka benar-benar datang terlalu pagi. Roy juga tidak akan mengetuk pintu kamarnya, dia jelas akan langsung membuka pintu kamar Sheila tanpa mengetuknya. Dengan enggan Sheila berjalan kearah pintu kamarnya.

Ternyata disana sudah ada Tonny yang berdiri dengan wajah tegang.

"Tonny?" Sheila memandang kearah Tonny dengan wajah heran. Untuk apa Tonny menemuinya. Bahkan setelah kejadian ketika ia bersama dengan Roy. Tonny sama sekali tidak menemuinya.

"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya Tonny sambil menunjukkan arah sofa di ruang tamu area pribadi Sheila. Sheila mengangguk lalu keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya.

Tonny duduk berhadapan dengan Sheila.

"Aku sungguh minta maaf padamu." Tonny memulai pembicaraannya dengan Sheila.

"Bagaimana kamu bisa tega melakukan hal ini kepadaku dan juga Teddy?" Tanya Sheila langsung kepada Tonny.

"Aku sungguh tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Aku juga tidak tahu jika kamu dan Roy pernah bertemu dan kalian sampai pernah tidur bersama. Jujur saja aku juga marah akan hal itu." Jawab Tonny.

Perkataan Tonny membuat Sheila merinding, jika saja saat ini yang mengajaknya bicara adalah seorang wanita, Sheila akan memahaminya, tapi yang berbicara didepannya saat ini adalah Tonny, seorang pria, yang juga sahabat Teddy.

"Aku tahu ini terasa aneh untukmu." Kata Tonny melihat reaksi Sheila.

"Aku juga tidak memintamu untuk mengerti aku ataupun Roy.Aku hanya ingin kamu dengarkan saja apa yang ingin aku katakan. Aku dan Roy, kami sudah kenal sejak lima tahun yang lalu. Kami awalnya hanya bercakap-cakap. Kami memiliki luka masalalu yang sama kemudian kami merasa nyaman bersama-sama. Kami hanya bisa bercakap via telepon saja ataupun kalau kami bertemu hanya dirumah ini. Kami sangat jarang bertemu. Kami bertemupun hanya ingin berbagi apa yang kami rasakan. Rasa sayangku padanya sungguh tulus. Aku juga menyayangi kau dan Teddy seperti saudaraku sendiri. Ketika aku diberitahu oleh Roy , bahwa keluarganya mulai mengetahui hubungan kami. Sejujurnya aku tidak takut akan keluarganya, tapi aku takut kehilangan Roy. Roy memutuskan untuk menikah denganmu , itu aku juga baru mengetahuinya saat aku kembali kemari. Aku kira dia akan menikah dengan oranglain untuk melindungiku. Roy hanya memberitahuku jika ia akan menikah hanya untuk menutupi hubungan kami. Agar keluarga Roy juga tidak menyentuhku. Karena aku adalah milik Roy." Tonny memberikan penjelasannya kepada Sheila.

"Kenapa milik si sinting itu banyak sekali?" Tanya Sheila dalam hati sambil terus mendengarkan penjelasan Tonny.

"Kemarin aku memberitahukan kepada Teddy bila kau akan menikah dengan Roy. Mungkin Teddy akan membantumu dari masalah ini. Aku mencintai Roy, tapi aku juga menyayangi kalian berdua. Aku juga tidak ingin melihat kalian menderita karena aku.Teddy sedang syuting diluar negri setelah kalian bertengkar, Teddy belum tahu tentang pernikahan kalian dan berusaha untuk menghubungimu namun tidak bisa, kamu tidak tahu betapa frustasi dan putus asanya Teddy ketika tidak mengetahui kabarmu sama sekali." Kata Tonny memberitahukan perihal Teddy kepada Sheila.

Sheila terdiam memikirkan apa yang akan dirasakan oleh Teddy saat mengetahui jika dirinya sudah menikah dengan Roy. Mengacaukan resepsi pernikahan juga akan percuma, karena hal itu hanya akan menambah masalah untuk Teddy dan juga karir Teddy.

"Kau bisa menemui Teddy nanti malam di belakang gedung resepsi. Aku akan mengatur soal mengulur waktunya nanti." Lanjut Tonny sambil menatap Sheila dengan penuh keyakinan.

Awalnya Sheila merasa bahagia Teddy mau menyelamatkannya dari Roy. Teddy pasti akan bisa membawanya lari dari sana. Tapi selanjutnya akan lebih berbahaya bagi Teddy. Sheila menggeleng dengan berat hati.

"Tidak. Teddy akan dalam bahaya jika aku melakukan hal itu,Ton. Karirnya juga pasti akan hancur." Jawab Sheila yang masih memikirkan masa depan Teddy jika Teddy harus menolongnya nanti.

"Tapi kalian bisa bersama nantinya..."

"Aku dan Roy sudah menikah secara agama dan negara. Kami sudah resmi sebagai suami istri setelah Teddy dan aku bertengkar. Membawaku lari hanya akan membuat Teddy sebagai penculik istri oranglain. Dia yang akan menderita nantinya. Keluarga Teddy juga tidak akan tinggal diam. Dan pada akhirnya kami tetap tidak akan bisa bersama." Sheila memotong kata-kata Tonny dengan cepat. Terlihat wajah kecewa dari Tonny.

"Ada satu hal yang bisa kamu lakukan untukku." Kata Sheila pada akhirnya. Tonny mendongakkan kepalanya melihat Sheila dengan serius.

"Bujuk Roy untuk segera menceraikanku. Hanya itu satu-satunya aku bisa terlepas dari Roy. Dan kau juga tidak akan tersakiti oleh keluarga Roy. Aku tidak peduli alasan apapun yang ia gunakan untuk menceraikanku. Asalkan aku bisa terlepas dari pernikahan ini."

"Aku akan usahakan soal itu. Soal Teddy.." Tonny sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Untuk Teddy, pikirkan caranya agar dia tidak mengacaukan resepsi nanti malam. Buatlah alasan agar dia tidak datang. Sekalipun alasan itu akan membuatnya membenciku. Jangan biarkan dia mendapatkan masalah dan menempatkannya dalam bahaya karenaku." Pinta Sheila kepada Tonny.
"Aku mohon." Mata Sheila memancarkan keputus asaan yang mendalam , hanya Tonny harapan yang ia miliki untuk menyelamatkan Teddy ketika ia tidak bisa berbuat apapun.

"Aku akan berusaha semampuku."Balas Tonny .

"Aku mengandalkanmu,Ton." Ucap Sheila penuh harapan kepada Tonny.
------------------------------------------------------------

Sheila sudah mengenakan gaun pengantin putih yang menjuntai kelantai. Seperti impian setiap wanita. Gaun itu begitu indah dan mewah dengan hiasan batu swarozky di bagian dada dan juga pinggangnya. Gaun itu berpotongan rendah di bagian dada dan terbuka di bagian belakang , memperlihatkan punggung sampai pinggang Sheila. Rambut Sheila di gulung dengan anggun menyesuaikan rambutnya yang ikal dan tebal. Mahkota kecil disematkan di ujung kepala Sheila. Penata rambutnya mengatakan mahkota kecil yang Sheila kenakan adalah berlian asli, namun hal itu tidak menggugah hati Sheila yang makin kelabu. Sarung tangan yang Sheila kenakan juga terbuat dari sutra dengan kualitas terbaik. Bahkan sepatu yang Sheila kenakan yang tidak akan terlihat jika ia tidak mengangkat rok dari gaun pengantinnya itupun bermerk dan juga terlihat seperti sepatu kaca ketika Sheila kenakan. Sheila melihat dirinya sendiri didepan cermin raksasa yang ada dihadapannya. Ia bagaikan cinderela di dunia nyata , namun hatinya bagaikan rapunzel yang berharap bisa keluar dari kastil penuh harta karun untuk kebebasannya. Seorang wanita bertubuh langsing dan berlesung pipi masuk kedalam ruang tunggu tempat Sheila sekarang berada.

"Anda cantik sekali malam ini. Benar-benar ratu dalam acara yang begitu ditunggu oleh banyak orang." Kata wanita itu dengan ramah .

"Ini bouquet yang nanti akan anda bawa." Wanita itu menyerahkan Bouquet bunga mawar putih kepada Sheila. Sheila menerimanya sambil tersenyum kepada wanita itu.

"Terimakasih." Balas Sheila dengan sopan. Sheila merasakan ada secarik kertas yang terselip di ikatan bouquet yang ia terima. Wanita itu lalu pergi meninggalkan Sheila sendirian diruang tunggu gedung resepsi pernikahannya.

Sheila menarik kertas yang terselip itu dan membaca tulisan yang ada disana.

- Ciya, aku menunggumu di belakang gedung. Jika memang pernikahan ini bukan keinginanmu,maka temuilah aku. Aku akan menyelamatkanmu jika memang harus. Maafkan aku akan emosiku waktu itu. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu. Jadi kembalilah padaku-

Tulisan itu adalah tulisan tangan Teddy. Sheila sangat mengenal tulisan Teddy. Sheila melihat kearah luar jendela ruang tunggunya, jendela itu meghadap kearah belakang gedung resepsinya. Hati Sheila membuncah bahagia bercampur haru melihat Teddy benar-benar ada disana , menantinya. Jika saja tempatnya bukan di lantai yang tinggi, Sheila jelas akan melompat turun dari jendela sekarang juga. Betapa ingin ia memeluk Teddy.

Sheila berbalik dan meyakinkan dirinya, ia tidak bisa menahan dirinya untuk bertemu dengan Teddy.
Namun Sheila di kejutkan dengan ayah Roy yang berdiri didepan pintu ruang tunggu Sheila.

"Ayah." Kata Sheila terkejut melihat ayah Roy yang berdiri disana dengan wajah yang ramah dan tersenyum hangat.

"Ada apa ? Kenapa begitu terkejut melihatku?" Tanya ayah Roy.

"Oh.. Aku..Mau ke.. kamar mandi." Jawab Sheila mencoba untuk berbohong kepada ayah Roy. Ayah Roy tersenyum kepada Sheila.

"Apa kau gugup?" Tanya ayah Roy lagi. Sheila mengangguk pelan. Ayah Roy membelai tangan Sheila dengan lembut.
"Wajar jika kamu gugup. Kamu tidak pernah berhadapan dengan banyak orang seperti saat ini. Aku bisa memahaminya." Kata ayah Roy dengan lembut.

"Karena aku memahami jika dirimu akan gugup. Kebetulan aku juga mengundang nenekmu untuk datang kemari."

Mendengar neneknya datang ke tempat resepsi pernikahannya membuat Sheila membelalakkan matanya. Bagaimana bisa ayah Roy tahu mengenai neneknya , apa Roy yang mengatakannya? Tapi tidak mungkin Roy akan mengatakan hal itu kepada ayahnya. Roy sendiri yang ingin menyembunyikan tentang keluarga Sheila kepada keluarganya.

"Nenekku?" Tanya Sheila seakan dirinya salah mendengarkan kata-kata ayah Roy. Ayah Roy tersenyum kepada Sheila.

"Tentu saja nenekmu. Dia kan juga harus hadir di resepsi pernikahan cucu satu-satunya yang ia miliki. Dan juga agar kamu merasa aman juga tidak merasa gugup lagi." Kata ayah Roy seakan dirinya begitu perhatian kepada Sheila. Namun entah mengapa Sheila tidak merasa demikian . Perasaan Sheila sungguh tidak nyaman.

"Jadi, apa kau akan menemui nenekmu atau mantan kekasihmu?" Tanya ayah Roy sambil mendongak kearah jendela luar yang ada di ruang tunggu Sheila itu. Seketika Sheila merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak.

Ayah Roy juga tahu tentang Teddy dan juga rencana Teddy untuk membawanya lari. Wajah Sheila seketika itu pula menjadi pucat pasi.

"Kalau kau memilih mantan kekasihmu , kau juga harus merelakan nenekmu . Sedikit obat akan membuatnya tidur lelap untuk selamanya tanpa harus merasakan sakit di usianya yang sudah tua. " Bisik ayah Roy kepada Sheila masih dengan nada yang lembut kepada Sheila. Seketika itu pula kaki Sheila menjadi lemas dan hampir membuatnya berlutut. Namun ayah Roy menahan tubuh Sheila yang hendak jatuh itu dengan memegang tangan Sheila.

"Bagaimana anda bisa..."

"Aku tidak akan membuat resepsi pernikahan anakku dikacaukan. AKu juga tidak mau kehilangan harga diriku di depan banyak orang. Aku juga tidak akan membuat anakku kehilangan istri yang sudah ia pilih sendiri."Kata ayah Roy kali ini dengan nada yang dingin.

"Anakmu juga bukan orang yang normal. Untuk apa aku harus bertahan dengannya?" Ujar Sheila dengan suara yang bergetar karena takut dan juga emosi yang tak bisa ia tahan.

"Aku tahu. Dan aku tidak akan membiarkan dunia mengetahuinya. .Pernikahan kalian yang berdasarkan perjanjian juga aku mengetahuinya. Bahkan kalian tinggal satu atap namun tidak sekamar juga aku mengetahuinya. Segala tentang anak semata wayangku aku mengetahuinya dan aku tidak akan membiarkan siapapun mengetahuinya. Dia memilihmu aku tidak akan mencari alasannya, tapi kamu adalah sebuah alibi yang sempurna untuk anakku. Jika kamu berani melangkah bahkan hanya satu langkah saja meninggalkan tempat ini, kamu tahu apa yang bisa aku lakukan untukmu." Senyuman mengerikan tercipta di wajah ayah Roy, benar-benar membuat Sheila takut. Benar kata Roy. Ayahnya menakutkan melebihi raja iblis.

"Aku akan memberikanmu kesempatan kedua. Tetaplah menjalankan resepsi ini dengan tenang dan bahagia. Jangan pernah berpikir untuk mengacaukannya. Maka semuanya akan baik-baik saja. Nenekmu juga akan sehat dan tak akan tersakiti sama sekali.Dan juga... Kamu memiliki kewajiban untuk membuat Roy sembuh dari penyakitnya. Jika kamu tidak bisa menyembuhkan Roy, membuatnya menjadi laki-laki normal sepenuhnya. Aku akan menjamin keselamatan nenekmu. Dan jika Roy meminta perceraian darimu, kamu harus menolaknya. Jangan pernah berpisah darinya hingga dia bisa sembuh dari penyakitnya. Dan jangan sampai Roy mengetahui hal ini." Kata ayah Roy memberikan Sheila sebuah tawaran yang tidak boleh Sheila tolak.

"Ini bukan kesepakatan namanya. Anda hanya menguntungkan satu pihak saja." Balas Sheila dengan lemas. Otaknya seakan membeku oleh perkataan dan perbuatan ayah Roy.

Ayah Roy membantu Sheila untuk berdiri dengan benar.

"Aku hanya ingin melindungi anakku. Kau harus tersenyum dan juga bertahan sampai aku mengatakan tugasmu sudah selesai." Kata ayah Roy sambil tersenyum dan menepuk lembut lengan Sheila.

Meninggalkan Sheila yang masih berdiri dengan keterkejutannya yang tidak bisa ia gambarkan akan apa yang dilakukan oleh ayah Roy untuknya dan juga neneknya. Sheila bersandar pada daun pintu yang ada disampingnya. Kedua kaki Sheila tidak sanggup menopang tubuh Sheila yang sudah terasa seperti agar-agar , tidak berdaya.

Dibawah sana sudah ada Teddy yang siap untuk menjemputnya dan membawanya keluar dari sangkar emas ini dan disini ada neneknya yang hidupnya bergantung pada Sheila. Airmata Sheila bahkan tidak bisa keluar walaupun hatinya terasa begitu sakit.
Sheila memilih untuk tetap berada disini dan tidak memilih Teddy. Keluarga yang ia miliki hanyalah neneknya.

Seseorang dari WO datang untuk menjemput Sheila yang berada diruang tunggu.

"Apa sudah siap untuk kepanggung?" Tanya wanita muda dari WO itu kepada Sheila. Tatapan Sheila begitu kosong, ia hanya mengangguk dan mengikuti wanita muda itu untuk keluar dari ruang tunggu dan berjalan menuju hall utama tempat resepsi pernikahannya berlangsung.

Didepan pintu Hall sudah ada Roy yang mengenakan setelan jas berwarna putih yang melekat sempurna di tubuhnya yang tegap dan bidang itu. Roy melihat kearah Sheila dan menyiapkan lengan nya untuk Sheila raih. Sheila menggandeng lengan Roy , seolah itu adalah pelampung penyelamatnya malam ini. Roy bisa merasakan tangan Sheila yang berada dilengannya, Sheila menggenggamnya dengan erat.

"Apa kau sebegitu gugupnya?" Tanya Roy tanpa melihat wajah Sheila.

"Hmm." Jawab Sheila dengan singkat.

Saat mereka memasuki Hall, sinar dalam hall begitu terang dimata Sheila, begitu menyilaukan . DItengah hatinya yang begitu kacau, ia harus tersenyum sepanjang malam itu. Disana juga Sheila melihat neneknya yang duduk satu meja dengan ayah Roy. Neneknya tersenyum kepadanya dengan bahagia dan melambaikan tangannya kepada Sheila. Disamping neneknya ada ayah Roy yang juga tersenyum dengan hangat kepada Sheila. Oranglain yang melihatnya memang akan berpikir jika ayah Roy sangat menyukainya sebagai menantu kesayangan.

Sheila tersenyum dan melambaikan tangan kepada neneknya.

Roy terkejut melihat nenek Sheila berada dalam resepsi pernikahan mereka. Terlebih lagi nenek Sheila duduk bersama dengan ayahnya.

"Apa kau tahu tentang hal ini? Bagaimana ayahku bisa tahu tentang nenekmu?" Bisik Roy saat mereka sudah tiba di panggung mempelai.

"Kau tanyakan saja pada ayahmu." Balas Sheila dengan ketus.

"Karena itukah kau menjadi gugup?" Tanya Roy .

"Hmm." Sheila hanya menjawab dengan gumaman. Roy menghela nafas panjang.

"Aku yang akan menghadapi ayahku jika sampai menyentuh nenekmu ataupun dirimu." Kata Roy meyakinkan Sheila.

Meskipun Sheila tahu maksud ucapan Roy, Roy hanya tidak suka jika miliknya diusik oleh ayahnya. Namun kata-kata Roy seperti pemberi kekuatan untuknya setelah apa yang dikatakan oleh ayah Roy kepadanya tadi.

Selama acara berlangsung. Sheila benar-benar harus berpura-pura dirinya bahagia bersama Roy. Acara resepsi itupun juga lebih seperti ajang pertemuan para pemegang saham dan juga para investor baru untuk perusahaan ayah Roy.
Sesekali Sheila memandang kearah neneknya, namun enggan melihat kearah ayah Roy. Saat makan bersama akhirnya tiba, Sheila duduk disamping neneknya.

"Nenek senang sekali bisa ikut melihat resepsi pernikahanmu. Jika bukan karena mertuamu yang menjemput nenek. Mungkin nenek tidak akan bisa menyaksikan cucu nenek yang paling nenek sayangi ini berdiri dikursi pelaminan . Mertuamu sungguh baik sekalli kepada nenek. Kamu harus bersyukur memiliki keluarga yang menyayangimu dan menerima apa adanya dirimu seperti keluarga suamimu."Kata nenek Sheila sambil mengenggam tangan Sheila. Sheila hanya tersenyum dan mengangguk kepada neneknya.

"Bagaimana ayah menjemput nenek Ella kemari?" Tanya Roy langsung pada permasalahan yang mengganjal di hatinya.

"Tentu saja ayah menjemputnya langsung kepanti jompo dan mengajaknya kemari. Tidak mungkin kan kalau sampai neneknya menantu ayah tidak ikut dalam acara yang begitu bahagia ini?" Jawab ayah Roy lalu melihat kearah nenek Sheila. Yang kemudian disambut senyuman yang begitu lebar dari nenek Sheila.

"Aku benar-benar berterimakasih atas perhatianmu kepada cucuku." Kata nenek Sheila sambil menepuk tangan ayah Roy dengan lembut.

"Tentu saja aku sangat memperhatikan menantu kesayanganku." Jawab ayah Roy kepada nenek Sheila. Jawaban ayah Roy langsung mendapatkan senyuman sinis dari Roy.
------------------------------------------------------

Teddy menunggu Sheila sejak ia mengirimkan surat yang ia tulis untuk Sheila dibantu oleh teman Billy yang ikut dalam WO yang menangani pernikahan Sheila dan Roy. Teddy masih menunggu hingga dua jam lamanya. Sampai Tonny yang mendatanginya.

"Ted, mungkin lebih baik kamu menyerah untuk Sheila saat ini." Kata Tonny dengan perasaan iba melihat Teddy yang masih setia menunggu Sheila . Teddy menggelengkan kepala.

"Tidak. Aku yakin Ciya akan menemuiku." Kata Teddy dengan begitu keras kepala.

"Sampai kapan kau akan menunggu Sheila?" Tanya Tonny

"10 menit lagi." Jawab Teddy dengan singkat tanpa melihat jam tangannya.

"Itu juga yang kau katakan sedari tadi. Tapi kenyataannya sudah hampir dua jam kamu menunggu Sheila. Dia tidak akan datang." Kata Tonny merasa ikut tersiksa oleh penantian Teddy. Teddy menghela nafas panjang, lalu berjalan kearah pintu masuk hotel tempat resepsi itu di gelar. Namun Tonny menghalanginya.

"Kau mau kemana?" Tanya Tonny sambil menarik tangan Teddy dan berdiri didepan Teddy.

"Aku mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku." Jawab Teddy sambil mendorong Tonny untuk menjauh.

"Percuma,Ted." Kata Tonny namun tidak dihiraukan oleh Teddy.
"Mereka sudah menikah sejak kau meninggalkan Sheila hari itu.Kalau kau bertindak gegabah, kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri." Kata Tonny pada akhirnya.

Kata-kata Tonny membuat langkah Teddy terhenti. Teddy berbalik kearah Tonny.
"Apa katamu? Bukankah sekarang ini pernikahannya?" Tanya Teddy dengan penuh emosi kepada Tonny. Tonny mundur beberapa langkah dari Teddy.

"Hari ini adalah resepsi pernikahan mereka,Ted. Pernikahan mereka sudah terjadi beberapa hari yang lalu. Aku.. juga baru mengetahuinya tadi." Tonny berusaha menjelaskannya kepada Teddy.

"Tidak mungkin Ciya akan meninggalkanku hanya untuk bersama dengan laki-laki itu." Teddy masih tidak bisa menerima kenyataan bila Sheila sudah menjadi istri oranglain.

"Sheila sendiri yang mengatakan padaku. Dan dia memintaku menyampaikan pesan kepadamu untuk tidak mengganggu hidupnya lagi." Kata Tonny sedikit berbohong kepada Teddy. Namun ini juga adalah permintaan Sheila agar Teddy tidak menghancurkan hidupnya sendiri demi Sheila. Teddy menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin dia akan berkata seperti itu."

"Ted, ini adalah kenyataannya. Sheila sudah bersama dengan oranglain sekarang. Dan kamu tidak bisa memaksakan kehendakmu untuk bersama dengan Sheila. Ini juga adalah pilihannya sendiri." Kata Tonny kepada Teddy. Berharap Teddy mengurungkan niatnya untuk menemui Sheila dan mengacaukan acara malam hari ini.

Diluar presiksi Tonny, Teddy berbalik dan berlari kearah pintu masuk hotel dan langsung menerobos masuk kedalam lobi hotel. Tonny mengikuti Teddy masuk kedalam hotel sambil memanggil nama Teddy namun tidak dihiraukan oleh Teddy.

Sebelum masuk kedalam Hallroom Teddy di cegah masuk oleh keamanan yang berjaga diluar Hall.

"Maaf tanpa undangan, anda tidak bisa masuk ke dalam." Kata penjaga dengan tubuh kekar itu sambil menahan tubuh Teddy dengan tangan kanannya.

"Aku memiliki hak disini. Pengantin wanita itu adalah wanitaku." Teriak Teddy dengan frustasi, membuat orang yang berada di lobi hotel fokus melihat kearahnya. Beberapa dari orang-orang itu juga mengenali Teddy. Dengan segera beberapa orang mengeluarkan ponselnya untuk mengabadikan apa yang dilakukan Teddy disini. Tonny berusaha menenangkan Teddy.

"Ted, tenangkan dirimu. Ada banyak orang disini." Bisik Tonny kepada Teddy.

"Aku tidak peduli." Bentak Teddy kepada Tonny.

"Ciya, keluar. Aku ada disini. Katakan padaku ini semua hanya rekayasa lelaki itu sampai kamu mau menikah dengannya. Keluar dan katakan padaku." Teriak Teddy didepan pintu Hallroom yang tertutup itu. Disaat itu pula beberapa wartawan yang sudah hadir disana langsung merekam apa yang Teddy perbuat.

Didalam Hallroom keributan diluar sudah memancing banyak orang yang datang disana untuk ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi diluar. Sheila bisa tahu itu suara Teddy. Sheila menoleh kearah Roy. Roy tidak memberikan reaksi apapun , karena hal ini diluar kendalinya.

"Ada apa diluar? Ciya, apa itu Teddy?" Tanya nenek Sheila yang masih bisa mendengarkan nama Sheila disebutkan oleh Teddy. Karena hanya neneknya dan Teddy yang memanggil Sheila dengan nama itu.

"Apa Teddy tidak kamu undang juga disini?" Tanya neneknya lagi.

"Nenek..itu.. aku.."

"Kenapa tidak kamu temui saja temanmu itu. Dan jelaskan kepadanya apa yang ingin dia ketahui. Tidak enak jika harus didengarkan oleh banyak orang tentang hal yang tidak patut di lihat." Kata ayah Roy dengan tenang kepada Sheila. Roy langsung berdiri dari duduknya .

"Biar aku saja yang menjelaskan kepada Teddy." Kata Roy sambil meletakkan serbet makanannya diatas meja.

"Aku kira Ella juga harus ikut denganmu. Untuk menjelaskan kesalahpahaman ini." Kata ayah Roy sambil melihat kearah Sheila yang wajahnya sudah seperti tisu bekas yang tak berguna. Sheila melihat ayah Roy yang tersenyum kepadanya. Ingin rasanya Sheila membantah apa yang diminta oleh ayah Roy. Bagaimana bisa dirinya menemui Teddy dengan kondisinya saat ini , mengenakan gaun pengantin bersama dengan Roy.

"Nenek, apa nenek haus? Minuman ini terkenal bisa menyegarkan tubuh. Nenek juga bisa tidur nyenyak jika nenek meminumnya." Kata ayah Roy dengan manis sambil menawarkan minuman kepada nenek Sheila.

Dengan segera Sheila bangkit dari duduknya.
"Aku akan menemui Teddy." Kata Sheila seketika, kemudian ia melihat neneknya yang terkejut oleh apa yang ia lakukan.

"Mungkin Teddy salah paham .. karena.. aku tidak mengundangnya. Nenek tunggu disini ya?" Kata Sheila berbohong kepada neneknya. Terlihat senyuman kemenangan di wajah ayah Roy.

Roy bisa melihat semua itu hanyalah tipuan dari ayahnya. Roy menarik tangan Sheila dan mengajaknya untuk berjalan kearah pintu Hallroom. Genggaman tangan Roy begitu erat, hingga Sheila bisa merasakan sakit pada pergelangan tangannya. Berbeda dengan apa yang ada pada ekspresi wajah Roy kepada para tamu yang ada disana. Roy tersenyum kepada setiap tamunya.

"Maafkan kekacauan ini. Silahkan anda nikmati kembali makanan anda." Kata Roy kepada para tamunya.
Ayah Roy meminta kepada live music untuk mengeraskan volume musik mereka, agar kekacauan diluar tidak sampai terdengar oleh para tamunya.

Sheila bisa melihat wajah Teddy yang kacau didepan pintu Hallroom. Dan betapa tekejutnya Teddy melihat Sheila berdampingan dengan Roy didepan matanya sambil mengenakan gaun pengantin.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Teddy kepada Sheila.

"Bukankah itu pertanyaan yang berlaku untukmu. Apa yang kau lakukan disini sehingga membuat keributan." Balas Roy. Mata Roy dengan awas melihat ke sekelilingnya. Disana sudah terlalu banyak kamera dan juga banyak yang melihat.

"Jika sampai ada yang merekam, aku akan menuntut kalian." Kata Roy kepada semua orang yang sedang menyorot dirinya.

Petugas keamanan hotel dan juga staff hotel seketika melarang pengunjung hotel untuk merekam kejadian yang sedang berlangsung dan meminta mereka untuk tidak melihat kearah Teddy lagi.

"Apa benar kamu sudah menikah dengan dia?" Tanya Teddy sambil menahan emosinya.

Sheila mengangguk sambil menggigit bibir bagian dalamnya. Bahkan Sheila tidak berani menatap mata Teddy.

"Kami sudah menikah. Dan maaf kami tidak mengundangmu. Walaupun kau teman baik istriku. Tapi aku dengar kau sedang syuting diluar negri." Jawab Roy mencoba memberikan penjelasan karena banyak wartawan yang ada disana sedang menyoroti mereka.

"Apa yang dia lakukan hingga kamu mau menikah dengannya?" Tanya Teddy lagi tanpa memperdulikan kata-kata Roy.
"Apa dia memaksamu? Apa dia mengancammu?" Tanya Teddy lagi. Sheila melihat kearah para wartawan yang fokus melihat kearah mereka bertiga walaupun sudah tidak menyoroti lagi dengan kamera. Namun mereka semua merekam percakapan mereka menggunakan ponsel.

"Ted, maaf. Kita adalah .. teman.. baik.. tapi aku ..tidak mengundangmu.. " Kata Sheila dengan terpatah-patah, berusaha mengendalikan emosinya. Sheila melihat kearah Roy , mata Roy mengatakan kepada Sheila untuk segera menuntaskan hal ini. Jika tidak akan ada hal yang lebih berat untuk mereka tanggung.

"Aku minta .. jangan membuat keonaran .. di hari.. baha..gia..ku." Lanjut Sheila . Kemudian Sheila memberanikan dirinya melihat kearah Teddy.
"Jangan menggangguku lagi. Aku sudah bahagia disini." Kata Sheila berusaha tersenyum didepan Teddy. Perkataan Sheila seperti tamparan keras untuk Teddy. Teddy tahu Sheila tidak sedang bahagia saat ini.

Teddy mengenal Sheila lebih daripada Sheila mengenal dirinya sendiri. Teddy mengulurkan tangannya kepada Sheila.

"Aku akan mengantarkanmu pulang." Kata Teddy dengan nada lembut.

Ingin rasanya Sheila menyambut tangan itu. Tangan yang Sheila rindukan. Namun neneknya juga akan terancam jika ia menerima uluran tangan Teddy. Sheila menggandeng tangan Roy.

"Aku sudah pulang,Ted. Dia suamiku." Kata Sheila dengan sangat tegar, walaupun airmatanya menggenang dipelupuk matanya. Roy tersenyum penuh kemenangan kepada Teddy.

"Kau sudah dengar. Kau bisa kembali dengan tenang atau mungkin kau butuh bantuan petugas keamanan untuk mengantarkanmu pulang dengan selamat." Kata Roy sambil menepuk tangan Sheila yang berada di lengannya. Kemudian Roy mengajak Sheila untuk kembali masuk kedalam Hallroom.

"Aku ingin pulang,Roy. Aku lelah." Bisik Sheila dengan lirih kepada Roy.

"Tahanlah sebentar lagi, lalu kita akan pulang." Balas Roy dengan nada dingin.
----------------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience