Chapter 11

Romance Completed 3114

Billy sudah mendapatkan intruksi tentang klarifikasi soal hubungan Teddy dengan Sheila. Hanya saja Billy masih ragu untuk memberitahu Teddy tentang apa yang harus Teddy ucapkan kepada media nantinya. Atau mungkin lebih baik jika Teddy melakukan klarifikasi melalui media sosialnya saja. Billy tidak menyangka jika calon istri Teddy ternyata menikah dengan Bos Iblis , Roy.

Apakah ini semua gara-gara dirinya yang meminta toolong kepada Sheila untuk mengundurkan tanggal pernikahannya dengan Teddy? Tapi hal itu juga tidak mungkin se ekstrim ini. Menikah dengan Bos Iblis bukan hal yang sepele. Semua orang tahu akan temperamen Roy yang tidak bisa disamakan dengan manusia pada umumnya. Billy bena-benar merasa kasihan dengan Teddy. Sebelum mengetahui calon istrinya menikah dengan oranglain, dia sudah seperti orang gila ketika tidak mengetahui kabar calon istrinya itu. Sekarang ketika sudah mengetahui calon istrinya menikah dengan oranglain, sepertinya Teddy akan benar-benar gila, kemungkinan terburuknya adalah Teddy mungkin bisa memiliki temperamen yang sama buruknya dengan Roy.
Dengan ragu Billy mengunjungi Teddy dirumahnya. Semenjak Teddy menemui Sheila dikantor Roy, Teddy tidak bisa dihubungi sama sekali. Ternyata Teddy juga tidak berada dirumahnya. Ibu Teddy sendiri yang menemui Billy ketika Billy sudah berada dirumah Teddy. Ibu Teddy juga meminta tolong kepada Billy untuk mencari tahu keberadaan Teddy.
"Tonny, apa kau tahu sekarang Teddy ada dimana?" Tanya Billy ketika menghubungi Tonny lewat telepon.

"Dia sedang bersamaku." Jawab Tonny kepada Billy. Billy bisa mendengarkan suara bising di tempat Tonny saat ini.

"Kau ada dimana sekarang? Kenapa bising sekali?" Tanya Billy sambil memindahkan perseniling mobilnya.

"Kami berada di... Mungkin lebih baik kau jangan menemui Teddy dahulu. Dia sedang tidak dalam kondisi yang stabil. Biarkan dia sendiri dulu."Jawab Tonny sambil mempertimbangkan jika saa Billy ingin menemui Teddy saat ini.

"Berikan aku lokasimu. Saat ini aku juga tidak ingin mengusiknya. Aku juga tahu apa yang dia rasakan saat ini. Tapi kau juga tahu jika jadwal syuting kita juga padat. Teddy juga pemeran utama dalam film layar lebar ini. Tidak mungkin dia bisa terus absen , ditambah lagi dengan pemberitaan yang miring sejak kemarin malam." Kata Billy dengan putus asa. Dirinya dalam waktu satu hari ini sudah menghadapi banyak sekali telepon masuk sehubungan dengan berita yang menyangkut Teddy juga ketidakhadiran Teddy dalam lokasi syuting untuk film layar lebarnya.

Setelah menutup pembicaraan mereka, Tonny lalu mengirimkan lokasi dirinya dan juga Teddy. Mereka berada disebuah bar yang terkenal dikota itu. Billy sempat merasa kaget juga heran akan lokasi Teddy saat ini. Teddy pria yang bersih, sangat bersih. Jangankan pergi ke bar, pergi ke tempat pesta koktail pun Teddy selalu menolak. Mungkin ini adalah efek dari patah hati yang sangat dalam.

Billy masuk kedalam bar yang memiliki cahaya remang-remang itu. Ia melihat ke seisi ruangan bar itu sampai menemukan Tonny yang duduk di meja dekat bartender, namun ia tidak mellihat Teddy. Billy berjalan mendekati Tonny.

"Mana Teddy?" Tanya Billy sedikit berteriak karena musik di ruangan itu terlalu kencang.

"Disana." Jawab Tonny sambil menunjuk kearah Teddy yang sedang duduk bersama dengan para wanita seksi yang mengelilingi Teddy.

Billy hampir tidak percaya akan apa yang ia lihat. Teddy yang ia kenal tidak akan seperti ini. Teddy sedang minum bersama dengan para wanita cantik itu. Walaupun Teddy lebih fokus kepada minumannya bukan para wanitanya, tapi Billy tetap saja tidak percaya apa yang ia lihat kali ini.

"Dia menyewa wanita-wanita itu juga?" Tanya Billy kepada Tonny. Tonny mengangguk kemudian menganggkat kedua bahunya.

"Jangan bertanya lagi. Aku juga baru kali ini melihat Teddy menjadi seperti ini." Kata Tonny sambil menghela nafas panjang.

Billy menghampiri Teddy yang nampaknya sudah tidak lagi sadar karena minuman keras.

"Ted? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Billy sambil mengambil gelas yang akan didekatkan ke bibir oleh Teddy.

"Biarkan aku sendiri." Kata Teddy dengan wajah yang tidak menyenangkan sambil mengambil gelas yang diambil oleh Billy dengan kasar kemudian meminum minuman yang ada dalam gelas itu.

"Kalian boleh pergi." Kata Billy kepada para wanita yang duduk di sekeliling Teddy. Dengan enggan para wanita cantik dan seksi itu pergi dari sisi Teddy.

"Apa yang ingin kau katakan? Jika itu masalah pekerjaan , aku tidak akan dengarkan untuk saat ini saja, biarkan aku sendirian. Aku ingin menenangkan diriku sendiri." Kata Teddy tanpa melihat kearah Billy dan menuangkan minuman kedalam gelasnya lagi.

"Ted, aku tahu apa yang kamu rasakan." Kata Billy sambil duduk disamping Teddy.
Teddy tertawa sinis mendengar ucapan Teddy.

"Tahu apa kau dengan perasaanku? Yang kamu tahu hanyalah tentang bagaimana karirku terus berlanjut dan berkembang. Kamu tidak pernah peduli dengan apa yang aku rasakan." Balas Teddy dengan sinis.

"Apa yang kau lakukan saat ini hanyalah menyiksa dirimu sendiri." Kata Billy lalu mengambil botol yang akan ia tuangkan lagi isinya kedalam gelas Teddy yang sudah kosong.

"Dia tidak bisa berdusta. Ciya tidak pernah berpura-pura dalam hidupnya. Aku mengenalnya bahkan lebih dari dirinya sendiri. Aku sudah bersamanya seumur hidupku ini. Aku menemaninya dalam keadaan apapun. Menurutmu bagaimana bisa dia berubah begitu cepat?" Tanya Teddy sudah mulai tidak sepenuhnya sadar dalam berpikir dan berbicara.
"Aku tidak bisa hidup tanpanya,Bil."

"Tapi dia sudah menjadi istri Bos Iblis itu ,Ted. Kamu bisa apa? Yang perlu kamu lakukan hanyalah menjalani hidupmu. Jalanmu masih panjang." Kata Billy mencoba untuk menenangkan hati Teddy.

"Jika memang dia benar-benar bahagia, aku rela. Tapi dia jelas-jelas tidak bahagia, tapi dia tetap memilih laki-laki itu." Teddy menuangkan minuman lagi kedalam gelasnya setelah merebutnya kembali dari tangan Billy.

"Maksudmu?" Tanya Billy mencoba memahami pikiran Teddy.

"Pasti ada sesuatu diantara mereka. Ciya juga tidak akan semudah itu tiba-tiba menikah dengan Roy. Pasti ada sesuatu yang lebih besar terjadi selain Ciya mengandung anak Roy." Kata Teddy yang sudah dalam kondisi tidak stabil itu.

"Apa? Sheila hamil dengan Roy?" Tanya Billy dengan terkejut kepada Teddy. Teddy langsung menoleh kearah Billy dengan pandangan yang begitu tajam.

"Itu juga pasti hanya tipuan Roy. Tapi untuk apa Roy harus menikahi Ciya?" Kata Teddy lebih kepada berbicara kepada dirinya sendiri daripada kepada Billy.

"Kenapa Ciya bisa berubah dengan begitu cepatnya?" Tanya Teddy lagi kepada dirinya sendiri.

"Wanita. Tidak ada yang tahu apa yang ada dalam fikiran dan hati mereka. Roy memiliki segalanya, wanita mana yang tidak akan tertarik dengan Roy? Apalagi dia sangat kaya dengan keluarga yang memiliki banyak sekali pengaruh entah dari segi harta ataupun kekuasaan. Kau kan tidak tahu bagaimana jika Sheila ternyata hanya mengejar harta Roy saja." Kata Billy merasa bingung pembicaraan mereka sebenarnya menuju kearah mana. Mendengar kata-kata Billy, seketika Teddy mencegkeram kerah baju Billy dengan kuatnya.

"Ciya bukan wanita seperti itu. Ciya tidak akan berlutut kepadamu sekalipun ia tidak memiliki uang sepeserpun. Aku yang paling tahu tentang Ciya, punya hak apa kamu mengatakan Ciya seperti itu?" Kata Teddy begitu emosi kepada Billy. Tonny sampai harus menghampiri meja Teddy untuk menenangkan Teddy.

"Ted, lepaskan. Jangan sampai kamu mendapatkan masalah lagi. Masalah kita sudah begitu banyak sampai hari ini." Kata Tonny sambil berusaha melepaskan tangan Teddy dari pakaian Billy. Namun tangan Teddy begitu kuat mencengkeram kerah pakaian Billy.

"Oke..Oke.. Aku minta maaf. Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan terus seperti ini dan hancur sehancurnya atau kau akan bangkit lagi dan bisa mencari tahu sendir apa yang sebenarnya terjadi terhadap Sheila?" Kata Billy sambil berteriak kepada Teddy. Saat itu pula Teddy lalu melepaskan cengkeramannya kepada Billy.

"Aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka." Kata Teddy dengan penuh keyakinan.

"Pertama-tama kau harus memberikan klarifikasimu langsung kepada media untuk menjernihkan namamu dan juga menyelamatkan proyek film layar lebarmu ini." Billy masih memberikan saran yang berhubungan dengan pekerjaan Teddy.

"Tentu saja. Aku akan mengklarifikasikan hubunganku dengan Ciya. Semuanya harus tahu jika aku dan Ciya memang adalah sepasang kekasih yang sudah akan menikah tadinya." Jawab Teddy dengan emosi yang masih memuncak.

Tonny berusaha untuk menengahi antara dirinya berada dalam kubu Roy dan juga Teddy. Jika memang ini semua juga ada campur tangan ayah Roy, jelas Teddy juga dalam bahaya jika ia mengeluarkan klarifikasi seperti itu kepada media.

"Kalau.. Kalau memang benar seperti apa katamu tadi. Jika saja Sheila memang menikah karena sesuatu hal. Jika kamu melakukan hal itu, apa kau tidak berpikir tentang posisi Sheila? Aku rasa Sheila akan berada pada posisi yang sulit jika kamu melakukan klarifikasi tentang hubungan kalian kepada media." Kata Tonny berusaha meredam keadaan yang bisa saja meledak terjadi karena emosi Teddy.

Teddy terdiam sambil memandang kearah Tonny. Teddy menjatuhkan tubuhnya dengan keras diatas sofa tempat ia duduk saat ini.
Yang dikatakan oleh Tonny memang ada benarnya, jika memang terjadi sesuatu antara Roy dan Sheila sudah pasti hal itu adalah hal yang merugikan Sheila. Jika ia mengungkapkan hubungannya dengan Sheila kepada publik. Jelas Sheila akan mendapatkan kesulitan tanpa ia bisa membantunya.

"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Teddy tanpa berdaya kepada Billy dan juga Tonny. Billy merapikan bajunya yang kusut karena cengkeraman tangan Teddy tadi.

"Kamu hanya perlu mengklarifikasi tentang hubunganmu dan Sheila hanyalah hubungan teman baik. Kalian sudah lama mengenal sejak lama. Dan kedatanganmu ke hotel kemarin malam hanyalah sebuah kesalahpahaman antar teman saja. Itu saja yang perlu kamu katakan kepada publik." Kata Billy kepada Teddy. Teddy tersenyum masam sambil menatap langit-langit bar . Kemudian dengan kesal ia menendangkan kakinya kearah meja bar yang ia tempati hingga membuat botol dan juga gelas yang ada diatas meja porak poranda.

"Apa salahku sampai harus terjadi seperti ini?" Kata Teddy kepada dirinya sendiri sambil menutup matanya dengan sebelah tangannya.

Billy dan Tonny tidak berkomentar apapun, mereka hanya saling pandang dan kemudian melihat kearah Teddy yang begitu terpuruk dan juga tidak berdaya.
-----------------------------------------------------------------------

Sesuai dugaan Roy, akhirnya Teddy mengklarifikasi tentang hubungannya dengan Sheila hanyalah teman baik sejak masih kecil. Sheila mengetuk pintu kaca area pribadi Roy ketika Roy sedang mellihat berita tentang Teddy yang sudah mengklarifikasi berita negatif tentangnya di ruang tamu area pribadinya. Roy mengangguk kearah Sheila yang masih berada diluar pintu kaca. Sheila membuka pintu itu dan masuk kedalam area pribadi Roy. Sheila duduk berhadapan dengan Roy.

"Teddy sudah melakukan klarifikasi. Lalu apa selanjutnya aku harus lakukan untuk membuat namanya bersih kembali dari berita-berita yang tidak mengenakkan tentang dia?" Tanya Sheila kepada Roy.

"Kita akan buat klarifikasi juga jika kita memaklumi apa yang dilakukan oleh Teddybearmu di resepsi pernikahan kita waktu itu." Jawab Roy dengan santai.

"Hanya itu? Lalu kapan kita akan mengklarifikasi soal itu ?" Tanya Sheila lagi dengan penuh antusias kepada Roy.

"Terserah padamu." Jawab Roy dengan acuh.

"Caranya?"

"Memangnya kamu tidak memiliki sosial media? Tinggal kamu buat saja di story media sosialmu." Kata Roy sedikit jengkel akan daya pikir Sheila.

"Aku tahu soal itu. Tapi aku juga harus mencocokkan kata-katanya denganmu terlebih dahulu." Balas Sheila tidak kalah kesal dengan Roy.

"Mana ponselmu?" Tanya Roy kepada Sheila. Sheila memberikan ponselnya kepada Roy. Kemudian Roy mengutak atik ponsel Sheila.

"Kemari." Kata Roy kepada Sheila. Sheila yang tidak paham akan maksud Roy, langsung berdiri dan menghampiri tempat Roy duduk , Roy menarik tangan Sheila sehingga Sheila duduk dipangkuan Roy.

"Kamu..Apa.."

"Diam dan berpose saja. Ini juga untuk Teddybearmu." Kata Roy sambil mengangkat ponsel Sheila, mengatur untuk berfoto selfie.

Kebetulan mereka juga mengenakan piyama yang berwarna sama. Sheila menuruti apa kata Roy. Sheila tersenyum kearah kamera, sementara Roy memalingkan wajahnya keleher Sheila. Nafas berat Roy terasa menggelitik di leher Sheila.

"Sudah." Kata Roy ketika sudah mengambil gambar mereka berdua melalui ponsel Sheila, lalu Roy menurunkan Sheila dengan segera dari pangkuannya.

"Duduk kembali ke tempatmu." Kata Roy lagi sambil menunjukkan kearah sofa yang ada diseberangnya.

Sambil menggerutu, Sheila kembali lagi duduk ketempatnya tadi. Roy sibuk dengan layar ponsel Sheila, sementara Sheila menunggu dengan perasaan sedikit terganggu oleh debaran jantungnya sendiri.
Dekat dengan seorang laki-laki begitu intens sangat tidak nyaman bagi Sheila walaupun Roy seorang gay, namun Sheila tidak bisa menyingkirkan perasaannya bahwa Roy juga seorang laki-laki yang pernah tidur dengannya waktu itu.

"Kalau dia normal mungkin aku bisa mempertimbangkan dia sebagai suamiku yang asli." Batin Sheila dalam hati. Roy sangat tampan jika dia sedang tersenyum, hanya saja hal itu jarang terjadi. Dia juga memiliki temperamen yang sangat buruk ketika marah.

"Sudah." Kata Roy tiba-tiba sambil memberikan ponsel Sheila dengan melemparkannya kepada Sheila.

Sheila menangkap ponsel nya tepat sebelum ponselnya jatuh kepangkuannya. Dengan cepat Sheila melihat apa yan diposting oleh Roy di media sosial miliknya.
Roy memberikan 2 postingan di sosial media milik Sheila.
Postingan yang pertama adalah foto disaat resepsi pernikahan mereka yang diberi tanda oleh Roy.

- Terimakasih untuk doa dan restu yang diberikan kepada kami. Dan kami minta maaf untuk kerabat dan sahabat yang tidak sempat kami undang karena keterbatasan waktu dan kapasitas mengingat banyaknya undangan yang perlu untuk hadir.-

Sheila menengadah memandang kearah Roy.

"Kapan foto ini ada dalam ponselku?" Tanya Sheila yang tidak merasa menyimpan foto mereka berdua dalam ponselnya.

"Baru saja." Jawab Roy singkat tanpa berkedip. Sheila melanjutkan membaca postingan kedua dari Roy.
Disana Sheila melihat foto mereka berdua yang baru saja diambil oleh Roy.

- Selamat malam dari kami yang sedang berbahagia. Tunggu undangan terbuka kami untuk para sahabat dan juga rekan-rekan yang belum sempat ikut dalam suasana kebahagiaan kami-

Kedua postingan dari Roy seakan masih tidak masuk akal bagi Sheila.

"Apa maksud dari semua postinganmu ini?" Tanya Sheila kepada Roy yang sedang sibuk dengan ponselnya sendiri. Kemudian Roy menunjukkan kepada Sheila postingan yang Roy unduh juga dimedia sosialnya.

"Aku juga memposting yang sama pada media sosialku." Kata Roy dengan santai.

"Lalu bagaimana ini bisa membantu Teddy?" Tanya Sheila yang masih tidak mengerti apa maksud dari Roy. Roy menggelengkan kepalanya dan menarik nafas panjang.

"Artinya adalah menjelaskan kepada publik jika pernikahan kita bukan pernikahan palsu, juga menjelaskan alasan kenapa Teddybearmu datang dengan emosi yang membabi buta adalah karena tidak mendapatkan undangan langsung dari sahabat karibnya. Postingan ini juga akan dilihat oleh si tua bangka itu. Bukankah tugasmu adalah membuatku menjadi normal, jadi akan bagus juga jika hal ini dilihat oleh tua bangka itu." Jawab Roy sambil meletakkan ponselnya kesamping tubuhnya.

Sheila mengangguk namun masih kurang memahami apa yang dikatakan oleh Roy. Tak lama ponsel Sheila berbunyi, dan Sheila tidak mengerti siapa yang menghubungi dirinya, karena itu adalah ponsel yang ia dapatkan dari Roy. Selain Roy tidak ada yang mengetahui nomer ponsel barunya. Roy ikut mengintip nomer yang terpampang dilayar ponsel Sheila. Roy mengenali nomer itu.

"Itu si tua bangka. Kamu jawab saja. Mungkin ia ingin menanyaimu tentang sesuatu." Kata Roy kepada Sheila.
Sheila mengangguk dan menerima panggilan itu.

"Hallo?"

"Aku ayah Roy. Apa kamu sudah akan tidur? Apa aku sedang mengganggumu dan Roy?" Tanya ayah Roy kepada Sheila.

Roy yang penasaran , bangkit dari duduknya dan duduk di sebelah Sheila sambil mendekatkan telinganya pada ponsel Sheila. Sheila yang merasa tidak nyaman, mendorong Roy untuk menjauh dari tubuhnya dan meletakkan ponselnya diatas meja lalu menekan tombol speaker agar Roy juga bisa mendengarkan ayahnya akan mengatakan apa kepada dirinya.

"Tidak... Ada apa ayah menelpon tengah malam begini?" Tanya Sheila dengan ragu-ragu.

"Aku sudah melihat apa yang sudah kamu posting di media sosialmu. Apa kamu sudah memulai apa yang aku minta kepadamu?" Tanya ayah Roy kepada Sheila.

Sheila ragu untuk sejenak menjawab pertanyaan ayah Roy. Sheila melihat kearah Roy yang ada disampingnya. Roy mengangguk mengisyaratkan Sheila untuk mengiyakan pertanyaan dari ayah Roy.

"Oh.. Iya." Jawab Sheila dengan singkat.

"Baguslah. Kau harus bisa menuntaskan tugasmu untuk putraku. Lebih cepat lebih baik. Kalau diingat-ingat lagi kesehatan nenekmu juga kurang baik belakangan ini." Kata ayah Roy yang secara tidak langsung mengancam Sheila menggunakan nenek Sheila.

Sheila melihat kearah Roy lagi. Menanti apa yang harus ia katakan kepada ayah Roy. Roy menutup mulutnya sendiri menggunakan telunjuknya. Mengisyaratkan kepada Sheila untuk tetap tenang dan mengikuti apapun perkataan ayahnya.

"Iya." Jawab Sheila karena tidak tahu lagi ia harus menjawab apa.

"Baguslah. Laporkan padaku setiap hari tentang perkembangan dari Roy kepadaku. Jika itu kamu lakukan , nenekmu akan baik-baik saja. Kesehatannya juga akan terjamin." Lanjut ayah Roy. Kemudian ayah Roy menutup pembicaraan mereka. Sheila langsung menghadap kearah Roy.

"Nenekku? Bagaimana kondisinya?"Tanya Sheila kepada Roy.

"Bukankah malam itu nenekku sudah kembali ke panti jompo setelah dari acara resepsi kita?"

"Yang membawa nenekmu kembali kepanti jompo adalah tua bangka itu. Kemarin pagi aku juga sudah memeriksa disana, nenekmu sudah dipindahkan oleh ayahku entah kemana. Aku sedang mencari tahu keberadaan nenekmu juga." Jawab Roy sambil duduk dengan tegap disamping Sheila. Sheila yang terkejut akan informasi dari Roy langsung duduk menghadap kearah Roy.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku soal itu?" Tanya Sheila dengan perasaan gusar akan keselamatan neneknya.

"Kamu tidak tanya." Jawab Roy dengan singkat.

"Walapun begitu kamu seharusnya memberitahukan hal itu kepadaku tanpa aku bertanya terlebih dahulu." Protes Sheila kepada Roy.

"Kau sibuk dengan apa yang menimpa Teddybearmu. Sementara aku harus bilang apa? Memangnya kapasitas otakmu bisa menampung begitu banyak hal?" Tanya Roy sambil merentangkan tangannya dibelakang punggung Sheila.

"Lalu bagaimana dengan nenekku? Dia ada dimana sekarang?" Sheila mulai merasa tidak tenang karena tidak mengetahui keberadaan neneknya.

"Aku sudah meminta kepada anak buahku untuk mencari keberadaan nenekmu. KIta hanya bisa berharap secepatnya menemukan nenekmu. Walaupun tua bangka itu tidak akan menyakiti nenekmu, tapi aku tidak bisa menjamin jika itu akan berlaku dalam jangka panjang." Kata Roy dengan maksud memberikan ketenangan kepada Sheila, namun Sheila semakin gelisah oleh kalimat Roy.

"Ayahmu lebih menakutkan daripada dirimu." Komentar Sheila kepada Roy sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Kita bisa mengulur waktu, tapi tidak dengan rencana yang ada di otak tua bangka itu."

"Aku akan tidur disini malam ini." Kata Sheila tiba-tiba kepada Roy.

"Apa? Apa kamarmu kurang luas?" Tanya Roy dengan nada protes kepada Sheila. Sheila mendekatkan tubuhnya kepada Roy.

"Ayahmu sudah mengira bahwa malam ini kita bersama. Jika memang benar di area pribadiku ada penyadap ataupun kamera tersembunyi , jelas ia akan tahu jika aku tidak sedang tidur bersamamu malam ini, kamu juga tidak bisa menjamin keselamatan nenekku. Maka aku sendiri yang akan menjamin keselamatan nenekku. Aku akan tidur disini malam ini." Kata Sheila kepada Roy.

"Tumben sekali otakmu bisa bekerja kali ini. Terserah padamu, tidurlah di sofa. Ini sudah malam aku harus beristirahat. Besok pagi aku masih ada rapat dengan para investor." Jawab Roy lalu berdiri dari duduknya dan berjalan kearah kamar tidurnya.

"Kamu sendiri yang bilang semuanya terserah padaku ya?" Tantang Sheila kepada Roy.

Roy tidak menjawab Sheila tapi langsung menutup pintu kamar tidurnya.
Tidak ada waktu bagi Sheila untuk bersantai. Jika ia ingin menyelamatkan neneknya dari ayah Roy, dirinya harus benar-benar membuang jauh harga dirinya dan juga segala akal sehatnya. Sheila tidak bisa hanya mengandalkan Roy untuk masalah pribadinya. Roy jelas akan melindunginya juga neneknya, namun Roy juga tidak akan bisa sendiri melawan ayahnya. Karena Roy sudah memberikan wewenang kepada dirinya untuk melakukan hal yang sesuai dengan kemauannya, maka mulai besok Roy harus bersiap akan apa yang ia akan lakukan untuk dirinya sendiri dan juga untuk neneknya.
-----------------------------------------------------------

Roy sedang bersiap untuk berangkat bekerja pagi itu. Langkah Roy terhenti ketika ia keluar dari kamarnya dan melihat ruang tamu nya yang berantakan ditambah dengan Sheila yang masih tertidur sambil memeluk punggung sofa milik Roy dengan rambut ikal yang acak-acak an dan juga posisi kaki yang tidak beraturan.
Roy membangunkan Sheila dari tidurnya dengan menendang ringan kaki Sheila yang berada dilantai .

"Bangun. Hei.. Bangun." Kata Roy sambil melihat sekeliling area pribadinya yang berubah menjadi medan tempur dengan berserakannya piring dan juga sisa-sisa makanan Sheila.

Sheila hanya menggeliat sejenak kemudian tertidur kembali.

"Kau apakan ruangan ku? Apa kau sudah gila? Aku tidak pernah sejorok ini dalam hidupku. Bangun!!" Kata Roy lagi ketika tidak ada reaksi apapun dari Sheila. Sheila bangun dengan malas.

"Kenapa kamu begitu berisik? Ini kan masih pagi." Kata Sheila dengan mata tertutup setengah dari rambutnya.

"Oh kamu mau berangkat bekerja. Ya sudah berangkat saja sana." Lanjut Sheila kemudian kembali tidur dengan posisi baru di sofa Roy lagi.

"Aku hanya menginjinkanmu untuk tidur disini bukan untuk menghancurkan apa yang ada disini." Protes Roy dengan nada tinggi. Suara Roy membuat Sheila bangun dari tidurnya lagi.

"Kan kamu yang bilang sendiri -terserah padaku-. Kenapa sekarang kamu harus begini ribut?" Sheila membalas teriakan Roy.

"Lagipula nanti juga akan ada yang membersihkan rumahmu. Mereka akan datang tepat pukul 8 pagi." Lanjut Sheila sambil berdiri berhadapan dengan Roy.

"Mereka akan datang tapi..."

"Aku masih mengantuk, berangkatlah kalau kau ingin berangkat kerja. Aku juga tidak akan mengantarkan kepergianmu." Sheila memotong kalimat Roy kemudian berjalan masuk kedalam kamar Roy.

"Kau mau kemana?" Tanya Roy masih dengan nada tinggi.

"Tidur!" Teriak Sheila tidak kalah dengan nada tinggi Roy.

"Cerewet." Tambah Sheila lalu menutup pintu kamar Roy.

Roy mengedipkan matanya, ia tidak percaya Sheila akan membangkang kepadanya secepat ini. Dengan frustasi Roy melihat sekeliling area pribadinya sambil menyisirkan
rambutnya kebelakang kepalanya.

"Dia benar-benar wanita gila." Komentar Roy sambil tertawa masam kemudian dengan kesal ia meninggalkan area pribadinya dan berangkat untuk bekerja dengan suasana hati yang sama sekali tidak bagus.

Ayah Roy mendatangi kediaman pribadi Roy, ia sengaja datang ketika Roy sedang tidak berada disana. Kedatangan ayah Roy tentu saja mengejutkan Sheila. Saat itu Sheila sedang berada di areanya baru saja selesai mandi dan berbenah.

"Apa kedatanganku mengejutkanmu?" Tanya ayah Roy yang sudah duduk di ruang tamu area pribadi Sheila ketika Sheila baru saja keluar dari kamarnya.

"Iya." Jawab Sheila dengan singkat dan jelas ia tidak menyukai kedatangan ayah Roy di area pribadinya.

Ayah Roy mengangkat tangannya dan menunjukkan kearah sofa yang ada didepannya, mengisyaratkan agar Sheila duduk disana. Sheila menuruti keinginan ayah Roy lalu duduk dengan berat hati disana.

"Kau seharusnya tahu apa maksudku datang kemari." Kata ayah Roy langsung kepada Sheila.

"Dimana nenekku? Dia tidak tahu tentang hal yang menimpaku saat ini. Nenekku juga seharusnya tidak dijadikan taruhan antara aku dan juga anda." Jawab Sheila memberanikan dirinya dihadapan ayah Roy.

"Harus. Aku harus memiliki jaminan untuk hal yang aku pertaruhkan saat ini. Terutama ini menyangkut putraku satu-satunya. " Balas ayah Roy dengan nada yang tegas.

"Aku juga baru mengetahui jika kau juga tengah mengandung cucuku."

Sheila hendak membantah hal itu,namun mengurungkannya karena bisa saja kesalahpahaman akan kebohongan Roy tentang kehamilannya bisa membawa keuntungan pada dirinya di tengah situasi yang ia hadapi saat ini.

"Jujur saja aku terkejut ketika tahu mengenai hal ini. Dan aku juga merasa bahagia. Ternyata putraku bisa menjadi lelaki normal. Aku hanya memiliki putraku dalam hidupku. Aku juga tahu jika apa yang sudah aku lakukan selama ini untuknya sudah membuatnya salah mengerti maksudku. Aku memiliki harapan besar kepadanya, aku tidak mau ia menjadi seseorang yang gagal ataupun memiliki cacat walau sedikitpun. Aku ingin putraku sempurna dan tidak ada yang bisa menyakitinya, seperti keluarga dari ibu kandungnya." Kata ayah Roy dengan nada yang agak melembut kali ini, dimata ayah Roy juga terpancar rasa penyesalan.

"Kalau dia begini juga sebenarnya dia tidak terlihat jahat. Tapi dia menggunakan nenekku untuk taruhan nama baik anaknya sendiri juga bukan hal yang baik." Batin Sheila dalam hati.

"Kenapa anda tidak mencurigai saya ? Mungkin saja saya sedang bersandiwara untuk memanfaatkan Roy atau mungkin saja saya tidak mengandung cucu anda tapi anak oranglain? Anda juga tahu jika sebelum bersama Roy, aku juga memiliki seorang kekasih dan kami juga hampir menikah." Tanya Sheila mencoba bertaruh dengan ayah Roy. Ayah Roy tertawa mendengarkan pertanyaan Sheila .

"Kau kira kau akan sampai kepernikahan dengan restuku jika aku mengetahui kau adalah wanita yang seperti itu?" Ayah Roy berbalik tanya kepada Sheila.

"Aku mengenal banyak wanita dengan berbagai macam karakter dan sifatnya. Aku tahu kau tidak mengincar kekayaan anakku ataupun kekayaanku. Kau hanya ingin anakmu memiliki status yang jelas agar tidak diremehkan oleh oranglain. Bukankah sebenarnya kita memiliki sifat yang sama?"

"Aku tidak akan mengancam oranglain untuk menuruti kemauanku." Balas Sheila mengingat apa yang dilakukan oleh ayah Roy kepada dirinya.

"Itu hanyalah salah satu strategi perang saja. Suatu saat kamu akan mengerti apa yang aku lakukan ini adalah untuk kebaikan bersama." Ayah Roy masih bersikukuh akan tindakannya kepada Sheila selama ini adalah hal yang benar.

"Aku sungguh berpikir jika kamu adalah seorang wanita yang baik, hanya saja kau tidak memiliki apapun untuk Roy dalam menghadapi kejamnya dunia bisnis ini. Jadi nanti setelah cucuku lahir dan juga Roy bisa menjadi lelaki yang normal sepenuhnya, maka kalian harus bercerai. Roy dan cucuku harus memiliki penjamin untuk kehidupan mereka nantinya dalam dunia bisnis ini." Kata ayah Roy kepada Sheila.

"Bukannya anda hanya menginginkan Roy sembuh saja. Kenapa sekarang menjadi syaratnya harus bertambah seperti ini?" Protes Sheila kepada ayah Roy. Mungkin lebih baik jika ia harus jujur saja kepada ayah Roy jika dirinya tidak sedang mengandung anak Roy dan semua itu hanyalah tipu muslihat Roy agar bisa menikah dengan dirinya saja.

"Sebenarnya saya tidak.."

"Jika cucuku lahir dengan sehat dan selamat, nenekmu akan kembali secara utuh kepadamu. Dan juga aku akan mengabulkan segala yang kamu inginkan." Ayah Roy langsung memotong perkataan Sheila yang hendak mengakui kebenaran tentang kehamilan palsunya.

"Kenapa anda melakukan hal ini kepadaku?" Tanya Sheila kehabisan kata-kata untuk ayah Roy yang selalu menggunakan neneknya sebagai tameng perlindungan jika Sheila menolak apa yang ia inginkan.

Sheila menanyakan hal itu rasanya seperti dejavu. Sheila juga menanyakan hal yang sama kepada Roy sebelumnya.

"Karena sepertinya hanya kamu yang bisa membuat Roy sembuh dari penyakitnya. Ia tidak menderita penyakit ini sejak lahir, ia menderita penyakit ini karena kesalahan ibu kandungnya dan juga keluarga ibu kandungnya. Aku tidak peduli entah yang kau lakukan itu tulus atau tidak, asalkan anakku kembali sembuh dari penyakitnya, aku akan melakukan segala cara agar putra semata wayangku bisa kembali normal seperti dulu." Jawab ayah Roy dengan tatapan yang tajam kepada Sheila.

"Aku tidak akan membuat nenekmu menderita, dia akan dirawat dengan sangat baik. Kau akan bisa menemui nenekmu satu bulan sekali, aku yang akan membawa nenekmu kemari untuk menemuimu." Lanjut ayah Roy.

"Tapi aku ..."

"Sebaliknya jika terjadi apa-apa dengan cucuku, aku juga tidak akan menjamin lagi tentang nenekmu." Potong ayah Roy lagi. Sheila menutup mulutnya seketika.

"Aku tahu kau bukan dari keluarga yang terpandang ataupun terpelajar, kau tidak akan memahami tindakanku ataupun Roy. Tapi aku tahu kau orang yang menyayangi keluargamu sendiri. Sekarang Roy adalah keluargamu juga, jadi aku berani bertaruh tentang hal ini kepadamu.Sebesar apapun kau membenci aku ataupun Roy, ingatlah kami juga keluargamu. Bukankah ada baiknya jika kita bisa saling melindungi dan menyayangi?" Kata ayah Roy kepada Sheila. Sheila terdiam untuk beberapa saat.

"Apa seperti inikah keluarga dalam pandangan anda?" Tanya Sheila dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.

"Iya." Jawab ayah Roy dengan cepat.

"Selamat datang di keluarga barumu,Ella." Lanjut ayah Roy dengan senyuman yang sangat dibenci oleh Sheila.

"Oh iya, aku juga membawakan beberapa foto ketika acara resepsi pernikahan kalian. Aku serahkan kepadamu hendak kau letakkan dimana foto-foto itu. Aku akan meminta beberapa orang untuk membantumu mengatur apapun yang kau mau." Kata ayah Roy kemudian ia berdiri dan meninggalkan Sheila yang duduk dengan perasaan marah dan juga kecewa.

Setelah ayah Roy pergi, Sheila melihat apa saja yang dikirimkan oleh ayah Roy kepadanya... kepada dirinya dan juga Roy tentunya. beberapa buah foto yang dibingkai dengan bingkai ukiran kayu yang sangat besar ukurannya. Sheila tidak ingin melihat foto itu , foto pernikahannya dengan Roy. Rasanya begitu memuakkan untuk dirinya melihat wajahnya sendiri dalam foto itu.

"Fotonya akan kita pasang dimana,Bu?" Tanya salah seorang pria bertubuh kekar dan gelap. Salah seorang dari orang suruhan ayah Roy kepada Sheila.

"Terserah padamu mau meletakkannya dimana." Jawab Sheila dengan acuh lalu berjalan kembali kedalam kamarnya.
----------------------------------------------------------------------------

"Katamu kau akan membantuku , tapi kenapa malah seperti ini?" Teriak Teddy kepada Billy ketika ia melihat media sosial Sheila dan juga Roy.

"Ted, mungkin memang kau harus menyerah untuk Sheila. Dia sudah bahagia bersama dengan oranglain.Lihatlah sisi positifnya, sekarang sudah tidak banyak komentar negatif tentang dirimu. Kamu juga mendapatkan banyak dukungan." Jawab Billy sambil memungut ponsel yang dilemparkan oleh Teddy ke lantai kamarnya.

"Memangnya aku peduli dengan komentar orang-orang? Sejak kapan aku memperdulikan hal itu?" Tanya Teddy masih dengan emosi yang masih tinggi.

"Lalu kau ingin aku bagaimana? Setidaknya kamu harus bisa menyelamatkan salah satu dari hidupmu. Menyerahlah , Ted. Kau akan berhadapan dengan hal yang tidak ingin kau temui jika kau harus berhadapan dengan Roy dan juga keluarganya. Anggaplah cintamu hilang. Kau harus bisa mempertahankan karirmu. Masih banyak yang harus kau lakukan di usiamu saat ini." Billy mencoba untuk memberikan dorongan semangat kepada Teddy.

"Aku lebih memilih kehilangan karirku , Bill." Jawab Teddy dengan mata yang tidak bersahabat. Billy menghela nafas panjang .

"Lalu kau lebih mementingkan cintamu? Kemudian apa yang akan dilakukan oleh ayah dan ibumu? Apa mereka bisa menerima keputusanmu?Memangnya kau tidak akan menempatkan Sheila dalam posisi yang lebih sulit lagi. Bukankah cintamu terlalu egois?" Balas Billy . Saat Teddy hendak menanggapi perkataan Billy, Tonny langsung berusaha untuk menjadi jembatan diantara argumen mereka berdua.

"Ted, mungkin ada benarnya maksud dari Billy. Jika memang kau ingin mengambil kembali Sheila , setidaknya kamu harus memiliki kekuatan. Kamu harus sukses dalam karirmu, setelah itu baru kita pikirkan lagi apa yang harus kamu lakukan untuk mengambil Sheila kembali jika memang Sheila tidak bahagia akan pernikahannya atau ada yang tidak beres pada pernikahannya dengan Roy. Fokuskan dulu pada hal yang bisa kau selamatkan, jangan menghancurkan semuanya. Jangan sampai nantinya keputusanmu malah menyakiti Sheila lebih dalam. Kau juga tidak mengerti ap ayang sebenarnya terjadi pada Sheila dan pernikahannya." Kata Tonny dengan tenang , Tonny lebih mengerti temperamen Teddy daripada Billy. Tonny juga memandang dengan penuh harap dan menyemangati Teddy. Teddy menghela nafas panjang , walaupun dirinya sedang dalam emosi yang tinggi , namun yang dikatakan oleh Tonny cukup rasional.

"Aku ingin beristirahat dua jam lagi. Setelah itu kita akan berangkat kelokasi syuting." Kata Teddy sambil memunggungi Billy dan Tonny.

"Kami akan menunggu di garasi." Jawab Tonny sambil menarik tangan Billy untuk ikut dengannya turun ke garasi dan membiarkan Teddy sendirian dulu.

Tadinya Teddy mengira dengan dirinya memberikan klarifikasinya kepada publik, Sheila akan menghargai apa yang sudah ia lakukan, namun melihat apa yang ada di media sosial Sheila, sungguh Teddy merasa seperti terkhianati. Melihat gambar Sheila bersama dengan lelaki lain sebagai suaminya, membuat hati Teddy sakit lebih daripada ketika ia mengetahui Sheila tengah mengandung anak lelaki itu. Bagaimana Sheila bisa setega itu kepadanya. Dunia Teddy seakan runtuh dan gelap. Teddy masih mengharapkan secuil harapan kepada Sheila jika saja Sheila memang terpaksa menyetujui pernikahannya dengan Roy ataupun ia hanya menikah dengan Roy karena sakit hati karena hari itu Teddy sudah meninggalkan Sheila tanpa kepastian. Jawaban yang Sheila ucapkan terakhir kali yang paling membuat Teddy hancur tapi masih memiliki setitik sinar harapan kepada Sheila. Sheila tidak mencintai Roy, tapi dia memilih Roy sebagai suaminya.
Begitu banyak sketsa tergambar di kepala Teddy. Teddy merasa pasti ada sesuatu yang Sheila sembunyikan darinya. Mungkin Tonny ada benarnya, Teddy tidak bisa menghadapi Roy dan keluarganya jika dia tidak memiliki apapun. Teddy pasti akan menemukan sebab bagaimana Sheila bisa setuju begitu saja menikah dengan Roy selain alasan anak yang dikandungnya, pernikahan mereka juga mencurigakan, terlalu tergesa-gesa dan juga sangat tertutup.

Teddy melihat kearah pigura fotonya bersama Sheila yang ada disamping tempat tidurnya.

"Tunggu aku,Ciya." Kata Teddy dengan penuh keyakinan.
---------------------------------------------------------------------

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience